cover
Contact Name
Yusuf Rahman
Contact Email
ushuluna@uinjkt.ac.id
Phone
+628128340778
Journal Mail Official
ushuluna@uinjkt.ac.id
Editorial Address
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Tangerang Selatan
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin
ISSN : 24609692     EISSN : 2721754X     DOI : 10.15408
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin is a journal published by the Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta. The journal is published twice annually (June and December) and consists of articles on Qur’anic studies and interpretation, hadith and Prophetic tradition, religious studies, and mysticism.
Articles 111 Documents
KONTROVERSI FUZZIFIKASI EPISTEMOLOGI DALAM ISLAMISASI SAINS Nurkhalis Nurkhalis
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 7 NO. 2 DECEMBER 2021
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v7i2.23823

Abstract

Epistemologi akan mendorong kepada perkembangan pengetahuan pendekatan anything goes, aveything goes dan get-go. Fuzzifikasi epistemologi menjadikan sebuah kebenaran dalam tataran tipikal grade yang bersifat kajian phronesis, doxa, phronimos, eidos dan dikaiosune. Penelitian ini dikaji berdasarkan library research. Hasil studi ini menjelaskan bahwa fuzzifikasi epistemologi akan jatuh ke dalam kajian onto-epistemologi, semi-epistemologi, neo-epistemologi, etno-epistemologi, poor-epistemologi, dan semu-epistemologi. Sedangkan epistemologi Islam mengarah kepada epistemologi desiratum dengan perpaduan epistemologi bayani dan burhani serta sains dan manfaat praktis. Karena itu banyak para cendekiawan Muslim menggiring epistemologi Islam ke dalam kajian semi-epistemologi dengan mempertimbangkan aspek buruk kerusakan dan kepentingan modernitas. Kajian semi-epistemologi membuka epistemologi ke arah discovery dan inovatif.
RELASI ISLAM DAN KRISTEN (KATOLIK): PERAN PENTING PEMUKA AGAMA Wasil Wasil
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 6 NO. 2 DECEMBER 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.29390

Abstract

AbstrakArtikel ini merupakan hasil penelitian lapangan (field research) tentang relasi Islam dan Kristen (Katolik) di tengah masyarakat Sumenep, Madura yang religius. Hubungan keduanya dalam landscape Indonesia seringkali up and down dan rentan konflik. Salah satu faktor utama relasi keduanya bisa rukun dan damai atau sarat konflik sangat ditentukan oleh peran penting pemuka agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi Islam dan Kristen (Katolik) di Sumenep berjalan harmonis yang termanifestasi dalam sejumlah interaksi dan kerjasama yang baik, bukan sekedar kerukunan yang pasif atau ‘semu’. Relasinya tampak dalam bidang sosial-keagamaan, pendidikan dan ekonomi di mana pemuka agama sangat memainkan peranannya dalam menciptakan dan merawat relasi baik atau kerukunan tersebut. Peran yang dilakukan pemuka agama adalah internalisasi teologi kerukunan dan penyebaran paham keagamaan moderat.  Kata Kunci: Relasi, Islam, Kristen, Pemuka Agama, Peran
KONSEP KETUHANAN DALAM KEBEBASAN EKSISTENSIAL KARL JASPERS Muhamad Tamamul Iman; Lilik Riandita
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 2 DECEMBER 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i1.27449

Abstract

Abstrak:Aspek penting yang dikaji dari artikel ini adalah pada tataran kebebasan yang merupakan titik tekan para eksistensialis dalam upaya penerangan eksistensi, yang hanya dapat dicapai dalam relasi dengan transendensi. Sehingga Karl Theodor Jaspers melihat ada dua fokus persoalan yaitu eksistensi dan transendensi, bahwa bereksistensi berarti berhadapan dengan transendensi. Transendensi menyembunyikan diri, dengan demikian transendensi merupakan dasar kebebasan manusia. Tujuan dari artikel ini adalah berusaha untuk menggambarkan pandangan Jaspers terhadap konsep ketuhanan dalam kebebasan eksistensial manusia. Untuk mengkaji lebih jauh pemikiran Jaspers, metode yang penulis gunakan adalah library research dengan pendekatan analisis-holistik. Hasil dari artikel ini adalah Jaspers telah menggambarkan adanya kebebasan sebagai eksistensi manusia, dan merupakan kemampuan manusia untuk memutuskan dengan bebas. Adanya kebebasan yang dihayati akan mempertemukan eksistensi dengan transendensi, bagaimana manusia dalam situasi konkret dapat menjangkau transendensi melalui eksplorasinya terhadap chiffer sebagai medium menuju transendensi. Sehingga keyakinan Jaspers akan adanya transendensi yang senantiasa melingkupi merupakan kenyataan dalam kehidupan manusia secara otentik.Abstract:The important aspect that is studied in this article is the level of freedom which is the pressure point for existentialists in the effort to enlighten existence, which only can be achieved in relation to transcendence. So, Karl Theodor Jaspers sees that two focus issues are existence and transcendence, that existence means dealing with transcendence. Transcendence hides itself, therefore transcendence is the basis of human freedom. The purpose of this article is to attempt to describe Jaspers’ view of the concept of divinity in human existential freedom. To further examine Jaspers’ thoughts, the method that the author uses is library research with an analytic-holistic content approach. The result of this article is that Jaspers has described there is freedom as human existence, and this is the human's ability to decide independently. There is a freedom that is lived that will bring together existence with transcendence, how humans are in a concrete situation can reach transcendence. Through their exploration of Chiffer as a medium toward transcendence. So that Jaspers’ belief in the existence of transcendence that always surrounds is an authentic reality in human life.
RESEPSI ESTETIS: SENI BACA AL-QUR’AN DALAM ACARA PERNIKAHAN Silfi Mahfudhiyah; Adrika Fithrotul Aini
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 6 NO. 2 DECEMBER 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.23435

