cover
Contact Name
Evi Maha Kastri
Contact Email
redaksikelasa@gmail.com
Phone
+6285279491107
Journal Mail Official
redaksikelasa@gmail.com
Editorial Address
Jalan Beringin II No.40 Kompleks Gubernuran Telukbetung, Bandar Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Kelasa : Kelebat masalah bahasa dan sastra
ISSN : 19077165     EISSN : 27214672     DOI : https://doi.org/10.26499/kls.v15i1.21
Core Subject : Education,
KELASA is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. The scope of KELASA includes linguistic, applied linguistic, interdisciplinary linguistic studies, theoretical literary studies, interdisciplinary literary studies, literature and identity politics, philology, and oral tradition. KELASA is published by Kantor Bahasa Lampung, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. KELASA accepts articles from authors of national or international institutions. Authors are free of charge throughout the whole process including article submission, review and editing process, and publication.
Articles 105 Documents
Peran Media Massa dalam Rangka Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia Ratih Rahayu
Kelasa Vol 13, No 2 (2018): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v13i2.71

Abstract

The study of the role of mass media as one of the supporters of efforts to foster Indonesian language and literature needs to be done so that its role can be known and its success rate can be evaluated. The method used in this study is a qualitative research method with a descriptive approach. The data collection technique is indirect interviews with staff of twenty Kantor and Balai Bahasa in Indonesia. Of the twenty Kantor and Balai Bahasa that were recorded, it was found that only two Kantor Bahasa had not cooperated with any mass media. There are three Kantor and Balai Bahasa that have collaborated with print and electronic media, namely the Balai Bahasa Kalimantan Barat, Balai Bahasa Riau, and Kantor Bahasa Lampung. Of the twenty Balai and Kantor Bahasa, there are 14 Balai and Kantor Bahasa that have collaborated with radio, both RRI and other private radios. The role of mass media as one of the supporters of efforts to foster Indonesian language and literature has been felt by the community. AbstrakPengkajian peran media massa sebagai salah satu pendukung upaya pembinaan bahasa dan sastra Indonesia perlu dilakukan agar dapat diketahui bagaimana perannya serta dapat dievaluasi tingkat keberhasilannya. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara tidak langsung dengan staf dua puluh balai dan kantor bahasa yang ada di Indonesia. Dari dua puluh balai dan kantor bahasa yang terdata diketahui hanya dua kantor bahasa yang belum menjalin kerja sama dengan media massa apa pun. Ada tiga balai dan kantor bahasa yang telah menjalin kerja sama dengan media cetak dan elektronik, yaitu Balai Bahasa Kalimantan Barat, Balai Bahasa Riau, dan Kantor Bahasa Lampung. Julah Kantor dan balai bahasa di Indonesia ada dua, tetapi hanya 14 balai dan kantor yang telah bekerja sama dengan radio, baik RRI maupun radio swasta lainnya. Peran media massa sebagai salah satu pendukung upaya pembinaan bahasa dan sastra Indonesia telah cukup dirasakan masyarakat. 
Nilai-Nilai Luhur dalam Ungkapan Tradisional Suku Dayak Halong Balangan Hestiyana Hestiyana
Kelasa Vol 15, No 1 (2020): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v15i1.14

