cover
Contact Name
Titik Respati
Contact Email
jiks.unisba@gmail.com
Phone
081312135687
Journal Mail Official
jiks.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
ISSN : "_"     EISSN : 26568438     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) adalah jurnal yang memublikasikan artikel ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit setiap 6 (enam) bulan. Artikel berupa penelitian asli, laporan kasus, studi kasus, dan kajian pustaka yang perlu disebarluaskan dan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) ini merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) selain Global Medical & Health Communication yang telah bereputasi nasional dan internasional.
Articles 170 Documents
Determinan Kesehatan dalam Perspektif Islam: Studi Pendahuluan Eka Nurhayati; Susan Fitriyana
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5865

Abstract

Ajaran Islam meyakini bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan anugerah kedua terbesar dari Allah setelah keimanan. Dalam upaya menjaga kesehatan, dibutuhkan keseimbangan antara berbagai determinan kesehatan yang merupakan perpaduan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesehatan baik individu maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan determinan kesehatan dalam perspektif Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif etnografis yang dilakukan di Kota Bandung. Pengambilan data dilakukan pada bulan April–Oktober 2019. Penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam kepada 6 orang ulama yang memiliki pendidikan minimal strata dua dalam bidang agama Islam. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi, transkripsi, koding, dan tema. Validitas data dilakukan dengan cara triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan kesehatan dalam perspektif Islam terdiri atas: (i) iman dan ibadah (ii) perilaku, (iii) lingkungan, (iv) sosial, (v) genetik, dan (vi) pelayanan kesehatan. Simpulan penelitian adalah determinan kesehatan dalam Islam yang paling utama adalah keimanan dan ibadah, ditunjang pula oleh determinan lainnya, yaitu perilaku, lingkungan, sosial, genetika, dan pelayanan kesehatan. Keseimbangan seluruh determinan kesehatan akan menciptakan kesehatan spiritual yang akan memengaruhi pencapaian kesehatan jiwa, fisik dan sosial. DETERMINANTS OF HEALTH IN ISLAMIC PERSPECTIVE: A PILOT STUDY Islamic teachings believe that health is a human right and the second main gift from God after the faith. In an effort to preserve health, a balance is needed between determinants of health which is a combination of factors that can affect the health of both individuals and society. This study aims to identify and describe health determinants in an Islamic perspective. This research is an ethnographic qualitative study conducted in Bandung. Data collection was held in April–October 2019. The study was conducted with in-depth interviews to 6 Islamic religion leader who have a minimum of master education in Islamic religion. Data analysis was done by reduction, transcription, coding and themes. Data validity was done by triangulation. The results showed that health determinants in Islamic perspective consisted of: (i) faith and worship (ii) health behavior, (iii) environment, (iv) social, (v) genetic, and (vi) health services. The conclusion from the research showed that the most important determinants of health in Islam is faith and worship, also supported by other determinants such as behavior, environment, social, genetics and health services. The balance of all health determinants will create spiritual health that will support the achievement of mental, physical and social health.
Efek Gizi Lebih terhadap Fungsi Paru pada Anak Asma Muhammad Ridho Grahadinta; Ferry Achmad Firdaus Mansoer; Lisa Adhia Garina
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4318

