cover
Contact Name
I Gusti Agung Nyoman Dananjaya
Contact Email
guz.d4nan@gmail.com
Phone
+6281805541490
Journal Mail Official
guz.d4nan@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Jalan Kamboja No 17 Denpasar
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
DWIJENAGRO: JURNAL ILMIAH
Published by Universitas Dwijendra
ISSN : 19793901     EISSN : 27229815     DOI : -
Jurnal dwijenAGRO memuat ringkasan hasil penelitian, ulasan (review) mengenai perkembangan topik teoritik Ilmu Pertanian (Agribisnis) dan artikel ilmiah. Jurnal diterbitkan secara berkala (Mei & November) oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Dwijendra.
Articles 185 Documents
MANAJEMEN KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) BAGI PETANI Gunawan, Ketut
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.837 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.266.%p

Abstract

Strategi pembangunan ekonomi pada sektor pertanian dan industri pertanian menjadi lokomotif pembangunan di Indonesia. Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Untuk mengembangkan sektor pertanian telah ditetapkan program kredit untuk petani. Program kredit untuk petani telah beberapa kali mengalami perubahan mulai dari kredit Bimas/Inmas, Kredit Usaha tani (KUT) dan yang terakhir adalah Kredit Ketahanan pangan (KKP). Persyaratan perkreditan secara teoretis jauh berbeda dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Kredit Ketahanan Pangan (KKP) bagi petani. Hal ini disebabkan karena KKP lebih bertujuan sosial yaitu membantu para petani yang membutuhkan bantuan kredit. Kemudahan persyaratan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dapat mengundang resiko kemacetan kredit. Utuk mengatasi hal itu perlu ditetapkan strategi penanganan kredit macet. Penanganan kredit macet dapat dilakukan melalui : (1) Penjadwalan kembali (reschedulling) melalui : a. Memperpanjang jangka waktu kredit; b. Memperpanjangjangka waktu angsuran. (2) Persyaratan Kembali (reconditioning) yang meliputi : a. Kapitalisasi bunga; b. penundaan pembayaran bunga; c. penurunan suku bunga; d. Pembebasan bunga. (3) Penataan kembali (restructuring).Kata kunci : Manajemen Kredit Ketahanan pangan (KKP), Petani, Strategi Penanganan Kredit Macet.
PERSPEKTIF MODAL SOSIAL DALAM PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MELALUI LM3 DI PROVINSI BALI Oka Suardi, I Dewa Putu
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.18 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.267.%p

Abstract

LM3 dalam bentuk Subak dan nonSubak di Bali memiliki modal sosial sebagai salah satu kekuatan yangbersinergi dengan aspek dinamika kelompok lainnya mampu meningkatkan kapasitas dan efektivitas LM3. Modal sosial tersebut meliputi: rasa saling percaya, norma sosial, nilai-nilai, sifat mementingkan orang lain, dan partisipasi dalam jaringan teraplikasi sedemikian rupa melandasi setiap perilaku anggota dan pengurus LM3 dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Program Pengembangan Agribisnis.Kata kunci: LM3, modal sosial, pengembangan agribisnis
MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN SIMANTRI UNTUK PEMBERDAYAAN PETANI DI BALI Parining, Nyoman
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.717 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.268.%p

Abstract

Makalah yang berjudul â??Modal Sosial Dalam Pengembangan Simantri Untuk Pemberdayaan Petani Di Baliâ? penulisannya berdasarkan penelitian pada pendamping simantri dan studi komparasi dari kepustakaan yang dirangkum dari beberapa jurnal tentang modal social, pemberdayaan masyarakat, peranan modal social dalam pemberdayaan masyarakat, produk pertanian berkelanjutan yang merupakan hasil dari petani kelompok simantri. Hasil penelitian dan studi komparasi mendapatkan bahwa modal social terutama kerjasama, jaringan dan nilai-nilai yang sangat bermanfaat dalam pemberdayaan petani terutama memperluas jaringan, kerjasama dan peningkatan kualitas manusia seperti peningkatan pengetahuan tentang pertanian berkelanjutan. Pemerintah Bali agar menambah kelompok yang tergabung dalam kelompok simantri sehingga pembagiannya secara merata dan tidak memunculkan kecemburuan social. Kata kunci: modal sosial, pemberdayaan masyarakat simantri, pertanian berkelanjutan
MODAL SOSIAL DALAM AGRIBISNIS SUBAK KASUS PADA KOPERASI USAHA AGRIBISNIS TERPADU SUBAK GUAMA, KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN Sedana, Gede
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.952 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.269.%p

