cover
Contact Name
Ernaka Heri Putra Suharyanto
Contact Email
jpi.dalwa@gmail .com
Phone
+628155511968
Journal Mail Official
jurnaljpidalwa@gmail.com
Editorial Address
Jl . Raya Raci No. 51 PO Box 8 Bangil Pasuruan Jawa Timur
Location
Kab. pasuruan,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Pendidikan Islam
ISSN : 25810065     EISSN : 2654265X     DOI : https://doi.org/10.38073/jpi
The journal focuses scope on specializes in Indonesian Islamic education in particular, and Southeast Asian Islamic education in general, and is intended to communicate original research and current issues on the subject. We invite scientists, scholars, researchers, as well as professionals in the field of Islamic Education in Southeast Asia to publish their researches in our Journal. The journal publishes medium quality empirical and theoretical research covering all aspects of Islamic Education in Indonesia and Southeast Asia.
Articles 68 Documents
Teori Linguistik dan Psikologi dalam Pengajaran Bahasa Arab di Lembaga Pendidikan Islam Masnun Masnun
Jurnal Pendidikan Islam Vol 8 No 1 (2018)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemahiran seseorang dalam suatu bahasa tidak menjamin kemahirannya mengajarkan bahasa tersebut kepada orang lain. Mahir berbahasa adalah satu hal dan mahir mengajarkan bahasa adalah hal yang lain. Seorang guru bahasa Arab harus menguasai setidak-tidaknya tiga hal yaitu, (1) kemahiran berbahasa Arab, (2) pengetahuan tentang bahasa dan budaya Arab, (3) keterampilan mengajarkan bahasa Arab. Selain itu guru Bahasa Arab juga harus mengetahui bahwa pembelajaran bahasa asing melibatkan sekurang-kurangnya tiga disiplin ilmu, yakni (a) linguistik, (b) psikologi, dan (c) ilmu pendidikan. Linguistik memberi informasi kepada kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dan ilmu Pendidikan atau pedagogi memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan dari (a) dan (b) menjadi satu cara atau metode yang sesuai untuk dipakai di kelas untuk memudahkan proses pembelajaran bahasa oleh pelajar.
Konsensus Pendidikan Islam di Nusantara (Studi Integrasi IMTAQ dan IPTEK dalam Pendidikan Islam) Lutfi Rachman
Jurnal Pendidikan Islam Vol 8 No 1 (2018)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ajaran agama Islam yang lurus dan sarat akan nilai- nilai keimanan serta moral, merupakan jaminan satu- satunya sekaligus benteng yang kokoh untuk keselamatan negara dan kebahagiaan manusia. Dimana di dalamnya terdapat pendidikan yang berlandaskan pada Ketuhanan yang mengajarkan pada keadilan dan menuju pada kebenaran serta membawa kita pada jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT. Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliqnya dan sebagai "pemelihara" (khalifah) di bumi. Maka sebuah lembaga pendidikan Islam akan dapat diterima dan berkembang dengan baik serta mampu memberikan andil dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara jika menghadirkan sebuah masa depan pendidikan Islam yang menjajikan
Tauhid Sebagai Basis Pembentukan Etika Pendidikan Islam Yang Berwawasan Peradaban Zainal Abidin Bilfaqih
Jurnal Pendidikan Islam Vol 8 No 1 (2018)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan Islam hingga kini masih terus menghadapi beragam tantangan. Persoalan moral dan etika menjadi garapan yang harus dikerjakan oleh pendidikan Islam dalam memperbaiki akhlak muslim. Persoalan moral dan etika jika ditelisik lebih dalam terletak pada tauhid sebagai basis dan prinsip dasar pembentukan moral dan etika. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk watak dan peradaban bangsa menjadi insan yang berakhlak dan beradab. Oleh karena itu tauhid dalam pendidikan Islam berperan penting sebagai wadah untuk membentuk etika muslim
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual (IESQ) dalam Perspektif Al-Qur’an Jaudi Jaudi
Jurnal Pendidikan Islam Vol 7 No 1 (2017)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep IQ, EQ, dan SQ (IESQ) diperkenalkan oleh para ahli dalam mendistribusikan macam-macam kecerdasan yang ada di dalam diri manusia melalui berbagai studi dan penelitian. Namun ternyata Al-Qur’an sudah lebih dahulu menyebutkan 3 kecerdasan ini. Penelitian ini mengkaji 3 kecerdasan tersebut dalam QS. Maryam : 12-15, yang di dalamnya terdapat penanaman nilai-nilai pendidikan, pemberian konsep hikmah, menebarkan kasih sayang, konsep tazkiyah, konsep taqwa, konsep birrul walidain, serta sikap tidak berlebih-lebihan dalam hidup yang merupakan prinsip ideal dalam memperoleh Kecerdasan Akal (Intelligence Quotient), Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) serta Kecerdasan Spiritual (Spriritual Quotient).
