cover
Contact Name
Nurindah
Contact Email
buletintas@gmail.com
Phone
+628123101407
Journal Mail Official
buletintas@gmail.com
Editorial Address
Balittas Jl. Raya Karangploso KM-4 Malang Indonesia
Location
Kab. malang,
Jawa timur
INDONESIA
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri
ISSN : 20856717     EISSN : 24068853     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri merupakan jurnal ilmiah nasional yang dikelola oleh Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk menerbitkan hasil penelitian dan pengembangan, serta tinjauan (review) tanaman pemanis, serat buah, serat batang/daun, tembakau, dan minyak industri, dengan bidang ilmu pemuliaan tanaman, plasma nutfah, perbenihan, ekofisiologi tanaman, entomologi, fitopatologi, teknologi pengolahan hasil, mekanisasi, dan sosial ekonomi. Buletin ini membuka kesempatan kepada para peneliti, pengajar perguruan tinggi, dan praktisi untuk mempublikasikan hasil penelitian dan reviewnya. Makalah harus dipersiapkan dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan penulisan yang disajikan pada setiap nomor penerbitan atau di http://balittas.litbang.pertanian.go.id. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober, satu volume terdiri atas 2 nomor.
Articles 131 Documents
Potensi dan Peluang Biji Jarak Pagar untuk Substitusi Bahan Bakar Kompor Masak Skala Rumah Tanggadi Pedesaan Hastono, Abi Dwi
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 6, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v6n1.2014.50-58

Abstract

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman yang diprogramkan sebagai salah satu penghasil sum-ber energi baru dan terbarukan. Pemanfaatan biji jarak pagar sebagai sumber energi di pedesaan Indonesia belum banyak dipublikasikan.  Tulisan tinjauan ini bertujuan untuk membahas potensi biji jarak pagar yang sudah ada di pedesaan untuk bahan bakar kompor masak skala rumah tangga sebagai substitusi minyak ta-nah dan LPG. Kompor berbahan bakar biji jarak pagar hasil perekayasaan Balittas berpeluang besar untuk diaplikasikan guna memenuhi kebutuhan memasak skala rumah tangga di pedesaan.  Penyediaan biji jarak pagar sebagai bahan bakar kompor dapat diperoleh dengan mengusahakan tanaman jarak pagar yang sudah ada supaya berproduksi sesuai dengan kebutuhan, atau menanam lagi sesuai dengan program pengembang-an komoditas ini. Peningkatan produksi biji jarak pagar tersebut dapat dicapai melalui penerapan sistem budi daya yang tepat.  Penggunaan kompor berbahan bakar biji jarak pagar dengan kapasitas 600 g, konsumsi bahan bakar sebanyak 300 gram biji jarak per jam menghasilkan nyala api di dalam kompor sekitar 420oC dapat menyubstitusi penggunaan LPG sebesar 20% atau mengganti penggunaan kayu bakar sebesar35% untuk kebutuhan memasak skala rumah tangga. Physic nut (Jatropha curcas L.) has been recommendedas one of a new and renewable energy source. Uti-lization of physic nut seeds as an energy source in Indonesian villages has not been intensively published.  This review is aimed to discuss a possibility of the utilization of existed jatropha seeds existing in some vi-llages for household stove as a substitute for kerosene or LPG.  The stove using jatropha seed was designed by Balittas and prospective to be applied to fulfill the cooking need at household level in the village. The seed supply could be obtained from the existing jatropha plants by applying cultural practices to get the seed pro-duction as much as needed for cooking.  The use of jatropha seed stove (capacity 600 g; consumption 300 g/h, heat production around 420oC would substitute or replace the use of LPG and/or fire woods the villagers usually used by 20% and 35%, respectively.
Efektivitas Aplikasi Pupuk Majemuk NPK Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Tebu Diana, Nunik Eka; Sujak, Sujak; Djumali, Djumali
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 9, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v9n2.2017.43-52

