cover
Contact Name
Hanevi Djasri
Contact Email
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Phone
+628161913332
Journal Mail Official
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Editorial Address
Gedung Epicentrum Walk Unit 716B Jl. Boulevard, Jl. Epicentrum Sel., RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12960, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
The Journal of Hospital Accreditation (JHA)
ISSN : 26567237     EISSN : -     DOI : https://doi.org/10.35727/jha.v1i1
Core Subject : Health,
Jurnal ini diperuntukan untuk sosialisasi artikel ilmiah terkait dengan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem akreditasi rumah sakit, termasuk didalamnya artikel ilmiah tentang regulasi akreditasi, standar akreditasi, manajemen lembaga akreditasi, surveior akreditasi, dan berbagai hal lain yang terkait.
Articles 72 Documents
Pengalaman Penerapan Indikator Kinerja Individu Staf Klinis Dengan Menggunakan e-Log Book Di Rumah Sakit Pertamina Cirebon Achbi Yahya
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.6

Abstract

Masalah Mutu: Penilaian Indikator Kinerja Individu (IKI) di Rumah Sakit Pertamina Cirebon belum mencerminkan rincian kewenangan klinis masing-masing profesi staf. Saat ini, pengukuran kinerja individu dilaksanakan secara manual, dominan unsur subyektif dari atasan, kurang mengakomodir penilaian peer groupnya dan belum memperhatikan utilisasi aktivitas individu dalam memberikan asuhan pasien sesuai dengan rincian kewenangan klinisnya. Dampak dari hal itu, timbul ketidakpuasan staf terhadap penilaian kinerja individunya dan tidak ada korelasi antara pencapaian kinerja individu dengan pencapaian kinerja rumah sakit. Pilihan Solusi: Pengukuran IKI dengan menggunakan sistem TI dalam bentuk Elektronik Logbook (E-Logbook) berbasis aktivitas kinerja individu sesuai rincian kewenangan klinis masing-masing profesi. Implementasi: Pengukuran IKI berbasis pada pencapaian utilisasi aktivitas Staf Klinis (dokter, perawat dan nakes lainnya) sesuai dengan Rincian Kewenangan Klinis (RKK) masing-masing profesi. Dilaporkan melalui E-Logbook yang dapat diakses melalui smart phone oleh masing-masing staf. Pencapaian IKI dibandingkan dengan KPI masing-masing staf sebagai hasil cascading secara proporsional dari atasan staf. Dengan demikian maka pencapaian KPI individu akan mempengaruhi berbagai jenjang diatasnya menuju KPI atasannya, KPI unitnya hingga pencapaian KPI rumah sakit. Evaluasi dan Pembelajaran: Penilaian Kinerja Individu seharusnya mencerminkan kompetensi dan kinerja staf. Dilaksanakan secara obyektif dan transparan sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja. Bila hal ini tidak dilaksanakan maka potensi ketidakpuasan dan penurunan motivasi serta kinerja staf dapat terjadi. Pencapaian kinerja individu hendaknya berpengaruh terhadap pencapaian kinerja rumah sakit sehingga rumah sakit dapat memberikan insentif sesuai dengan kinerja staf, bukan hanya semata-mata berdasarkan posisi, lama kerja dan kriteria pembobotan lainnya. E-logbook memudahkan menghitung produktifitas individu-individu staf klinis secara kuantitatif.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Ventilator Associated Pneumonia (VAP) di Ruang ICU Heru Noor Ramadhan
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.11

