cover
Contact Name
Helmina Wati
Contact Email
kontak.stikesbl@gmail.com
Phone
+6287814594045
Journal Mail Official
borneojournalofpharmascientech@gmail.com
Editorial Address
Jalan Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat, Sungai Besar, Banjarbaru Utara, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Borneo Journal Of Pharmascientech
ISSN : 25413651     EISSN : 25483897     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Borneo Journal of Pharmascientech merupakan jurnal resmi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari. Jurnal memuat naskah hasil penelitian dan artikel review bidang kefarmasian, meliputi farmasi klinik, manajemen & farmasi sosial, farmasi bahan alam, teknologi sediaan farmasi dan lain-lain. Naskah dapat berasal dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan lembaga riset.
Articles 136 Documents
PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP KADAR FLAVONOID EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia(L.)Merr) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Hayatus Sa`adah; Henny Nurhasnawati; Vivi Permatasari
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat yang mempunyai aktifitas sebagai antioksidan. Salah satu senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak etanol umbi bawang dayak yang merupakan senyawa flavonoid. Optimasi pembuatan ekstrak perlu dilakukan untuk mendapatkan kandungan zat aktif yang tinggi. Optimasi pembuatan ekstrak salah satunya adalah metode ekstraksi. Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan objek penelitian adalah kadar flavonoid dari umbi bawang dayak. Penelitian dilakukan untuk membandingkan hasil metode ekstraksi yaitu metode maserasi dan sokletasi dengan menggunakan pelarut yang sama. Kadar flavonoid diuji menggunakan metode spektrofotometri berdasarkan pembentukan senyawa kompleks aluminium klorida, dengan standar baku kuersetin. Data dianalisis dengan uji statistik independent T-Test menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan kadar flavonoid rata-rata pada metode ekstraksi maserasi sebesar 1,09% lebih besar daripada metode ekstraksi sokletasi sebesar 0,81%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai sig 0,005 lebih kecil dari 0,05 dengan taraf kepercayaan 95%, yang berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kadar flavonoid metode ekstraksi maserasi dan sokletasi.
PENGARUH EKSTRAK KELAKAI (Stenochlaena palustris) TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Candra Kusuma Negara; Murjani - -; Abdul - Basyid
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anemia menyebabkan defisit zat besi akan menghambat transport oksigen kejaringan tubuh, menyebabkan hipoksia, pucat, lemah, sehingga beban dan kerja jantung menigkat mengakibatkan payah jantung, hingga berujung pada kematian. Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kelakai terhadap kadar HBpada tikus putih (Rattus norvegicus).Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian Uji T-test Independent.Metode penelitian ini menggunakan dua kelompok satu kelompok kontrol dan satu kelompok perlakuan. Hasil Uji normalitas pada T-Test Independent sampel test dan data yang didapat berdistribusi nornal karena ada perbedaan setelah perlakuan dengan nilai singnifikan.001 Ha sig
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN REMEK DAGING (Hemagraphis colorata Hall F.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT JANTAN Fathnur Sani K
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diare merupakan penyakit infeksi usus yang menjadi masalah kesehatan di negara berkembang termasuk Indonesia.Pengobatan menggunakan obat kimia dapat menimbulkan efek samping.Perlu dilakukan pengobatan alternatif herbal. Daun re-mek daging adalah tanaman yang digunakan untuk pengobatan diare, senyawa aktif yang teridentifikasi dalam daun remek daging yaitu flavonoid, alkaloid, tannin dan fenolik.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun remek daging sebagai antidiare. Uji efek antidiare ektrak daun remek daging terhadap mencit jantan dilakukan dengan cara memberikan oleum ricini sebagai penginduksi diare. Ekstrak daun remek daging diberikan dengan dosis 19 mg/KgBB dan 38 mg/Kg BB diberikan secara oral dan dilakukan pengamatan terhadap saat mulai diare yaitu konsistensi feses setiap 30 menit selama 8 jam. Sebagai pembanding digunakan Loperamid HCL dosis 1 mg/KgBB. .Hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Anova Satu Arah yang kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa daun remek daging memiliki efek antidiare (p
