cover
Contact Name
sarman
Contact Email
sarman.jaya@yahoo.co.id
Phone
+62401-3084783
Journal Mail Official
sarman.jaya@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Journal Idea of History
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 25987828     EISSN : 26144395     DOI : -
Journal Idea of History diterbitkan untuk menghidupkan atmosfer akademik di Jurusan Ilmu Sejarah FIB UHO. Keberadaan jurnal ini bertujuan untuk mengaktualisasikan hasil penelitian dosen dan mahasiswa di bidang ilmu sejarah. Penerbitan jurnal untuk periode Agustus 2017 ini merupakan serial pertama tahun pertama penerbitan atau volume pertama nomor 01. Beberapa hasil penelitian yang diterbitkan dalam edisi perdana ini merupakan hasil penelitian mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Universitas Halu Oleo.
Articles 95 Documents
SEJARAH GEREJA PROTESTAN DI KOTA KENDARI: 1928–2016 Robin Hood Adam; Aswati Mukadas
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.413

Abstract

Pembangunan Gereja Protestan di Kota Kendari dilatarbelakangi oleh adanya misi zending yang ditandai dengan kedatangan salah seorang misionaris Naderlandsch Zending Vereniging (NZV) Belanda pada 16 Desember 1915. Tetapi demikian, telah ada sebelumnya pegawai-pegawai sipil yang berasal dari Maluku, Manado, Sangir, Ambon serta tentara Hindia Belanda yang sudah beragama Protestan yang dilayani oleh Gereja Protestan Indonesia atau Indische Kerk. Pada 1928 dibangunlah gereja pertama di Kota Kendari yang diberi nama Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB). Gereja Protestan mengalami perkembangan secara signifikan, hal itu dapat dilihat pada periode 1928–1941. Selain pembangunan Gereja pertama, juga didirikan Sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS)–sekolah Belanda untuk bumiputra–di Kota Kendari. Pada periode 1942–1960, Gereja Protestan di Kota Kendari mengalami penurunan akibat penjajahan Jepang yang melakukan penangkapan kepada para pendeta zending dan guru jemaat. Pada Periode 1960–1990, Gereja Protestan mulai mengalami perkembangan dengan masuknya transmigran dari pulau Jawa dan imigran dari berbagai daerah sebagai Pegawai Negeri Sipil yang ditempatkan di Kota Kendari, sehingga penganut agama Protestan bertambah jumlahnya. Dengan demikian, jumlah Gereja Protestan di Kota Kendari mengalami perkembangan hingga mencapai 13 Gereja. Perkembangan Gereja Protestan di Kota Kendari memberikan pengaruh yang cukup besar bagi warga jemaatnya, yaitu adanya pelayanan zending yang memberikan perubahan di bidang pendidikan, kesosialan, kebudayaan, dan keagamaan. Kata Kunci : sejarah agama, gereja Protestan, zending, misionaris
EKSISTENSI TARI MODERO PADA MASYARAKAT MUNA DI DESA LASUNAPA KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA: 1946–2016 Wa Rina; Aslim Aslim
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.414

Abstract

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk (a) mengungkapkan perkembangan tari Modero di Desa Lasunapa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna, (b) mendeskripsikan pelaksanaan tari Modero, dan (c) menunjukkan perubahan tari Modero dalam periode 1946–2016 di lingkungan Desa Lasunapa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode penelitian sejarah. Tahapan-tahapan kerjanya meliputi heuristik sumber, verifikasi sumber, interpretasi sumber, serta penulisan sejarah. Hasil interpretasi sumber menunjukkan fakta bahwa pengembangan tari Modero di kalangan masyarakat Desa Lasunapa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna terjadi pada sekitar 1946. Adapun momen pertunjukan tari Modero adalah ketika berlangsungnya upacara katoba, kakawi, kampua, dan kalempagi. Pakaian yang dikenakan para penari Modero yang terdiri atas pria dan perempuan pada mulanya, yaitu baju sehari-hari dan sarung bhia-bhia atau kambaea. Namun, belakangan hanya menggunakan baju sehari-hari saja. Perubahan tari Modero di kalangan masyarakat Desa Lasunapa Kecamatan Duruka Kabupaten Muna periode 1946–2016 tampak pada domain-domain: waktu pelaksanaan, tata cara, serta pakaian para penari. Kata kunci: seni tari, upacara adat, perkembangan
PENERAPAN PROGRAM POLITIK ETIS DI DISTRIK KATOBU ONDERAFDEELING MUNA 1910-1942 Rosi Aprilani; Hayari Hayari
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.415