Abstract

Latar Belakang: Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah salah satu infeksi yang sering ditemukan pada pasien pengguna ventilator di Intensive Care Unit (ICU). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi menetapkan beberapa indikator mutu, salah satunya adalah angka kejadian VAP. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan pencegahan dan pengendalian VAP di ruang ICU, RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilaksanakan di ruang ICU, RSUP Dr. Kariadi, Semarang pada bulan Juni 2018 dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Dalam penelitian ini, dipilih 12 informan berdasarkan prinsip kesesuaian dan kecukupan dengan kriteria mengetahui dan terlibat dalam pencegahan dan pengendalian VAP di ruang ICU RSUP Dr. Kariadi, Semarang pada tahun 2018. Analisis dilakukan dengan content analysis. Hasil: Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian VAP di ruang ICU, RSUP Dr. Kariadi Semarang mengacu pada Permenkes 27/2017 dengan beberapa inovasi dan penyesuaian. Komunikasi terkait pelaksanaan VAP bundle di ruang ICU berjalan dengan baik, perawat diberi kesempatan untuk memperbarui dan penyegaran ilmu, fasilitas sangat mendukung, serta koordinasi antar profesi berjalan lancar. Adanya SOP, daftar centang kepatuhan pelaksanaan VAP bundle , serta lomba yang sering diadakan dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi mendorong pelaksana untuk terus memperbaiki diri. Walaupun demikian, masih diperlukan pengingat untuk melaksanakan VAP bundle sesuai dengan SOP, yaitu oral hygiene setiap 8 jam sekali. Kesimpulan: Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian VAP di Ruang ICU, RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2018 perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan. Review mingguan dan penghargaan bagi pelaksana diperlukan sebagai pendorong untuk terus melaksanakan VAP bundle sesuai dengan SOP.
Peningkatan Pendidikan Pasien dan Keluarga dengan Penguatan Peran Interpersonal Champion Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Peplau Suhariyanto Sukarip; Tutik Sri Haryati; Astuti Lestari; Mis Purnamaria; Carlos Dja'afara; Lulu Nonaria; Mulyadi Mulyadi; Enda Gautami
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.15

Abstract

Latar Belakang: Pendampingan dan supervisi yang kurang dari champion promosi kesehatan dapat mempengaruhi kepatuhan pemberian pendidikan pasien dan keluarga serta pencatatan edukasi interkolaborasi. Upaya untuk meningkatkan kepatuhan tersebut dapat dilakukan melalui penguatan peran interpersonal champion promosi kesehatan dengan pendekatan Teori Peplau. Tujuan: Mengidentifikasi pengaruh penguatan peran champion promosi kesehatan dengan pendekatan Teori Peplau yaitu pendekatan interpersonal terhadap penerapan pendidikan pasien dan keluarga. Metode: Penelitian ni menggunakan metode pre-eksperimental design, one group pre and post test without control. Sampel penelitian sebanyak 38 dokumentasi pendidikan pasien dan keluarga interkolaborasi yang dipilih secara incidental sampling dan dilakukan analisis paired t-test. Hasil: Terdapat peningkatan yang bermakna pada rerata nilai pengetahuan champion promosi kesehatan, pelaksanaan peran terutama pada peran pengajaran dan narasumber, kepemimpinan dan wali, serta dalam penerapan pendidikan pasien dan keluarga pada sebelum dan setelah intervensi penguatan hubungan interpersonal pada para champion promosi kesehatan dengan teori Peplau (p 0,001). Kesimpulan: Penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga terkait edukasi yang diberikan sebagai upaya keselamatan pasien selama di rumah sakit. Diperlukan kebijakan, dan pendampingan dari pimpinan rumah sakit untuk mengawal penerapan pendidikan pasien dan keluarga, serta pengembangan materi penguatan melalui lokakarya sebagai salah satu kompetensi pemimpin di bagian promosi kesehatan maupun petugas kesehatan lainnya.
Sistem Pengingat Klinis untuk Perbaikan Kepatuhan Peresepan Berdasarkan Formularium dan Formularium Nasional di RS Bethesda Yogyakarta Rizaldy Taslim Pinzon; Loury Priskila
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.16

