cover
Contact Name
Thomas S. Iswahyudi
Contact Email
tom_wahyudi@staff.ubaya.ac.id
Phone
+6231-2981344
Journal Mail Official
rahmanfibri@staff.ubaya.ac.id
Editorial Address
Jl. Raya Kalirungkut - Surabaya 60293 Gedung Perpustakaan Lt. 4
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran
Published by Universitas Surabaya
ISSN : -     EISSN : 27156419     DOI : https://doi.org/10.24123/kesdok
Core Subject : Health, Agriculture,
The term Keluwih comes from keluwih leaf which is one of the symbols of the University of Surabaya. In this symbol, keluwih leaf means high ideals of knowledge (Linuwih). Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (Keluwih: Journal of Health and Medicine) is an online, open access, and peer-reviewed journal. JKKd is published twice a year (December, June; First published in December 2019). This journal aims to disseminate the results of original research, case report, and critical reviews in the fields of health and medicine. This focus and scopes include, but are not limited to a pharmacy, medicine, public health, and health biotechnology fields.
Articles 50 Documents
Perbedaan Perceived Susceptibility dan Severity Pelaksanaan Protokol Kesehatan Covid-19 Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan Muhammad Lois Indra Kelana; Hema Dewi Anggraheny; Chamim Faizin
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 3 No. 2 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V3i2.5003

Abstract

Abstract—Perceived Susceptibility is an individual's subjective perception of the risk of getting a disease, and Perceived Severity is information that a person believes about the severity or seriousness of a disease. A person with high Perceived Susceptibility and Perceived Severity can improve preventive behavior against Covid-19. The purpose of this study was to analyze the differences in Perceived Susceptibility and Perceived Severity in the implementation of the Covid-19 health protocol in urban and rural communities. The research method is quantitative in the form of observational analytic study with cross sectional approach. Data was collected in urban and rural areas with 88 total of respondents. The results of the analysis with the Mann Whitney test show that there is a difference in Perceived Susceptibility based on urban and rural area(p=0.001), education level(p=0.001), occupation(p=0.008), experience of being diagnosed with Covid-19(p=0.025) and there are not any difference based on the source of information(p=0.938). There are differences in Perceived Severity based on urban and rural areas(p=0.026), education level(p=0.005), occupation(p=0.012), experience of being diagnosed with Covid-19 (p= 0.03) and there are not any differences based on the source of information(p=0.877). This study shows that urban communities have higher Perceived Susceptibility and Perceived Severity in the implementation of the Covid-19 health protocol than rural communities. Keywords: covid-19 health protocol, perceived susceptibility, perceived severity Abstrak—Perceived Susceptibility atau persepsi kerentanan merupakan persepsi subyektif seorang individu terhadap risiko terkena suatu penyakit sedangkan Perceived Severity atau persepsi keseriusan merupakan persepsi yang diyakini seseorang tentang suatu keparahan atau keseriusan suatu penyakit. Seseorang dengan Perceived Susceptibility (persepsi kerentanan) dan Perceived Severity (persepsi keseriusan) yang tinggi terhadap Covid-19 dapat meningkatkan perilaku pencegahan terhadap Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan Perceived Susceptibility dan Perceived Severity dalam pelaksanaan protokol kesehatan Covid-19 pada masyarakat perkotaan dan pedesaan. Penelitian menggunakan metode kuantitatif berupa studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara consecutive sampling di dua lokasi yaitu di wilayah perkotaan dan pedesaan dengan total responden sebanyak 88 orang. Hasil analisis dengan Uji Mann Whitney menunjukan adanya perbedaan Perceived Susceptibility berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan (p=0,001), pendidikan (p=0,001), pekerjaan (p=0,008), pengalaman positif Covid-19 (p=0,025) dan tidak ditemukan adanya perbedaan berdasarkan sumber informasi (p=0,938). Sedangkan untuk Perceived Severity ditemukan adanya perbedaan berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan (p=0,026), pendidikan (p=0,005), pekerjaan (p=0,012), pengalaman positif Covid-19 (p=0,03) dan tidak ditemukan adanya perbedaan berdasarkan sumber informasi (p=0,877). Penelitian ini menunjukkan masyarakat perkotaan memiliki Perceived Susceptibility dan Perceived Severity yang lebih tinggi dalam menjalankan protokol kesehatan Covid-19 dibanding masyarakat pedesaan. Kata kunci: protokol kesehatan covid-19, perceived susceptibility, perceived severity
[RETRACTED] Profil Faktor Risiko Dan Sosiodemografis Kanker Serviks: Sebuah Kajian Sistematis Helen Cyntia Mago; Tjie Kok; Winnie Nirmala Santosa
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 3 No. 2 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—Cervical cancer is caused by HPV infection type 16 and 18. The risk factors and sociodemographic of HPV transmission is age, parity, number of sexual partners, oral contraceptives, sexual intercourse at young age and education level. The aims is to describe and analyze risk factors and sociodemographic of cervical cancer. This research is a systematic review. There are nine studies that included. The results are the mean age around 31.5-42.8 years old, the number of sexual partners between 0 - ≥ 2, with or without of oral contraceptives, have sexual intercourse at 16-24 years old, have children with 0-8 number of parity, and have an education level between lower - higher education level. This profile of risk factors and sociodemographic can be different between each country depends on culture, government systems and economic status from each country. The conclusion is women aged ≥ 30 years old (mean age around 31,5-42,8 years old) who used or doesn’t used oral contraceptive and have sexual intercourse at young age around 16-20 years old with the number of sexual partner is ≥ 1, also have high number of parity or have ≥ 2 kids and have low education level. Keywords: cervical cancer, sociodemographic, risk factors Abstrak—Kanker serviks disebabkan oleh infeksi dari HPV tipe 16 dan tipe 18. Faktor risiko dan sosiodemografis penularan infeksi HPV adalah usia, paritas, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontrasepsi oral, melakukan hubungan seksual pada usia muda dan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan dan menganalisis faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks. Penelitian ini merupakan sebuah kajian sistematis. Terdapat sembilan literatur yang dikaji. Hasil penelitian adalah rata-rata usia adalah 31,5-42,8 tahun, jumlah pasangan seksual bervariasi antara 0 - ≥ 2 pasang, menggunakan atau tanpa kontrasepsi oral, melakukan hubungan seksual pada usia muda yaitu kisaran 16-24 tahun, memiliki anak dengan jumlah yang bervariasi yaitu antara 0-8 anak, dan memiliki jenjang pendidikan antara pendidikan rendah-pendidikan tinggi. Profil faktor risiko dan sosiodemografis ini dapat berbeda antar tiap negara karena dipengaruhi oleh budaya, sistem pemerintahan dan status ekonomi dari setiap negara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profil faktor risiko dan sosiodemografis kanker serviks adalah wanita berusia ≥ 30 tahun (rata-rata usia 31,5-42,8 tahun) yang menggunakan atau tanpa menggunakan kontrasepsi oral dan pernah melakukan hubungan seksual di usia sekitar 16-20 tahun dengan jumlah pasangan seksual yaitu ≥ 1, serta memiliki anak dengan jumlah yang banyak atau ≥ 2 dan tingkat pendidikan rendah. Kata Kunci: kanker serviks, sosiodemografis, faktor risiko
Laporan Kasus: Kista Ovarium Permagna Muhammad Yusuf; Achmadi
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i1.5301