Abstract

Asma merupakan salah satu penyakit tidak menular kronik dari saluran pernapasan paru yang menyebabkan inflamasi dan penyempitan. Asma sering berhubungan dengan gizi lebih dalam pengembangan maupun memperparah penyakit asma. Perubahan pola pernapasan pada penderita gizi lebih dapat menyebabkan volume paru menurun diakibatkan oleh perubahan pada otot polos dan fungsi pernapasan. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek gizi lebih terhadap fungsi paru pada anak dengan asma. Penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol. Variabel bebas dihubungkan dengan variabel terikat dengan analisis statistik uji chi-square. Data diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner ISAAC untuk menentukan diagnosis asma anak. Selanjutnya, dilakukan penilaian fungsi paru langsung menggunakan spirometri serta mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa dan berat badan menggunakan timbangan yang hasilnya dirujuk pada grafik Z score WHO untuk mengukur indeks massa tubuh. Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 dan SMPN 9 Kota Bandung periode 1 April–25 Mei 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak asma dengan gizi lebih mempunyai risiko restrictive ventilatory defect lebih besar 3,4 kali dibanding dengan anak asma dengan gizi normal (OR:3,4; IK95%: 1,4–8,5; p=0,014). Simpulan, anak asma dengan gizi lebih mempunyai efek restrictive ventilatory defect lebih banyak dibanding anak asma dengan gizi normal. THE EFFECT OF OVERNUTRITION ON LUNG FUNCTION IN ASTHMATIC CHILDHOODAsthma is a chronic non-communicable disease of the pulmonary respiratory tract which causes inflammation and constriction. Asthma is often associated with overnutrition in developing or exacerbate asthma. Changes in respiratory patterns in patients with overnutrition can cause lung volume caused by smooth muscle disorders and respiratory function. This study aims to analyze the effects of overnutrition on lung function in children with asthma. This study used observational analytic studies with case control research designs. The independent variable varies with the chi-square test statistical analysis. Data were obtained by conducting interviews using the ISAAC questionnaire to determine the diagnosis of childhood asthma. Furthermore, knowing lung function directly using spirometry also measured height by mikrotoa and weight by the scales that are being referred to the WHO Z score to measure body mass index. This research was conducted at SMPN 1 and SMPN 9 in Bandung City period 1 April–25 May 2018. The results of this study showed that asthmatic children with overnutrition have a 3.4 times greater restrictive ventilatory defect risk than asthmatic children with normal nutrition (OR:3.4, 95%CI: 1.4–8.5, p=0.014). Conclusion, asthmatic children with overnutrition have more restrictive ventilatory defect effects than asthmatic children with normal nutrition.
Efek Antidislipidemia Fraksi Jahe Gajah pada Mencit Model Sindrom Metabolik Nabila Tarlita Luthfiyah; Maya Tejasari; Santun Bhekti Rahimah
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4343

Abstract

Sindrom metabolik merupakan istilah yang menggambarkan keadaan kombinasi klinis, yaitu hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia, dan obesitas. Dislipidemia adalah keadaan metabolisme lipid pada tubuh terganggu. Kandungan flavonoid dalam jahe gajah dapat memengaruhi profil lipid dalam tubuh. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh fraksi etil asetat jahe gajah terhadap kadar HDL dan LDL pada mencit model sindrom metabolik. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan 20 ekor mencit jantan tua (36–40 minggu) Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Laboratorium Patologi Klinik RSUD Cicalengka. bulan Maret-Mei 2019. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok. Semua kelompok diberikan pakan tinggi lemak selama 28 hari. Kelompok kontrol tanpa diberi fraksi jahe, kelompok perlakuan 1 fraksi etil asetat jahe gajah 0,78 mg/kg bobot/hari, kelompok perlakuan 2 diberikan fraksi etil asetat jahe gajah 1,56 mg/kg bobot/hari, dan kelompok perlakuan 3 diberikan fraksi etil asetat jahe gajah 3,12 mg/kg bobot/hari. Rerata kadar HDL kelompok perlakuan cenderung meningkat, sedangkan rerata kadar LDL kelompok perlakuan ada kecenderungan menurun. Analisis statistik dengan one-way ANOVA, baik kadar HDL dan LDL menunjukkan hasil tidak signifikan (p HDL=0,190) dan (p LDL=0,300). Koefisien korelasi dengan Uji Pearson konsentrasi fraksi jahe gajah dengan kadar HDL dan LDL memiliki hubungan yang rendah, tetapi pasti (r=0,23). Simpulan, fraksi etil asetat jahe gajah memengaruhi kadar HDL dan LDL. ANTI DYSLIPIDEMIA EFFECT OF GINGER FRACTION IN METABOLIC SYNDROME MICE MODELSMetabolic syndrome is a term that describes the clinical combination of hypertension, hyperglycemia, dyslipidemia and obesity. Dyslipidemia is a state of disruption of lipid metabolism in the body. The flavonoids in elephant ginger can affect the lipid profile in the body. The purpose of this study was to analyze the effect of ginger elephant ethyl acetate fraction on HDL and LDL levels in metabolic syndrome mice models. Laboratory experimental study with 20 old male mice (36–40 weeks) The study was held in Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) and Laboratorium Patologi Klinik RSUD Cicalengka. during March-May 2019. Mice are divided into 4 groups. All groups were fed a high-fat diet for 28 days. The control group was given no ginger fraction, group 1 was given elephant glycol ethyl acetate 0.78 mg/kgBW/day, treatment group 2 was given elephant glycol ethyl acetate 1.56 mg/kgBW/day, and treatment group 3 was given elephant ginger ethyl acetate fraction 3.12 mg/kgBW/day. The mean HDL level of the treatment group tended to increase, while the mean LDL level of the treatment group there was a downward. Statistical analysis with one-way ANOVA, both HDL and LDL levels showed insignificant results (HDL p value=0.190) and (LDL p value=0.300). The correlation between the concentration of ginger elephant fraction on HDL and LDL levels with Pearson showed small results (r=0.23). In conclusion, the ginger elephant ethyl acetate fraction affected HDL and LDL levels.
Perbandingan Daya Tolak Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) dan Kayu Manis (Cinnamomum verum) terhadap Nyamuk Aedes aegypti Athaya Desira Tabriz; Tinni Rusmartini; Dadi S Argadiredja
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4336

