cover
Contact Name
Hanevi Djasri
Contact Email
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Phone
+628161913332
Journal Mail Official
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Editorial Address
Gedung Epicentrum Walk Unit 716B Jl. Boulevard, Jl. Epicentrum Sel., RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12960, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
The Journal of Hospital Accreditation (JHA)
ISSN : 26567237     EISSN : -     DOI : https://doi.org/10.35727/jha.v1i1
Core Subject : Health,
Jurnal ini diperuntukan untuk sosialisasi artikel ilmiah terkait dengan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem akreditasi rumah sakit, termasuk didalamnya artikel ilmiah tentang regulasi akreditasi, standar akreditasi, manajemen lembaga akreditasi, surveior akreditasi, dan berbagai hal lain yang terkait.
Articles 72 Documents
Dampak Bimbingan Akreditasi Terhadap Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit Eva Trisna Muslim; Luwiharsih Luwiharsih; Ayi Djembarsari
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.80

Abstract

Latar Belakang: Bimbingan akreditasi rumah sakit (RS) tidak menjamin kelulusan akreditasi. Bimbingan akreditasi dilaksanakan untuk meningkatkan pemahaman manajemen dan staf RS dalam pelaksanaan standar akreditasi. Rumah sakit yang melaksanakan proses bimbingan umumnya berharap lulus akreditasi sampai ke tingkat paripurna.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak bimbingan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) terhadap kelulusan akreditasi RS, mengidentifikasi proses bimbingan Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) Edisi 1.1 oleh KARS yang dilaksanakan RS, dan mengidentifikasi tingkat kelulusan akreditasi RS.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cohort retrospektif berbasis dokumentasi RS yang sudah dilakukan penilaian akreditasi oleh KARS pada 2020, bersumber dari Big Data KARS.Hasil: Terdapat sebanyak 69 RS yang telah dilakukan survei akreditasi menggunakan SNARS Edisi 1.1 pada bulan Januari–Juni tahun 2020. Hanya terdapat 7 RS (10%) yang dilakukan bimbingan oleh KARS dengan paket bimbingan yang bervariasi. Tidak ada hubungan antara bimbingan SNARS Edisi 1.1 oleh KARS dengan kelulusan akreditasi RS (p 0,662).Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara bimbingan SNARS Edisi 1.1 oleh KARS terhadap kelulusan akreditasi RS. Disarankan agar dalam persiapan akreditasi, rumah sakit menekankan pada komitmen rumah sakit dalam menerapkan standar akreditasi secara kontinyu. Perbaikan proses dan metode bimbingan akreditasi oleh KARS diperlukan agar hasilnya efektif.
Evaluasi Kepatuhan Asesmen Awal Medis dan Keperawatan Islami Rusdianawati; Syarif Usman; Giza Great Biidznillah; Taufik TAUFIK ROHMAN1 Rohman
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.81