Abstract

The tradition of wedding receptions created a new tradition in the art of reading the Qur'an. The Qur'an is recited at weddings with different rhythms. This difference is important to study. The purpose of the study was to determine the type of rhythm of the song recited by the qori at the wedding, the correlation between the theme of the wedding, the meaning of the verses of the Qur'an, and the rhythm of the recitation, as well as the response of the reciter and mustamik in the event. This research is qualitative research using field research for two months. The theory of ethnomusicology becomes a reference for the answers to the existing questions. The rhythm of the song at the wedding: ijᾱz, Rast, Sikᾱ,Nahᾱwand, Bayyᾱtī with various variations. The theme of the wedding ceremony focuses on verses that are following the meaning of the verses of the Qur'an about marriage, and the meaning of the verses of the Qur'an affect the reciter in reciting the verses of the Qur'an. The reception of the reciter is taḥadduṡ bi al-ni'mah through tawassul to the recitation teacher in the hope of obtaining blessings in reading the Qur'an. The mustamik reception of the reciter in marriage are different, listening and perceiving the meaning; listening to the rhythm and imitating readings; indifferent.
IBARAT DURI DI TELAPAK KAKI “GERAKAN HIJRAH” DAN KEKERASAN BAGI KAUM PEREMPUAN Trie Yunita Sari; Lies Marcoes
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 2 DECEMBER 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i2.24318

Abstract

Abstrak:Dalam beberapa tahun terakhir, muncul suatu gelombang gerakan keislaman kontemporer yang mengusung dakwah berhijrah. Gerakan hijrah ini tdumbuh subur seiring kecanggihan media sosial dalam mengamplifikasi konten dakwah dengan gaya pop culture.  Para sarjana ilmu sosial menilai fenomena ini tidak lepas dari kondisi global yang terjadi di banyak tempat seperti komodifikasi agama, kebangkitan konservatisme, hingga neo-radikalisme. Sorotan terhadap kondisi dan ketegangan isu-isu makro sebagai konteks yang melatarbelakangi gerakan hijrah meluputkan pembahasan mengenai praktik kekerasan yang secara nyata berlangsung dan mengancam keamanan perempuan. Dengan menggunakan pendekatan analisis gender, penulis mengelaborasi berbagai ancaman kekerasan terhadap perempuan termuat dalam berbagai konten dakwah oleh salah satu gerakan hijrah yang memiliki puluhan ribu anggota, yaitu gerakan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP). Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara, dan analisis konten sejak tahun April 2018 hingga Mei 2020. Sebagai penutup, penulis memberikan rekomendasi bagaimana peran otoritas keagamaan termasuk ulama perempuan dalam merespons fenomena kekerasan gender mengusung tema hijrah. Abstract:In recent years, plenty of scholarly works have denoted the raise of Islamic hijrah movements in Indonesia. These hijrah movements emerge massively using the advance of social media that facilitate the amplification of their da’wa content through popular culture trends. Few scholars have seen this phenomenon as tangled with the global context that happens in many countries e.g., religious commodification, conservative turn, and neo-radicalism. The sole focus on macro issues as the context behind the emergence of the hijrah movement implies the lack of attention to the human security threat that might be found in their activism. By using a gender analysis approach, I analyzed dozens of da’wa content by a hijrah movement named Indonesia without Dating, which is fraught with violent practices against women. The data in this study is obtained from April 2018 to May 2020 through field research, interview, and content analysis. This article also provides recommendations to the religious authorities including female clerics in responding to the threat against women using the hijrah campaign.
POSTRUKTURALISME HIJAB: STUDI KEBERAGAMAAN MUSLIM KONTEMPORER DI INDONESIA Rizky Yazid Yazid; Tien Rohmatin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 6 NO. 2 DECEMBER 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.24256