Abstract

Peningkatan produktivitas tebu diantaranya dapat dilakukan dengan pemupukan yang tepat. Penggunaan pupuk majemuk masih belum banyak digunakan pada tanaman tebu. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pupuk majemuk NPK terhadap produktivitas tebu dan pendapatan petani dilakukan di Desa Pakiskembar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang pada November 2014 sampai dengan Oktober 2015. Efektivitas aplikasi pupuk majemuk (PM) dilakukan dengan menguji tujuh dosis pupuk yakni (1) PM 1 (100 N + 50 P2O5 + 60 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (40 N) kg/ha, (2) PM 2 (120 N + 60 P2O5 + 72 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (40 N) kg/ha, (3) PM 3(140 N + 70 P2O5 + 84 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (40 N) kg/ha, (4) PM 4 (100 N + 50 P2O5 + 60 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (60 N) kg/ha, (5) PM 5 (120 N + 60 P2O5 + 72 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (60 N) kg/ha, (6) PM 6 (140 N + 70 P2O5 + 84 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (60 N) kg/ha, dan (7) PM 7 (80 N + 40 P2O5 + 48 K2O) + pupuk tunggal (100 N) kg/ha, (8) PM 8 (60 N + 60 P2O5 + 60 K2O) + Pupuk tunggal 120 N kg/ha (pembanding) dan (9) tanpa dipupuk (kontrol).  Pengujian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan diulang empat kali. Pengamatan dilakukan pada parameter pertumbuhan dan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis pupuk majemuk (140 N + 70 P2O5 + 84 K2O) kg/ha + pupuk tunggal (60 N) kg/ha menghasilkan efektivitas agronomis relatif (RAE) 144,27%, pendapatan bersih Rp.66.720.000,-/ha, nilai R/C ratio 1,84, dan peningkatan produktivitas tebu 36% lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi dosis pupuk pembanding.Effectivity of compound fertilizer application on sugarcane productivity andfarmer’sIncreased productivity of sugarcane can be done through balanced fertilization. In this case, the usage of compound fertilizers is still not use widely on sugarcane crops. The research aims to evaluate the effectiveness of compound fertilizer N20P10K12 on sugarcane productivity and farmer’s income. The research was done in Pakiskembar; subdistrict Pakis, Malang in November 2014 to October 2015. Seven doses of N20P10K12 fertilizers namely (1) 100 N + 50 P + 60 K +40 N single fertilizer kg/ha, (2) 120 N + 60 P + 72 K + 40 N single fertilizer kg/ha, (3) 140 N + 70 P + 84 K + 40 N single fertilizer kg/ha, (4) 100 N + 50 P + 60 K + 60 N single fertilizer kg/ha, (5) 120 N + 60 P + 72 K + 60 N single fertilizer kg/ha, (6) 140 N + 70 P + 84 K + 60 N single fertilizer kg/ha, dan (7) 80 N + 40 P + 48 K + 100 N single fertilizer kg/ha, (8) 60 N + 60 P + 60 K + 120 N single fertilizer kg/ha (a standard fertilizer application) and control (without fertilization) arranged in a randomized block design and replicated four times. Observations were made on parameters of growth and productivity. The results showed that the fertilizer application with dose 140 N + 70 P + 84 K (compound fertilizer) + 60 N single fertilizer kg/ha gave reltive agronomic effectiveness (RAE) 144.27%, net income Rp. 66.72 million/ha, R/C 1.84, and increased productivity of sugarcane 36% higher than that of standard fertilizer application.
Pengaruh Waktu Inokulasi dan Jumlah Inokulum Terhadap Patogenisitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau Hidayah, Nurul; Yulianti, Titiek
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.432 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v2n2.2010.75-80