Abstract

Latar Belakang: Masalah yang paling sering timbul dalam pengisian rekam medis (RM) adalah dalam proses pengisiannya sering tidak lengkap. Ketidaklengkapan pengisian berkas RM akan mengakibatkan catatan yang termuat bisa menjadi tidak sinkron serta informasi kesehatan pasien terdahulu sulit diidentifikasi.Tujuan: Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palabuhanratu bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan DPJP dan perawat dalam melengkapi asesmen medis dan keperawatan, mengidentifikasi materi asesmen yang jarang diisi, serta faktor-faktor yang mungkin terkait dalam kepatuhan melengkapi asesmen.Metode: Metode penelitian ini adalah survey terhadap data retrospektif yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan perawat dalam melengkapi asesmen di RM. Subyek penelitian ini adalah DPJP dan perawat, obyek penelitian adalah RM pada formulir asesmen medis dan keperawatan pasien rawat inap yang dirawat mulai Januari hingga Desember 2019. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasar asesmen medis dan keperawatan menurut ketentuan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1. Dilakukan analisis kuantitatif terhadap data dari 402 sampel RM, dan analisis kualitatif dengan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan Kepala Ruangan Perawatan, kepala instalasi, Ketua Komite Medik dan Keperawatan serta DPJP. Jumlah sampel FGD sebanyak 16 orang.Hasil: Variabel asesmen medis yang rendah/kurang baik kepatuhannya (<60% capaiannya) adalah: riwayat penyakit dahulu (30,35%), (2) riwayat pengobatan (9,50%), (3) pemeriksaan khusus (5,16%), (4) pemeriksaan penunjang (44,89%), (5) diagnosa banding (29,92%), dan (6) rencana pulang (38,15%). Variabel asesmen keperawatan yang rendah/kurang baik kepatuhannya: (1) riwayat penyakit dahulu (34,57%), (2) riwayat penyakit keluarga (28,39%), (3) keadaan umum (rata-rata 43,67%), (4) kesadaran (43,50%), dan (5) status psikologi (57,72%). Hasil FGD menunjukkan bahwa yang berpengaruh terhadap kepatuhan melengkapi asesmen adalah faktor sumber daya manusia (SDM), material, regulasi, dan kepemimpinan.Kesimpulan: Tingkat kepatuhan rata-rata dalam melengkapi asesmen medis oleh DPJP dari seluruh ruangan adalah kurang baik yaitu 58,09%. Kepatuhan rata-rata asesmen keperawatan cukup baik yaitu mencapai 63,72%. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah: faktor SDM, material, regulasi, dan kepemimpinan. Perlu dilakukan revisi pada form asemen medis maupun keperawatan untuk memudahkan pengisian dan meningkatkan kepatuhan dalam melengkapinya, serta agar dapat memenuhi standar kelengkapan materi asesmen.
Penilaian Continuity of Care Orang Dengan Gangguan Jiwa Pasca Rawat Inap Berbasis Aplikasi Android Si-KOPEN Kandar Kandar; Sunarto Sunarto; Rihadini Rihadini; Sri Woro Asih; Ari Sugeng
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.82

Abstract

Latar Belakang: Orang Dengan Gangguan jiwa (ODGJ) menjadi fenomena yang semakin meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS. 1.1) Akses ke Rumah sakit dan Kontinuitas pelayanan (ARK), elemen penilaian kriteria pemulangan kompleks dan tindak lanjut pemulangan pasien ditujukan agar fasilitas layanan kesehatan di komunitas dapat memberikan dukungan pelayanan. Pada ODGJ terdapat permasalahan readmisi pasien, pasien dengan permasalahan sosial (terlantar, tidak diterima keluarga/warga, pasien pasung, pasien tidak memiliki penjamin kesehatan) dan pasien dengan lama rawat lebih dari 21 hari. Untuk membantu mengurangi permasalahan pemulangan ODGJ, maka dikembangkan aplikasi Sistem Kontinuitas Pelayanan Pasien (SI-KOPEN) untuk memastikan kontinuitas pelayanan pasien ODGJ di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo.Tujuan: Mengevaluasi pengaruh penggunaan SI-KOPEN untuk menurunkan permasalahan pemulangan kompleks pada pasien ODGJ.Metode: Penelitian kuasi-eksperimental ini menggunakan desain post-test only design with control group untuk membandingkan penurunan jumlah pasien dengan permasalahan pemulangan komplek saat masuk perawatan dengan saat selesai perawatan pada dua kelompok. Kelompok intervensi sebanyak 35 sampel pasien menggunakan SI-KOPEN dan kelompok kontrol sebanyak 35 pasien tanpa SI-KOPEN. Data dianalisis dengan uji beda proporsi dua populasi dengan z score test.Hasil: Pasien ODGJ yang mengalami rawat inap ulang di kelompok intervensi (6 dari 35 responden) lebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok kontrol (14 dari 35 responden). Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pula antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dalam pelayanan SI-KOPEN terhadap permasalahan pemulangan komplek ODGJ pasca rawat inap (p ,0,05).Kesimpulan: Kontinuitas pelayanan pasien ODGJ pascarawat inap dengan aplikasi SI-KOPEN di RSJD Dr. Amino Gondohutomo lebih baik dengan menurunnya angka rawat inap ulang dibanding sebelum intervensi.Kata kunci: continuity of care, ODGJ, rawat inap, aplikasi
Kerangka Hukum Pelayanan Kesehatan Berbasis Patient-Centered Care Prita Muliarini
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.83

