cover
Contact Name
Susanto Dwiraharjo
Contact Email
jurnalgraciadeo@gmail.com
Phone
+6282310002924
Journal Mail Official
jurnalgraciadeo@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta barat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO
ISSN : 26556871     EISSN : 26556863     DOI : 10.46929
Jurnal Teologi Gracia Deo merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan bidang ilmu teologi dan Pendidikan Kristiani, dengan nomor ISSN: 2655-6863 (online), ISSN: 2655-6871(print), diterbitkan dan dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Baptis Jakarta. Focus dan Scope dalam Jurnal ini adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Misiologi Kepemimpinan Kristen Pendidikan Kristiani
Articles 92 Documents
Reposisi Hakikat Beragama di tengah Kemajemukan Indonesia Didimus Sutanto B Prasetya; Candra Gunawan Marisi
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.95

Abstract

The philosophy of the state of the Indonesian people is Pancasila with the first principle " Belief in One Supreme God" meaning that Indonesian citizens are human beings who believe in God in the diversity of beliefs and religions in Indonesia. It is ironic that as a country based on God, religion has become an identity to be proud of, but the moral decline is also shown. This study aims to find and reposition the nature of religion in realizing religious moderation in Indonesia's pluralism. The method in this research is descriptive qualitative, where data is collected through research literature in the form of books and journals related to the topic of the problem. Religion should be placed in a private space. This restores religion as the most essential human right, there is no majority or minority, every individual has the same rights. Based on this understanding, religion and the nature of religion must be positioned in the privacy of each individual, so that religion is not indicated by its level of religiosity alone but rather to its spiritual level, personal relationship with God. AbstrakFalsafah bangsa Indonesia adalah Pancasila dengan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” artinya bahwa warga negara Indonesia merupakan manusia yang ber-Tuhan dalam kebera-gaman kepercayaan dan agama di Indonesia. Ironis sebagai negara yang berlandaskan Ketuhanan, agama menjadi suatu identitas yang dibanggakan namun kemerosotan moral juga dipertontonkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan memposisikan kembali hakikat beragama dalam mewujudkan moderasi beragama di tengah kemajemukan Indonesia. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui literatur research yang berupa buku maupun jurnal yang berkaitan dengan topik permasalahan tersebut. Agama harus ditem-patkan pada ruang pribadi. Hal ini mengembalikan agama sebagai hak asasi manusia yang paling hakiki, tidak ada pemeluk mayoritas ataupun pemeluk minoritas, setiap individu memiliki hak yang sama. Berdasar dari pemahaman tersebut, agama dan hakikat beragama harus diposisikan pada ruang privasi setiap individu, sehingga agama bukanlah ditunjukkan dengan tingkat religio-sitasnya semata melainkan lebih kepada tingkat spiritualnya, hubungan pribadi dengan Tuhannya.
Prinsip-prinsip dalam Membangun Pernikahan Kristen yang Kuat Yakub Hendrawan Perangin Angin; Yonatan Alex Arifianto
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 1, No 2 (2019): Januari 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v1i2.129

Abstract

Kompetensi utama yang harus dimiliki oleh suami istri dalam membangun pernikahan yang kokoh sangatlah berharga untuk itu setiap pasangan suami istri harus dipersiapkan sejak awal pernikahan agar terbangun pernikahan yang abadi. Pernikahan yang sehat dan bahagia merupakan impian dari setiap pasangan suami istri. Pernikahan yang dijalani dengan berhasil dapat memberikan gelora bagi suami dan istri dalam melalui dan mengatasi berbagai persoalan dan tekanan yang dihadapi dan semakin teguh dan kuat seiring usia pernikahannya. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dari berbagai jurnal dan buku yang ditulis oleh konselor dan pakar pembina pernikahan Kristen. Hasil dari penelitian ini ada 6 cara yang harus dibangun oleh pasangan suami istri yang merindukan pernikahan yang tangguh, yaitu: Pertama, Menjadikan Kristus Sebagai Pusat Kehidupan Pernikahan.  Kedua, Mengembangkan Keterampilan Pernikahan Melalui Kursus dan Sekolah Keluarga. Ketiga, Mengembangkan Kreativitas Dalam Mempertahankan Kemesraan Pernikahan. Keempat, Bersama Sengaja Bertumbuh Terus Menerus. Kelima, Berdoa Bersama Pasangan dan Saling Memperkaya. Keenam, Menjadi Penjaga Pernikahan Lainnya.  
Posmodernisme dan Kebangkitan Gerakan Agama Baru Alisaid Prawiro Negoro; Bobby Kurnia Putrawan; Sutrisno Sutrisno; Abraham Pontius Sitinjak
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 1: Juli 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i1.122