Abstract

Waktu inokulasi yang tepat serta jumlah inokulum yang digunakan merupakan salah satu faktor yang me-nentukan keberhasilan inokulasi buatan yang lazim dilakukan dalam pengujian ketahanan suatu varietas ter-hadap patogen tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu inokulasi dan jumlah inokulum Phytophthora nicotianae yang paling efektif untuk dapat menimbulkan gejala penyakit lanas pada bibit tembakau. Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kasa Fitopatologi Balittas, Malang pada bulan Juli Oktober 2006. Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu umur bibit saat inokulasi (faktor I), terdiri dari tiga tingkat yaitu: 1) bibit berumur 5 minggu setelah se-mai (mss), 2) bibit berumur 6 mss dan 3) bibit berumur 7 mss dan jumlah inokulum (faktor II), terdiri dari 4 tingkat yaitu: 1) tanpa inokulum (kontrol), 2) 1.3502.400 zoospora/bibit, 2) 2.7004.800 zoospora/bibit, dan 4) 5.4009.600 zoospora/bibit. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan dilaku-kan pada masa inkubasi dan kejadian penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit dipengaruhi oleh umur bibit saat inokulasi. Bibit yang lebih muda mempunyai masa inkubasi lebih cepat yak-ni 4,5 hari dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Kejadian penyakit tertinggi yaitu sebesar 56,9% terjadi pada saat bibit diinokulasi berumur 5 mss dengan jumlah inokulum 1.3502.400 zoospora/bibit. Suitable time of inoculation and inoculum density are factors to determine the success of artificial inoculation to evaluate of resistant level of plant variety to pathogen. The aim of this research was to study the appro-priate time of inoculation and inoculum density of Phytophthora nicotianae, the causal agent of black shank and damping off on tobacco seedling. The research was conducted in Phytopathology laboratory and screen house of IToFCRI Malang from July-October 2006. This research was arranged in complete randomized de-sign which consisted two factors and three replicates. The first factor was comprised of three times of ino-culation, and the second was the density of P. nicotianae inoculum. The parameters observed were incuba-tion period and disease incidence. The result showed that the incubation period was affected by the age of seedling when it was inoculated. The younger seedling was more susceptible than the older one. The high disease incidence (56.9%) was reached when the seedling five weeks old and inoculated by inoculum con-tained of 1,3502,400 zoospores/seedling.
Tanaman Perangkap untuk Pengendalian Serangga Hama Tembakau Nurindah, .; Sunarto, Dwi Adi; Sujak, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 1, No 2 (2009): Oktober 2009
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.56 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v1n2.2009.55-68