Abstract

Latar Belakang: Pergeseran prinsip pelayanan dari provider-centered care menjadi patient-centered care (PCC) merupakan bentuk penghargaan terhadap hak pasien seperti partisipasi, akuntabilitas, tidak mendiskriminasi, transparansi, menjunjung martabat manusia, pemberdayaan, dan berdasarkan aturan hukum. Proses melibatkan keinginan pasien semakin diterima sebagai bagian integral dari perawatan medis yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan pergeseran prevalensi penyakit dan meningkatnya kompleksitas pemberian layanan kesehatan dengan berkembangnya kemajuan ilmu dan teknologi medis.Tujuan: Untuk menganalisis kerangka hukum dan implementasi pelayanan kesehatan berbasis PCC dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1.1 (SNARS 1.1) menggunakan dasar peraturan perundangan di Indonesia.Metode: Penelitian ini menggunakan desain kualitatif, yuridis normatif dengan statute approach berdasarkan bahan hukum atau data hukum primer yang mencakup undang-undang praktik kedokteran dan rumah sakit.Hasil: Prinsip PCC yang tercantum dalam SNARS 1.1 merupakan pengejawantahan peraturan perundangan di Indonesia terkait hak pasien dan mutu pelayanan kesehatan.Kesimpulan: Kebijakan dan peraturan terkait PCC dapat membantu implementasi PCC di rumah sakit.
Case Management Untuk Pelayanan Rumah Sakit Yang Adil Dan Bermutu Prita Muliarini; Yusrizal Saputra; Edi Sumarsono
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v0ixx.84

Abstract

Latar Belakang: Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered care) sebagai salah satu domain kualitas pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien melalui model pelayanan case management (CM). Pelaksanaan CM secara profesional berfungsi sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan dan otonomi klien, meningkatkan pengalaman perawatan individu, meningkatkan kesehatan populasi, dan mengurangi biaya perawatan. Pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan kesehatan masyarakat serta menghargai hak pasien semakin menekankan perlunya CM. Namun, pelaksanaan CM di rumah sakit (RS) masih belum mempunyai pengaturan yang jelas dalam produk hukum yang telah ada. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dasar hukum pelaksanaan CM di fasilitas kesehatan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, dengan pendekatan statute approach dan conceptual approach. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tata kelola RS dan praktik kedokteran di Indonesia. Data dianalisis secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Hasil: Dalam peraturan perundang-undangan, pelayanan kesehatan secara paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dapat dicapai melalui kesinambungan perawatan (continuum of care) secara terkoordinasi dan bersifat kolaboratif, seperti yang terdapat dalam proses CM. Penghargaan hak pasien yang disebutkan dalam peraturan perundangan dapat terwujud melalui pendekatan kemitraan kolaboratif yang berpusat pada klien dan responsif terhadap budaya, preferensi, kebutuhan, dan nilai-nilai yang diyakini pasien. Belum ditemukan sumber hukum terkait case manager dan CM sebagai subjek dan objek hukum di Indonesia. Kesimpulan: Case management dalam patient-centered care merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menjunjung tinggi hak pelayanan kesehatan seperti partisipasi, akuntabilitas, non-diskriminasi, transparansi, menjunjung martabat manusia, pemberdayaan, dan berdasarkan peraturan hukum. Pelaksanaan CM membutuhkan regulasi berupa peraturan perundang-undangan sebagai sumber hukum yang menaungi proses CM dan case manager di Indonesia.
Pencapaian Indikator Mutu Nasional di Rumah Sakit Pendidikan Santi Anugrahsari
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 01 (2021): Pembelajaran dari Kegiatan Akreditasi dan Peningkatan Mutu
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i01.86