Abstract

Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu cara pencegahan penyakit DBD adalah pengendalian vektor untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD. Selama ini yang dilakukan oleh masyarakat untuk menghindari gigitan dari nyamuk adalah menggunakan antinyamuk yang mengandung N,N-dietil-metoluamida (DEET) yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan oleh penggunanya. Repellent berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih aman seperti daun pandan wangi dan kayu manis. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan daya tolak ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) dan ekstrak etanol kayu manis (Cinnamomum verum) terhadap nyamuk Aedes aegypti. Metode penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode Maret–Juni 2018. Subjek penelitian adalah 300 nyamuk Aedes aegypti yang diberi perlakuan ekstrak etanol daun pandan wangi dan kayu manis dengan konsentrasi masing-masing 10%, 20%, 30%, 40%, dan satu kontrol negatif. Pengujian dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis dengan Uji Kruskal-Wallis untuk ekstrak daun pandan wangi dan uji one-way ANOVA untuk ekstrak kayu manis. Perbandingan daya tolak ekstrak daun pandan wangi dan kayu manis dianalisis memakai Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan terdapat daya tolak ekstrak daun pandan wangi (p<0,039) dengan 40% sebagai konsentrasi paling efektif, ekstrak kayu manis memiliki daya tolak, namun perbedaan konsentrasi uji tidak signifikan (p=0,212), perbandingan daya tolak ekstrak daun pandan wangi dan kayu manis tidak bermakna (p=0,297). Dapat disimpulkan secara klinis daya tolak ekstrak daun pandan wangi dan kayu manis paling efektif pada konsentrasi 40%, meskipun secara statistik perbandingan daya tolak ekstrak daun pandan wangi dan kayu manis tidak berbeda. REPELLENT EFFECT COMPARISON BETWEEN ETHANOL EXTRACT OF PANDAN WANGI LEAVES (PANDANUS AMARYLLIFOLIUS) AND CINNAMON (CINNAMOMUM VERUM) AGAINST AEDES AEGYPTI MOSQUITOESDengue hemorrhagic fever (DHF) has become a public health problem in Indonesia. Vector control is needed to break the chain of DHF transmission. To avoid mosquito bites, people tend to use repellent that contains N,Ndiethyl-metoluamida (DEET) which can cause unwanted effects. Repellent from plants can be used as a safer alternative such as pandan leaves and cinnamon. The purpose of this study was to compare repellent effect of pandan wangi leaves ethanol extract (Pandanus amaryllifolius) and cinnamon ethanol extract (Cinnamomum verum) against Aedes aegypti mosquitoes. This research method is laboratory experimental. The study was conducted at the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University, March-June 2018. The subjects were 300 Aedes aegypti mosquitoes treated with ethanol extract of pandan wangi leaves and cinnamon with concentrations of 10%, 20%, 30%, 40%, and one negative control. Testing was done with three repetitions. Data were analyzed by KruskalWallis test for pandan wangi leaves extract and one-way ANOVA test for cinnamon extract. The comparison of pandan wangi leaves and cinnamon extracts was analyzed using Mann-Whitney test. The result of research showed that pandan wangi leaves extract had repellent effect (p<0.039) with 40% as the most effective concentration, cinnamon extract had repellent effect but the difference of test concentration was not significant (p=0.212), the comparison of repellent effect between pandan wangi leaves extract and cinnamon was not significant (p=0.297). It can be concluded clinically that pandan wangi leaves and cinnamon extracts have the most effective concentration at 40%, although statistically the comparison of pandan wangi leaves and cinnamon extract is not different.
Fraksi Jahe Gajah (Zingiber officinale roscoe) Memengaruhi Mikrostruktur Epikardium dan Dinding Arteri Koroner pada Hewan Model Sindrom Metabolik Sara Shafira; Maya Tejasari; Wida Purbaningsih
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4353

