cover
Contact Name
I Komang Astana Widi
Contact Email
jurnal_flywheel@scholar.itn.ac.id
Phone
+6282233465678
Journal Mail Official
jurnal_flywheel@scholar.itn.ac.id
Editorial Address
Jln. Raya Karanglo Km.2 Malang 65145
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL FLYWHEEL
ISSN : 19795858     EISSN : 27457435     DOI : https://doi.org/10.36040/flywheel
Jurnal Flywheel merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Program Studi Teknik Mesin S1 Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang sebagai sarana diseminasi dan publikasi artikel hasil penelitian di bidang teknik mesin yang bukan hanya mencakup mesin semata namun terdapat bidang-bidang lain yang memiliki keterkaitan dengan mesin misalnya bidang otomotif, desain dan simulasi serta perhitungan biaya mesin. Artikel yang diajukan untuk diterbitkan pada Jurnal Flywheel merupakan naskah asli dan belum pernah dipublikasikan secara tertulis pada majalah atau jurnal ilmiah dimanapun.
Articles 161 Documents
KARAKTERISTIK DAN HASIL NITRIDISASI STAINLESS STEEL TIPE 316L DENGAN DAPUR FLUIDISED BED Astana Widi, I Komang
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 1 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i1.2

Abstract

The investigation of 316L austenitic stainless steel with nitriding used laboratory scale of fluidized bed reactor has been done. Nitriding temperature treatment is 500 C with variable process as 1, 3 and 6 hours. Then, this investigation used matalography (Scanning Electron Microscope) showed that AISI 316L is formed nitride hard layer on the surface. This nitride hard layer as advanced of austenite as S phase. This layer is formed in one hour as less effective. The profile of hardnes value is showed that tend increase in longer time processing.
PENGARUH JENIS DAN TEBAL PELAT TERHADAP GAYA POTONG PADA MESIN NIBRING Sugiarto , Totok
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 1 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i1.7

Abstract

Mesin Nibring adalah suatu mesin yang digunakan untuk memotong pelat – pelat tipis dengan jalan memotong dengan menggunakan pahat HSS. Pelat tipis diletakkan pada meja kerja mesin Nibring dan kita dorong pelat ke arah pahat HSS, maka pahat akan memotong pelat tersebut sesuai dengan bentuk yang kita inginkan. Pemotongan pelat merupakan metode yang paling mudah untuk membuat bentuk dari pelat dengan ketebalan tertentu. Berbagai cara digunakan untuk mengembangkan teknik pemotongan pelat di antaranya adalah Mesin Nibring. Mesin Nibring sering juga disebut dengan mesin potong model, dimana pada pelat yang akan dipotong, digambar dahulu diatas pelat tersebut kemudian baru dipotong pada mesin Nibring. Untuk berhasilnya pemotongan pelat tipis diperlukan beberapa persyaratan yang harusdipenuhi, yakni :  Bahwa pelat yang akan dipotong≤ 1 mm.  Bahwa bahan pelat yang akan dipotong meliputi logam Ferro dan non Ferro. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan gaya potong yang dihasilkan dari pemotongan pelat dengan ketebalan dan jenis bahan pelat yang berbeda dengan menggunakan Mesin Nibring. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana pengaruh Jenis dan tebal pelat terhadap gaya potong pada mesin Nibring. Semakin tebal pelat yang dipotong menggunakan mesin Nibring, semakin besar pula gaya potong yang dihasilkan. Sedangkan perbebedaan Jenis pelat akan mempengaruhi gaya potong pada mesin Nibring.
PENGARUH KUAT ARUS PENGAPIAN PADA MOTOR TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR Asroni, Mochtar
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 1 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i1.72