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis (1) sebab-sebab penerapan program politik etis di Distrik Katobu Onderafdeeling Muna, dan (2) penerapan program politik etis di Distrik Katobu Onderafdeeling Muna. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Muna tepatnya di Kecamatan Katobu yang merupakan jenis penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi sumber, (4) interpretasi, dan (5) historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) sebab-sebab diterapkannya politik etis di Distrik Katobu adalah rangkaian perjuangan kaum liberal Belanda untuk memperoleh hak-hak atas perusahaan secara bebas di Indonesia dalam bentuk merencanakan untuk mendirikan pabrik dan kantor kehutanan di Muna. (2) Penerapan program politik etis di Distrik Katobu terbagi atas tiga bidang yaitu (a) edukasi, di mana Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dengan berusaha mendirikan sekolah rakyat yang sekarang bernama SD Negeri 1 Katobu, SMP Katolik Raha, dan Sekolah Dasar Swasta Katolik Raha (b) irigasi, yaitu memanfaatkan mata air Jompi untuk pemasok kebutuhan air minum dan air bersih bagi penduduk Kota Raha. (c) kolonisasi, yaitu program perpindahan penduduk dari pulau Jawa ke pulau Muna untuk tujuan penanaman dan pengolahan pohon Jati. Selain itu, terdapat juga program pendukung berupa pembangunan sejumlah fasilitas berupa pelabuhan, kantor kehutanan, pabrik kapuk, sarana air bersih, dan pasar sentral sehingga terbentuk sebuah kota yang disebut kota Raha dan sekarang menjadi ibukota Kabupaten Muna. Kata kunci : politik etis, distrik, onderafdeeling
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT NELAYAN DI DESA TAPI-TAPI KECAMATAN MAROBO KABUPATEN MUNA: 1995-2016 Meldy Aswanto; Rifai Nur
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.416

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan perekonomian masyarakat nelayan di Desa Tapi-Tapi Kecamatan Marobo Kabupaten Muna: 1995-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahap, yaitu : (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi sumber, (4) interpretasi sumber, dan (5) penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perkembangan perekonomian masyarakat nelayan di Desa Tapi-Tapi terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama: 1995-2000, di mana masyarakat nelayan masih menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing, jala, jaring, pukat, bubu dan sero. Alat transportasi yang digunakan berupa perahu dan hasil tangkapannya hanya dipasarkan di wilayah Desa Tapi-Tapi. Tahap kedua: 2000-2005. Pada tahap ini nelayan sudah menggunakan alat transportasi modern untuk melaut berupa kapal motor dan katinting. Hasil tangkap yang diperoleh nelayan tidak hanya untuk dikonsumsi sehari-hari tetapi juga dipasarkan dan hasilnya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.Tahap ketiga: 2005-2010. Pada tahap ini, masyarakat nelayan sudah menggunakan alat tangkap modern, seperti: pancing rawe dan pukat hanyut, alat transportasi yang digunakan berupa kapal motor, dan katinting. Pada tahap ini, hasil tangkap nelayan sudah dipasarkan ke luar daerah sehingga pendapatannya juga bertambah. Tahap keempat: 2010-2016. Pada tahap ini, nelayan sudah menggunakan alat tangkap modern berupa pukat dan pancing rawe. Pendapatan nelayan mengalami peningkatan yang signifikan. 2) Dampak dari perkembangan perekonomian masyarakat nelayan di Desa Tapi-Tapi, antara lain; meningkatnya pendapatan nelayan akibat adanya kemajuan dalam penggunaan alat transportasi. Selain itu, juga terdapat kemajuandibidang pendidikan.Perubahan pola hidup masyarakat juga ditandai dengan penggunaan alat-alat modern seperti; televisi, kulkas, kompor gas, dan telepon genggam. Kata Kunci : perkembangan perekonomian, alat tangkap nelayan, alat transportasi
PERANAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DI KECAMATAN KALEDUPA: 1950-2016 Murniyati Murniyati; Faika Burhan
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.417