Abstract

This study aims to describe the noble values in the traditional expression of the Dayak Halong Balangan tribe and the relevance of these noble values to people’s lives today. This study used descriptive qualitative method. The techniques used in data collection are observation, interview, and literature study. In the technique of data analysis used descriptive qualitative analysis, namely by analyzing the noble values one by one in the traditional expression of the Dayak Halong Balangan tribe and the relevance of these noble values to people’s lives today. The next stage, make conclusions from the overall results of data analysis will use informal methods, namely by describing the results of the study in the form of words or sentence descriptions. From the analysis it was found that the noble values in the traditional expression of theDayak Halong Balangan tribe include: (1) noble values related to oneself, (2) noble values relating to others or humans in social sphere, and (3) noble values related to God. Meanwhile, the relevance of these noble values to people’s lives today, which is very relevant because it becomes a social control tool. The noble values contained there in not only play a role in regulating behavior between individuals or communities, but also their relationship with God. AbstrakPenelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai luhur dalam ungkapan tradisional suku Dayak Halong Balangan dan relevansi nilai-nilai luhur tersebut dengan kehidupan masyarakat saat ini.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka.Dalam teknik analisis data digunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan menganalisis satu per satu nilai-nilai luhur dalam ungkapan tradisional suku Dayak Halong Balangan dan relevansi nilai-nilai luhur tersebut dengan kehidupan masyarakat saat ini.Tahap berikutnya, membuat simpulan dari keseluruhan hasil penelitian. Selanjutnya, dalam penyajian hasil analisis data akan menggunakan metode informal, yakni dengan mendeskripsikan hasil kajian dalam bentuk kata-kata atau uraian kalimat. Dari hasil analisis ditemukan bahwa nilai-nilai luhur dalam ungkapan tradisional suku Dayak Halong Balangan, yaitu(1) nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan diri sendiri, (2) nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan sesama atau manusia dalam lingkup sosial, dan (3) nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan Tuhan. Adapun, relevansi nilai-nilai luhur tersebut dengan kehidupan masyarakat saat ini, yakni sangat relevan karena menjadi alat pengendali sosial. Nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya tidak hanya berperan dalam mengatur perilaku antarindividu ataupun masyarakat, tetapi juga hubungannya dengan Tuhan.
Menguak Cerita Horor Karya Eka Kurniawan dalam Kumpulan Budak Setan: Sebuah Kajian Formula Yudo Suryo Hapsoro
Kelasa Vol 14, No 2 (2019): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v14i2.8

Abstract

WHAT MAKES THE PRONOUN “DIO” IN UPSTREAM JAMBI AND PALEMBANGNESE SO SPECIAL? Bambang Kartono
Kelasa Vol 12, No 2 (2017): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v12i2.49

Abstract

AbstractChomsky’s Canonical Binding Theory (CBT) argues that pronouns cannot be bound in the localdomain, however a locally bound pronominal occurs in Frisian. The CBT with its binary featurescannot explain why the pronoun him in Frisian can occupy a reflexive position without violatingPrinciple B. The same phenomenon of a locally bound pronoun can also be found in Jambi andPalembangnese. The pronoun dio in these languages allows a reflexive interpretation. This papertries to argue what makes the pronoun dio can be bound in the local domain. It might be the casethat dio in these two languages is more like the pronoun him in Frisian, but an alternativeexplanation may also exist. The result of the analysis shows that the pronoun dio has a differentcase compared to the pronoun him in Frisian. The pronoun dio in Upstream Jambi andPalembanese can have a reflexive interpretation due to the phi-features it carries. The pronoundio is not specified for features of number. This difference reflects the crucial determinationwhether the pronoun can be locally bound or not. AbstrakCanonical Binding Theory (CBT) dari Chomsky menyatakan bahwa pronomina tidak dapat diikatdalam domain lokal, akan tetapi pronomina tersebut dapat ditemukan di bahasa Frisian. CBTdengan fitur binarinya tidak dapat menjelaskan mengapa pronomina him dalam bahasa Frisiandapat menempati posisi refleksif tanpa melanggar Prinsip B dari CBT. Fenomena yang sama untukpronomina yang dapat diikat di domain lokal dapat ditemukan juga di bahasa Palembang danJambi. Pronomina dio di bahasa tersebut dapat memperkenankan interpretasi refleksif. Tulisan inimencoba mengemukakan apa yang membuat pronomina dio dapat diikat di domain lokal.Mungkin saja kasus pronomina dio sama seperti kasus pronomina him dalam bahasa Frisian,tetapi penjelasan alternatif lainnya mungkin saja ada. Hasil analisis menunjukkan bahwapronomina dio memiliki penjelasan yang berbeda dibandingkan pronomina him dalam bahasaFrisian. Pronomina dio dalam bahasa Palembang dan Jambi dapat memiliki interpretasi refleksifkarena phi-features yang dibawanya. Pronomina dio tidak terspesikasi untuk fitur jumlah.Perbedaan ini memberikan penentuan yang krusial apakah sebuah pronomina dapat diikat dalamdomain lokal atau tidak.
Peningkatan Kemampuan Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Novel Remaja Asli atau Terjemahan Dengan Mengimplementasikan Model Pembelajaran Inkuiri Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 di Smp Negeri 25 Bandarlampung Akhmad Baidowi
Kelasa Vol 13, No 2 (2018): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v13i2.66