EFEKTIFITAS ANTIPIRETIK EKSTRAKETANOL DAUN TAPAK DARA (Catharantusroseus) PADA MENCIT (MusMusculus) Agung Giri Samudera
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daun tapak dara (Catharanthus roseus) mempunyai kandungan flavonoid yang memiliki potensi sebagai obat penurun panas, merupakan salah satu obat tradisional yang digunakan oleh sebagian masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antipiretik ekstrak daun tapak dara (Catharanthus roseus) pada mencit (Mus musculus) dan membandingkan efek antipiretik dengan parasetamol. Penelitian ini menggunakan dua puluh lima ekor mencit dan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif Na CMC 1%, kelompok control positif Parasetamol (65mg/Kg BB), ekstrak etanol daun tapak dara dosis 1 (41,6 mg/Kg BB), dosis 2 (67,5 mg/Kg BB), dan dosis 3 (93,5 mg/Kg BB). Setiap mencit dilakukan pengukuran suhu tubuh awal selanjutnya diinjeksikan vaksin Dpt Hb, 2 jam setelah itu diberi zat uji lalu di ukur kembali suhu tubuh mencit tiap 30 menit sekali selama 180 menit. Hasil penelitian dianalisa menggunakan SPSS Anova menunjukan bahwa ekstrak daun tapak dara dosis 3 menunjukan penurunan suhu lebih besar dibandingkan dosis 1 dan 2. Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun tapak dara (Catharanthu s roseus) mempunyai efek anti piretik pada mencit (Mus musculus), namun efeknya lebih rendah dari parasetamol.
PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN APOTEK DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN Nurul - Mardiati
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelayanan kefarmasian telah bergeser dari periode tradisional dan transisional ke periode pharmaceutical care. Apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk dapat memberikan pelayanan yang baik ke pasien. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek merupakan dasar dalam penyelenggaraan pelayanan apotek.Wilayah Kota Banjarmasin merupakan ibukota provinsi yang mana jumlah penduduknya padat, sehingga sarana kesehatan seperti apotek sangat dibutuhkan oleh masyarakat.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian apotek di kota Banjarmasin. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan apoteker. Responden ditentukan dengan metode proportionalrandom sampling berdasarkan stratifikasi dengan membagi populasi dalam lima kecamatan di wilayah kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas apotek (66,7%) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apoteknya tergolong kurang. Sisanya sebesar 30% apotek cukup dan hanya 3,33% apotek baik. Perbedaan karakteristik berdasarkan pekerjaan apoteker yang tidak penuh selain di apotek merupakan yang paling berhubungan terhadap tingkat pelayanan kefarmasian.
INTERAKSI OBAT TERHADAP PERESEPAN ANTIPSIKOTIK PASIEN SKIZOFRENIA DIRUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011 Aristha Novyra Putri; Yugo Susanto; Difa Intannia
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Skizofrenia merupakan penyakit kronik yang membutuhkan terapi antipsikotik jangka panjang sehingga sangat mungkin dalam proses terapi ditemukan permasalahan dalam penggunaan antipsikotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase peresepan antipsikotik; persentase adanya potensi interaksi obat; persentase interaksi obat secara farmakokinetik, farmakodinamik, dan keduanya; dan persentase interaksi obat pada fase farmakokinetik, farmakodinamik, dan keduanya baik yang menaikkan maupun menurunkan efek. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan deskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan tahun 2011 yang memenuhi criteria inklusi, dimana jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 471. Hasil penelitian menunjukkan persentase peresepan antipsikotik haloperidol dan Chlorpromazine sebesar 37.99% dan 29.19%. Persentase potensi adanya interaksi obatdariterapisecarakombinasisebesar 69.6%,dimana persentase interaksi farmakokinetik, farmakodinamik, dan keduanya sebesar 2.96%, 3.45%,dan 93.6%.