Abstract

Masalah Mutu: Penggunaan obat yang tidak rasional menjadi salah satu penyebab utama cedera dan bahaya dalam pelayanan kesehatan. Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional, pemberian obat menjadi sangat selektif mengingat hal ini mempengaruhi biaya yang dikeluarkan rumah sakit dalam pelayanan kesehatan. Pilihan Solusi: Sistem pengingat klinis merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengingatkan tenaga kesehatan khususnya dokter, untuk meningkatkan kepatuhan peresepan obat sesuai formularium. Pada sistem ini setiap dokter akan memberikan resep, dengan pengingat yang terkait kriteria pemberian obat. Implementasi: Dengan sistem pengingat klinis ini kepatuhan peresepan obat sesuai formularium pada bulan Januari-Mei secara berturutan adalah sebesar 99,81% (97.058 resep dari total 97.240 pasien), 99,39% (82.947 resep dari total 83.453 pasien), 99,78% (87.653 resep dari total 87.848 pasien), 99,72% (81.866 resep dari total 82.092 pasien), dan 99,67% (83.748 resep dari total 84.023 pasien). Evaluasi dan Pembelajaran: Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan dokter dalam melakukan peresepan sesuai Formularium RS Bethesda sudah tercapai. Diharapkan dengan adanya alat ini membantu dalam mengendalikan biaya operasional rumah sakit terkait peresepan obat.
Penerapan Teknologi Informasi Sebagai Implementasi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 dalam Meningkatkan Program Mutu di Rumah Sakit (RS) Prima Husada Lovi Krissadi Endari; Galuh Ajeng Probowati; Resa Putra Adipurna
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.17

Abstract

Latar Belakang: Dewasa ini perkembangan dan kemajuan teknologi informasi berkembang pesat. Sistem aplikasi di berbagai bidang merupakan suatu keharusan bagi suatu instansi/perusahaan untuk memanfaatkan informasi sebagai basis administrasi dan pengolahan data. Sistem informasi rumah sakit memiliki peranan penting dalam pelayanan klinis dan administratif. Hal tersebut memicu adanya inovasi yang mendukung sistem manajemen data pengukuran mutu terintegrasi dengan cara mengintegrasikan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan program mutu yang disebut SI PRIMA. SI PRIMA merupakan teknologi informasi yang telah diterapkan di Rumah Sakit Prima Husada. Teknologi ini merupakan sebuah inovasi baru dari Rumah Sakit Prima Husada dalam meningkatkan program mutu rumah sakit. Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan mampu memberikan pengaruh positif dalam menjalankan proses pengumpulan data, analisis, serta validasi data mutu sehingga proses tersebut mampu berjalan secara efektif dan efisien. Tujuan: Mengetahui penerapan SI PRIMA dalam meningkatkan program mutu di Rumah Sakit Prima Husada. Metode: Observasional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu membandingkan proses pengumpulan data, pelaporan data, dan validasi data mutu empat bulan sebelum menggunakan teknologi informasi dan empat bulan sesudah diterapkannya sistem teknologi informasi, dalam hal ini penulis dibantu oleh tim IT dan PMKP rumah sakit. Pengukuran proses yang dibandingkan adalah kecepatan waktu dan ketepatan input data. Pengukuran dini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 – Mei 2018. Hasil: Pada periode empat bulan setelah diterapkan sistem teknologi informasi didapatkan peningkatan keakuratan dan efisiensi waktu untuk proses pengumpulan data dan pelaporan serta hasil validasi data 73.1%. Jumlah angka tersebut menunjukan peningkatan > 2x lipat apabila dibandingkan dengan periode empat bulan sebelum diberlakukan sistem teknologi informasi. Kenaikan validitas dikarenakan beberapa faktor salah satunya adalah tersedianya sistem informasi yang memungkinkan hasil data program mutu tidak perlu diproses secara manual namun secara terintegrasi. Kesimpulan dan Saran: Pada penelitian ini didapatkan angka validitas indikator mutu meningkat signifikan setelah diterapkannya teknologi informasi daripada periode sebelumnya. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah penerapan sistem teknologi informasi memiliki hubungan dalam peningkatan program mutu rumah sakit.
Mendorong riset dan berbagi pengalaman untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit Sutoto Sutoto; Adi Utarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 01 (2019): Edisi Perdana Jurnal Akreditasi Rumah Sakit
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i1.18