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan mutu dan keselamatan pasien seharusnya tercermin dalam setiap kegiatan di rumah sakit (RS) Pendidikan. Untuk menjamin hal itu, RS Pendidikan wajib memiliki sistem pengawasan mutu dan keselamatan pasien antara lain melalui penerapan standar yang terdapat pada sistem akreditasi rumah sakit pendidikan untuk mencapai Indikator Mutu Nasional. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian Indikator Mutu Nasional di RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis data sekunder. Data indikator mutu diambil dari Sistem Informasi Akreditasi Rumah Sakit (SiKARS) yang dimiliki oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan membandingkan pencapaian Indikator Mutu Nasional RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit selama tahun 2019. Pemilihan RS dilakukan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu sudah terakreditasi KARS, lulus standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) , dan mengisi lengkap data SiKARS.Hasil: Total ada 50 RS Pendidikan yang teridentifikasi memenuhi kriteria sebagai sampel dalam penelitian ini, terdiri dari 28 RS Pendidikan Utama, 9 RS Pendidikan Afiliasi dan 13 RS Pendidikan Satelit. Berdasarkan hasil analisis, terdapat 11 Indikator Mutu Nasional yang menunjukkan perbedaan bermakna antar jenis RS pendidikan. RS pendidikan utama lebih baik dalam pencapaian dua indikator, yaitu Kepatuhan Identifikasi Pasien dan Kepatuhan upaya pencegahan pasien jatuh. RS pendidikan afiliasi lebih baik dalam pencapaian lima indikator, yaitu Kecepatan Respon terhadap Komplain, Kepatuhan Clinical Pathways, Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium, Kepatuhan Fornas, dan Kepatuhan Cuci Tangan. Sedangkan RS pendidikan satelit lebih baik dalam pencapaian empat indikator, yaitu Waktu Tunggu Rawat Jalan, Kepuasan Pasien dan Keluarga, Kepatuhan Jam visite dokter, dan Kepatuhan Emergency Respon Time. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pencapaian Indikator Mutu Nasional antar RS Pendidikan Utama, Afiliasi dan Satelit.
Perubahan Perilaku Pelayanan Anestesi Dan Bedah Di Rumah Sakit Pada Era New Normal Di Kota Makassar Leo Prawirodihardjo; Prita Muliarini; Shila Rubianti; Hana Salna; Edi Sumarsono
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.89