POTENSI EKSTRAK ETANOL HERBA LAMPASAU (Diplazium esculentum SWART) SEBAGAI PENYEMBUH LUKA SAYAT PADA KULIT TIKUS Revita Saputri; Aristha Novyra Putri
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji ekstrak etanol herba lampasau sebagai alternatif obat luka pada kulit tikus dan skrining senyawa fitokimia yang berperan sebagai obat luka. Hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu Kelompok A (-), B (+), dan kelompok perlakuan yaitu salep ekstrak herba lampasau konsentrasi 10% (C), 15 % (D) and 20% (E). Semua hewan uji dilukai sepanjang 1,5 cm. Luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan betadine salep (kontrol positif) dan luka dioles 2 kali sehari dengan menggunakan ekstrak etanol herba lampasau. Pengamatan luka dilakukan setiap hari (hari ke-0 sampai hari ke-7). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ektrak etanol herba lampasau dengan konsentrasi 20% memiliki aktivitas penyembuhan luka lebih baik dari pada ektrak etanol herba lampasau konsentrasi 10% dan 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol herbal lampasau dapat berpotensi sebagai alternatif obat lukasayatan karena telah menunjukkan aktivitas penyembuhan luka pada kulit tikus.
UJI AKTIVITAS IN VIVO EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH SEMANGKA (Citrulus lanatus L.) SEBAGAI DIURETIK DENGAN PEMBANDING FUROSEMID Rahmi Muthia; Amalia - -; ahmad - Maulana; Maulidya Rasyida Putri; Gusti - Rizaldi; Selva - Amadia
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 1 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semangka dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena mengandung kalium yang berfungsi sebagai diuretik dan sitrulin yang mampu mendorong aliran darah keseluruh bagian tubuh. Salah satu mekanisme kerja untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan meningkatkan jumlah eksresi urin atau diuresis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas diuretik dan mengidentifikasi kandungan kimia dari ekstrak etanol kulit buah semangka. Sebanyak 30 ekor hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif (suspensi CMC-Na 1%); kelompok kontrol positif(suspensi furosemid 5,22 mg/kgBB), kelompok P1 ekstrak dosis 12,5 mg/kgBB, kelompok P2 ekstrak dosis 25 mg/kgBB, kelompok P3 ekstrak dosis 50 mg/kgBB, dan kelompok P4 ekstrak dosis 100 mg/kgBB. Data yang didapatkan berupa volume urin hewan uji yang dikeluarkan selama 6 jam. Data dianalisis menggunakan SPSS ver.18, uji one way ANOVA dan Uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95% (p
FORMULASI OBAT KUMUR DARI DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indicaL.) DENGAN METODE INFUNDASI Elmitra Elmitra; Nurfijrin Ramadhani
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 2 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

FORMULASI OBAT KUMUR DARI DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indicaL.) DENGAN METODE INFUNDASI MOUTHWASH FORMULATIONS OF LEAF TAMARIND (Tamarindus indica L.) WITH INFUNDATION METHOD Elmitra1,Nurfijrin Ramadhani2 Akademi Farmasi Yayasan Al-Fatah Bengkulu Jl. Indra Giri Gang 3 Serangkai Padang Harapan Kota Bengkulu Email: elmitrarahman@gmail.com ABSTRAK Kesehatan rongga mulut merupakan hal utama dalam pergaulan sehari-hari pada orang-orang yang sehat, karena dengan adanya bau mulut tersebut akan membuat tidak nyaman bagi siapa saja. Daun asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan tanaman yang memiliki kandungan senyawa flavonoid dan tanin yang berfungsi sebagai anti bakteri pada rongga mulut.Tujuan penelitianini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan daun asam jawa dalam bentuk obat kumur serta perbandingan fisik dengan variasi kadar.Formulasi sediaan obat kumur