Abstract

Pengelolaan serangga hama dalam good agricultural practices (GAP) menerapkan cara-cara memproduksi tanaman yang berkualitas dengan menggunakan metode-metode pengelolaan serangga hama yang dapat meningkatkan keragaman genetik, keanekaragaman hayati dan habitatnya, serta terhadap struktur sosial dan komunitas pedesaan. Strategi ‘tolak-tarik’ (‘push-pull’ strategy) merupakan salah satu teknik pengenda-lian hama yang berprinsip pada komponen pengendalian non-toksik, sehingga dapat diintegrasikan dengan metode-metode lain yang dapat menekan perkembangan populasi hama dengan meningkatkan peran mu-suh alami pada pertanaman. Penelitian tanaman perangkap untuk pengendalian serangga tanaman temba-kau cerutu besuki dilaksanakan di Desa Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember pada bulan Agustus–De-sember 2008. Pada penelitian ini digunakan tanaman jarak kepyar, sorgum, dan kacang hijau sebagai ta-naman penarik yang ditanam secara berlajur sebanyak satu atau dua baris di antara delapan baris tanaman tembakau. Sebagai pembanding adalah tanaman tembakau monokultur dengan penyemprotan insektisida secara berjadwal setiap empat hari sejak 10–50 HST dan petak kontrol, yaitu tanaman monokultur tanpa pe-ngendalian hama sama sekali. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok dengan lima perlakuan yang diulang lima kali. Penelitian ini bertujuan untuk memilih tanaman perangkap yang dapat digunakan da-lam program pengendalian hama cerutu besuki secara terpadu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanam-an jarak kepyar, sorgum, dan kacang hijau dapat digunakan sebagai tanaman perangkap, sehingga populasi hama pada tembakau dapat ditekan hingga 50% dan diperoleh produksi daun basah (8,62–9,17 ton/ha vs 8,42 ton/ha) dan kerosok (1,01–1,07 ton/ha vs 0,96 ton/ha) dengan mutu yang lebih baik dibandingkan kontrol (indeks mutu: 62,5–64,4 vs 62,1). Penggunaan kacang hijau memberikan produksi kerosok dengan mutu baik tertinggi, sehingga memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lain. Pe-nyemprotan insektisida secara berjadwal untuk mengendalikan serangga hama tembakau cerutu besuki na-oogst merupakan tindakan pengendalian yang tidak efektif dan juga tidak efisien, karena sasaran serangga hama tidak tepat, sehingga terjadi pemborosan biaya input. Pest management in good agricultural practices concept use methods of qualified crop production processes with considering increasing genetic diversity, biodiversity and its habitat as well as social structure and village community. Push-and-pull strategy is a pest control method with a non-toxic method principal so that it can be integrated with other methods to suppress pest population and increase natural enemies’ populationin the ecosystems. Research on trap crops used for controlling insect pests on besuki-cigar tobaccowas conducted on besuki-cigar tobacco fields planted after rice (na-oogst) in Jember on August–December2008. In this research activity we used castor, sorghum, and mungbean as trap crops, each was intercroppedin one or two rows between eight rows of tobacco plants. We used monoculture tobacco plants withscheduled sprays of chemical insecticide, i.e. 4 days-spray interval on 10–50 days after planting and controlplots without any insect pest control for comparison with the use of trap crops. The research was arrangedin randomized block design with five treatments and five replicates. The aim of the research is to choose asuitable trap crop used in pest management of besuki cigar tobacco. The results showed that castor, sorghum,and mungbean could be use as trap crops to suppress insect pests population up to 25% on tobaccoplants and would give leaf production (1.01–1.07 ton/ha vs 0,96 ton cured leaves/ha) with a better quality(quality index: 62.5–64.4 vs 62.1) than those of control. Mungbean is the best trap crop as it gives a highestleaf production with a better quality, so that gives a better income than those of other treatments. Scheduledchemical insecticide sprays to control insect pest on na-oogst-besuki cigar tobacco was not either effectiveor efficient, because the target pest was not right, so that causing a wasteful input cost.
Tingkat Ketahanan 70 aksesi Plasma Nutfah Kenaf terhadap Fusarium oxysporum Schletch Supriyono, .; Yulianti, Titiek
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 8, No 2 (2016): Oktober 2016
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.401 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v8n2.2016.65-73