Abstract

Postmodernism is an understanding that wants to evade the old order of cultural life, remodel and rebuild the model of new world order. Postmodernism is present in a philosophical idea in the form of a paradigm of thought, intellectual style, the spirit of the times (zeitgeist). Its influence has reached various fields of life, including the religious sector. The rise of new religious movements (GAB) in the last half-century has continued to increase. Is this caused by the presence of postmodernism which has spread subjective, relative, and pluralist reasoning? This research reveals the influence and impact of postmodernism on the rise of these new religious movements. The method used is library research, namely research carried out through collecting data or scientific papers aimed at the object of research or data collection that is the library in nature, or studies carried out to solve a problem that basically relies on the critical and in-depth study. to relevant library materials. AbstrakPosmodernisme merupakan suatu paham yang ingin mengelak dari tatanan kehidupan budaya lama, merombak dan membangun ulang model tatanan dunia baru. Posmodernisme hadir dalam sebuah gagasan filosofis berupa paradigma berpikir, gaya intelektual, semangat zaman (zeitgeist). Pengaruhnya pun telah sampai di berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali di sektor agama. Kebangkitan gerakan-gerakan agama baru (GAB) dalam separuh abad belakangan  ini terus meningkat. Apakah ini disebabkan oleh kehadiran postmodernisme yang telah menebarkan penalaran subjektif, relative dan pluralis? Penelitian ini mengungkap pengaruh dan dampak pos-modernisme terhadap kebangkitan gerakan-gerakan agama baru itu. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan objek penelitian atau pengum-pulan data yang bersifat kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.
Implementasi Perspektif Postmodernisme terhadap Pendidikan Kristiani Sadrakh Sugiono; Valentino Wariki; Frans Pantan
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 3, No 2 (2021): Januari 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v3i2.127

Abstract

Postmodernism seems to be something scary for Christian belief. His acceptance of relativity and his rejection of absolute truth seemed to be a significant obstacle for the world of Christian education. This study is library research using a descriptive qualitative approach in data collection. The findings in this study are: postmodernism is an antithesis of modernism; implementation of Postmodernism perspective on Christian Religious Education; Postmodern has a role in learning Christian religious education and curriculum design for Christian religious education as an answer to postmodernism. The research concludes that educators view postmodernism as an opportunity to develop competence and open themselves to the times. So that Christian Religious Education can be realized and face competition in the era of globalization.AbstrakPostmodernisme tampaknya menjadi sesuatu yang menakutkan bagi kepercayaan Kristen. Penerimaannya terhadap relativitas dan penolakannya terhadap kebenaran mutlak tampaknya menjadi hambatan yang signifikan bagi dunia pendidikan Kristen. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dalam pengumpulan datanya. Temuan dalam penelitian ini adalah: postmodernisme merupakan antitesis dari modernisme; implementasi perspektif Postmodernisme pada Pendidikan Agama Kristen; Postmodern memiliki peran dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen dan desain kurikulum pendidikan agama Kristen sebagai jawaban terhadap postmodernisme. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pendidik memandang postmo-dernisme sebagai peluang untuk mengembangkan kompetensi dan membuka diri terhadap perkembangan zaman. Sehingga Pendidikan Agama Kristen dapat terwujud dan menghadapi persaingan di era globalisasi.
Implikasi Kebebasan Beragama di Indonesia Melalui Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Sintikhe Nora Afrilyna; Christiani Hutabarat
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.188