Abstract

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di dunia. Satu dari seluruh faktor risiko utama penyakit jantung adalah karena dislipidemia. Dislipidemia merupakan kondisi awal sindrom metabolik yang dapat menyebabkan coronary atherosclerosis dan penebalan epikardium. Jahe gajah (Zingiber officinale roscoe) memiliki komponen polyphenol yang dapat melawan stres oksidatif serta memiliki efek antihiperkolesterolemia dan antiaterogenik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh fraksi jahe gajah terhadap ketebalan epikardium dan gambaran dinding arteri koroner. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium murni in vivo dengan 24 mencit jantan tua (50–60 minggu) galur Swiss Webster yang terbagi menjadi satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan yang diberi fraksi etil asetat jahe gajah secara per oral selama 27 hari dengan konsentrasi yang berbeda. Kemudian, subjek dikorbankan untuk diambil organ jantung dan dilakukan pembuatan sediaan histologis dengan pewarnaan hematoxylin eosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa epikardium kelompok perlakuan lebih tipis dibanding dengan kelompok kontrol, sedangkan dinding arteri koroner kelompok perlakuan menunjukkan bentuk bulat tanpa kolaps dibanding dengan dinding arteri koroner kelompok kontrol. Hasil ini membuktikan sifat antihiperkolesterolemia dan antiaterogenik dari zat yang terkandung pada jahe gajah. Simpulan, fraksi jahe gajah memengaruhi lapisan epikardium dan arteri koroner pada hewan model sindrom metabolik.EFFECTS OF GINGER FRACTION (ZINGIBER OFFICINALE ROSCOE) TO EPICARDIAL LAYER AND CORONARY ARTERIAL WALL MICROSTRUCTURE IN METABOLIC SYNDROME ANIMAL MODELSCardiovascular disease is the major cause of death in the world. The most common risk factor of cardiovascular disease is caused by dyslipidemia. Dyslipidemia is early condition from metabolic syndrome which causes coronary atherosclerosis and epicardial thickening. Ginger has polyphenol components which able to oppose oxidative stress and has anti-hypercholesterolemia and anti-atherogenic effects. The objective of this study was to analyze the effects of ginger fraction to epicardial layer and coronary arterial wall microstructure. This research was an in vivo experimental study with 24 males Swiss Webster mices (50–60 weeks old) which divide into one control group and three intervention groups which was given a fraction orally in 27 days with different concentration for each group. Then the subjects were sacrificed into histological preparations with hematoxylin eosin staining. The result of this study shows that epicardial layer in intervention groups was thinner than epicardial layer in control group meanwhile coronary arterial wall in intervention groups showed normal findings (round lumens and without collapse). These results show anti-hypercholesterolemia and anti-atherogenic effect from active substance in ginger fraction. The conclusion of the study explains that ginger fraction has effects to epicardial layer and coronary arterial wall microstructure in animal model with metabolic syndrome.
Hubungan Stunting dengan Kerentanan Penyakit pada Anak Usia 1–5 Tahun di Desa Panyirapan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Nisa Lathifah Rohmatika; Buti Azfiani Azhali; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5578