Abstract

Persoalan mutu dan peningkatan mutu selalu menjadi urusan penting setiap lembaga yang memberikan pelayanan kepada konsumennya. Hal ini berlaku tanpa memandang baik kegiatan utama yang dilakukan oleh lembaga tersebut, apakah lembaga tersebut berorientasi untuk mencari keuntungan ataupun tidak (profit atau non-profit), seberapa ketat persaingan antar lembaga sejenis, berapa besar konsumen yang dilayani, serta bahkan apakah di lembaga tersebut mempunyai tim yang khusus dibentuk untuk menangani mutu. Mutu menjadi penentu kelangsungan hidup organisasi. Bagi lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, mutu dan keselamatan pasien menjadi ibarat ruh kegiatan setiap orang dengan berbagai peran dan latar belakang profesi yang bekerja di rumah sakit serta menjadi harapan setiap pasien, keluarga dan masyarakat dari berbagai tingkatan sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan latar belakang lainnya sebagai penerima pelayanan kesehatan. Demikian pula bagi pihak regulator yang bekerja memastikan bahwa seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah memberikan pelayanan yang memperhatikan mutu dan keselamatan pasien serta pihak yang menjamin pembiayaan kesehatan. Di Indonesia, upaya-upaya untuk peningkatan mutu pelayanan dapat ditelusuri sejak tahun 1980an. Penelusuran historikal upaya mutu sebelum masa tersebut mungkin lebih merupakan faktor tantangan administratif dalam menemukan dokumen yang relevan. Saat ini, meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas adalah satu dari 12 strategi pembangunan kesehatan 2015-2019 (Kementerian Kesehatan, 2015). Berbagai upaya peningkatan mutu telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan, diantaranya adalah melalui mekanisme perijinan fasilitas pelayanan kesehatan, total quality management dengan gugus kendali mutunya, quality assurance, berbagai sertifikasi sistem manajemen mutu, serta akreditasi lembaga pemberi pelayanan kesehatan. Implementasi cakupan kesehatan semesta di Indonesia sejak tahun 2014 menjadi pendorong kuat pula agar seluruh masyarakat dapat mengakses pelayanan yang bermutu. Secara nyata, Kementerian Kesehatan membentuk Direktorat Mutu dan Akreditasi pada tahun 2016 dan menguatkan strategi nasional mutu pelayanan kesehatan. Akreditasi merupakan strategi utama peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang telah diinisiasi sejak tahun 1995. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) merupakan badan yang melaksanakan akreditasi rumah sakit. Bagi lembaga KARS, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien tidak hanya berlaku bagi rumah sakit, namun juga bagi lembaga KARS yang melaksanakan akreditasi. Seluruh potensi rumah sakit, baik dalam bidang pelayanan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terus didorong oleh KARS melalui berbagai strategi. Sebagai lembaga yang melakukan akreditasi rumah sakit, organisasi KARS menunjukkan komitmen terhadap mutu melalui akreditasi oleh the International Society for Quality in Health Care (ISQua) dan memperoleh