Abstract

Abstract—Giant ovarian cyst is a mass on the adnexa with a size of 10 cm before surgery. About 10% of women will have tumor growths on the ovaries and almost all of them are benign. In this case a 50-year-old woman with complaints of an enlarged abdomen, abdominal fullness and malaise. The result of the ultrasonography picture obtained lobed masses with a diameter of 20 cm. After that, a total abdominal hysterectomy operation with bilateral salphyngoophorectomy is performed. The operation went well and the patient went home without any follow-up problems. Lab results found CA 125 levels of 20.87 U/mL, with histological descriptions stating these cysts are benign and contain mucin fluid. Keywords: ovarian, cyst, giant, mucinous, benign Abstrak—Kista ovarium permagna merupakan massa pada adneksa dengan ukuran 10 cm sebelum operasi. Sekitar 10% wanita akan mengalami pertumbuhan tumor pada ovarium dan hampir semuanya jinak. Pada kasus ini wanita berusia 50 tahun dengan keluhan perut semakin membesar, rasa penuh dan tidak enak. Hasil gambaran ultrasonography didapatkan massa berlobus – lobus dengan diameter 20 cm. Setelah itu, dilakukan operasi total abdominal hysterectomy dengan bilateral salphyngoophorectomy. Operasi berjalan dengan baik dan pasien pulang tanpa ada masalah lanjutan. Hasil lab ditemukan kadar CA 125 20.87 U/mL, dengan gambaran histologi menyatakan kista ini jinak dan berisi cairan mucin. Kata kunci: kista, ovarium, mucin, permagna
Pengembangan Mikrosfer Asiklovir menggunakan Kitosan dan Natrium Tripolifosfat: Faktor Suhu Inlet Cynthia Marisca Muntu; Sadono; Melinda Natalia Suwito
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i1.5451