Abstract

Stunting adalah kondisi balita yang memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibanding dengan usia. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang memiliki nilai z-score <-2SD median standar pertumbuhan anak dari World Health Organization (WHO) MGRS (Multicentre Growth Reference Study). Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara tahun 2013 sebanyak 36,40%. Namun, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensinya menurun menjadi 30,8%. Salah satu dampak dalam jangka panjang adalah kekebalan tubuh menurun sehingga mudah sakit dan risiko tinggi terjadi penyakit. Hal tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian mengenai hubungan stunting dengan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun di Desa Panyirapan Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat periode Agustus–November 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sedangkan pengambilan sampel kontrol diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilakukan untuk membedakan tingkat kerentanan penyakit (dilihat dari frekuensi dan durasi sakit) pada anak stunting dengan anak tidak stunting usia 1–5 tahun. Rancangan penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode observasional analitik melalui desain studi kohort (cohort). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara stunting dan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun (p=0,600) dan memiliki  faktor risiko 1,333 kali lebih rentan terkena penyakit dibanding dengan balita yang tidak stunting (RR=1,333; IK 95%: 0,648–2,744). Simpulan, tidak terdapat hubungan antara stunting dan kerentanan penyakit pada anak usia 1–5 tahun. THE CORRELATION BETWEEN STUNTING AND DISEASE VULNERABILITY IN CHILDREN AGED 1–5 YEARS IN PANYIRAPAN VILLAGE, SOREANG DISTRICT, BANDUNG CITYStunting is a condition of a toddler who has less length or height when compared to age. This condition is measured by the length or height that has a z-score <-2SD median child growth standard from the World Health Organization (WHO) MGRS (Multicentre Growth Reference Study). Indonesia was included in the third country with the highest prevalence in the Southeast Asian region in 2013 at 36.40%. However, the results of the Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018 showed the prevalence decreased to 30.8%. One of the impacts in the long term is decreased immunity so that it is easy to get sick and a high risk of disease. This prompted researcher to conduct research on the relationship between stunting and disease susceptibility at the age of 1–5 years in Panyirapan Village, Soreang District, Bandung City, West Java Province in the period August–November 2019. The sampling technique used a purposive sampling method, while the control sampling was taken in accordance with the criteria inclusion and exclusion. This study was conducted to distinguish the level of disease susceptibility (seen from the frequency and duration of illness) in stunting children with non-stunting children aged 1–5 years. The design of this study was qualitative using analytic observational methods through a cohort study design (cohort). The results showed no significant relationship between stunting and susceptibility to disease in children aged 1–5 years (p=0.600) and had a risk factor of 1.333 times more susceptible to disease compared to toddlers who were not stunting (RR=1.333; 95%CI: 0.648–2,744). Conclusion there is no relationship between stunting and disease susceptibility in children aged 1–5 years.
Potensi Interaksi Obat Antituberkulosis dan Anti Diabetes terhadap Efek Samping Obat pada Pasien Tuberkulosis-Diabetes Melitus di RSUD Al-Ihsan Bandung Rahma Ratu Halima; Santun Bhekti Rahimah; Asep Saefulloh; Yuke Andriane; Endang Suherian
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4323