sertifikasi pada tahun 2014. Pengembangan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) dan senantiasa memperkuat sistem manajemen surveior dilakukan secara berkelanjutan, sehingga memperoleh sertifikasi ISQua untuk program pelatihan surveyor pada tahun 2017. Sejalan dengan roadmap Indonesia memasuki revolusi industri 4.0, KARS mengembangkan sistem informasi untuk lembaga KARS (SIKARS), Sistem Informasi Dokumentasi Akreditasi RS (SISMADAK), Sistem Informasi RS (SIRSAK), Tracking Sistem untuk Surveior (ReDOWSKo), dan Sistem Pembelajaran Surveior (KARS e-learning). Selain inisiatif untuk meningkatkan mutu organisasi lembaga KARS, upaya mendorong penelitian untuk memajukan dan berbagi pembelajaran kegiatan peningkatan mutu di rumah sakit merupakan aktivitas yang strategis untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Sejak tahun 2015, KARS menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Semiloka Nasional (PITSELNAS). Diawali dengan presentasi ilmiah, kegiatan PITSELNAS semakin berkembang dengan KARS award, lomba poster ilmiah, lomba video pemasaran rumah sakit, dan lomba pembuatan aplikasi teknologi informasi untuk mendukung implementasi SNARS. Berbagai upaya mendorong atmosfer penelitian dan berbagi pengalaman tersebut memunculkan kebutuhan akan media yang tepat dan spesifik untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dan berbagi pembelajaran dalam upaya peningkatan mutu. Untuk inilah sebuah jurnal elektronik digagas. The Journal of Hospital Accreditation (JHA) diluncurkan mulai tahun 2019 dengan fokus pada mutu, keselamatan pasien dan akreditasi. Topik yang disajikan dapat mendeskripsikan masalah mutu secara terinci, menggali faktor determinan, riset implementasi maupun hasil evaluasi sebuah intervensi. Jurnal ini akan diterbitkan dua kali dalam setahun untuk menerbitkan artikel berbentuk hasil penelitian dan praktek peningkatan mutu. JHA menggunakan open journal system berbasis web sehingga penulis harus terregister terlebih dahulu agar dapat berkontribusi. Dengan semangat untuk menyebarluaskan penelitian dan praktek peningkatan mutu, maka jurnal ini dapat diakses oleh seluruh pembaca dan masyarakat praktisi secara tidak berbayar melalui website KARS (www.kars.or.id). Dengan tersedianya jurnal yang spesifik terfokus pada mutu, keselamatan pasien dan akreditasi, kami berharap agar semangat dan upaya nyata meningkatkan mutu dan keselamatan pasien semakin tinggi dan meluas serta menjangkau berbagai kelompok yang tidak terbatas pada profesi penyedia pelayanan kesehatan, manajer-pemimpin rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, regulator, penjamin pembiayaan kesehatan, asosiasi profesi serta akademisi di berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Konsep RASPRO: Upaya Melaksanakan Amanah Permenkes 8/2015 untuk Menurunkan Kuantitas Penggunaan Antibiotik Ronald Irwanto Natadidjaja
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 02 (2020): Person-Patient-Family-Community Centered Care
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v0ixx.24