dibuat dalam jumlah 4 formula, dengan zat aktifnya adalah infusa daun asam jawa dengan menggunakan metodeinfundasi yaitu penyarian pada suhu 90ºc selama 15 menit, kemudian obat kumur dibuat dengan kadar infusa yang berbeda yaitu formula 0 tanpa zat aktif, formula1 dengan zat aktif 6%, formula 2 dengan zat aktif 12%, dan formula 3 dengan zat aktif 18%. Evaluasi obat kumur yang dilakukan adalah uji visualisasi, uji pH, uji viskositas, dan uji panelis.Hasilsemua evaluasi obat kumur yang dilakukan maka didapat infusa daun asam jawa dapat dibuat dalam bentuk obat kumur dan dari ke 4 formula memiliki perbedaan sifat fisik dalam bentuk visualisasi yaitu hasilnya dalam perbedaan warna. Kata kunci: Obat Kumur, Infusa Daun Asam Jawa, Infundasi Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article ABSTRACT Oral health is central to daily life in healthy people, because of the presence of bad breath that will make it uncomfortable for anyone. The leaves of tamarind (Tamarindus indica L.) is a plant that contains flavonoids and tannins that function as anti-bacteria in the oral cavity. The purpose of this recearch is to provide information to the people about the use of tamarind leaves in the form of mouthwash and physical comparison with variations in levels. Formulation of preparations mouthwash was made in the amount of 4 formula, the active ingredient is infusa tamarind leaves using infundation method that is extraction at a temperature of 90ºc for 15 minutes, then mouthwash made with different levels of infusion , that is formula 0 without active ingredient, formula 1 with 6% of active ingredient, 2 formula with 12% active ingredient and formula 3 with 18% active ingredient. Evaluation mouthwash is test visualization, test the pH, viscosity test, and test panelists. The results of all evaluations shows mouthwash then obtained infuse tamarind leaves can be made in the form of mouthwash and from 4 to formula have different physical properties in the form of visualization that results in color differences. Keywords : mouthwash, infuse leaves tamarind, Infundation
PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) Eka Fitri Susiani; Any Guntarti; Kintoko Kintoko
BORNEO JOURNAL OF PHARMASCIENTECH Vol 1 No 2 (2017): Borneo Journal of Pharmascientech
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 1 PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) THE INFLUENCE OF DRYING TEMPERATURE AGAINST FLAVONOID TOTAL EXTRACT ETHANOL LEAVES CUCUMBER SOUL (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) Eka Fitri Susiani1, Any Guntarti2, Kintoko2* 1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru 2Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta *Email:kkintoko77@gmail.com ABSTRAK Masyarakat Indonesia secara turun temurun memanfaatkan daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq) sebagai obat untuk hipertensi dan batu ginjal karena efek diuretik yang dimilikinya, dan hal ini karena adanya kandungan flavonoid di dalamnya. Perbedaan suhu pengeringan simplisia kemungkinan besar akan memberikan pengaruh terhadap kadar flavonoid total yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kumis kucing. Oleh sebab itulah maka perlu dilakukan penelitian agar dapat diketahui suhu pengeringan optimal simplisia daun kumis kucing untuk mendapatkan kadar flavonoid total tinggi. Suhu pengeringan yang digunakan adalah 30o C,50o C, dan 70o C dengan metode maserasi. Penetapan kualitatif flavonoid dilakukan secara KLT dengan uap amoniak, AlCl3, dan sitroborat. Sedangkan untuk penetapan kuantitatif kadar flavonoid total ditetapkan secara spektrofotometri visibel menggunakan pereaksiA1C13. Hasil yang didapat menunjukan kadar flavonoid total terbesar pada suhu pengeringan 30o C (37,25 ± 1,23) μg QE/mg ekstrak; suhu 50o C (33,30 ± 1,54) μg QE/mg ekstrak; suhu 70o C (31,15 ± 1,49) μg QE/mg ekstrak. Maka berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suhu pengeringan simplisia berpengaruh terhadap kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun kumis kucing. Kata kunci: Kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq), Suhu pengeringan, Flavonoid total, Spektrofotometri visibel. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 2 ABSTRACT Kumis kucing (Onhosiphon aristatus (BL) Miq) is one of thousands of plants of medicinal plants in Indonesia and is often used for traditional medicine in community. Hereditary society use its leaves as a remeiy for hypertension d kidney stones because of its diuretic effect,due to to flavonoid content in it. The drying temperature differences are likely to have significant content of total flavonoids in the ethanol extract of leaves of kumis kucing. Therefore it is necessary to study the optimal drying temperature icumis icucing leaves to obtained the highest total flavonoid content. Drying temperatures tested were 30o C, 50o C, and 70o Cand the extraction method used were maceration. Qualitative determination of flavonoids by TLC carried out with ammonia vapor, A1C13, and sitroborat. The quantitative, analysis flavonoid content was determined by spectrophotometiy visible using A1C13 reagent. The results indicated the highest total flavonoid content in the drying temperatire of 30o C(37,25 ± 1,23) μg QE/mg extract, then 50o C (33,30 ± 1 ,54) μg QE/mg extract, and the smallest on the drying temperature 70o C (31 , 15± 1,49) μg QE/mg extract. Based on this research it could be concluded that drying temperature affected total flavonoids content in the ethanol extract of leaves of kumis kucing. Keywords: kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq), drying temperature, total flavonoids,visible spectrophotometry. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 3 PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati dan sumber daya alamnya. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia, sebanyak 30.000 jenis dijumpal di Indonesia dan baru1.200 diantaranya yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional (Anonim, 2007). Kumis kucing merupakan salah satu jenis tanaman obat yang sering digunakan untuk pengobatan tradisional. Baik secara empiris maupun klinis, kumis kucing bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit, diantaranya batu ginjal. Daun kumis kucing merupakan tanaman obat yang mengandung senyawa flavonoid (Gunawan, dkk., 1996). Mengingat kegunaan flavonoid dalam pengobatan, maka perlu dilakukan penetapan kadar flavonoid total dalam daun kumis kucing. Dalam penelitian ini, dilakukan penetapan kadar flavonoid total menggunakan metode maserasi dengan variasi suhu pengeringan simplisia30° C, 50° C, dan 70° C. Dari penelitian mi diharapkan memperoleh suhu pengeringan simplisia daun kumis kucing optimal sehingga akan didapat kadar flavonoid total yang tinggi.Apabila suhu pengeringan terlalu rendah, maka waktu yang diperlukan akan sangat lama sehingga kemungkinan besar simplisia akan ditumbuhi kapang dan ini akan merusak kandungan zat aktif yang terkandung di dalamnya. Namun jika suhu pengeringan terlalu tinggipun dikhawatirkan akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya (Depkes RI,1985). Oleh sebab itulah pentingnya dilakukan penelitian pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar flavonoid total pada ekstrak etanol daun kumis kucing guna mengetahui suhu pengeringan yang paling tepat untuk mendapatkan kadar flavonoid total tertinggi pada simplisia daun kumis kucing. METODOLOGI Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq.) berbunga