Abstract

Pengobatan tuberkulosis (TB) dengan diabetes melitus (DM) pada pasien TB-DM membutuhkan waktu yang cukup lama dan beragam sehingga memiliki risiko tinggi menyebabkan potensi interaksi obat  dan menimbulkan efek samping obat. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan potensi interaksi obat antituberkulosis dengan obat antidiabetes pada pasien TB dengan DM di Poli DOTS RSUD Al-Ihsan pada periode April–Mei 2018. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional menggunakan pendekatan cross-sectional, pengambilan data obat yang terdapat pada rekam medik dan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Data potensi interaksi obat diolah dengan memasukkan data obat yang dikonsumsi pasien menggunakan software pada Lexi-Interact. Subjek berjumlah 30 responden dipilih secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi tertinggi potensi interaksi obat antituberkulosis-obat antidiabetes pada derajat berat sejumlah 12 dari 30 pasien. Efek samping yang terjadi pada pasien dengan frekuensi tertinggi adalah derajat ringan sejumlah 10 dari 30 pasien. Analisis dengan uji chi-square tidak memiliki nilai kemaknaan antara potensi interaksi obat dan efek samping obat (p=0,146). Simpulan, tidak terdapat hubungan potensi interaksi  obat dengan efek samping yang timbul pada pasien TB dengan DM di Poli DOTS RSUD Al-Ihsan periode April–Mei 2018. POTENTIAL INTERACTIONS BETWEEN ANTI TUBERCULOSIS DRUG AND ANTI DIABETES DRUG WITH SIDE EFFECTS ON TUBERCULOSIS-DIABETES MELLITUS PATIENTS IN RSUD AL-IHSAN BANDUNGThe medication of tuberculosis (TB) with diabetes mellitus (DM) on TB-DM patients requires quiet a long and diverse time, so it has a high risk to potentially causing a medicine interaction and produce side effects. The research aimed to know the relation of potential interactions between anti tuberculosis medicine and anti diabetes drug with side effects on TB-DM patients in Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) outpatient clinic of RSUD Al-Ihsan Bandung in April–May 2018. This research was done by cross sectional approach method by taking the drug data in the medical records and questionnaires which have been tested for validity and reliability. Data of potential drug interactions is processed by entering data of drug consumed by patient using software on Lexi-Interact. The subjects were 30 respondents, selected by total sampling. The results showed the highest frequency of potential anti-tuberculosis drug anti-diabetic drug interactions on severe degree 12 of 30 patients. The results also showed that the side effects occurring in patients with highest frequency were mild degrees of 10 of 30 patients. The analysis obtained by chi square test between potential drug interaction with side effect of drug is not having any meaning value with (p=0.146).  In conclusion, there is no relation between potential drug interaction and side effect on TB-DM patients in Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) outpatient clinic of RSUD Al-Ihsan Bandung in April–May 2018.
Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah pada Ibu Rumah Tangga Ramadhani Ferrial Nugraha; Titik Respati; Ami Rachmi
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5603