Abstract

Masalah Mutu: Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) muncul sebagai masalah global akibat penggunaan betalaktam yang berlebihan. Tahun 2015, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 8/2015 agar rumah sakit dapat mengatur penggunaan antibiotik secara bijak. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 2018 juga mengkaji berbagai indikator mutu dalam penggunaan antibiotik di rumah sakit, termasuk Define Daily Dose (DDD) dan unit penjualan antibiotik. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah tools yang dapat mengatur klinisi agar penggunaan antibiotik menjadi lebih efisien. Pilihan Solusi: Regulasi Antimikroba Sistem Prospektif (RASPRO) merupakan sebuah konsep tools berupa tabel untuk pengaturan penggunaan antibiotik empirik dan definitif prospektif di rumah sakit yang bertujuan untuk mengoperasionalkan Peraturan di atas. Indikator perbaikan penggunaan antibiotik yang digunakan adalah penurunan DDD dan unit penjualan antibiotik sesuai SNARS. Implementasi: RASPRO membentuk Panduan Penggunaan Antibiotik (PPAB) dengan pertimbangan pola kuman lokal, dan membaginya ke dalam stratifikasi I-III sesuai dengan risiko infeksi dan tingkat keparahan penyakit pasien. Aplikasi RASPRO dilakukan dengan menggunakan tabel yang wajib diisi klinisi pada peresepan antibiotik. Tabel tersebut mengarahkan klinisi mengenai jenis antibiotik yang harus digunakan sesuai PPAB berdasarkan kondisi pasien dan tingkat keparahan penyakit, sesuai gambar dalam stratifikasi. Antibiotik direserve dan direstriksi melalui sistem tabel RASPRO, apabila peresepan tidak sesuai stratifikasi. Evaluasi dan Pembelajaran: Tampak penurunan signifikan DDD ceftriaxone dan meropenem di RS A sebelum dan sesudah sosialisasi PPAB-RASPRO dengan model stratifikasi pada fokus-fokus infeksi besar (pneumonia, infeksi saluran kemih (ISK), infeksi intra abdomen). Penjualan unit antibiotik carbapenem dan ceftazidime (cephalosporin anti-pseudomonas) dalam tiga bulan di RS Y, yang telah menerapkan tabel aplikasi RASPRO, dijumpai jauh lebih rendah dibandingkan RS X yang belum menerapkan program RASPRO. Dijumpai penurunan total peresepan betalaktam dan meropenem pada RS X dalam 3 bulan setelah konsep RASPRO diterapkan sebagai projek ujicoba di beberapa bangsal.
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Luaran Klinis Seksio Sesaerea Emergensi di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta Ivanna Theresa Setijanto
The Journal of Hospital Accreditation Vol 2 No 01 (2020): Covid-19 dan Inovasi Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v2i1.33

Abstract

Latar Belakang : Seksio sesarea (SC) emergensi bertujuan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janin saat terjadi komplikasi kehamilan dan persalinan, namun tidak semua kasus SC emergensi terdapat ancaman nyawa ibu atau janin. Indikasi yang tepat, waktu pelaksanaan yang tepat diharapkan dapat memberikan luaran klinis yang baik bagi ibu dan bayi. Persiapan pelaksanaan SC emergensi di RS St. Carolus saat ini sebagian besar (68,5%) berlangsung lebih dari standar PONEK, lebih dari 30 menit setelah diputuskan. Evaluasi mengenai kesesuaian indikasi dan dampak pelaksanaan SC emergensi terhadap luaran klinis ibu dan bayi belum pernah dilakukan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap luaran klinis SC emergensi di RS St. Carolus Jakarta. Metode : Sebuah penelitian potong lintang, observasional analitik di RS St. Carolus Jakarta pada Agustus 2017 hingga Oktober 2017. Subyek dikumpulkan secara konsekutif hingga batas waktu yang ditentukan, melalui kriteria inklusi dan eklusi, diikutkan dalam penelitian. Sampel diteliti ketepatan indikasi SC emergensi, faktor yang mempengaruhi serta dampaknya terhadap luaran klinis ibu dan bayi. Hasil : Terdapat 41 subyek yang masuk dalam penelitian. Tidak didapatkan faktor yang berpengaruh terhadap luaran klinis ibu. Paritas ibu menjadi faktor prediktor pelaksanaan IMD (OR 4,5 IK 95% 1,009-20,24). Dari 41 subyek tersebut, 22 % subyek termasuk dalam standar kegawatdaruratan ibu atau janin. Decision to delivery interval (DDI) keseluruhan adalah 170 menit, dan pada keadaan gawat darurat ibu atau bayi adalah 77 menit, SC dilakukan sesuai kategori kegawatan SC emergensi (p<0,05). Kesimpulan : Faktor yang berperan dalam luaran klinis SC emergensi adalah paritas ibu terhadap IMD. Operasi SC emergensi telah dilakukan sesuai klinis, dan DDI bukan merupakan prediktor namun indikator kualitas layanan emergensi. Kata kunci: Sectio cesarea, operasi sesar, emergensi, luaran klinis, decision to delivery interval
Meningkatkan Kesadaran Atas Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit, Melalui Standar Akreditasi Djoni Darmadjaja
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 02 (2019): Resistensi Antimikroba, Pencegahan Pasien Jatuh dan Waktu Tunggu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i2.38