Abstract

Indonesia has the fourth largest population in the world and the country with the largest Muslim-majority population. Indonesia also has many adherents of Christianity, accompanied by adherents of other religions and beliefs which have long coexisted in Indonesia. A life that liberates everyone to embrace their beliefs has long been happening in Indonesia as part of a culture of mutual respect, cooperation, and assistance in the community. Christian religious education supports freedom of religion, which is the fundamental right of every human being to choose what to believe without being forced by other people and the state. Christian religious education is the foundation taught in schools and churches on how God gave free will to humans. Therefore, freedom of religion is a gift that God has given that is inherent in human nature. Indonesia can be an example of how culturally and religiously they can coexist. The purpose of this study is to explain that the implication of religious freedom is the availability of Christian religious education at the school level. The research method used is library research which collects materials from books and journals and then manages them to take the formulations needed in writing this research. AbstrakIndonesia adalah negara yang dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan negara dengan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia. Indonesia juga memiliki jumlah pemeluk agama Kristen yang tidak sedikit jumlahnya, disertai dengan berbagai pemeluk agama dan keyakinan yang lain dimana telah lama hidup berdampingan di Indonesia. Kehidupan yang membebaskan setiap orang memeluk kepercayaannya sudah lama terjadi di Indonesia sebagai bagian dari budaya saling menghargai, gotong royong dan saling membantu dalam komunitas. Dalam perspektif pendidikan agama Kristen memberikan dukungan akan kebebasan beragama yang merupakan hak dasar setiap manusia untuk memilih apa yang diyakini tanpa dipaksa oleh orang lain dan negara. Pendidikan agama Kristen menjadi fondasi yang diajarkan baik dalam sekolah dan gereja bagaimana Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia oleh sebab itu kebebasan beragama adalah anugerah yang Tuhan berikan melekat dalam hakikat manusia. Indonesia dapat menjadi contoh bagaimana secara budaya dan keyakinan dapat hidup berdampingan secara bersama-sama. Tujuan dari penelitian ini menjelaskan bahwa implikasi dari kebebasan beragama adalah tersedianya pendidikan agama Kristen di  tingkat sekolah. Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian pustaka yang mengumpulkan bahan-bahan dari buku-buku, jurnal kemudian mengelolanya untuk mengambil rumusan yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini. 
Memaknai Penyembuhan Bartimeus dalam bingkai Pertumbuhan Iman: Sebuah Kajian Reflektif Markus 10:46-52 Yonathan Salmon Efrayim Ngesthi; Carolina Etnasari Anjaya
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.192

Abstract

The healing miracles that the Lord Jesus performed during the New Testament period have theological significance for the faith life of today's believers. The process of the miraculous healing of blindness experienced by Bartimaeus is an illustration of how the Christian faith growth pattern should occur. This study aims to provide an overview of the theological meaning of the healing miracle found in Mark 10:46-52 and its relevance to the growth of faith so that believers can have confidence that continues to grow stronger in this era. The method chosen to present this study is descriptive qualitative through a literature study approach. This study found that the process of Christian faith growth will occur through three main stages: acknowledging the Lord Jesus as a savior, repentance, and commitment to live according to His pattern of life in simplicity and work hard for others. The main key to its application is the willingness to divert the vision from worldly matters to heavenly matters and the courage to let go of the stability of life.  AbstrakMukjizat penyembuhan yang Tuhan Yesus lakukan pada masa Perjanjian Baru memiliki makna teologis bagi kehidupan iman umat percaya masa kini. Proses mukjizat penyembuhan kebutaan yang dialami Bartimeus sebagai gambaran bagaimana seharusnya pola pertumbuhan iman umat Kristen terjadi. Kajian ini memiliki tujuan memberikan gambaran makna teologis mukjizat penyembuhan yang terdapat pada Markus 10:46-52 dan relevansinya terhadap pertumbuhan iman sehingga umat percaya dapat memiliki iman yang terus bertumbuh semakin kokoh di zaman ini. Metode yang dipilih untuk menyajikan kajian ini adalah deskriptif kualitatif melalui pendekatan studi literatur. Hasil dari kajian ini menemukan bahwa proses pertumbuhan iman umat Kristen akan terjadi dengan melalui tiga tahap utama yaitu: pengakuan tentang Tuhan Yesus sebagai juru selamat, melakukan pertobatan dan  komitmen untuk hidup mengikuti pola kehidupan-Nya dalam kesederhanan dan giat bekerja bagi sesama. Kunci utama dari penerapannya adalah kesediaan mengalihkan visi dari perkara dunia kepada perkara surgawi dan berani melepaskan kemapanan hidup. 
Misi Amanat Agung: Sebuah Kajian Komparatif Perspektif Calvinis dan Arminian Hendra Suherman; Jimmy Lizardo; Sugihyono Sugihyono
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.182