Aktualisasi Nilai-Nilai Al-Qur’an dalam Implementasi Pendidikan Karakter di Era Revolusi Industri 4.0 M Sholah Ulayya
Jurnal Pendidikan Islam Vol 7 No 1 (2017)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Qur’an merupakan kitab mulia yang berisi kalam Allah Swt yang terkandung nilai-nilai universal, untuk menjawab segala persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, termasuk kemajuan di zaman ini. Perkembangan revolusi industri telah memunculkan teknologi terbarukan dengan berbagai ragam bentuk, fungsi serta kecanggihan yang luar biasa, maka pada diri setiap manusia juga akan timbul keinginan untuk mengikutinya dan mengakibatkan pada daya saing yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan di bidang teknologi, mulai dari kalangan dewasa hingga anak-anak. Teknologi dapat mempengaruhi cara kerja otak manusia dan secara perlahan dapat mengubah karakter seseorang tersebut. Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada delapan belas pilar karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan kaarkter. Kedelapan belas karakter dasar ini adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Akankan nilai Al-Qur’an dapat terealisasi dalam implementasi pendidikan karakter yang zaman saat ini mengalami perubahan paradigma pendidikan menyongsong revolusi indistri 4.0.
Strategi Tarbiyyah Rūhānī Sebagai Upaya Pembentukan Mental Spiritual Santri Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang M. Sholah Ulayya
Jurnal Pendidikan Islam Vol 8 No 2 (2018)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tarbiyyah Rūhānī mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan akhlak dan pribadi santri. Dalam tarbiyyah rūhānī terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) yang secara umum dapat diupayakan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan santri dalam menjalani kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi tarbiyyah rūhānī sebagai upaya pembentukan mental spiritual santri pondok pesantren Sunan Ampel Jombang. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang digunakan antara lain: keteladanan, pembiasaan, memberi nasehat, dan kedisiplinan; dengan menekankan pada kegiatan yang bersifat ḥabl min Allah, ḥabl min al-Nās wa ḥabl min ‘alam, yang diambil dari kitab-kitab klasik dan kemudian di aplikasikan kedalam wujud kegiatan yang wajib diikuti seluruh santri dalam kesehariannnya. Pendekatan yang dilakukan tarbiyyah rūhānī menggunakan pendekatan holistik dimana prinsip dasarnya bertumpu pada nilai-nilai kepesantrenan.
Kajian Psikologis Taḥfiẓ Al-Qur’an Anak Usia 6-12 Tahun Moch. Khafidz Fuad Raya
Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melihat sejarah perkembangan dunia Islam dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an sampai akhir zaman melalui Taḥfiẓ al-Qur’an, rupanya telah menginspirasi pendidikan Islam saat ini. Program Taḥfiẓ al-Qur’an yang saat ini digandrungi oleh masyarakat sebagai program unggulan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan Islam telah membuat laju perkembangan pendidikan Islam meningkat. Program ini bukan hanya diminati oleh orang dewasa yang mempunyai keinginan menghafal Al-Qur’an tetapi juga dari level anak-anak seusia 6-12 tahun. Peningkatan animo orang tua untuk mengikutsertakan anaknya ke dalam program Taḥfiẓ al-Qur’an harus diapreasiasi, namun para pendidik dan orang tua juga harus memperhatikan kondisi psikologis perkembangan anak seusia 6-12 tahun. Perlu kajian lebih lanjut mengenai kondisi psikologis anak dalam menghafal Al-Qur’an, jangan sampai kegiatan tambahan ini akan membebani anak diusia mereka dan menghilangkan jatidiri mereka sebagai anak diusia tersebut; melihat pertimbangan kepadatan waktu pendidikan yang ditempuh anak di pendidikan formal seperti di sekolah dasar, ekstrakurikuler, dan pendidikan lainnya.