Abstract

Penelitian ini merefleksikan fenomena keberagamaan mengenai ragam signifikansi para pengguna hijab yaitu antara kelompok yang mengutamakan fesyen dengan kelompok yang meminimalkan fesyen sebagai dimensi etis. Permasalahan pada penelitian ini yaitu kritik atas perilaku kedua kelompok tersebut sebagai bagian dari ekspresi keberagamaan semata. Untuk merumuskan persoalan tersebut, penelitian menggunakan metode semiotika postrukturalisme Barthes untuk memotret dan memaknai penggunaan hijab sebagai tanda serta ekspresi beragama. Adapun temuan dari penelitian ini adalah ekspresi berhijab sebagai bagian dari ketaatan etisberagama yang multimakna yaitu makna etis formal estetis dan makna etis formal estetis minimalis. Kedua tipologi tersebut sama-sama mengimajikan ekspresi berhijab sebagai hal yang sama yaitu bentuk ketaatan. Dengan kata lain, kedua ragam dari ekspresi berhijab tersebut merupakan bagian dari religiusitas imajiner.
STRATEGI PREVENSI PAHAM RADIKAL DI MEDIA SOSIAL Wasil Wasil; Abd. Rasyid
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 2 DECEMBER 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i2.27017

Abstract

Abstrak:Artikel ini menganalisis penyemaian paham radikal di media sosial serta strategi untuk mencegahnya. Metode yang digunakan untuk mencari jawaban atas persoalan radikal ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Umumnya, paham radikal di media sosial tersebar melalui platform-platform media sosial dan budaya populer, seperti Website, YouTube, Instagram, Majalah dan Telegram dengan sasaran utama kaum middle class dan anak muda yang telat mengalami pubertas religius. Artikel ini berusaha mencari jawaban preventif dalam upaya mencegah paham-paham radikal yang tersebar di media sosial. Hasilnya, strategi prevensi itu dapat efektif dengan menggunakan tiga cara. Pertama, penggunaan platform media yang sama. Kedua, pengembangan kreasi konten-konten media sosial dan budaya populer yang lebih masif. Ketiga, pemberdayaan dai-dai milenial yang melek teknologi.Abstract:This article tries to analyze the progress of radicalism on social media and strategies to prevent it. To find the answers to radical problems, this article used a qualitative-descriptive method. Generally, radical ideas in social media are spread through social media platforms and popular cultures, such as Websites, YouTube, Instagram, Magazines, and Telegrams with the main targets being the middle class and young people who are experiencing religious puberty late. This article tries to find preventive answers in an effort to prevent radical ideas from spreading on social media. As a result, the prevention strategy can be effective in three ways. First, the use of the same media platform. Second, the development of more massive social media and pop culture content creations. Third, empowering millennial preachers who are technology literate.
DOA PERNIKAHAN “MENGHIMPUN YANG TERSERAK” DALAM WEDDING INVITATION: ASAL-USULNYA DALAM KITAB HADIS SUNNI, SYIAH DAN KONTESTASI IDEOLOGI Muhamad Khoirul Huda; Misbahuddin Misbahuddin; Miqdad al-Farizi
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 2 DECEMBER 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i2.28096

Abstract

Abstrak:Artikel ini berusaha melacak asal-usul terjemahan doa Nabi Muhammad yang diklaim pernah dibacakan pada pernikahan Ali dan Fatimah yang menggunakan redaksi “menghimpun yang terserak”. Doa ini populer di kalangan pelaku industri kartu undangan pernikahan. Klaim doa itu terhubung dengan Nabi, Ali dan Fatimah mendorong sebagian pihak menyimpulkan dan menstigmatisasi bahwa doa tersebut berasal dari kaum Syiah. Dengan melakukan penelusuran dan komparasi literatur hadis Sunni dan Syiah, sejauh yang dapat diakses, ditemukan bahwa terjemahan doa pernikahan populer itu memiliki unsur kesamaan dengan redaksi yang dimuat dalam kedua literatur Sunni maupun Syiah. Namun, ada pula detail yang berbeda antara doa yang populer di masyarakat dengan doa yang termuat dalam kedua korpus literatur. Terutama terkait detail manfaat dan bentuk berkah keturunan. Detail tersebut merupakan tambahan di luar hadis (tafsiran). Doa tersebut sejatinya boleh saja diamalkan. Tetapi, penisbatan pada Nabi saw. akan bermasalah jika ditinjau dari sudut pandang Ilmu Hadis. Dari sudut pandang konteks sosiologis, stigmatisasi terhadap doa “menghimpun yang terserak” tumbuh bersamaan dengan kemunculan gerakan anti-Syiah di Indonesia pada satu dekade terakhir sebagai akibat Arab Spring di Timur Tengah.Abstract:This article attempts to trace the origins of the translation of the Prophet Muhammad's prayer which is claimed to have been recited at Ali and Fatimah's wedding using the phrase "Gathering the scattered". This prayer is popular among the wedding invitation card industry players. The claim that the prayer is connected to the Prophet, Ali and Fatimah has prompted some to conclude and stigmatize that the prayer originates from the Shiites. By conducting a search and comparison of Sunni and Shia hadith literature, as far as is accessible, it is found that the translation of the popular wedding prayer has elements in common with the editorials contained in both Sunni and Shia literature. However, different details between prayers are popular in the community and prayers that are contained in both corpora of literature. Especially regarding the details of the benefits and forms of hereditary blessings. These details are additions outside the hadith (interpretation). This prayer can be practiced. However, attribution to the Prophet saw. will be problematic if viewed from the point of view of Hadith Science. From the point of view of the sociological context, the stigmatization of the prayer "Gathering the scattered" has grown together with the emergence of the anti-Shi'a movement in Indonesia in the last decade as a result of the Arab Spring in the Middle East.
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA (DALAM PENDEKATAN TAFSIR MAQHASIDI) Istianah Istianah; Laili Noor Azizah
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 2 DECEMBER 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i2.25012