Abstract

Nyeri punggung bawah (NPB) menjadi penyebab utama kecatatan di hampir semua negara. NPB merupakan nyeri yang terlokalisasi di bawah costal margin dan di atas gluteal fold. Masih sangat sedikit penelitian mengenai ibu rumah tangga yang mengalami nyeri punggung bawah. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor risiko yang dapat menyebabkan NPB pada ibu RT. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan desain cross sectional. Subjek diambil dengan consective sampling berdasar atas kedatangan pasien. Data didapat dari pasien yang datang pada periode Juni–Juli 2019 di RSUD Al-Ihsan Bandung sebanyak 40 subjek. Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS versi 24. Hasil penelitian menunjukkan 40 orang subjek NPB dengan faktor risiko usia 30–50 tahun (73%), pendidikan SMA (35%), IMT dalam kategori normoweight (50%), posisi bekerja berdiri (82,5%), riwayat pernah bekerja (52,4%), lama kerja 5–10 tahun (20%), dan pasien yang melakukan terapi (62.5%). Simpulan penelitian ini risiko yang paling memengaruhi terjadi nyeri punggung bawah pada ibu rumah tangga adalah faktor usia, pendidikan SMA, IMT normoweight, posisi bekerja berdiri, dengan riwayat pernah melakukan pekerjaan. RISK FACTORS OF LOW BACK PAIN IN HOUSEWIFE Lower back pain (LBP) is the main cause of disability in almost all countries. LBP is pain localized below the costal margin and above the gluteal fold. There is still very little research on housewives who experience low back pain. The purpose of this study was to determine the risk factors that could cause NPB in Housewifes. This study used an observational descriptive method with cross sectional design. Subjects taken by consective sampling based on the arrival of patients. Data obtained from patients who came in the period June–July 2019 at Al-Ihsan Regional Hospital Bandung as many as 40 subjects. Data processing was carried out using SPSS version 24. The results showed 40 LBP subjects with risk factors age 30–50 years (73%), high school education (35%), BMI in the normoweight category (50%), work position standing (standing 82.5%), history of having worked (52.4%), working time 5–10 years (20%), and patients undergoing therapy (62.5%). The conclusion of this study the risks that most influence the occurrence of low back pain in housewives are age, high school education, BMI normoweight, standing work position, with a history of ever doing work.
Pengaruh Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) terhadap Kejadian Demam Tifoid di RSUD Al-Ihsan Bandung Periode Maret–Mei Tahun 2018 Melvi Imelia Risa; Ismawati Ismawati; Budiman Budiman; Hana Sofia; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4214

Abstract

Demam tifoid adalah penyakit endemik yang banyak terjadi di negara berkembang yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Faktor risiko demam tifoid di antaranya usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial ekonomi, kebiasaan cuci tangan, serta kebiasaan buang air besar (BAB) di jamban. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mencatat bahwa masyarakat Baleendah masih belum memiliki dukungan infrastruktur sanitasi yang baik seperti jamban serta kesadaran masyarakat yang rendah untuk melakukan pola hidup bersih yang berperan terhadap kejadian demam tifoid. Tujuan penelitian mengetahui hubungan kebiasaan cuci tangan dan buang air besar (BAB) dengan kejadian demam tifoid di RSUD Al-Ihsan periode Maret–Mei tahun 2018. Penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol dan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu peneliti mengambil 50 sampel kasus dan kontrol yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi (anak usia ≥6 tahun terdiagnosis probable demam tifoid) dan tidak termasuk kriteria eksklusi (anak dengan komplikasi berat). Data yang diperoleh menggunakan uji chi-square. Berdasar atas hasil perhitungan risk estimate kebiasaan buang air besar (BAB) diperoleh OR 4,55 (OR>1) nilai p <0,001 (IK 95%:  1,69–12,79) serta nilai p cuci tangan 0,06 (IK 95%: 0,82–11,13) dengan risk estimate 2,82. Simpulan terdapat pengaruh kebiasaan buang air besar (BAB) terhadap kejadian demam tifoid. IMPACT OF DEFECATION HABITS ON THE INCIDENCE TYPHOID FEVER AT AL-IHSAN GENERAL HOSPITAL BANDUNG FROM MARCH–MAY 2018Typhoid fever is a common endemic disease in developing countries caused by Salmonella typhi bacteria. Risk factors of typhoid fever include age, sex, education, socioeconomic status, hand washing habits, and bowel habits in the toilet. Bandung District Health Office noted that Baleendah people still do not have the support of good sanitation infrastructure such as latrines and low awareness of the community to perform a clean lifestyle that plays a role against the incidence of typhoid fever. The objective of the study was to know the relationship between handwashing and defecation habit with the occurrence of typhoid fever in Al-Ihsan Hospital period March–May 2018. This research was an observational analytic study using case control design and quantitative approach. The sampling technique was done by purposive sampling, that is the researcher took 50 cases and control samples selected according to the inclusion criteria (age ≥6 years and probable typhoid fever) and exclusion criteria (severe complications). The data obtained using chi-square test. Based on the result of calculation of risk estimate of bowel habit obtained OR 4.55 (OR> 1) p value <0.001 (CI 95%: 1.69–12.79) and hand washing p value 0.06 (CI 95%: 0.82–11.13) with risk estimate 2.82. In conclusion there is an impact of defecation on with the incidence of typhoid fever.
Hubungan Lama Pengobatan dan Jenis Obat Antiepilepsi dengan Derajat Depresi pada Pasien Epilepsi Meita Nurfitriani Saefulloh; Ratna Dewi Indi Astuti; Waya Nurruhyuliawati; Yuke Andriane; Miranti Kania Dewi
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4344