Abstract

This article aims to describe the Great Commission as Jesus' command to make disciples of all nations from the perspective of missiology, Calvinism, and Arminianism. This study uses a qualitative approach, with the literature study method, using book sources and research articles as a reference for studying the meaning of the great commission in its true sense. The result of this research is the need to communicate the two different views above with the concept of "the future" ( future), which means that both Calvinism and Arminianism both believe that salvation is only in the Lord Jesus Christ; Christ's death was to atone for human sins, so it is for this mission that the church must preach the Gospel to everyone without exception; the task of the church in the world is to carry out evangelism until Maranatha actively. In conclusion, the salvation of mankind is the fruit of the results of evangelism carried out by believers while in the world; thus, the most essential thing for the church is to carry out the Mission of the Great Mandate of Jesus Christ through continuous evangelism and discipleship. AbstrakArtikel ini bertujuan mendeskripsikanAmanat Agung sebagai perintah Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, baik dalam perspektif misiologi, kelompok Calvinisme dan Arminianisme. Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif, dengan metode studi pustaka,menggunakan sumber buku dan artikel hasil penelitian sebagai acuan untukmelakukan kajian terhadap makna amanat agung dalam arti yang sesungguhnya Hasil dari penelitian ini adalah perlunya mengkomunikasikan kedua perbedaan pandangan di atas dengan konsep “the future” (masa depan) yang memiliki makna, bahwa baik Calvinisme maupun Arminianisme, keduanya sama-sama memercayai bahwa keselamatan hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus;kematian Kristus adalah untuk menebus dosa manusia, sehingga untuk misi inilah maka gereja harus memberitakan Injil kepada semua orang tanpa terkecuali;tugas gereja di dunia adalah giat mela-kukan penginjilan sampai maranatha. Kesimpiulannya, keselamatan  umat manusia adalah buah dari hasil penginjilan yang dilakukan orang percaya selama di dunia, dengan demikian hal yang paling esensia bagi gereja adalah menjalankan Misi Amanat Agung Yesus Kristus melalui pem-beritaan Injil dan pemuridan secara terus-menerus. 
Partisipasi Sebagai Pemenuhan Tanggung Jawab Gambar Kristus Yohannes Ali Sandro Sitorus
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.159

Abstract

Questions about existence like “why am I exist” or “what is the purpose of my existence?” at least we’ve questioned once. There is two kind of answer, those who believe the purpose themselves has been established from the beginning, and those others who feel the meaning of life is decided by themselves. Therefore, how is the scheme of participation in Trinity? Are humans participating as a responsibility because human is the creation, or is participation a response to mankind's existence? To respond to the problem, this study will explore Jean-Paul Sartre’s existentialism to reveal the basic scheme of human responsibility for their actions. Afterward, the result will be analyzed by using the lenses of heteronomy and autonomy ethics, and the lens of humans is the image of Christ. The purpose of this study is to reinforce that human participation in Trinitiy is an attempt to fulfill the responsibility of his existence as the image of Christ in humans' freedom. AbstrakPertanyaan seputar eksistensi seperti “mengapa saya ada” atau “apa tujuan dari ‘ada’-nya saya?” setidaknya pernah kita ajukan. Ada yang mempercayai bahwa tujuan dari keberadaan dirinya telah ditetapkan sejak awal, dan ada yang mempercayai dirinya sendiri yang menentukan tujuan atau memaknai keberadaannya. Dengan adanya dua pandangan tersebut, bagaimana skema partisipasi ke dalam Allah Trinitas kemudian? Apakah manusia melakukannya karena kewajiban sebagai ciptaan, atau justru partisipasi adalah tanggapan manusia terhadap keberadaan dirinya? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini akan mendalami eksistensialisme Jean-Paul Sartre guna menguak skema dasar tanggung jawab atas tindakan manusia. Kemudian temuan tersebut akan dianalisis dengan etika heteronomi dan otonomi, serta perspektif manusia sebagai gambar Kristus. Kajian tersebut dilakukan untuk mempertegas, bahwa partisipasi manusia ke dalam Allah Trinitas adalah upaya pemenuhan keberadaan manusia sebagai gambar Kristus di dalam kebebasannya.   
Prinsip Kesalehan Sosial bagi Muda-Mudi Kristen di Ruang Media Sosial Erman Sepniagus Saragih
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.158