Abstract

Latar Belakang: Pelayanan kesehatan moderen sedang dihadapkan pada situasi yang mencekam, yaitu dengan pandemi severe acute respiratory syndrome corona virus 2 (SARS-CoV-2). Pembedahan sebagai salah satu pelayanan emergensi dan elektif di Rumah Sakit (RS) juga harus menyesuaikan kondisi pandemi, karena dapat menjadi area berisiko tinggi transmisi infeksi saluran pernapasan serta dapat mempercepat dan memperparah progresivitas penyakit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi standar dan elemen penilaian Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) dalam Standard Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1.1 yang memerlukan pengembangan dalam perubahan perilaku pelayanan anestesi dan bedah di RS di masa new normal pasca pandemi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui in-depth interview pada informan yang ditentukan secara snow-ball sampling. Partisipan berasal dari enam RS di Makassar yang berjumlah 30 orang, terdiri atas dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis bedah, dokter umum, perawat kamar operasi, dan perawat/bidan di unit rawat inap. Analisis data dilaksanakan melalui pendekatan latent analysis, peneliti melakukan interpretasi secara ekstensif untuk menemukan makna teks yang mendasarinya. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil: Terdapat tiga konteks utama yang perlu dibenahi selama masa pandemi dan new normal, yaitu alur pasien dan petugas, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), dan metode skrining untuk pasien. Seluruh responden menyatakan bahwa alur pasien dan petugas masih sama seperti masa sebelum pandemi sehingga harus dipisahkan, penggunaan APD yang standar sudah tepat dan benar namun belum ada evaluasi rutin terkait kepatuhan penggunaan APD, serta masih belum jelas metode skrining pasien yang baku, efisien, dan efektif. Kesimpulan: Diperlukan perubahan perilaku dalam menerapkan alur pelayanan pasien di kamar operasi, penggunaan APD yang sesuai standar. Diperlukan penetapan metode skrining pasien yang jelas demi melindungi tenaga kesehatan dan lingkungan RS. Diperlukan sosialisasi secara intensif dan berkelanjutan kepada para pasien tentang pentingnya dan asas manfaat dari standar operasional prosedur yang diterapkan pada masa pandemi dan new normal.
Penerapan Standar Akreditasi Terhadap Mutu Dan Keselamatan Pasien Sebelum Dan Selama Pandemi Covid 19 Mira Asmirajanti; Yufi Aliyupiudin; Sri Rusmini; Patricia R Rumondang; Djuariah Chanafie; Supyono Supyono
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.93

Abstract

Latar Belakang: Rumah sakit sebagai institusi pemberi jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus memperhatikan mutu dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien harus dijadikan budaya oleh semua tenaga kesehatan di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan. Masyarakat berhak mendapat pelayanan kesehatan yang menjamin kenyamanan, keamanan dan keselamatan. Rumah sakit harus mempersiapkan sarana prasarana, ketenagaan, pelayanan dan keselamatan pasien sesuai dengan standar yang telah ditetapkan baik sebelum atau di masa pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Tujuan: Mengetahui pengaruh penerapan standar akreditasi terhadap mutu dan keselamatan pasien, pada sebelum dan di masa Pandemi Covid–19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif cross sectional dengan insidental sampel sebanyak 384 tenaga kesehatan di tiga RS penerima pasien Covid-19, yaitu di Bogor, Semarang dan Solo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus–Oktober 2020. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner hasil elaborasi mengacu pada Standar Nasional Akreditasi RS (SNARS) yang telah diuji validitas dan reliabilitas, serta disebarkan melalui formulir elektronik. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi linear multipel. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebelum dan selama pandemi sebesar 1,72% pada standar keselamatan, 1.07% pada standar pelayanan, 1,86% pada standar sarana prasarana, 0,38% pada standar ketenagaan, dan 1,45% pada standar mutu dan keselamatan pasien. Standar keselamatan dan standar pelayanan berpengaruh signifikan terhadap mutu pelayanan dan keselamatan pasien setiap kali melaksanakan standar keselamatan, dan standar pelayanan akan meningkatkan 0,95 dan 1,05 kali mutu pelayanan dan keselamatan pasien sebelum dan di masa pandemi Covid-19 (p<0,00). Kesimpulan: Semua rumah sakit telah menerapkan standar akreditasi dalam pemberian pelayanan kepada pasien. Rumah sakit harus mengelola dan mengawasi keselamatan pasien, pemberian pelayanan, sarana prasarana dan ketenagaan secara terus menerus selama menghadapi peningkatan jumlah pasien Covid-19 agar mutu pelayanan dan keselamatan pasien tetap terjamin.
Analisis Laporan Hasil Survei Akreditasi Rumah Sakit Untuk Pelayanan Kefarmasian Dan Penggunaan Obat Isi Mularsih Sumarno; Djoti Atmojo; Aris Sunandar; Sri Rachmani
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.95