Abstract

This research is motivated by the difficulty of students identifying the intrinsic elements of teen novels. The reason is that the learning model presented by the teacher is less interactive. Teaching and learning activities are still dominated by teachers. In general, the formulation of the problem of this research is How to improve the ability to identify the intrinsic elements of the original teen novel or translation by implementing the inquiry learning model in the eighth grade students of the even semester of the 2015/2016 school year in Bandarlampung State Middle School. The method used in this study is classroom action research. The purpose of this study was to describe an increase in the ability to identify the intrinsic elements of the original adolescent novel or translation with the inquiry learning model in class VIII students of State Junior High School 25 Bandar Lampung in the 2015/2016 school year. The implementation of the inquiry learning model was able to improve the ability to identify the intrinsic elements of the original teen novel or translation. The results of the study as many as 3 cycles showed an increase in learning outcomes. The first cycle learning outcomes with learning materials identified the teenage novel characters, 76% class absorption, students finished 78.9% KKM, and KKM 21% students did not complete. The learning outcomes of the second cycle of learning material explained the theme and background of the adolescent novel, the absorption of students rose to 79%, students who had completed KKM rose to 84%, while those who did not complete learning dropped to 16%. After going through repairs together with the collaborator, the learning outcomes of the third cycle of the learning material described the novel's teenage plot succeeded in increasing the absorption of students to 85%, students completing learning to 96%, and students who had not completed learning dropped to 5%. These results are in accordance with the research target, namely 95% of students complete the KKM and 85% class absorption.Based on the data from the actions taken, it can be concluded that the application of the inquiry learning model was able to improve the ability to identify the intrinsic elements of teen novels in class VIII of State Junior High School 25 Bandar Lampung 2015/2106.  AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi adanya kesulitan siswa mengidentifikasi unsur instrinsik novel remaja. Penyebabnya adalah model pembelajaran yang disajikan oleh guru kurang interaktif. Kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru. Secara umum rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan kemampuan mengidentifikasikan unsur intrinsik novel remaja asli atau terjemahan dengan mengimplementasikan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 25 Bandarlampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan mengidentifikasikan unsur intrinsik novel remaja asli atau terjemahan dengan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2016. Implementasi model pembelajaran  inkuiri ternyata  mampu meningkatkan kemampuan mengidentifikasikan unsur intrinsik novel remaja asli atau terjemahan.  Hasil penelitian sebanyak 3 siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hasil pembelajaran siklus satu dengan materi pembelajaran mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja, daya serap kelas 76%, siswa tuntas KKM 78,9 %, dan siswa  belum tuntas KKM 21%.   Hasil pembelajaran siklus dua materi pembelajaran menjelaskan tema dan latar novel remaja,  daya serap siswa naik menjadi 79%, siswa yang sudah tuntas KKM naik menjadi 84%, sedangkan yang belum tuntas belajar turun menjadi 16%. Setelah melalui perbaikan bersama kolabolator, hasil pembelajaran siklus  ketiga materi pembelajaran  mendeskripsikan alur novel remaja berhasil meningkatkan daya serap siswa menjadi 85%, siswa tuntas belajar menjadi 96 %, dan siswa yang belum tuntas belajar turun menjadi 5%. Hasil ini sudah sesuai dengan target  penelitian yaitu 95 % siswa tuntas KKM dan daya serap kelas 85%. Berdasarkan data hasil tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran inkuiri mampu meningkatkan kemampuan mengidentifikasi unsur intrinsik novel remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Bandarlampung tahun pelajaran 2015/2106.  
Pendidikan Sastra Anak Pada Dongeng Semut Yang Sombong dan Persahabatan Semut dan Merpati Karya Ihsan Fauzi Andi Widiono
Kelasa Vol 14, No 1 (2019): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v14i1.82