Abstract

The degradation of the habitat of the church’s youth generation and their increasing presentation in the social media space challenge the church to formulate principles of adaptive ministry. This study aims to describe the construction of the principle of social piety based on a constructive reading of the literature to argue for the principle of adaptive service for Christian youth. Some literature related to church service efforts on the impact of social media on Christian youth is always based on vertical spiritual relations. However, horizontal relationships are also significant, as is the principle of social piety. The method used is descriptive qualitative with a secondary data literature study approach. The conclusion is that social piety includes material about balancing faith and works, doing God’s will, loving others and being tolerant, and obeying the government. These four principles are very relevant to be stimulated young Christians in the context of diversity in Indonesia to maintain peace amid diversity. AbstrakDegradasi habitus generasi muda-mudi Kristen dan meningkatnya presentasi mereka dalam ruang media sosial menantang gereja berpikir untuk merekonstruksi prinsip pelayanan muda-mudi yang adaptif. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan konstruksi prinsip kesalehan sosial berdasarkan pembacaan literatur secara konstruktif untuk mengargumentasikan prinsip pelayanan adaptif bagi muda-mudi Kristen. Beberapa literatur terkait upaya pelayanan gereja terhadap dampak media sosial bagi muda-mudi Kristen selalu berbasis relasi spiritual vertikal adalah baik, akan tetapi relasi horizontal juga sangat penting sebagaimana prinsip kesalehan sosial. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur data sekunder. Kesimpulannya adalah bahwa kesalehan sosial mencakup materi tentang keseimbangan antara iman dan perbuatan, melakukan kehendak Allah, mengasihi sesama dan toleran, dan patuh kepada pemerintah. Keempat prinsip tersebut sangat relevan distimulasikan bagi muda-mudi Kristen dalam konteks kebhinekaan di Indonesia untuk merawat perdamaian di tengah-tengah keberagaman.  
Predestinasi dan Reprobasi dalam Analogi Lalang di antara Gandum: Kajian Naratif Matius 13:24-30; 36-43 Sugihyono Sugihyono
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 5, No 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v5i2.181

Abstract

This paper aims to examine bdemonically the parable of the tares between the wheat in Matthew 13:24-30 and 36-43 in response to the problems of Calvin's doctrine of predestination and reprobation that have been in opposition. Using a qualitative approach with a literature study method through the source of books and literature correlates with this research problem. The author also uses the principles of hermeneutics to interpret the biblical text from the original language. From this research, it can be concluded that by connecting the parable of the tares among the wheat in Matthew 13:24-30 and 36-43 with the concepts of predestination and reprobation, the answer to the problem of predestination and reprobation is obtained, namely: God's basis for choosing who will be saved is by seed. Whether the man is the seed of wheat (His children), or the seed of tares (the children of the devil). If it is His son, he will be saved. Likewise, if God allows or ordains a person to hell, this is because that person is the seed of the evil one, and indeed the place worthy of him is in hell. AbstrakTulisan ini bertujuan mengkaji secara biblis perumpamaan lalang di antara gandum dalam Matius 13:24-30 dan 36-43  sebagai jawaban atas persoalan-persoalan doktrin predestinasi dan reprobasi Calvin yang selama ini menjadi pertentangan. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka, melalui sumber buku-buku dan literatur yang berkorelasi dengan masalahpenelitianini. Penulis juga menggunakan prinsip-prinsip hermeneutika untuk menafsirkan teks Alkitab dari bahasa aslinya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menghubungkan perumpamaan lalang di antara gandum dalam Matius 13:24-30 dan 36-43 dengan konsep predestinasi dan reprobasi, maka didapatkan jawaban atas persoalan predestinasi dan reprobasi, yaitu: Dasar Allah memilih siapa saja yang akan selamat adalah berdasarkan benih. Apakah orang itu adalah benih gandum (anak-anak-Nya), ataukah benih lalang (anak-anak iblis). Bila anak-Nya, maka ia akan diselamatkan. Demikian juga sebaliknya, bila Allah membiarkan atau menetapkan seseorang masuk neraka, hal ini adalah karena orang itu merupakan benih dari si jahat, dan memang tempat yang layak baginya adalah di neraka. 

Page 7 of 10 | Total Record : 92