Abstract

Abstrak: Artikel ini membahas tentang kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dengan pendekatan tafsir maqaṣidi. Rumah tangga seharusnya menjadi tempat untuk membina keluarga dengan saling mengasihi dan menyayangi. Namun faktanya ada perilaku kekerasan dan kerap tidak terdeteksi karena berada di ruang yang tertutup. Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga ibarat gunung es, yang kasusnya setiap tahun semakin bertambah. Riset ini menggunakan studi literatur dengan mengkaji dan menelaah teks al-Qur’an yang berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan. Pendekatan yang digunakan adalah tafsir maqaṣidi dengan mencoba menggali dari maksud dan tujuan di balik teks tersebut. Hasil temuannya memperlihatkan pandangan yang solid, dimana di dalam pendekatan tafsir maqaṣidi terdapat aspek-aspek maqaṣid tentang kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan dapat menghalangi terjaganya agama (hifẓ al-din). Kekerasan terhadap perempuan juga merupakan ancaman bagi terselamatkannya jiwa (hifẓ al-nafs). Kekerasan terhadap perempuan juga akan menghalangi terjaganya keturunan (hifẓ al-nasl). Ketiga aspek tersebut memiliki tujuan yaitu agar suami tidak sewenang-wenangnya bersikap terhadap istri dan terjaganya keutuhan rumah tangga di hadapan Allah Swt.Abstract: This article discusses violence against women in the household with a maqaṣidi interpretation approach. Home should be a place to raise a family by loving and caring for each other. But in fact there is violent behavior and often goes undetected because it is in a closed room. Violence against women in the household is like an iceberg, the cases of which are increasing every year. This research uses a literature study by examining and examining the text of the Qur'an related to violence against women. The approach used is maqaṣidi interpretation by trying to explore the intent and purpose behind the text. The findings show a solid view, where in the maqaṣidi interpretation approach there are maqaṣid aspects of domestic violence. Violence and persecution carried out can hinder the preservation of religion (hifẓ al-din). Violence against women is also a threat to saving lives (hifẓ al-nafs). Violence against women will also hinder the preservation of offspring (hifẓ al-nasl). These three aspects have a goal, namely so that the husband does not act arbitrarily towards his wife and maintains the integrity of the household before Allah Swt.
FRAMEWORK PENAFSIRAN AYAT-AYAT ASTRONOMI Ryan Arief Rahman; Imdad Fahmi Azizi; muhammad sofian hidayat; Rahmat Ardi Nur Rifa Da'i
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 8 NO. 1 JUNE 2022
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v8i1.29181

Abstract

Kemajuan ilmu pengetahauan turut mempengaruhi perkembangan penafsiran Al-Qur’an. Namun hal ini memunculkan dilematis dimana begitu mudahnya ilmuwan muslim menafsirkan Al-Quran dari sudut pandangnya terkhusus tentang astronomi. Hal ini yang kemudian perlu dijelaskan bahwa penafsiran Al-Quran memiliki syarat dan ketentuan dalam tafsir terutama tentang ayat-ayat astronomi. Artikel ini mencoba menguraikan frame work penafsiran ayat-ayat astronomi dengan menggunakan penelitian kepustakaan atau library research dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis. Ditemukan bahwa penafsiran ayat astronomi di dalam Al-Quran harus berangkat dari penafsiran ma’thur. Terutama yang berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern harus memperhatikan bahwa sebuah penafsiran harus berangkat dari penafsiran secara ma’thur (naqly), kemudian penafsiran (penakwilan) secara ijtihadi (‘aqly).

Page 10 of 12 | Total Record : 111