Abstract

Latar Belakang: Keberhasilan survei akreditasi dipengaruhi penyusunan laporan yang baik dari surveyor. Jumlah surveyor KARS yang cukup banyak dapat menimbulkan variasi dalam penyusunan laporan hasil survei. Saat ini evaluasi laporan survei surveyor dilakukan melalui mekanisme kontrol yang dilakukan para konselor. Evaluasi keseluruhan hasil laporan survei surveyor belum pernah dilakukan, termasuk pada layanan kefarmasian dan penggunaan obat yang merupakan pelayanan esensial dalam penanganan pasien. Tujuan: Melakukan analisis kualitas laporan hasil survei akreditasi rumah sakit yang dilakukan surveyor pada bab Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO). Metode: Penelitian observasional retrospektif dilakukan menggunakan data sekunder KARS dengan total 1.037 laporan hasil survei reguler tahun 2019. Sampel diambil sebesar 10% secara purposive stratified random sampling. Terdapat lima variabel yang dievaluasi untuk menilai kualitas laporan hasil survei, yaitu: ketepatan waktu penyampaian laporan, ketepatan pemberian nilai, ketepatan penulisan fakta dan analisis, ketepatan penulisan rekomendasi, dan kejadian diskrepansi antara surveyor dan konselor. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil: Laporan hasil survei menunjukkan hasil 59% tepat waktu, 71% tepat pemberian nilai, 49,5% tepat penulisan fakta dan analisis, dan 41% tepat penulisan rekomendasi. Diskrepansi antara surveyor dan konselor terjadi sebesar 17%, dan diantaranya terbanyak (68%) merupakan diskrepansi rekomendasi, 25% diskrepansi nilai, dan 7% diskrepansi fakta dan analisis. Kesimpulan: Kualitas laporan hasil survei akreditasi untuk bab PKPO masih belum memadai, dan oleh karenanya perlu dilakukan upaya perbaikan untuk meningkatkan kualitasnya.
Peran Staf Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Peningkatan Mutu Sunarto Sunarto; Citra Resmi Wulandari
The Journal of Hospital Accreditation Vol 3 No 02 (2021): Teknik dan Hasil Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v3i2.96

Abstract

Latar Belakang: Salah satu tujuan pelaksanaan akreditasi adalah menciptakan budaya mutu dan budaya keselamatan di rumah sakit. Budaya mutu ditandai dengan terjadinya proses peningkatan mutu (PM) secara internal di seluruh unit kerja yang berlangsung secara sistematis dan berkelanjutan. Agar terjadi PM secara berkelanjutan, diperlukan peran staf yang optimal. Akreditasi diharapkan dapat menjadi daya ungkit pelaksanaan PM di unit kerja pada sebuah rumah sakit. Tujuan: Mengetahui gambaran peran staf dalam melakukan peningkatan mutu di RSUD Raja Ahmad Tabib Propinsi Kepulauan Riau. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengambilan data dilaksanakan di RSUD Raja Ahmad Tabib Provinsi Kepulauan Riau. Subyek penelitian dipilih dengan cara purposive sampling dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada partisipan dan dilakukan analisis data dengan analisis tematik. Hasil: Staf RSUD Raja Ahmad Tabib menyadari bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien menjadi tanggung jawab bersama unsur pelayanan dan unsur manajemen. Dampak kegiatan akreditasi adalah terjadinya peningkatan perilaku staf rumah sakit baik yang bertugas di manajemen ataupun di pelayanan. Namun demikian, RSUD Raja Ahmad Tabib belum memiliki mekanisme tindak lanjut untuk mempertahankan perubahan. Kesimpulan: Staf RSUD Raja Ahmad Tabib telah memahami tugas dan perannya masing-masing, serta dapat menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan PM di unit kerjanya. Staf menyadari bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus menjadi tanggung jawab bersama antara manajemen dan pelayanan, namun manajemen rumah sakit harus memiliki sistem yang efektif untuk mempertahankan perubahan. Pemberian reward dan punishment diperlukan untuk memberikan motivasi kepada staf untuk mempertahankan perubahan.