Abstract

Motor bakar dapat bekerja maksimal apabila pembakaran bahan bakar berlangsung secara sempurna, artinya bahan bakar tersebut dapat terbakar sampai habis. Dengan tujuan pembakaran yang sempurna maka akan menghasilkan daya motor yang besar sesuai dengan kandungan kadar gas buang yang dihasilkan, dimana semakin rendah kadar gas buang maka semakin baik sistem pembakaran pada suatu motor bakar. Sistem pengapian konvensional maupun pengapian elektronik sama – sama membutuhkan sebuah koil sebagai penghasil arus pengapian. Dan besarnya kecilnya kuat arus yang dihasilkan koil sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja system pengapian, kerja mesin dan emisi gas buang yang dihasilkan. Pengaruh kuat arus akan dapat menentukan dapat menghasilkan daya motor, kosumsi bahan bakar . Sistem pengapian menggunakan koil tipe standart dan koil tipe racing untuk penghasil arus listrik. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan konsumsi bahan bakar spesifik dari setiap beban terjadi perubahan relative besar. Pendekatan matematik dari SFCe dan SFCi yaitu SFCe = Fc/Ne dan SFCi = Fc/Ni, dimana daya efektif dan daya indikasi akan berbanding terbalik dengan SFCe dan SFCi sehingga semakin besar daya yang dihasilkan maka konsumsi bahan bakar akan semakin kecil.
Analisis Kerusakan Rol Pada Pengerolan PanasCooper Rod Edy Susanto, Eko
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 1 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i1.80

Abstract

Rol yang dianalisis kerusakannya adalah rol yang digunakan saat pertama kali membentuk profil cooper rod.. Bahan rol adalah Baja ASSAB 8407-2M, kemudian dilakukan pemesinan dengan tingkat kekasaran permukaan rol adalah N7 seharusnya kekasaran permukaan N5 s/d N6 menurut ISO number, sesuai perencanaan,. Proses perlakuan panas sesuai dengan spesifikasi mencapai kekerasan 51 HRc dan impak 4,73 kpm/cm2. Temperatur direduksi cooper rod 705 0C dengan media pendingin campuran air dan soluble olil. Bahan rol baja ASSAB 8407-2M sesuai untuk pengerolan panas cooper rod. Kekasaran permukaan rol tidak sesuai dengan perencanaan karena SOP set-up mesin kurang optimum,, temperatur reduksi menyebabkan induksi tembaga ke dalam permukaan rol, pendinginan yang kurang merata menyebabkan kelelahan permukaan rol sehingga terjadi retak halus pada permukaan rol dan kekerasan rol tidak merata, terjadinya penetrasi tembaga pada daerah retakan permukaan rol, akibatnya terjadi rambatan retak dalam bentuk lubang kecil pada permukaan maupun retak dan patah.. Usaha mengurangi kerusakan pada rol tersebut, perlu penambahan volume dan luas daerah pendinginan pada proses pengerolan, meningkatkan kehalusan permukaan rol sampai dengan N7- ISO number sehingga memperkecil penetrasi Cu dan memperlambat laju keretakan.
STUDY EKSPERIMENTAL PEMANFAATAN SERAT RAMI (BOEMERIA NIVEA) SEBAGAI BAHAN PENGUAT KOMPOSIT POLIMER MATRIK POLISTIREN Rahardjo, Teguh
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 1 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i1.81

Abstract

Masih dieperlukan material yang mempunyai sifat tertentu dalam aplikasi di industri maka dikembangkan material non logam khususnya dengan penguat serat alam yang bersifat lebih ringan, mudah dibentuk, tahan korosi, harga murah dan memiliki kekuatan yang sama dengan material logam. Salah satu jenis serat alam yang dapat dimanfaatkan sebagai pengisi dalam material komposit adalah rami ( Boemeria Nivea). Serat rami sendiri memiiki karateristik sifat yang sangat baik. Untuk mendapatkan nilai ai lebih, jika serat tersebut digunakan sebagai serat pengisi dalam material komposit.. Spesies rami yang terdapat di Indonesia ada dua, yaitu Boehmeria nivea yang permukaan daunnya berwarna perak, dikenal dengan nama china grass, dan Boehmeria tenacissma dengan permukaan bawah daunnya berwarna hijau dan lebih sempit, dikenal dengan nama rhea. Dari hasil pengujian sifat mekanik maka pada komposit dengan variasi jumlah layer serat diperoleh hasil peningkatan yang optimum pada setiap penambahan jumlah layer serat sampai dengan 3 layer serat, terjadi peningkatan kekuatan tarik sebesar 24,14 % dan peningkatan ketahanan impak sebesar 31,25 %.
KEGAGALAN KOMPONEN DIES PADA PROSES HEAT TREATMENT Edy Susanto, Eko
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i2.102