Abstract

Abstract—Acyclovir is an antiviral used for the treatment of herpes simplex but it's a short half-life, thereby increasing the administration frequency. To overcome this problem, the acyclovir microsphere system was created with chitosan and sodium tripolyphosphate (NTPP). The formulation used a spray drying method which is influenced by the inlet temperature. Three variations of the inlet temperature are given, i.e. 170 oC (M1), 180 oC (M2), and 190 oC (M3). Physicochemical characterization obtained the same results on the three microspheres. They showed the occurrence of cross-linking between chitosan and NTPP. The average particle sizes of M1, M2, and M3 microspheres were 8.52 µm, 8.92 µm, and 9.83 µm respectively. All microspheres' morphology was spherical with a rough surface. The moisture content of M1, M2, M3 microspheres were 6.63%, 5.49%, 4.63%, respectively. The swelling index of M1, M2, and M3 microspheres obtained from 0.5-4 hours were 143.11-258.86%, 167.26-239.61%, and 152.49-259.60%. The recovery of M1, M2, and M3 microspheres was 33.93%, 47.26%, and 35.09% respectively. The acyclovir encapsulation efficiency of M1, M2, and M3 microspheres were 115.32%, 117.14%, and 111.16% respectively. Dissolution testing showed all three microspheres have the potential for controlled drug delivery systems. The inlet temperature affects the microsphere characteristics and the best inlet temperature was 180 oC. Abstrak—Asiklovir merupakan antivirus yang digunakan untuk terapi herpes simplex karena tingkat selektivitasnya tinggi tetapi waktu paruhnya cepat sehingga meningkatkan frekuensi pemberiannya. Untuk mengatasi masalah ini asiklovir dibuat sistem mikrosfer. Dalam penelitian ini kitosan digunakan sebagai polimer dan natrium tripolifosfat (NTPP) sebagai penyambung silang. Pembuatannya menggunakan metode spray drying yang dipengaruhi oleh suhu inlet, sehingga diberikan tiga variasi suhu inlet yaitu 170 oC (M1), 180 oC (M2), dan 190 oC (M3). Karakteristisasi fisikokimia meliputi identifikasi gugus fungsi, perubahan melting point, dan energi entalpi memperoleh hasil yang sama pada ketiga mikrosfer yaitu terjadinya ikatan sambung silang antara kitosan dengan NTPP. Ukuran partikel rata-rata mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 8,52 µm, 8,92 µm dan 9,83 µm. Morfologi bentuk ketiga mikrosfer adalah sferis dengan permukaan kasar. Kandungan lembap mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 6,63%, 5,49%, 4,63%. Indeks pembengkakan mikrosfer M1, M2, M3 yang diperoleh dari 0,5-4 jam berturut-turut adalah 143,11-258,86%, 167,26-239,61% dan 152,49-259,60%. Perolehan kembali mikrosfer M1, M2, M3 berturut-turut adalah 33,93%, 47,26% dan 35,09%. Efisiensi enkapsulasi asiklovir M1, M2, M3 berturut-turut adalah 115,32%, 117,14% dan 111,16%. Pengujian disolusi asiklovir menunjukkan ketiga mikrosfer berpotensi untuk sistem penghantaran obat terkendali. Suhu inlet berpengaruh terhadap karakteristik mikrosfer asiklovir dan suhu terbaik adalah 180 oC.
The Comparison of Anxiety Disorder Among Ex-Female Sex Workers and Non-Female Sex Workers in The Ex-localization Area Merry Apriliani Angkawidjaja; Ardyan Prima Wardhana; Anita Dahliana
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 2 (2023): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June) - In Progress
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i2.5614