Abstract

Salah satu penyakit penting yang sangat merugikan tanaman kenaf adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum Schlecht. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat ketahanan aksesi kenaf terhadap jamur Fusarium oxysporum. Penelitian dilakukan di laboratorium dan rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, Malang menggunakan rancangan acak lengkap) yang diulang tiga kali. Dalam evaluasi ini digunakan 70 aksesi dan 1 aksesi tahan (BG-52-135) yang digunakan sebagai kontrol. Inokulasi dilakukan pada 7 hari setelah tanam (HST) menggunakan suspensi spora dengan kerapatan105/ml sebanyak 100 ml setiap bak. Pengamatan intensitas serangan dilakukan mulai 10–40 hari setelah inokulasi (HSI) dengan interval pengamatan lima hari. Pengamatan persentase diskolorisasi batang dilakukan sekali pada 50 HSI. Hasil pengujian memperoleh 1 aksesi (FJ/017) sangat tahan dengan intensitas serangan terrendah (0,83%) dan 14 aksesi tahan dengan intensitas serangan <10%, 28 aksesi dengan ketahanan moderat, dan 27 aksesi yang rentan terhadap infeksi F. oxysporum. Aksesisi FJ/017 (aksesi yang sangat tahan) dan 14 aksesi yang tahan: 1064(SUC/012), 1061(SRB/082), 1035(FJ/005), 839(PARC/2709), 955(FJ/003), 842(PARC/2712), 1095(SUC/003), 838(PARC/2708), 957(FJ/ 007), 1065(SUC/023), 1042(CHN/056), 145(BL/118), 1036(FJ/006), dan 778(PARC/2466) dapat digunakan sebagai sumber ketahanan pada perakitan varietas baru. One of the important disease that very detrimental to kenaf is Fusarium wilt caused by Fusarium oxysporum Schlecht. The purpose of this study was to evaluate the response of 70 kenaf germplasms accessions against F. oxysporum. The study was conducted at the Phytopatology Laboratory and screen house of Indonesian Sweetener and Fiber Crops Research Institute, Malang using completely randomized design with three replicates.  Seventy accessions and one resistant accession as control (1267 (BG-52-135) were used in this study.  Inoculation of Fusarium was done 7 days after sowing (das) by sprinkling 100 ml of spore suspension into the soil.  Observation of disease intensity started at 10–40 days after inoculation (dai) and repeated every five days.  Percentage of stalk discolorization was estimated at 50 dai.  The results showed that accession 1040 (FJ/017) had the lowest disease intensity (0.83%), hence was categorized as a highly resitant accession. Fourteen accessions were categorized as resistant with disease intensity below or equal to 10%; 28 accessions were moderate resistant; and 27 accessions were susceptible.  FJ/017 (the highset resistant accession) and 14 resis-tant accessions (1064(SUC/012), 1061(SRB/082), 1035(FJ/005), 839(PARC/2709), 955(FJ/003), 842(PARC/ 2712), 1095(SUC/003), 838PARC/2708), 957(FJ/007), 1065(SUC/023), 1042(CHN/056), 145(BL/118), 1036 (FJ/006), dan 778(PARC/2466)) could be used as resistant  genetic sources  in developing new varieties.
Efektifitas Dolomit Dalam Mempertahankan pH Tanah Inceptisol Perkebunan Tebu Blimbing Djatiroto Basuki, Basuki; Sari, Vega Kartika
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 11, No 2 (2019): OKTOBER 2019
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.792 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v11n2.2019.58-64

Abstract

Produktivitas tebu dipengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik salah satunya adalah pH tanah yang dipengaruhi oleh bahan induk tanah, dan pupuk. Penggunaan pupuk anorganik secara terusmenerus menurunkan pH tanah. Penggunaan amelioran seperti dolomit dan kapur pertanian (kaptan) dapat menjadi solusi untuk meningkatkan pH tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dolomit terhadap pH tanah inceptisol di perkebunan tebu. Penelitian menggunakan metode observasi dan eksperimen. Eksperimen dengan perlakuan: A. 160 kg N/ha + 72 kg P2O5 /ha + 60 kg K2O/ha; B. 160 kg N/ha + 72 kg P2O5 /ha + 60 kg K2O/ha+ kaptan 2.000 kg/ha; dan C. 160 kg N/ha +72 kg P2O5 /ha + 60 kg K2O/ha+ dolomit 2.000 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengunaan dolomit dengan dosis 2.000 kg/ha lebih efektif mempertahankan pH tanah dibandingkan kaptan. Dolomit mempertahankan pH tanah hingga 17 bulan setelah aplikasi. Nilai pH 17 bulan setelah aplikasi dolomite adalah 6,64; sedangkan pada perlakuan kaptan memiliki pH tanah 5,56. Reaksi dolomit di tanah dalam mempertahankan pH tanah adalah 1, 26 kali lebih efektif dibandingkan kaptanThe Effectiveness of Dolomite in Maintaining Inceptisol Soil pH of Blimbing Sugarcane Plantation in DjatirotoSugarcane productivity is influenced by the biotic and abiotic environment. One of the abiotic environments is soil pH. Soil pH is influenced by soil parent material, and fertilizer. The use of inorganic fertilizers continuously reduces soil pH. The use of ameliorants such as the use of dolomite and agricultural lime can be a solution. This study aims to determine the effectiveness of dolomite on the soil pH of inceptisol soil Sugar Cane Plantation. The research method uses observation and experimental methods. Experiments with treatment included A. 160 kg nitrogen / hectare + 72 kg P2O5 / hectare + 60 kg K2O / hectare; B. 160 kg nitrogen / hectare + 72 kg P2O5/ hectare + 60 kg K2O / hectare + 2,000 kg agricultural lime / hectare; C. 160 kg nitrogen / hectare + 72 kg P2O5 / hectare + 60 kg K2O / hectare + dolomite 20 quintal / hectare. The results showed the use of dolomite at a dose of 2,000 kg / hectare was more effective in maintaining soil pH compared to agricultural lime. Dolomite maintains soil pH for up to 17 months after application. The pH value, the dolomite treatment was 6.64, while the agricultural lime soil pH treatment was 5.56. Dolomite reaction in the soil in maintaining soil pH of 1.26 times agricultural lime.
Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Kapas Ramah Lingkungan Sunarto, Dwi Adi; Murdiyati, Anastasia Siti; Nurindah, .
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 3, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.922 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v3n1.2011.38-47