Abstract

Pembangunan pertanian yang dilaksanakan selama ini kurang menekankan pada local institution endowment (berbasis pada kelembagaan lokal) yang telah ada. Kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar di dalam pembangunan pertanian dan tidak dilakukan penguatan social capital masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan Subak Guama dihubungkan dengan pengembangan agribisnis dan modal social pada Subak Guama yang berkenaan dengan agribisnis. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan dianalisis dengan metode deskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Subak Guama melakukan beberapa kegiatan utama yaitu: (i) kegiatan Pengelolaan Padi Terpadu (Integradted Crops Management) ICM; (ii) kegiatan Kegiatan Integrasi Padi-Ternak (Crops-Livestock System); dan (iii) kegiatan penguatan modal usaha rumah tangga yaitu Kredit Usaha Mandiri (KUM). Modal sosial yang meliputi tiga komponen dasar yaitu trust, norms dan social network memiliki peran terhadap kegiatan-kegiatan agribisnis seperti di atas. Ikatan moral kepercayaan sosial sangat memberikan andil bagi kelancaran kegiatan-kegiatan agribisnis yang dilakukan KUAT Subak Guama.Kata kunci: modal sosial, agribisnis, dan pembangunan pertanian
MODAL SOSIAL KELOMPOK TERNAK SEBAGAI PELAKU PERDAGANGAN HASIL USAHA PETERNAKAN DI BALI Wiratanaya, Gede Nyoman
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.985 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.270.%p

Abstract

Peternakan memiliki peranan yang strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan hewani, pemberdayaan ekonomi masyarakat di pedesaan,serta dapat memacu pengembangan wilayah. Penelitian yang selama ini banyak dilakukan tentang perdagangan hasil-hasil peternakan didominasi oleh penelitian tentang â??barang yang diperdagangkanâ?, bukan pada manusia pelakunya. Kelompok ternak sebagai pelaku perdagangan adalah kumpulan petani ternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian.Pelaku perdagangan hasil-hasil peternakan di Bali, secara umum bekerja dalam bentuk pasar yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut diindikasikan oleh lemahnya kelembagaan pasar secara struktural dan kultural, biaya transaksi yang besar sehingga menjadi tidak efisien, dan struktur informasi yang tidak sempurna dan seimbang.Modal sosial terbukti tumbuh dan terakumulasi menurut waktu dan secara signifikan mempengaruhi kinerja sistem perdagangan komoditas hasil-hasil peternakan. Modal sosial mampu mengurangi dampak dari ketidaksempurnaan pasar yang dihadapi para pelaku perdagangan. Modal sosial mereduksi tingginya biaya transaksi melalui tiga dimensi yaitu relasi dengan pedagang lain yang dapat membantu dalam biaya transaksi, relasi dengan orang-orang yang dapat membantu jika dihadapi kesulitan keuangan karena berada bisnis dengan resiko yang besar, dan relasi keluarga yang dapat mengefisienkan dan mereduksi kesalahan-kesalahan dalam penilaian kualitas barang.Kata kunci : modal sosial, kelompok ternak, perdagangan, hasil usaha peternakan
PERUBAHAN PERTANIAN SUBSISTEN TRADISIONAL KE PERTANIAN KOMERSIAL Yudiarini, Nyoman
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.428 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.271.%p

Abstract

Transformasi pertanian di perdesaan, dapat diartikan sebagai perubahan bentuk, ciri, struktur, dan kemampuan sistem pertanian yang mampu menggairahkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan yang berkenaan dengan perbaikan pertanian tradisional menuju komersial.Cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan program tersebut adalah meliputi: (1) peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) petani terhadap teknologi baru (inovasi) yang diintroduksi; (2) penyediaan bantuan (subsidi) agroinput/sarana produksi pertanian; (3) dukungan modal usahatani; (4) penyediaan teknologi baru; (5) perbaikan kelembagaan petani; (6) penyediaan prasarana transportasi; dan (7) penyediaan pasar.Kata kunci :transformasi pertanian, perilaku petani, perekonomian pedesaan
MODAL SOSIAL SUBAK SEBAGAI ENERGI SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PERKOTAAN: KASUS SUBAK KERDUNG KOTA DENPASAR Komala Dewi, Ratna
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.272 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.272.%p