Abstract

Komponen dies yang dianalisis adalah komponen dies yang gagal atau rusak pada saat dilakukan proses heat treatment dengan demikian komponen dies tersebut belum digunakan untuk cetakan. Bahan dies adalah Baja ASSAB 8407-2M, kemudian dilakukan pemesinan untuk pembentukan sesuai bentuk yang direncanakan. Proses heat treatment yang dilakukan preheating 815 0C, hardening pada suhu 1020oC dan tempering pada suhu 595oC untuk mendapatkan kekerasan 51 HRc. Pada permukaan dies yang rusak atau patah diperoleh data kekerasan yang tidak merata dan belum mencapai kekerasan yang direncanakan dengan demikian kerusakan terjadi sebelum proses heat treatment selesai. Dari tekstur permukaan retakan diperoleh sumber atau awal retakan, akibat dari proses pemesinan yang menghasilkan jari-jari sudut sangat kecil. Pada disain dies ketebalannya ada yang tipis dan tebal sehingga pada proses peningkatan panas dan pendinginan akan menyebakan perbedaan tegangan yang terjadi dengan demikian akan mepercepat laju keretakan. Diperolah kesimpulan disain dan proses pengerjaan pemesinan penyebab kegagalan proses heat treatmen dies.
PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Budiyanto
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i2.104

Abstract

Proses produksi untuk pembuatan coran alumunium meliputi persiapan bahan baku, tungku peleburan, ladel, penuangan, cetakan, pembongkaran, dan pemeriksaan. Untuk menjaga hasil coran yang baik maka perlu diperhatikan pembuangan kerak, temperatur penuangan, waktu penuangan dan cetakan. Diagarm fasa paduan Alumunium-Silikon seri 4032 memiliki titik eutektik sekitar 12,5 % pada tempratur 575oC. Paduan ini secara langsung dapat membeku dari fasa cair menuju ke fasa padat. Dengan adanya titik eutektik dapat diperoleh keuntungan dari segi peleburan dan mampu tuang (terutama sekitar daerah eutektik). Unsur paduan Alumunium-Silisium (seri 4032), terdiri dari 11-13,5% Silisium, 1,0% Besi, 0,50-1,3% Tembaga, 0,8-1,3% Magnesium, 0,10% Chorium, 0,50-1,3% Nikel, 0,25 Seng dengan adanya unsur paduan ini dalam kadar tertentu akan membentuk padua Al-Si (seri 4032). Paduan Al-Si memiliki kecairan yang sangat baik dan permukaan yang bagus, tanpa kegetasan panas dan sangat baik untuk paduan coran. Sebagai tambahan juga mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan penghantar listrik dan panas yang baik.
PENGARUH PH LARUTAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP ELASTISITAS BAMBU Sumanto
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v1i2.105

Abstract

Bambu adalah tumbuhan yang tumbuh dalam rumpun yang jenisnya sangat banyak sekali. Dari kurang lebih 1.000speciesbambu dalam 80 genera, sekitar 200 species dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Bambu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai macam alat-alat yang dapat menunjang kehidupan mereka. Bambu dalam keadaan bulat dapat dimanfaatkan sebagai tiang penyangga rumah, jembatan, pipa air, tangga dan lain sebagainya. Bambu dalam keadaan terbelah dapat dimanfaatkan untuk membuat alat-alat rumah tangga (tempat nasi, kipas dan sebagainya), dinding (sesek), pagar, usuk atau reng (digunakan untuk menopang genting rumah/bangunan). Dalam penggunaannya bambu sering diawetkan terlebih dahulu yaitu dilakukan dengan cara merendamnya di dalam air mengalir, air tergenang, lumpur atau di air laut dan pengasapan serta pelaburan kapur dan kotoran sapi pada gedek dan bilik bambu. Di samping itu pengawetan juga dilakukan dengan bahan kimia. Dari banyaknya penelitian yang telah dilakukan sedikit sekali yang mengamati kekuatan bambu terhadap beban tekan setelah bambu diawetkan. Dalam penelitian ini bambudibelah menjadi bagian-bagian kecil denganpanjang ± 8,5cm dan direndam dalam larutan denganpH tertentu dan lamanya tertentu pula. Setiap minggu rendaman bambudiambil dan dibiarkan kering. Setelahitu specimen diuji di Laboratorium Uji Material Jurusan Teknik Mesin S-1 Institut Teknologi Nasional Malang dengan alat Micro Computer Universal Testing Machine sampai terjadi patahan pertama. Hasil analisis data denganuji korelasi menunjukkan bahwa rhitung = 0.319 > rtabel(40;5%) = 0.312, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubugan antara pH larutan dan lama perendaman dengan elastisitas bambu. Di samping itu bambu yang direndam dalam larutan asam berubah menjadi lebih keras sedangkan yang direndam dalam larutan basa berubah menjadi lebih rapuh.
ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 Astana Widi, I Komang
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i2.110