Abstract

Abstract—Indonesian localization of Female Sex Workers (FSW) was one of the largest in Southeast Asia, which has been taken by the government since 2014. The impact of mental health disorders has not yet been reported. This study aimed to compare the anxiety disorder among ex-FSW and non-FSW. This was a study to compare the prevalence of anxiety disorders among ex-FSW compared to non-FSW, located in ex-localization in Surabaya, Indonesia. Seventy-five participants met inclusion criteria and were gathered on December 10th, 2022 to complete Beck Anxiety Inventory (BAI) tests. The results showed that 16,67% of participants (n=12) were found with clinical anxiety scores. Among them, 41,67% ex-FSW (n=5) and 58,33% non-FSW (n=7). The prevalence of anxiety disorder, also the total BAI score, compared to the work history of FSWs and non-FSWs were found not associated (p>0.05). The anxiety disorder was found higher in the non-FSW group than ex-FSW group. But there was no difference found in the prevalence of anxiety and the BAI score between ex-FSW and non-FSW. Keywords: anxiety disorder, female sex workers, mental disorders Abstrak—Eks-lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Indonesia adalah salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, yang ditutup pemerintah di tahun 2014. Dampaknya pada kesehatan mental belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gangguan cemas diantara mantan PSK dan non-PSK. Penelitian ini adalah studi untuk membandingkan prevalensi gangguan cemas diantara mantan PSK dan non-PSK sekitar eks-lokalisasi di Surabaya, Indonesia. Didapatkan 75 partisipan yang memenuhi kriteria inklusi, mereka dikumpulkan pada 10 Desember 2022 untuk mengisi tes Beck Anxiety Inventory (BAI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16,67% partisipan (n=12) didapatkan hasil positif untuk skor kecemasan, di antaranya, 41,67% mantan PSK (n=5) dan 58,33% non-PSK (n=7). Prevalensi kecemasan serta total skor BAI tidak berhubungan dengan riwayat pekerjaan mantan PSK dan non-PSK. Gangguan kecemasan ditemukan lebih tinggi pada non-PSK dibandingkan mantan-PSK. Namun, tidak ditemukan perbedaan prevalensi kecemasan dan skor BAI diantara mantan PSK dan non-PSK. Kata kunci: gangguan cemas, gangguan mental, wanita pekerja seks komersial
Risk Factors for Short Stature Among Children Aged 0-24 Months in Surakarta Steven Irving; Bastomy Eka Rezkita; Indah Sagitaisna Putri; Hari Wahyu Nugroho; Neny Ariyana Usman
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i1.5313

Abstract

Abstract—This study aims to to examine the risk factors of stunting children aged 0-24 months in Surakata in order to prevent stunting as early as possible. This research was an observational with a cross-sectional study design. This research was conducted in several Integrated Health Post (Posyandu) under the guidance of Sangkrah Health Care, Nusukan Health Care, Pucang Sawit Health Care, Penumping Health Care, and Jayengan Health Care in September- October 2018. Sampling was conducted by by consecutive sampling method. Baby’s body length was measured with an infantometer. Risk factors were obtained through interviews using questionares on mothers. Data analysis was conducted using SPSS version 23 with bivariate test (multiple logistic regression). The total correspondents were 139 samples with 128 samples met the inclusion and exclusion criteria. Bivariate analysis results showed a significant relationship between stunting and risk factors for low birth weight, premature baby, and short maternal height. Multivariate analysis showed that the short mother’s height factor was the most dominant factor influencing stunting. Short maternal stature (height<145cmm) is the most dominant factor influencing stunting in children aged 0-24 months in Surakarta City. Keywords: short stature, risk factors Abstrak—Penelitian ini bertujuan meneliti faktor risiko perawakan pendek pada anak usia 0-24 bulan di Kota Surakarta agar dapat mencegah terjadinya perawakan pendek sedini mungkin. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di beberapa Posyandu Balita Binaan Puskesmas Sangkrah, Puskesmas Nusukan, Puskesmas Pucang Sawit, Puskesmas Penumping, dan Puskesmas Jayengan pada bulan September – Oktober 2018. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Pengukuran panjang badan bayi dilakukan dengan infantometer. Faktor risiko didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada ibu. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 23 dengan uji bivariat (uji Chi-Square dan uji Fisher-exact), dan uji multivariat (regresi logistik berganda). Total responden adalah 139 sampel dengan 128 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil Analisis Bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara perawakan pendek dengan faktor risiko berat badan lahir rendah, umur kehamilan prematur, dan tinggi badan ibu pendek. Hasil Analisis Multivariat menunjukkan bahwa faktor tinggi badan ibu pendek menjadi faktor yang paling dominan mempengaruhi perawakan pendek. Tinggi badan ibu pendek (tinggi<145 cm) merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi perawakan pendek pada anak usia 0-24 bulan di Kota Surakarta. Kata kunci: perawakan pendek, faktor risiko
Kinerja Dan Aktivitas Kader Posyandu Ikan Gurame Di Desa Harimau Tandang Tahun 2022 Selvi Dwi Yolanda; Silvi Rahmadona; Fahrul Roziqin; Rizma Adlia Syakurah
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i2.5374