Abstract

Epilepsi merupakan kelainan otak kronik yang ditandai dengan kecenderungan terjadi bangkitan epileptik. Terapi epilepsi dilakukan dalam jangka waktu yang lama untuk mengurangi kejadian bangkitan sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjadi efek samping di antaranya depresi. Depresi pada pengobatan epilepsi berhubungan dengan jenis obat antiepilepsi dan lama pengobatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan lama pengobatan dan jenis obat epilepsi dengan derajat depresi pada pasien epilepsi. Metode penelitian ini merupakan observasi analitik dengan rancangan potong lintang. Subjek penelitian adalah 74 pasien epilepsi di Poli Saraf RSUD Al-Ihsan periode Maret–Mei 2018 yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien yang sudah meminum obat antiepilepsi generasi pertama monoterapi minimal satu bulan. Sampel dipilih secara purposive sampling dan telah mengisi kuesioner Beck Depression Inventory II. Data penelitian dianalisis dengan uji statistik menggunakan Uji Fischer Exact. Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah pasien epilepsi yang mengalami depresi derajat minimal paling banyak ditemukan dan tidak terdapat hubungan lama pengobatan dan jenis obat antiepilepsi dengan derajat depresi pada pasien epilepsi. Kejadian depresi pada pasien epilepsi selain dipengaruhi jenis obat dan lama pengobatan juga dipengaruhi oleh keadaan epilepsi (frekuensi kejang dan jenis epilepsi), faktor iatrogenik (obat antiepilepsi), dan faktor psikososial. ASSOCIATION OF DURATION MEDICATION AND TYPES OF ANTI EPILEPTIC DRUGS WITH DEGREE OF DEPRESSION IN PATIENT WITH EPILEPSYEpilepsy is a chronic disorder of brain which characterized episode of epileptic seizures. Duration treatment of epilepsy is in quite long period to reduce the incidence of seizure, this condition can increase the risk of side effects such as depression. Depression in patients with epilepsy is associated with the type of anti-epilepsy drugs and the duration of treatment. This study was to determine the relationship between the duration of treatment and the type of epilepsy drug with the degree of depression in patients with epilepsy. This research was an analytic observation with cross sectional design. Subjects were 74 epileptic patients in the Nerve Outpatient of Al-Ihsan General Hospital in the period March—May 2018 which met the inclusion criteria who had taken anti epileptic drugs first generation monotherapy for at least 1 month. The sample was chosen by purposive sampling and has filled out the Beck Depression Inventory II questionnaire. Research data were analyzed by statistical test using Fischer Exact test. The results in this study patients with epilepsy who has minimal degree of depression is most common and there was no relationship between treatment duration and type of anti-epileptic drugs with degrees of depression in epilepsy patients. The incidence of depression in patients with epilepsy not only caused by the type of drug and duration of treatment but can also caused by epilepsy condition itself (seizure frequency and type of epilepsy), iatrogenic factors (anti-epileptic drugs) and psychosocial factors.

Page 5 of 17 | Total Record : 170