Abstract

Selama ini proses pembuatan kawat menggunakan proses wire drawing hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, sehingga proses pembuataannya dan data perhitungan untuk mendapatkan cetakan yang sesuai, berapa besar gaya penarikan merupakan rahasia perusahaan. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menganalisa pembuatan kawat menggunakan sistem wire drawing sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan semisal usaha kecil. Dan dalam analisa ini penulis menggunakan simulasi dengan bantuan software Ansys 8.0 untuk lebih menghemat biaya. Analisis simulasi pengaruh sudut cetakan terhadap gaya dan tegangan pada proses penarikan kawat tembaga menggunakan program ansys 8.0 telah dilakukan pengamatan. Hasil pengamatan menunjukan bahwa Cetakan yang terbaik untuk mendapatkan kawat tembaga dari diameter 2 mm menjadi diameter 1 mm adalah menggunakan cetakan dengan sudut cetakan (θ) sebesar 15 0, karena menghasilkan gaya tarikan dan tegangan terkecil yaitu 0,739.108 Pa dengan gaya penarikan sebesar 557 N, sedangkan tegangan masimal terjadi pada sudut cetakan (θ) sebesar 5 0 yaitu sebesar 0,116.109 Pa, namun hasil ini masih di bawah tegangan ijin kawat tembaga yaitu sebesar 0,38.109 Pa sehingga kegagalan penarikan kawat dengansudut tersebut tidak akan terbentuk.
UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN Lalu, Mustiadi; Asroni , Mochtar
JURNAL FLYWHEEL Vol 1 No 2 (2008): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47549/flywheel.v1i2.111

Abstract

Menara pendingin merupakan peralatan yang berfungsi untuk melepaskan panas air ke udara lingkungan. Modifikasi dilakukan dengan menambahkan sirip pendingin dari berbagai bahan dan konstruksinya serta penambahan blower udara, dimaksudkan untuk meningkatkanefektivitas kinerja menara pendingin. Penelitian inimengungkappengaturan sudut lengkung siripmenara pendingin akan mempengaruhi range yang terjadi guna meningkatkan efektivitas kinerja menara pendingin. System menara pendingin yang terdiri dari rangka, casing, sirip pendingin, pompa air, blower yang dapat diatur putarannya serta unit water heater. Untuk pengambilan data; thermometer air diletakkan pada sisi air masuk dan keluar menara pendingin, thermometer udara bola basah diletakkan pada sisi masuk dan keluar menara pendingin, anemometer diletakkan pada sisi udara keluar menara pendingin, sertaflow meter air. Dalam penelitianpada variasi sudut lengkung sirip berhasil mengukur besaran data: temperaturair masuk dankeluar menara pendingin,laju volume air,temperaturwet bulbambient masuk dan keluar menara pendingin,laju udara. Hasil penelitian memperlihatkan besarnya perubahan range yang terjadi akibat pengaturan sudutlengkung sirip sertamenunjukkan peningkatan efektivitas kinerja menara pendinginsehingga menghasilkan peningkatan laju pendinginan air.

Page 1 of 17 | Total Record : 161