Abstract

In this study, fairy tales become objects of research that are analyzed and interpreted according to the circumstances of the tales. The method used in this research is descriptive method. The purpose of this study is to describe the value of children's literary education contained in these fables. Based on the analysis of the arrogant Ants tale and the Friendship of Ants and Merpati by Ihsan Fauzi, it can be concluded that in the tale there is educational value in children's literary works, namely exploration and discovery, language development, development of beauty values, and the cultivation of multicultural insights. One of children's literary education about manners teaches morals and manners to children. The value of literary education in the work can be an example and a lesson in educating a child, so that the child grows in authority through literary reading, namely fairy tales AbstrakPada penelitian ini, dongeng menjadi objek penelitian yang dianalisis dan diinterprestasikan sesuai dengan keadaan dongeng tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai pendidikan sastra anak yang terdapat pada dongeng tersebut. Berdasarkan analisis pada dongeng Semut yang Sombong dan Persahabatan Semut dan Merpati karya Ihsan Fauzi dapat disimpulkan bahwa di dalam dongeng tersebut terdapat nilai pendidikan pada karya sastra anak, yaitu eksplorasi dan penemuan, perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan, dan penanaman wawasan multikultural. Salah satu pendidikan sastra anak tentang budi pekerti mengajarkan moral dan sopan santun kepada anak. Nilai pendidikan sastra pada karya tersebut dapat menjadi contoh dan pelajaran dalam mendidik seorang anak, sehingga anak bertambah wawasanya melalui bacaan sastra yaitu dongeng.
Paragraf Koheren dan Tak Koheren dalam Teks Tulis Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah Hidayatul Astar
Kelasa Vol 14, No 2 (2019): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v14i2.3

Abstract

Bahasa ragam tulis seorang guru tentu diharapkan susuai dengan kaidah ejaan dan tata bahasa. Artikel ini mengungkap bagaimana teks tulis guru SD di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah. Fokusnya pada aspek paragraf, yaitu paragraf koheren dan paragraf tak koheren. Data diperoleh dalam aktivitas pembinaan bahasa tahun 2017. Guru diminta menulis tentang tambang timah ketika kegiatan dilaksanakan. Metode yang digunakan adalah metode deskrptif kualitatif. Anlisis data menggunakan konsep keherensi Alwi (2003:428) dan Chalmers (2016). Berdasarkan analisis data, teks guru SD di dua kabupaten itu lebih banyak dalam jenis teks koheren sebagian (ada paragraf koheren dan ada yang tak koheren). Dari 90 teks yang diteliti, 43 (47,77%) koheren sebagian, 23 teks (25,56%) koheren, dan 24 teks (26,67%) tak koheren. Selanjutnya, dari 320 paragraf yang diteliti, 186 (58,81%) tak koheren dan 134 (41,19%) koheren. Paragraf koheren dan tak koheren guru ditandai oleh adanya hubungan antaride yang tertata baik dan tidak baik.
KONTRAS TUTURAN MODUS DIREKTIF DAN DEKLARATIF DALAM BAHASA LAMPUNG: PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK Wawan Prihartono
Kelasa Vol 12, No 1 (2017): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v12i1.44

Abstract

AbstractLampung language is a local language that needs to be preserved continuously as a support tonational language. Therefore, comprehensive studies are needed to support the vitality ofLampung language. This study describes and documents the spoken Lampung language, namelydirective speech mode niku mau masa? gule and declarative speech mode naŋ mawat naɳonuŋgu antaan use acoustic phonetic study. This study uses a mixture of quantitative andqualitative methods with experimental approaches. The data is measured using praat applicationto describe pitch movement and pitch contours. As a result, the directive spoken mode has acontrast to the declarative speech mode. The directive utterance mode has a rising tone contourwhile declarative speech mode has a descendent tone contour. Then, purpose of speech is usuallypronounced with high intensity, it is contrast with other intensities arround. AbstrakBahasa Lampung merupakan bahasa daerah yang perlu terus dilestarikan karena sebagaipenyangga bahasa nasional. Untuk itu diperlukan kajian-kajian yang komprehensif untukmenopang vitalitas bahasa Lampung. Penelitian ini mendeskripsikan dan mendokumentasikantuturan dalam bahasa Lampung, yaitu tuturan modus direktif niku mau masa? gule dan tuturanmodus deklaratif naŋ mawat naɳo nuŋgu antaan menggunakan kajian fonetik akustik. Penelitianini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan eksperimental.Data diukur menggunakan aplikasi praat lalu dideskripsikan karakteristik alir nada (pitchmovement) dan kontur nadanya (pitch contours). Hasilnya, tuturan modus direktif memilikikontras dengan tuturan modus deklaratif. Tuturan modus direktif memiliki kontur nada naiksedangkan tuturan modus deklatarif memiliki kontur nada turun. Kemudian, Tujuan tuturanbiasanya diucapkan dengan intensitas tinggi, kontras dengan intensitas lainnya.
ABREVIASI BAHASA GAUL REMAJA Kiki Zakiah Nur
Kelasa Vol 13, No 1 (2018): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v13i1.61