Abstract

Penerapan komponen teknologi pengendalian hama ramah lingkungan dilaksanakan di daerah pengembang-an kapas di Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah di lahan petani seluas ± 5 hektar yang dimiliki oleh 20 petani pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2009. Komponen teknologi pengendalian hama ra-mah lingkungan diharapkan menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah serangga hama pada tanam-an kapas dan dapat diterima oleh petani. Pengendalian serangga hama kapas yang diterapkan adalah pengen-dalian serangga hama ramah lingkungan dengan komponen pengendalian yang terdiri atas seed treatment dengan insektisida imidakloprit dan penyemprotan insektisida botani ekstrak biji mimba berdasarkan ambang kendali yang mempertimbangkan keberadaan musuh alami dibandingkan dengan pengendalian serangga ha-ma konvensional (pengendalian hama menggunakan insektisida kimiawi sintetis seperti yang biasa diterap-kan oleh petani). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan komponen teknologi pengendalian hama ra-mah lingkungan yang terdiri atas seed treatment, insektisida botani ekstrak biji mimba, dan ambang kendali dengan mempertimbangkan keberadaan musuh alami, terbukti dapat menekan populasi serangga hama ka-pas selalu di bawah batas ambang kendali dan tidak berbeda dengan pengendalian hama secara konvensio-nal. Pengendalian hama ramah lingkungan lebih aman terhadap musuh alami dengan pendapatan usaha tani kapas Rp621.250,00 lebih tinggi dibanding pengendalian hama secara konvensional. Teknologi pengendalian hama ramah lingkungan dapat diterima oleh petani, kecuali teknologi ambang kendali yang secara konsep da-pat diterima, tetapi petani masih enggan untuk melaksanakannya. Application of environmentally friendly pest control technology is expected to be the best solution to over-come insect pest problem on cotton crops and can be accepted by farmers. The research was conducted in the area of cotton development in Jati District, Blora Regency, Central Java on farmers' land area of 5 hectares owned by 20 farmers from March to October 2009. The applied treatments were: application of environmen-tally friendly pest insect control components, ie: seed treatment and botanical neem seed extracts insecticide sprayed based on an action threshold that considers the presence of natural enemies took in to account, compared with conventional pest control (pest control using synthetic chemical insecticides commonly used by the cotton farmers). The results showed that the application of environmentally friendly pest control tech-nology suppressed cotton insect pest population with no negative effect on natural enemies, and retained seed cotton production, increased the income of cotton farming as much as Rp621.250,00. Components of en-vironmentally friendly pest control technology can be accepted by cotton farmers, including the action thres-hold concept. However, the farmers were mind to implement the action threshold as it is too complicated for them.
Analisis Usaha Tani Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Hasil Peremajaan Supriyadi-Tirtosuprobo, Supriyadi-Tirtosuprobo; Riajaya, Prima Diarini
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 7, No 2 (2015): Oktober 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.544 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v7n2.2015.90-101