Abstract

Abstract—The Posyandu was established to assist the Puskesmas in providing comprehensive healthcare services to the local community. The effectiveness of these activities is closely tied to the essential role of cadres, contributing to ongoing improvements in Posyandu initiatives. This study aims to describe the performance of the Ikan Gurame Posyandu cadres in Harimau Tandang Village during May and June 2022. Using quantitative methods, data was collected through purposive sampling, combining observations, interviews, and document reviews. The Ikan Gurame Posyandu program involves four dedicated cadres and takes place monthly, focusing on educational sessions, recovery interventions, and providing medications and vitamins. Notably, limited active cadre numbers hinder familiarity with operational standards due to healthcare infrastructure constraints. Cadres also lack specific knowledge about toddler nutrition, impacting their well-being. The hope is that Harimau Tandang Village administration will raise standards, improve facilities, and provide training, enhancing Posyandu cadres' performance. Keywords: cadre performance, health services, posyandu Abstrak—Posyandu didirikan dengan tujuan utama membantu Puskesmas dalam menyediakan layanan kesehatan yang komprehensif bagi masyarakat setempat. Efektivitas kegiatan ini erat hubungannya dengan peran penting yang dilakukan oleh kader, yang berkontribusi pada peningkatan berkelanjutan inisiatif Posyandu. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan kinerja para kader Posyandu Ikan Gurame di Desa Harimau Tandang selama bulan Mei dan Juni 2022. Menggunakan metode kuantitatif, data dikumpulkan melalui pengambilan sampel yang disengaja, menggabungkan observasi, wawancara, dan tinjauan dokumen. Program Posyandu Ikan Gurame melibatkan empat kader yang berdedikasi dan dilaksanakan setiap bulan, berfokus pada sesi edukasi, intervensi pemulihan, serta penyediaan obat-obatan dan vitamin. Perlu dicatat, jumlah kader yang terbatas menghambat pemahaman mengenai standar operasional akibat keterbatasan infrastruktur kesehatan. Kader juga kekurangan pengetahuan khusus tentang gizi balita, yang berdampak pada kesejahteraan mereka. Harapannya adalah bahwa pemerintahan Desa Harimau Tandang akan meningkatkan standar, memperbaiki fasilitas, dan memberikan pelatihan, sehingga meningkatkan kinerja kader Posyandu. Kata kunci: kinerja kader, pelayanan kesehatan, posyandu
Faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan Pra-Rumah Sakit pada Pasien ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI) : Kajian Literatur Alfina Riyanti; Yosi Irawati Wibowo; Sylvi Irawati
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 2 (2023): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June) - In Progress
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i2.5629

Abstract

Abstract—ST-elevation myocardial infarction (STEMI) is a lethal condition. Treatment modality and success mostly depend on time since onset of symptoms. In STEMI, prehospital delay is a significant factor, decreasing likelihood of revascularization and increasing mortality.A greater understanding of the contributing factors may help to reduce delays. This review aimed to map factors associated with prehospital delay in patients with STEMI. We identified patient and transport factors predicting prehospital delay. This review may help the national health management system to identify the factors associated with prehospital delay and it will help in planning interventions to reduce patient delays and to improve the outcome and reduces morbidity and mortality of patients with STEMI. Keywords: acute myocardial infarction; prehospital delay; risk factors; stemi Abstrak—ST-elevation mycardial infarction (STEMI) merupakah salah satu penyakit yang mematikan. Keberhasilan pengobatan sebagian besar bergantung pada waktu sejak timbulnya gejala. Pada kasus STEMI, keterlambatan pra-rumah sakit merupakan faktor yang signifikan menurunkan kemungkinan revaskularisasi dan meningkatkan mortalitas pasien. Pemahaman yang baik tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan pra-rumah sakit dapat menjadi suatu masukan bagi intervensi untuk mengurangi waktu keterlambatan. Kajian ini bertujuan untuk memetakan faktor yang terkait dengan keterlambatan pra-rumah sakit pada pasien STEMI. Kami mengidentifikasi faktor pasien dan faktor transportasi yang memprediksi keterlambatan pra-rumah sakit. Hasil kajian ini dapat membantu sistem manajemen kesehatan nasional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan keterlambatan pra-rumah sakit dan ini akan membantu dalam merencanakan intervensi untuk mengurangi keterlambatan pasien dan untuk meningkatkan prognosis serta mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien STEMI. Kata kunci: infark miokard akut; keterlambatan pra-rumah sakit; faktor risiko; stemi
Ekstrak Kasar Isolat Bacillus sp Sebagai Agen Peluruh Biofilm Mangihot Tua Gultom; William Thamrin; Mariana Wahjudi; Suhartono
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 2 (2023): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June) - In Progress
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i2.5676