ungu, Etanol 96% p.a, Kuersetin p.a, n-Butanol p.a, Asam asetat p.a, AlC136H2O (E-Merck) dan Petroleum eter (teknis) Alat yang digunkaan yaitu Spektrofotometer UV-Vis (Pharmaspec I700, SHIMADZU), Rotary evaporator,oven, seperangkat peralatan gelas (Pyrex), bejana kromatografi, timbangan analitikHalogen Moisturizer Analyzer, mikropropipet, plate selulosa, pipa kapiler 5 μl dan alat penyemprot. Pembuatan Simplisia Daun kumis kucing dikeringkan pada suhu 30° C, 50° C, dan 70° Cmenggunakan oven sampai didapatkan simplisia yang benar-benar kering,ditandaidengan uji fisik yaitu kerapuhan simplisia pada saat diremas. Simplisia kemudiandiserbuk dengan menggunakan blender untuk selanjutnya ditetapkan kadar airnya dan diekstraksi. Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 4 Pembuatan Ekstrak Ekstrak dibuat secara metode maserasi (1x24 jam) yang disertai dengan proses pengadukan menggunakan pengaduk elektrikselama 6 jam. Penyari yang digunakan adalah etanol 96% (1:10). Larutan hasil maserasi yang didapat kemudian disaring dan dipisahkan dari ampasnya sehingga diperoleh maserat. Proses remaserasi dilakukan sampai cairan penyari pada maserasi berwarna jernih. Saridipekatkan dengan cara diuapkan pada Rotary evaporator yang dilanjutkan dengan penguapan ekstrak di atas waterbath sampai terbentuk ekstrak kental. Identifikasi Senyawa flavonoid Dengan Metode KLT Larutan uji dibuat dengan cara mengencerkan ekstrak kental dalam etanol96%. Plate selulosa diaktivasi sebelum digunakan dengan cara dlpanaskan dalamoven pada suhu 105° C selama 1 jam. Larutan uji dalam jumlah tertentu kemudianditotolkan pada plate selulosa tersebut dengan kuersetin sebagai pembanding.Selanjutnya dielusi dengan fase gerak n-butanol: asam asetat: akuades (4:1:5). Bercak pada kromatogram diamati pada sinar UV λ254, UV λ366 nm dan sinar tampak. Kromatogram kemudian dianalisa dengan pereaksi uap amoniak, AlCl3, dansitrobrat, dengan dan tanpa cahaya tampak dan sinar UV λ366 nm. Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak etanol daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus (BL) Miq)ditimbang sebanyak 50,0 mg, ditambah dengan etanol hingga 10 ml.Diencerkan sampai absorbansi yang diperoleh masuk range antara 0,2-0,8 nm. Dari larutan tersebut diambil 2,00 ml ditambahkan 2,00 ml larutan AlCl3.6H2O 2%, diamkan pada waktu OT kemudian absorbansi dibaca padapanjang gelombang maksimum. Analisis Data Analisis data terlebih dahulu dilakukan dengan menggunakan metode kurvastandar, regresi linier y = bx + a dibuat berdasarkan data luas area dibawah kurva dankonsentrasi dari larutan standar daun kumis kucing.Analisis data dilanjutkan dengan menguji normalitas (Kolmogorov Smirnov) dan uji homogenitas (Levene Test) dengan taraf kepercayaan 95%. Apabila hasiluji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan metode parametrik ANOVA dan uji PostHoc (uji Least Significant Difference (LSD)). HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Simplisia Sampel berupa daun kumis kucing diperoleh dari Sleman, Yogyakarta pada bulan Maret 2010. Usia tanaman ketika dipanen 2 bulan, dan bagian yangdiambil adalah bagian pucuk daun beserta 10 lembar daun di bawahnya. Secaraempiris bagian inilah yang digunakan Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 5 masyarakat untuk pengobatan tradisional.Pengeringan daun kumis kucing dalam penelitian ini dilakukan pada 3 variasi suhu yaitu suhu 30o C, 50o C, dan 70° C.Pengeringan bahan tanaman bertujuan untuk menjaminkeawetan, mencegah tumbuhnya kapang dan jamur, menghilangkan air, mencegah terjadinya reaksi enzimatis, dan mempermudah pada saat simplisia akan dihaluskan menjadi serbuk (Depkes RI, 1985).Dalam proses