Abstract

Penelitian keragaan usaha tani jarak pagar hasil peremajaan dilakukan berdasarkan data yang terkumpul dari kegiatan peremajaan tanaman jarak pagar di Kebun Percobaan Asembagus, Situbondo, Jawa Timur tahun 2012–2013 yang bertujuan untuk mengetahui komponen dan besarnya biaya, tingkat produktivitas usaha tani jarak pagar, dan harga pokok produk hasil peremajaan tanaman jarak pagar. Perlakuan yang dicoba meliputi: sistem tanam ulang (paket A), sambung samping (paket B), dan pangkas (paket C). Pada perlakuan paket B dan C ditanami tanaman sela kacang tanah kemudian ditumpang gilir dengan Crotalaria juncea L. setelah kacang tanah dipanen. Data usaha tani terdiri atas penggunaan sarana produksi, tenaga kerja, dan produksi dikumpulkan selama penelitian berjalan. Analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dan usaha tani enterprise. Dalam tahun I paket A menyerap biaya relatif tinggi Rp23.580.000,00/ha dengan produksi biji 253,63 kg/ha menghasilkan harga pokok produk Rp92.970,00/kg. Total biaya ini berkurang pada paket B dan paket C menjadi Rp13.445.000,00/ha dan Rp11.005.000,00/ha dengan tingkat produktivitas 436,04 kg/ha dan 529,75 kg/ha dan menghasilkan harga pokok produk lebih rendah, masing-masing Rp12.120,00/kg dan Rp7.031,00/kg. Biaya produksi tahun II (2013) pada semua paket masing-masing turun 76%, 28%, dan 22%, diikuti menurunnya harga pokok produk menjadi Rp4.345,00/kg, Rp547,00/kg, dan Rp2.468,00/kg. Penanaman tanaman sela kacang tanah dalam perlakuan paket B dan paket C dapat membantu secara komplemen terhadap total biaya usaha tani. Selama dua tahun kegiatan, paket B secara konsisten berpotensi meningkatkan produktivitas, menurunkan harga pokok produk, dan efisiensi penggunaan biaya. Research on cost variability of physic nut rejuvenation was done based on data collected from physic nut re-juvenation in the Asembagus Experimental Station in, Situbondo, East Java during 2012–2013 to determine the components of production cost, productivity, and cost of product of physic nut rejuvenation. Three treat-ments of physic nut were tested, namely replanting system (package A), side grafting (package B), and pruning system (package C). Under physic nut stands on package B and C peanut crops were planted and relayed with Crotalaria after peanut harvest. Data collected were use of farm production components, labor, and production. Data were analysed using descriptive analyses and farming enterprise. Replanting system (package A) on physic nut absorbed the relatively high cost Rp23,580,000.00/ha with seed production 253,63 kg/ha resulted in product cost Rp92,970.00/kg. The total cost is reduced in package B and C to Rp13,445,000.00/ha and Rp11,005,000.00/ha with the seed productivity ware 436.04 kg/ha and 529.75 kg/ha, resulted in lower product cost Rp12,120.00/kg and Rp7,031.00/kg, respectively. The cost of production in the second year (2013) for all packages down 76%, 28%, and 22% respectively, followed by decline cost of products into Rp4,345.00/kg, Rp547.00/kg, and Rp2,468.00/kg respectively. Peanut crops under physic nut on package B and C over a period of year I and II resulted in farm receipts that can contribute and complement to the total cost of farming. During two years of activity, the package B consistently high potential to increase productivity, lower product cost, and efficiency of farming costs.
Pemanfaatan Rhizobakteria untuk Mengendalikan Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.) pada Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Wijayanti, Kristiana Sri
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 10, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.587 KB) | DOI: 10.21082/btsm.v10n2.2018.90-99