Abstract

Dalam masyarakat Indonesia, cukup banyak nilai-nilai sosial seperti budaya gotong royong, kelembagaan bagi hasil, berbagai bentuk kearifan lokal, yang dapat dikembangkan sebagai bagian dari budaya ekonomi modern. Di lain pihak, dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di Indonesia selama ini terlalu menekankan pent-ingnya peranan modal alam dan modal ekonomi modern, tetapi sering mengabaikan pentingnya modal sosial. Bali merupakan salah satu daerah yang memiliki modal sosial yang sudah dikenal sejak lama di tingkat nasional maupun internasional, yaitu subak. Di perkotaan sering terjadi konflik dalam memperoleh air pada musim ke- marau dan membuang kelebihan air pada musim hujan sebagai akibat alih fungsi lahan. Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keragaan modal sosial subak sebagai energi sosial dalam pembangunan pertanian di perkotaan, khususnya  di subak.Proses harmoni dan kebersamaan sebagai implementasi falsafah utama Subak Kerdung, yaitu Tri Hita Karana telah mewujudkan Subak Kerdung menjadi modal sosial yang kuat. Modal sosial subak ini berupa trust yang tinggi dalam bentuk pengambilan keputusan yang adil; jaringan sosial yang luas; partisipasi yang tinggi dalam bentuk gotong royong untuk menjaga kelestarian alam; resiprositas yang kuat dalam mencukupi kebutuhan air irigasi; norma dalam awig-awig subak sebagai pedoman berperilaku; serta  nilai-nilai seperti rasa bersyukur, rasa malu, kejujuran, sabar, disiplin, dan tanggungjawab yang tinggi. Elemen-elemen ini jika dihimpun dan didaya-gunakan  akan menghasilkan energi sosial yang bisa dimanfaatkan dalam mewujudkan pembangunan pertanian.Saran yang ditawarkan dalam tulisan ini adalah subak difungsikan sebagai â??jembatanâ? untuk kepentingan anggota subak dan subak diposisikan sebagai subjek dalam pembangunan pertanian.Kata kunci: modal sosial, subak, energi sosial, pembangunan pertanian, perkotaan 
PERAN PETANI TEMBAKAU DALAM AKTIVITAS SUBAK (KASUS DI SUBAKGEDE SUKAWATI, DI KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR) Wijayanti, Putu Udayani
dwijenAGRO Vol 2 No 1 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.815 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.1.273.%p

Abstract

â??The subakâ? which organized the distribution of water at rice fields is one of the inheritance of Bali culture. Its existence is developed because Bali society tends to increase the rice plantation. Threaten to unspoiled of â??the subakâ? is derive from various changes of social life of Bali society.The objectives of this experiment were: to observe various changes of â??the subakâ? activities which is occur after plantations of tobacco. Farmers were observed with qualitative and descriptive analyzed. Data were analyzed with method of Chi Square. Keywords: subak, rice fields
UPAYA PENGENDALIAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH UNTUK PELESTARIAN SUBAK DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN DI BALI† Budiasa, Wayan
dwijenAGRO Vol 2 No 2 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.116 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.2.274.%p

Abstract

One of important elements of Tri Hita Karana in subak system within Bali  is a rice field compound with clearly natural boundaries and irrigation facilities. If the entire rice fields are functionally converted, this could be definitely said that subak system  would be disappear. The rice field conversion is very fast and has threated the subak existence. Considering subak is one of the cultural resources and as a Bali sustainability point, it should be endeavored to control the rice field conversion  in order to ensure the agricultural sustainability and subak itself.Key words: Conversion of rice fields, subak, agriculture and sustainability. 
BELAJAR MANDIRI MELALUI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DUABELAS SUBAK DI PROVINSI BALI Adi Putra, I Gede Setiawan
dwijenAGRO Vol 2 No 2 (2011): dwijenAGRO
Publisher : Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.082 KB) | DOI: 10.46650/dwijenagro.2.2.275.%p

Abstract

The traditional irrigation water management system in Bali known as Subak has a great potential for adopting the SRI innovation. In the adoption process, there is also a learning process on the individual members of the subak. The objectives of this research are (1) to analyze the characteristics of the Subak members, competence of facilitators, competence of Subak caretakers, the perceptions, and attitudes that influence Subak members in Self Directed Learning, and (2) to formulate the strategy of approach and effective extention in improving Self Directed Learning of the Subak members. This research was carried out in seven regencies in the province of Bali. The total amount of samples in this research is 104 farmers selected through the Stratified Random Sampling methods which also included famers that applied SRI innovations. Primary data were collected through interviews and direct obserations from September to October 2011. The design of this research is an ex Post Facto and data analyzed using Structural Equation Model (SEM). The result of this research shows that: (1) The better the perceptions, attitudes towards SRI, characteristics of members of Subak, competence of facilitators and caretakers of the Subak, the better the level of Self Directed Learning of Subak members; and (2) The role of  facilitator is very important to helping subak  members decided to accept an agricultural innovation. The discovery of dominant factors which affect the adoption of SRI among Subak members will facilitate the caretakers in making a change in Bali. Keywords: adoption, innovation, SRI, farmers, caretakers

Page 2 of 19 | Total Record : 185