pengeringan ini daun disusun tidak terlalu bertumpuk agar pengeringan berlangsung merata dan tidak terjadi face hardening, yakni bagian luar bahan sudah kering namun bagian dalamnya masih basah. Pada waktu dikeringkan, daun sering dibalik agar terjadi sirkulasi udara sehingga mempercepat pengeringan. Daun dikeringkan sampai mencapai titik kekeringan dengan ditandai kerapuhan, mudah patahnya daun yang dikeringkan, dan kadar air yang kurang dari 10% (Depkes RI, 1985). Lamanya proses pengeringan dari tiap suhu berbeda-beda. Pada Tabel 1 dapat dilihat lama pengeringan dan hasil penetapan kadar air pada masing-masing suhu pengeringan. Tabel 1. Lama Pengeringan dan Hasil Penetapan Kadar Air Simplisia Suhu Pengeringan Lama Pengeringan Kadar Air (%) ????̅ ± ????. ???? 30o C 45 jam 15 menit 6,01 ± 0,34 50o C 24 jam 10 menit 5,55 ± 0,22 70° C 10 jam 15 menit 5,08 ± 0,09 Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 6 Berdasarkan analisis data dengan SPSS 16, nilai signifikansi α < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna pada ketiga suhu pengeringan dalampenetapan kadar air simplisia daun kumis kucing. Pembuatan Ekstrak Rendemen ekstrak dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Rendemen Ekstrak Sampel Bobot Simplisia (g) Bobot Ekstrak (g) Rendemen (%) 30o C 20,059 2,995 14,93 50o C 20,046 3,085 15,39 70° C 20,056 1,866 9,30 Hasil rendemen ini dapat dijadikan acuan dalam memperkirakan berapa jumlahsimplisia yang diperlukan untuk diekstraksi,agar didapatkan ekstrak sejumlahyang diinginkan. Uji Kualitatif Pada penclitian ini uji kualitatif dilakukan secara KLT dengan menggunakan fase gerak hasil orientasi BAW 4:1:5 (n-Butanol: Asam asetat:Air) fase atas dan fase diam selulosa. Pereaksi umum yang digunakan untuk uji kualitatif flavonoid yaitu uap amoniak, pereaksi sitroborat, dan pereaksi AlC13.Hasil uji kualitatif flavonoid dengan pembanding kuersetin dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelum diuapi dengan amoniak,bercak sampel dilihat pada sinar UV366 memberikan warna hijau kekuningan, sedangkan pada sinar tampak dan Sinar UV254berwarna kuning lemah. Setelah diuapi dengan amoniak pada sinar UV366 bercak semua sampel memberi sedikit perubahan warna menjadi kuning kehijauan, sedangkan pada sinar tampak dansinar UV254 bercak sampel berwarna kuning yang lebih intensif dari warna kuning sebelumnya. Kemungkinan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak etanol daunkumis kucing adalah jenis flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan disertaiatau tanpa 5-OH bebas. Perubahan warna ini dikarenakan adanya pembentukan struktur kinoid (Robinson, 1995).Bercak sampel pada saat sebelum dansesudah disemprot sitroborat mengalami perubahan warna yang semula pada sinartampak berwarna kuning pucat menjadi kuning yang lebih terang, sedikitmemberikan perubahan warna pada sinar UV366, dan tetap kuning pada sinar UV254.Setelah disemprot dengan AlCl3 memberikan sedikit perubahan warna pada sinar UV366 menjadi lebihintensif, warna kuning pada sinar tampak dan UV254. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa flavonoid yang terkandung adalah flavonol yang mengandung3-OH bebas dan disertai atau tanpa 5-OH bebas. Untuk pereaksi AlCl3, terjadinya perubahan warna disebabkan oleh adanya pembentukan kompleks dengan senyawa flavonoid. Pembentukan kompleks ini akan menyebabkan pergeseran panjang gelombang ke arah batokromik. Gambar 1. Hasil Uji Kualitatif Flavonoid dengan Pembanding Kuersetin Keterangan cuplikan : a Kuersetin; b.Sampel suhu 300C; c. Sampel suhu 500C; d.Sampel suhu 700C Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 7 Prinsipnya gugus hidroksi flavonoid akan bereaksi dengan AlCl3 membentuk kompleks kelat berwama kuning