Abstract

AbstrackThis paper analyzes slang language abreviations. This research method is descriptive, which is to make systematic, factual and accurate statements about the facts and nature of the data. The aim is to find and describe the forms of abreviation found in teen slang. The results of the analysis showed that there were abreviations in the form of abbreviations, acronyms, a combination of abbreviations and acronyms, and beheading. In abreviations in the form of abbreviations, found an abbreviation of Indonesian, an abbreviation of English, and a combination of Indonesian and English abbreviations. In the form of acronyms, found acronyms from the Indonesian language and acronyms from the English language. The Indonesian acronym consists of two syllables, three syllables, four syllables, five syllables, and two words. The acronym for English consists of one syllable (a combination of the initial letters of the word) and two syllables. In the form of decapitation, the final part of the word that is decapitated or eliminated is found.AbstrakMakalah ini menganalisis abreviasi bahasa gaul. Metode penelitian ini adalah deskriptif, yakni membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat data. Tujuannya adalah menemukan dan mendeskripsikan bentuk-bentuk abreviasi yang terdapat pada bahasa gaul remaja. Hasil analisis menunjukkan bahwa ditemukan abreviasi berupa singkatan, akronim, gabungan singkatan dan akronim, serta pemenggalan. Pada abreviasi berupa singkatan, ditemukan singkatan dari bahasa Indonesia, singkatan dari bahasa Inggris, dan gabungan singkatan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pada abreviasi berupa akronim, ditemukan akronim dari bahasa Indonesia dan akronim dari bahasa Inggris. Akronim dari bahasa Indonesia terdiri dari dua suku kata, tiga suku kata, empat suku kata, lima suku kata, dan dua kata. Akronim dari bahasa Inggris terdiri dari satu suku kata (gabungan huruf awal kata) dan dua suku kata. Pada abreviasi berupa pemenggalan ditemukan bagian akhir kata yang dipenggal atau dihilangkan.
Pencemaran Nama Baik dalam Perspektif Linguistik Forensik Hasnawati Nasution
Kelasa Vol 14, No 1 (2019): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v14i1.77

Abstract

This paper examines two uploads on social media whose alleged sentences contain elements of defamation. The method used in this study is qualitative, i.e., describing data to determine the elements that can defame someone. Determination of these elements requires forensic linguistic analysis that is using linguistic evidence in law enforcement efforts. This evidence can be analyzed using lexical, grammatical and pragmatic semantic studies that are part of forensic linguistic studies. Based on the analysis, it can be concluded that from the lexical semantic perspective, the word used in the uploaded sentence has a negative denotation meaning. Based on the grammatical semantic analysis the sentence means demeaning a group of people. Pragmatically, not being said by the uploader is an expressive illocutionary act, which is an expression of disappointment and anger. In addition, the sentence uploaded to the account is also provocative, namely inviting the public to follow the uploader's opinion. Expressive illocutionary acts lead to acts of perlocution on the speech partners mentioned in the sentence. The act of occlusion is in the form of anger from community groups or individuals referred to in uploads. AbstrakMakalah ini mengkaji dua unggahan di media sosial yang diduga kalimatnya mengandung unsur pencemaran nama baik.  Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, yakni mendekripsikan data untuk menentukan unsur-unsur yang dapat mencemarkan nama baik seseorang. Penentuan unsur tersebut memerlukan analisis linguisik forensik yakni menggunakan bukti kebahasaan dalam upaya penegakan hukum. Bukti tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kajian semantik leksikal, semantik gramatikal, dan pragmatik yang merupakan bagian dari kajian linguistik forensik. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa dari sudut pandang semantik leksikal, kata yang digunakan pada kalimat yang diunggah tersebut memiliki makna denotasi yang negatif. Berdasarkan analisis semantik gramatikal kalimat tersebut bermakna merendahkan sekelompok masyarakat. Secara pragmatik, tidak tutur yang dilakukan oleh penggunggah adalah tindak ilokusi ekspresif, yakni ekspresi kekecewaan dan kemarahan. Selain itu, kalimat yang diunggah pada akun tersebut juga bersifat provokatif, yakni mengajak masyarakat mengikuti pendapat si pengunggah.  Tindak ilokusi ekspresif menimbulkan tindak perlokusi pada mitra tutur yang disebut dalam kalimat tersebut. Tindak perlokusi itu berupa kemarahan kelompok masyarakat atau individu yang disebut di dalam unggahan.

Page 3 of 11 | Total Record : 105