Abstract

KARS telah memasukkan edisi penyelenggaraan PPRA di rumah sakit sebagai standar akreditasi dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 yang diberlakukan sejak 1 Januari 2018. Seluruh rumah sakit yang akan menjalani proses akreditasi, dipersyaratkan melakukan 5 kegiatan pokok dalam standar PPRA {translate key="article.abstract"} - {$article->getViews()} {if $galleys} {foreach from=$galleys item=galley name=galleyList} {$galley->getGalleyLabel()} - {$galley->getViews()} {/foreach} {/if}
Peran SNARS dalam Perubahan Perilaku Kebersihan Tangan pada Profesional Kesehatan Andaru Dahesih Dewi; Iwan Dwiprahasto; Supra Wimbarti; Budi Mulyono
The Journal of Hospital Accreditation Vol 1 No 02 (2019): Resistensi Antimikroba, Pencegahan Pasien Jatuh dan Waktu Tunggu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v1i2.39

Abstract

Latar Belakang: Kebersihan tangan adalah kunci keselamatan pasien, menjadi standar akreditasi RS sejak tahun 2012, namunimplementasinya masih fluktuatif. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi faktor dan peran Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) dalam perubahan perilaku kebersihan tangan. Tujuan: (1) Mengeksplorasi komponen perubahan perilaku yang mempengaruhi kepatuhan petugas dalam praktik kebersihantangan; (2) Menyempurnakan metode edukasi, mentoring dan dukungan teknis lingkungan sesuai hasil eksplorasi; dan (3) Mengukur perubahan ketepatan praktik kebersihan tangan setelah intervensi. Metode: Penelitian dilakukan di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Juni 2014–April 2016. Dilakukan 22 wawancara mendalam dan 9diskusi kelompok terfokus dilakukan terhadap staf, dipilih judgemental sampai mencapai saturasi data. Kuesioner yangmengeksplorasi tingkat pengetahuan dan persepsi praktik kebersihan tangan diisi seluruh petugas di ruang rawat intensif dan bedah (n 186), dianalisis dengan chi-square. Hasil digunakan untuk menyesuaikan metode reedukasi. Ketepatan-konsistensi praktik sesuai kategori petugas di ruang observasi diukur dan dianalisis time series. Hasil: Persepsi positif praktik tidak dipengaruhi karakteristik demografik. Manajemen perubahan perilaku selanjutnya disesuaikankonsep mindfulness mengikuti ‘Pendekatan Lewin, unfreeze–change–refreeze’. Kampanye kreatif dan partisipasi aktif ditujukanmencairkan cara pikir lama. Reedukasi ditujukan membangun kesadaran dan motivasi bertindak individual/kelompok, melibatkanpimpinan sebagai role model. Perubahan dipertahankan dengan sistem audit yang ditautkan ke sistem pembinaan SDM dan evaluasi SNARS diposisikan sebagai tantangan eksternal untuk refreeze perubahan menjadi budaya. Analisis time series ketepatan dan konsistensi praktik menunjukkan trend sistematik meningkat (dari 60-70% menjadi 85-90%) dengan indikasi adanya periode postevent exhausted. Intensitas, lama paparan edukasi, mentoring, kreativitas promotif, kekerapan booster disesuaikan dengan pola setempat, mengedepankan bukti lokal. Kesimpulan: Pendekatan mindfulness berbasis data lokal bermanfaat membangun budaya kebersihan tangan. Instrumen SNARSberperan dalam refreeze proses perubahan perilaku profesional petugas. Indikator luaran yang peka mengidentifikasi ketidakpatuhan perlu dieksplorasi lebih lanjut.