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan perempuan dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Kecamatan Kaledupa: 1950-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (2013) yang terdiri atas (a) pemilihan topik, (b) heuristik (c) verifikasi, (d) interpretasi dan (e) historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Latar belakang perempuan Kaledupa berperan dalam meningkatkan ekonomi keluarga disebabkan oleh beberapa faktor; Pertama, kondisi alam atau kondisi tanah yang berbatu membuat masyarakat Kaledupa tidak dapat mengembangkan pertanian, mendorong perempuan harus ikut bekerja dengan mengandalkan keterampilan yang dimiliki, tradisi merantau masyarakat Kaledupa yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan bekerja sebagai pelaut meninggalkan keluarganya mendorong perempuan Kaledupa harus mengambil peran untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kedua, faktor rendahnya pendapatan suami, tingkat pendidikan yang rendah, kebutuhan ekonomi keluarga yang meningkat, keinginan untuk memiliki penghasilan sendiri dan untuk mengisi waktu luang. (2) Untuk meningkatkan ekonomi keluarga, perempuan Kaledupa melakukan pekerjaan yang dapat dilakukan di dalam rumah tangga (home industry) seperti menenun, membuat dinding jelaja, membuat atap rumbia, dan berdagang sembilan bahan pokok. Selain itu, perempuan Kaledupa juga melakukan pekerjaan di luar rumah seperti berkebun, menjual ikan dan menjadi pengikat rumput laut. Dari pendapatan yang didapatkan tersebut, perempuan Kaledupa sudah dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. (3) Perubahan peranan perempuan Kaledupa disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga yang semakin meningkat. Di mana sebelumnya perempuan Kaledupa hanya berada di rumah dan berperan sebagai ibu rumah tangga, tetapi karena tuntutan ekonomi mereka kemudian ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Kata kunci: peranan perempuan, home industri, perubahan peran
MIGRASI ORANG PATTAE MANDAR KE DESA PEATOA KECAMATAN LOEA KABUPATEN KOLAKA TIMUR: 1980-2016 Ni'mah Ni'mah; Ali Hadara
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.418

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan (1) awal mula orang Pattae Mandar melakukan migrasi ke Desa Peatoa Kecamatan Loea Kabupaten Kolaka Timur (2) faktor yang mendorong dan menarik orang Pattae Mandar ke Desa Peatoa Kecamatan Loea Kabupaten Kolaka Timur (3) hubungan sosial dan keadaan ekonomi orang Pattae Mandar di Desa Peatoa Kecamatan Loea Kabupaten Kolaka Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Awal mula orang Pattae Mandar bermigrasi ke Desa Peatoa pada 1980 dilakukan oleh Ahmad S., bersama keluarga. Pada 1985 datanglah orang-orang Pattae Mandar secara berkelompok dan membeli tanah di Desa Peatoa. (2) Kedatangan orang Pattae Mandar ke Desa Peatoa tidak terlepas dari faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor yang mendorong orang Pattae Mandar melakukan migrasi adalah: (a) Faktor ekonomi, di mana semakin berkurangnya sumber alam serta menyempitnya lapangan kerja. (b) faktor petualang, di mana orang Mandar termasuk memiliki jiwa perantau, sedangkan faktor penarik terdiri dari faktor geografis yang strategis dan faktor potensi alam yang dimiliki Desa Peatoa(3) Hubungan sosial orang Pattae Mandar di Desa Peatoa berjalan baik, khususnya dalam menjalin hubungan dengan penduduk asli di Kolaka Timur. (4) Keadaan ekonomi orang Pattae Mandar di Desa Peatoa mengalami perkembangan. Hal ini terbukti dengan keberhasilannya mengolah lahan dan memanfaatkannya untuk persawahan dan mengembangkan tanaman merica dan kakao. Kata kunci: migrasi, faktor pendorong dan penarik, orang Pattae Mandar
SEJARAH PENGOBATAN TRADISIONAL ORANG BUTON DI KECAMATAN BATUPOARO KOTA BAUBAU: 1986-2016 Wa Ode Lilis Wahid; La Ode Ali Basri
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.419

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan sejarah pengobatan tradisional orang Buton di Kecamatan Batupoaro Kota Baubau. Metode penelitian (1) pemilihan topik (2) heuristik sumber, (3) kritik sumber, (4) interpretasi, dan (5) penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengetahuan tentang cara pengobatan tradisional pada orang Buton diperoleh secara turun-temurun. Pada umumnya, praktek pengobatan tersebut dihafal dan dipraktekkan secara berulang-ulang untuk mengobati penyakit. (2) Jenis tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional oleh masyrakat Buton di Kecamatan Batupoaro, yaitu: mengkudu (bangkudu), daun kumis kucing (bulumuncuna mbuta), sirih (gili), pepaya (kapaya), jambu biji (bulamalaka), jahe (malala), kunyit (mantomu), serai (padamalala), jeruk nipis (makolona), jarak (ntanga-ntanga) dan pinang. (3) Cara penggunaan tanaman obat orang Buton adalah pertama-tama mengumpulkan jenis tanaman yang akan digunakan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit. Setelah terkumpul, tanaman untuk obat tradisional kemudian diramu. Tanaman yang telah diramu kemudian disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit. Kata Kunci: pengobatan tradisional, orang Buton, obat herbal
MAKNA SIMBOLIK DALAM PERKAWINAN ANGKA MATA PADA MASYARAKAT MUNA Sitti Hermina
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.420