Abstract

Abstract–Biofilms play an important role in the distribution and pathogenicity of bacteria. In our previous research, we demonstrated that our isolated Bacillus sp. (collection of Microbiology Lab, Universitas Surabaya) exhibited in vitro antibiofilm activity. Bacilli generally produce cellulase, which is one of the enzymes responsible for bacterial biofilm degradation. Based on this fact, this study aimed (1) to determine whether or not the crude extract of our Bacillus sp. isolate is able to degrade biofilms formed by Escherichia coli, Staphylococcus aureus, and water-crane bacteria, and (2) to determine whether such crude extract contains active cellulase. The research steps began with the preparation of Bacillus sp. crude extract, biofilm degradation assay, cellulase activity assay on CMC Agar, and cellulase detection by SDS-PAGE and electrophoresis zymogram. The crude extract of Bacillus sp. effectively degraded the biofilm 30 min after contact. The crude extract decreased biofilms of Escherichia coli 23,56%, Staphylococcus aureus 27,78%, and water-crane bacteria 37,98%. Based on the zymogram result, it was shown that the crude extract contained active cellulase, with a size of approximately 35 kDA. It was concluded that the crude extract of Bacillus sp. has potential as an anti-biofilm agent and exhibits active cellulase activity. Keywords: Bacillus sp., crude extract, biofilm, SDS-PAGE, zymogram Abstrak–Biofilm mempunyai peran penting dalam penyebaran dan sifat patogenitas bakteri patogen. Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa isolat Bacillus sp. (koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Universitas Surabaya) mempunyai aktivitas anti-biofilm secara in vitro. Bacillus umumnya menghasilkan selulase sedangkan selulase diketahui dapat meluruhkan biofilm bakteri. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui apakah ekstrak kasar isolat Bacillus sp. ini dapat meluruhkan biofilm Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dan bakteri air keran; dan (2) untuk mengetahui apakah dalam ekstrak kasar terdapat selulase. Metode penelitian ini meliputi penyiapan ekstrak kasar sel Bacillus sp., pengujian aktifitas meluruhkan biofilm, uji aktivitas selulase pada Agar CMC, dan analisis keberadaan aktivitas selulase pada ekstrak kasar Bacillus sp. menggunakan SDS-PAGE dan elektroforesis zymogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ektrak kasar isolat Bacillus sp. bekerja paling baik pada perlakuan 30 menit setelah kontak dengan biofilm bakteri. Pemberian ekstrak kasar dapat menurunkan biofilm Escherichia coli sebesar 23,56%; dan biofilm bakteri Staphylococcus aureus sebesar 27,78%, dan biofilm bakteri air keran sebesar 37,98%. Berdasarkan hasil zymogram, telihat bahwa ekstrak kasar isolat Bacillus sp. memiliki selulase aktif dengan ukuran sekitar 35 kDa. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kasar isolat Bacillus sp. berpotensi sebagai agen peluruh biofilm dan memiliki selulase aktif. Kata kunci: Bacillus sp., ekstrak kasar, biofilm, SDS-PAGE, zymogram
Studi In Silico Potensi Metabolit Sekunder Eleutherine palmifolia (L.) Merr. sebagai Inhibitor Protein E6 dan E7 dari Human Papilloma Virus Dinda Fluor Agustin; Mariana Wahjudi
Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 4 No. 1 (2022): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (December)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/kesdok.V4i1.5818