Nilai Pendidikan Islam pada Komunitas Majelis Ṣalawāt Syekhermania di Mataraman Jawa Timur dalam Menumbuhkan Nasionalisme Imaduddin Imaduddin
Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan nilai pendidikan Islam majelis ṣalawāt Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaf dalam menumbuhkan Nasionalisme di daerah Mataraman, Jawa Timur. Studi ini penting dilakukan karena dalam banyak kasus, isu nasionalisme sering diperbincangkan publik. Beberapa riset yang telah dilakukan menunjukan bahwa di beberapa daerah, generasi muda (remaja) mulai meragukan Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, ideologi bangsa (Pancasila) sering dipertentangkan dengan ideologi agama (Islam). Jika dibiarkan kondisi ini akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan suatu bangsa. Keberadaan majelis ṣalawāt Habib Syekh menjadi penting dalam rangka menumbuhkan nasionalisme. Apalagi komunitas pecinta Habib Syekh yang disebut “Syekhermania” mencapai ribuan orang dan berusia remaja. Basis utama “Syekhermania” adalah daerah Mataraman, Jawa Timur. Komunitas ini terbentuk atas inisiatif kesadaran sendiri. Dengan kata lain, komunitas ini lahir bukan dibentuk oleh “Top Down” tetapi “Bottom Up”. Mereka adalah aset bangsa yang kelak meneruskan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Dalam beberapa kegiatan majelisnya, Habib Syekh secara terbuka mengajak jamaahnya untuk mencinta terhadap bangsa dan negaranya. Setiap kali Habib Syekh tampil di panggung, dalam akhir acara selalu menyanyikan lagu-lagu nasioalisme. Lagu-lagu yang dinyanyikan tersebut disadari atau tidak merupakan bagian penting dalam menanamkan nasionalisme.
Krisis Karisma Kiai di Tengah Modernitas Masnun Masnun
Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam struktur hierarki masyarakat tradisional, dahulu kiai dianggap sebagai pemilik elit sosial dan keagamaan, karenanya ia memegang peran sentral dalam masyarakat. Namun, dengan adanya modernitas yang bersifat dinamis, progresif dan transparan setidaknya telah merubah orientasi ketokohan kiai dalam masyarakat. Kiai tidak dianggap lagi sebagai agen sentral-tunggal dalam perubahan sosial masyarakat dan negara, karena sifat modernitas yang melahirkan faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya karisma kiai, seperti: munculnya generasi muda santri yang memang berkarakter modern dan meningkatnya jumlah kelas muslim yang terdidik, munculnya intelektual muda yang kebanyakan kemampuannya melebihi sosok kemampuan karisma kiai di zaman dahulu. Fungsi karisma kiai menjadi kurang dan terbatas sehingga menggusur sosok karismatik yang dahulu begitu dihormati oleh masyarakat karena keteladanannya.
Sejarah Orientasi Pendidikan Islam di Indonesia (Dari Masa Kolonial Hingga Orde Baru) Moch. Khafidz Fuad Raya
Jurnal Pendidikan Islam Vol 8 No 2 (2018)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasar catatan sejarah memperlihatkan bahwa pertumbuhan pendidikan Islam di Indonesia mengalami pasang surut sejak kedatangan kolonialisme Barat di akhir abad ke-16. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pertama harus mendapat ujian berat menghadapi pemerintah kolonial yang begitu menekan pesantren, di masa ini pendidikan Islam “dianak tirikan” dengan Sekolah Kolonial yang didirikan oleh pemerintah Belanda; orientasi pendidikan Islam masa kolonial sebagai upaya mobilisasi masyarakat melawan penjajahan kolonial. Sedangkan di zaman Orde Lama, orientasi pendidikan Islam bertujuan mengembalikan lembaga pendidikan Islam atas dominasi dualisme “Sekolah Agama” dengan “Sekolah Umum” dengan dibentuknya madrasah untuk menghapus paradigma masyarakat tentang dikotomi tersebut. Usaha-usaha tersebut kemudian dilanjutkan di masa Orde Baru yang orientasinya untuk menyamakan posisi madrasah dengan sekolah umum melalui berbagai kebijakan penyetaraan, termasuk kebijakan secara konstitusional (perundang-undangan), kebijakan secara kelembagaan dengan “me-Negeri-kan” madrasah swasta dan madrasah yang berada di dalam pesantren secara berkala dan berkelanjutan; serta kebijakan kurikulum pada porsi muatan materi keagamaan dengan materi umum.