yang apabila gugus hidroksi tersebut berada pada posisi orthodihidroksi maka bersifat tidak stabil dalam suasana asam, sehingga jika direaksikan denganHCl akan mengalami pergeseran hipsokromik jika dibandingkan pada saat direaksikan dengan AlCl3. Namun jika gugus hidroksi berada pada posisi hidroksikarbonil, maka larutan bersifat stabil terhadap asam, sehingga ketika direaksikandengan HCl tidak terjadi pergeseran hipsokromik seperti halnya pada posisiortho dihidroksi (Mabry, dkk., 1970) Uji Kuantitatif Flavonoid Total Hasil penetapan kadar flavonoid total dalam ekstraksi etanol daun kumis kucing dengan variasi suhu pengeringan 30o C, 50o C, dan 70o C disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil penetapan kadar flavonoid total dalam daun kumis kucing dengan tiga variasi suhu pengeringan Suhu Kadar Flavonoid (μg QE/mg ekstraksi) ????̅ ± ????. ???? (μg QE/mg ekstraksi) 300 C 37,25 37,25 ± 1,23 500 C 33,30 33,30 ± 1,54 700 C 31,15 31,15 ± 1,49 Ket: P95%, α , 0,05 Ekstrak etanol daun kumis kucing terbukti mengandung senyawa flavonoid. Adanya perbedaan kandungan flavonoid total dalam ekstrak daun kumis kucing pada tiga suhu pengeringan bukan dipengaruhi adanya kapang atau jamur, sebab daun dengan ketiga variasi suhu pengeringan mengandung kadar air kurang dari 10%, tetapi kemungkinan perbedaan itu dipengaruhi oleh adanya peningkatan kecepatan degradasi kimia. Kecepatan degradasi akan meningkat dengan adanya peningkatan suhu. Hal ini sangat terlihat pada warna daun kumis kucing yang berbeda pada masing-masing suhu pengeringan, yaitu saat pengeringan dengan suhu 30° C daun masih tampak dalam kondisi baik, tidak gosong seperti halnya daun pada suhu 70° C. Pada proses degradasi ini terjadi reaksi oksidasi yang memutus ikatan rangkap karbon terkonjugasi, hal inidisebabkan oleh adanya panas yang mengalir. Oleh sebab itulah, senyawa tersebuttidak bisa dibaca absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Sehingga akibatnya kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun kumis kucing menjadi berkurang. Kadar flavonoid total pada ekstrak etanol daun kumis kucinghasil penelitian pada masing-masing suhu pengeringan 30°C, 50° C, 70° Cberturut-turut yaitu (37,25 ± 1,23) μg QE / mg ekstrak ; (33,30 ± 1,54) μg QB /mg ekstrak ; (31,15 ±1,49) μg QE / mg ekstrak. Jadi, suhu pengeringan 30° C inilah suhu yang optimal dengan kandungan flavonoid total yang paling besar. KESIMPULAN Borneo Journal of Pharmascientech, Vol 01, No. 02, Tahun 2017 ISSN- Print. 2541 – 3651 ISSN- Online. 2548 – 3897 Research Article 8 Suhu pengeringan daun kumis kucing dapat mempengaruhi kadar flavonoid total yang terkandung dalam daun kumis kucing.Suhu pengeringan 30°C merupakan suhu pengeringan yang optimal untuk mendapatkan ekstrak etanol daun kumis kucing dengan kadar flavonoid total paling banyak 37,25 ± 1,23 μg QE/mg ekstrak. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara RIhttp://www.bmf.litbang.depkes.go.id/index2.php?option=content&do_pdf=1&id= 175diakses tanggal 13 Maret 2010 Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 2-9,51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Depkes RI, 1986, Sediaan Galenik, 4-31, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 7, Departemen RepublikIndonesia, Jakarta. Gunawan, D., Sudarsono, Agus P., Subagus W., Imono A. D., M.Dradjat, Samekto W., Ngatidjan,. 1996.Tumbuhan Obat, 90-95, Pusat PenelitianObat Tradisional UGM, Yogyakarta. Mabry, T.J, Markham, K.R., Thomas, M.B., 1970, The Systematic and identification of Flavonoid, 3-56, Springer-Verlag, New York, Helderberg-Berlin. Robinson,T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi Edisi keenam,191-216, Penerbit 1TB, Bandung.

Page 1 of 14 | Total Record : 136