Abstract

Abstract—Human Papilloma Virus (HPV), especially variants 16 and 18, are the causative agents of cervicals cancer. The E6 and E7 proteins are known to play a role in the cervical cancer regulation. Dayak onion plants have been widely used by local people as traditional medicine, including in treating cancer. Until now, there is no known compound or scientific evidence related to its activity of Dayak onion plants against HPV. The plant contains flavonoids, alkaloids, naphtoquinone and several types of polyphenols. Several flavonoids and naphtoquinones from other plants are known to have the ability to treat cancer, especially cervical cancer. In this study, we performed in silico screening of the secondary metabolites, especially the flavonoid and naphtoquinone groups, of Dayak onions which might be active against E6 and E7 proteins of HPV16 and 18. The result showed that there were six flavonoids’ compounds and four naphtoquinone compounds which were predicted as candidates to treat cervical cancer. The Pa values of all compounds, including the positive control, the resveratrol, were less than 0.5 which meant that all compounds showed no activity as anticancer. Analysis of physicochemical, pharmacokinetics, and toxicity predictions exhibited that all compounds could be absorbed, distributed, metabolized, and excreted in human body and non-toxic. Among the ten compounds, only 1,4-Naphthoquinone had weaker interaction with E6 and E7 proteins than resveratrol. Ephicatecin gallate had the strongest binding affinity with protein E6 HPV16 (-7,7 kkal.mol-1) and E7 HPV18 (-7,1 kkal.mol-1), whilst rutin was the strongest interaction with E6 HPV16 (-7,8 kkal.mol-1) and E7 HPV18 (-6,2 kkal.mol-1). As a conclusion, the ephicatecin gallate and rutin compounds of BDayak onion could be used as potent candidat to inactivate the E6 and E7 proteins of HPV 16 and HPV18. The two compounds were also predicted had similarity as medicine and were suitable in bioavailability to be applied as agents for cervical cancer therapy. Keywords: E6 and E7 oncogene proteins, cervical cancer, flavonoid, naphtoquinone, onion dayak Abstrak—Human Papiloma Virus (HPV) varian tipe 16 dan 18 merupakan salah satu penyebab kanker serviks. Protein E6 dan E7 dari HPV merupakan protein utama yang berperan dalam regulasi kanker servix. Tanaman Bawang Dayak telah banyak digunakan secara tradisional untuk mengatasi kanker. Hingga saat ini belum diketahui senyawa atau pembuktian ilmiah terkait khasiatnya pada tanaman Bawang Dayak. Bawang Dayak mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, naphtoquinone dan beberapa tipe polifenol. Beberapa senyawa golongan flavonoid dan naphtoquinone dari tumbuhan lain telah dibuktikan berperan dalam mengatasi kanker, terutama kanker servix. Pada penelitian ini dilakukan skrining secara in silico metabolit sekunder, khususnya golongan flavonoid dan naphtoquinone, dari Bawang Dayak yang berpotensi menghambat protein E6 dan E7 dari HPV16 dan HPV18. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada enam senyawa golongan flavonoid dan dan empat senyawa naphtoquinone yang diduga berpotensi sebagai anti kanker serviks. Nilai Pa kurang dari 0,5 untuk semua metabolit sekunder dan kontrol positif, resveratrol tidak menunjukkan aktivitas. Analisis sifat fisikokimia, farmakokinetik dan potensi toksisitas bagi tubuh menunjukkan bahwa semua senyawa teridentifikasi mampu diabsorbsi, didistribusi, dimetabolisme dan diekskresi dari tubuh dan tidak toksik. Interaksi sepuluh metabolit sekunder Bawang Dayak dengan protein E618 dan E716 menunjukkan bahwa hanya 1,4-Naphthoquinone yang berinteraksi lebih lemah dibandingkan resveratrol. Ephicatecin gallate berinteraksi paling kuat dengan protein E6 HPV16 (-7,7 kkal.mol-1) dan E7 HPV18 (-7,1 kkal.mol-1). Rutin berinteraksi paling baik dengan E6 HPV16 (-7,8 kkal.mol-1) dan E7 HPV18 (-6,2 kkal.mol-1). Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa senyawa ephicatecin gallate dan rutin Bawang Dayak berpotensi sebagai kandidat penghambat protein E6 dan E7 dari HPV 16 dan HPV18. Kedua senyawa juga diduga memiliki kesamaan dengan obat dan secara bioavailibilitasnya cocok jika diterapkan sebagai agen terapi kanker serviks. Kata kunci: bawang dayak, flavonoid, kanker servix, naphtoquinone, protein onkogen E6 dan E7