Abstract

Masyarakat Muna umumnya taat dan patuh pada aturan-aturan adat yang telah ditetapkan oleh para sesepuh sehingga terwujud suatu kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Namun, sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam proses perkawinan angka mata tidak memahami tentang makna simbolik yang ada dalam proses perkawinan tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara mendalam makna simbolik dalam proses perkawinan angka mata pada masyarakat Muna. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan teknik snowballing. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan serta wawancara mendalam dengan informan kunci dan informan pokok. Data dianalis secara deskriptif kualitataif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan dalam perkawinan angka mata pada masyarakat Muna dimulai dengan dekamata, dempali-mpali, defenagho tungguno karete, kafeena atau kabhentano pongke, kataburi, paniwi, sara-sara atau adhati bhalano, lolino ghawi, kaokanuha, kafoatoha, matano kenta, katangka/ijab qabul, dhoa salama, kafelesau, kafosulino katulu. Makna simbolik yang terkandung dalam perkawinan angka mata tersebut adalah makna religius, tanggung jawab, kejujuran, keindahan, sikap saling menghormati dan menghargai antara pihak perempuan dan pihak laki-laki. Kata kunci : Makna simbolik, perkawinan angka mata, dan masyarakat Muna
SEJARAH OBJEK WISATA PANTAI MEMBUKU DI DESA KADACUA KECAMATAN KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA: 1994-2016 Harsina Harsina; Sarman Sarman
Journal Idea of History Vol 1 No 1 (2018): Volume 1 Nomor 1, Januari - Juni 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i1.421

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana sejarah objek wisata Pantai Membuku di Desa Kadacua Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara:1994-2016? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo yang dibagi atas lima tahapan yaitu: (1) pemilihan topik yang ada kaitannya dengan objek wisata; (2) heuristik; (3) kritik sumber; (4) interpretasi, dan (5) penulisan sejarah. Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Objek wisata Pantai Membuku dibuka pada tahun 1994. Sebelum dijadikan sebagai objek wisata, Pantai Membuku masih berupa hutan belukar yang sering didatangi oleh para pelaut dan para pencari ikan, lama kelamaan pantai tersebut mulai didatangi masyarakat sekitar sebagai tempat bersantai kerena mempunyai panorama indah; (2) Perkembangan objek wisata Pantai Membuku terhadap kehidupan sosial budaya di antaranya dapat membuka kesempatan kerja dan menambah penghasilan keuangan desa, (3) Objek wisata Pantai Membuku mengalami perkembangan berkat peran pemerintah dan masyarakat. Peran pemerintah dapat dilihat dari kebijakan pemerintah melalui pengembangan sarana dan prasarana dalam menunjang keberadaan Pantai Membuku sebagai objek wisata alam. Kata Kunci : objek wisata, Pantai Membuku, kehidupan sosial budaya.
PERJUANGAN LA ODE MUHAMMAD IDRUS EFFENDY DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI MUNA: 1945-1949 Salebaran . Salebaran; Aswati . M
Journal Idea of History Vol 1 No 2 (2018): Volume 1 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/history.v1i2.462

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Muna: 1945-1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Kuntowijoyo dengan melalui lima tahapan kerja, yaitu (1) Pemilihan topik, (2) Pengumpulan sumber, (3) Kritik sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi/Penulisan Sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy dalam mempertahankan kemerdekaan RI di Muna dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat Muna pada masa penjajahan, kedatangan tentara sekutu (Australia) yang ikut membonceng personil tentara NICA (Belanda) yang secara terang-terangan hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia khususnya di Muna, (2) Proses perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Muna berawal dari inisiatif untuk membentuk organisasi Batalyon Sadar sebagai wadah perjuangan di Muna, (3) Akibat perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy bagi pemertahanan kemerdekaan yaitu, terjadi penggeledahan di markas umum Batalyon Sadar, terjadi penembakan terhadap La Salepa --salah satu anggota batalyon Sadar oleh tentara KNIL Belanda. Perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy berakhir pada tanggal 20 Oktober 1948 dengan terjadinya penangkapan terhadap pimipinan anggota-anggota Batalyon Sadar. Perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy telah berhasil membangkitkan semangat nasionalisme dan jiwa patriotisme di kalangan masyarakat Muna. Kata Kunci: Perjuangan La Ode Muhammad Idrus Effendy, Taktik dan Strategi, Nasionalisme, Kemerdekaan RI

Page 1 of 10 | Total Record : 95