Abstract

Penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Infeksi yang parah dapat mengakibatkan gagal panen dan memicu terjadinya infeksi oleh patogen lain. Pada kenaf, infeksi nematoda yang parah dapat menimbulkan kematian dan penurunan produktifitas tanaman.  Aplikasi berlebihan bahan kimia dalam pengendalian penyakit puru akar dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan mengganggu ekosistem, karena residu kimia yang dihasilkan dapat mempengaruhi populasi mikroba lain.  Salah satu metode pengendalian yang dapat diaplikasikan adalah pemanfaatan rhizobakteria yang secara umum banyak terdapat pada rizosfer tanaman kenaf. Rhizobacteria memiliki kemampuan sebagai pengendali hayati. Beberapa mekanisme yang diterjadi dalam aplikasi rhizobakteria adalah mekanisme antagonisme dan ketahanan terimbas. Alternatif pengendalian yang dapat  dilakukan yaitu dengan cara pola tanam polikultur, pemanfaatan tanaman antagonis, teknik biofumigan, penggunaan ekstrak nabati serta aplikasi metabolit sekunder dari mikroba.Teknik pengendalian yang ramah lingkungan sangat perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan pertanian berkelanjutan.  Dalam tinjauan ini dibahas peran rhizobakteria dalam pengendalian nematoda Utilization of Rhizobacteria for Controlling Root-Knot Nematodes (Meloidogyne spp.) in Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)Root-knot nematode caused by Meloidogyne spp. is one of important diseases in kenaf (Hibiscus cannabinus L.). Severe infection resulting crop loss and causing synergy with other pathogens. In kenaf, severe nemathode infections can cause death and decrease the productivity of the plant. Nematicide applications caused environmental damage.   Negative impact of chemical nematicide can be reduced by using rhizobacteria. Application of nematicidal causing environmental damage and disrupt the ecosystem, effected microbial population and sustainable agriculture.  Environmentally-friendly-control methods are needed to secure of environment, so the negative impact of using mematicides can be suppressed by Rhizobateria.  Some mechanisme of rhizobacteria application are antagonism and resistance induction. Alternative control methodes can be done by polyculture planting system, utilization of antagonistic plant, biofumigan, using vegetable extracts and aplication of secondary metabolites  from microbes.  Environmentally friendly control techniques really need to be done in order to manifest sustainable agriculture. In this review we discuss the role of rhizobacteria to control  nematodes. 
Potensi Pemanfaatan Limbah Tebu sebagai Pakan Fermentasi Probiotik Khuluq, Ahmad Dhiaul
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 4, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.704 KB) | DOI: 10.21082/bultas.v4n1.2012.37-45

Abstract

Program swasembada gula 2014 memberikan dampak perluasan area pertanaman tebu. Pada tahun 2010 luas areal tebu telah mencapai 418.259 ha dengan produksi tebu nasional 34.218.549 ton, sehingga diha-silkan limbah daun tebu dan bagas sebanyak 16,7 juta ton yang sangat potensial untuk pakan ternak. Ino-vasi teknologi dibutuhkan dalam peningkatan kandungan nutrisi limbah tebu yang masih rendah. Pembuatan pakan fermentasi probiotik dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan nutrisi dan daya cerna pakan. De-gradasi senyawa organik dapat dilakukan dengan bantuan bakteri selulolitik, lignolitik, dan hemiselulolitik. Mikroba yang dapat dimanfaatkan dalam pakan fermentasi probiotik meliputi jamur (Aspergillus niger, Pha-nerochaete chrysosporium), khamir (Saccharomyces cerevisieae), dan bakteri (Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus).Sugar self-sufficiency programs in 2014 impact the extension of sugarcane planting area. In 2010, sugarcane area have reached 418,259 ha with a nation production of 34,218,549 tons of sugarcane, so that the result-ing waste sugarcane leaves and bagasse as many as 16.7 million tons with huge potential for livestock feed. Technological innovation is needed in improving the nutrition content of low sugarcane waste. Preparation of feed probiotics fermentation may be an alternative to improve the nutrients and digestibility of feed. Degra-dation of organic compounds can be done by cellulolytic, lignolitic, and hemicelulolitic bacteria. Microbes that can be utilized in feed probiotics fermentation include fungi (Aspergillus niger, Phanerochaete chrysospo-rium), yeast (Saccharomyces cerevisiae), and bacteria (Lactobacillus, Bifidobacterium, and Streptococcus).

Page 1 of 14 | Total Record : 131