cover
Contact Name
Hanevi Djasri
Contact Email
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Phone
+628161913332
Journal Mail Official
hanevi.djasri@ugm.ac.id
Editorial Address
Gedung Epicentrum Walk Unit 716B Jl. Boulevard, Jl. Epicentrum Sel., RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12960, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
The Journal of Hospital Accreditation (JHA)
ISSN : 26567237     EISSN : -     DOI : https://doi.org/10.35727/jha.v1i1
Core Subject : Health,
Jurnal ini diperuntukan untuk sosialisasi artikel ilmiah terkait dengan pengembangan, penerapan dan evaluasi sistem akreditasi rumah sakit, termasuk didalamnya artikel ilmiah tentang regulasi akreditasi, standar akreditasi, manajemen lembaga akreditasi, surveior akreditasi, dan berbagai hal lain yang terkait.
Articles 72 Documents
Hubungan antara Penerapan Compliance Hand Hygiene dengan Kejadian Healthcare Associated Infections (HAIs) Irma Nurmaisyah; Rose Alda Jayanti; Muji Astuti; Ridha Wahyutomo
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.101

Abstract

Latar Belakang: Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah suatu infeksi yang dihubungkan dengan layanan kesehatan di sebuah fasilitas kesehatan. Kejadian HAIs meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada suatu fasilitas kesehatan. Tindakan hand hygiene menjadi salah satu strategi pencegahan kejadian HAIs. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan compliance hand hygiene dengan kejadian HAIs. Metode: Jenis penelitian menggunakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling yang terdiri dari dua kelompok tidak berpasangan. Analisis data penelitian menggunakan uji assosiatif non parametrik dan uji korelasi non parametrik. Hasil: Hasil penelitian ini didapatkan jumlah pasien positif HAIs dengan compliance hand hygiene lebih sedikit dibandingkan dengan non compliance hand hygiene. Hasil uji assosiatif non parametrik dengan chi-square test didapatkan nilai p 0.019, dan hasil uji korelasi non parametrik dengan contingency coefficient didapatkan nilai r 0,391. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara compliance hand hygiene dengan kejadian HAIs dengan keeratan hubungan yang lemah.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap Keselamatan Kerja Perawat pada Era Pandemi COVID-19 di Ruang Isolasi RS Kanker Dharmais Ade Suryani; Retno Setiowati; Joko Tri Suharsono; Handrija Handrija
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.107

Abstract

Latar Belakang: Banyaknya pasien yang membutuhkan perawatan isolasi di masa pandemi sangat berpengaruh pada keselamatan perawat yang bekerja melayani pasien kanker di ruang isolasi COVID-19. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak sesuai banyak ditemukan, walaupun sudah dilakukan sosialisasi pada perawat. Oleh karenanya, hal ini tidak menjamin dampak paparan COVID-19 pada perawat saat menggunakan sampai melepaskan APD di ruang isolasi. Penelitian penggunaan APD sudah banyak dilakukan, namun belum terdapat keterkaitan antara penggunaan APD selama COVID-19 terhadap sikap, pengetahuan dan alasan menggunakan APD. Oleh karena itu, penggunaan APD terhadap keselamatan kerja perawat pada era pandemi di ruang isolasi perlu diteliti. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengukur kepatuhan perawat penggunaan APD dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien pada ruang isolasi COVID-19 di RS Kanker Dharmais. Metode: Penelitian deskriptif dengan pengambilan data total sampling yang melibatkan semua perawat yang bekerja di ruang isolasi RS Kanker Dharmais dan bersedia untuk terlibat (72 orang). Data diperoleh melalui kuesioner, observasi melalui rekaman pada saat perawat memakai dan melepaskan APD di ruang isolasi serta wawancara kepala ruangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil: Terdapat 67 perawat (93,10%) di ruang isolasi Anyelir telah memiliki pengetahuan yang tinggi dalam penggunaan APD. Sikap perawat dalam mengunakan APD sebelum memberikan tindakan berada pada sikap positif (84,70%). Alasan terbanyak penggunaan APD adalah untuk keselamatan diri sebagai petugas kesehatan sebanyak 72 perawat (100%). Terdapat 1% perawat yang menyatakan adanya keterbatasan waktu dalam penggunaan APD. Kesimpulan: Penggunaan APD terhadap keselamatan kerja perawat pada era pandemi COVID-19 di RS Kanker Dharmais memiliki pengetahuan yang tinggi dan sikap yang positif untuk keselamatan diri sebagai petugas kesehatan. Meskipun demikian, diperlukan pelatihan penggunaan APD yang terstruktur dan monitoring penggunaan APD yang tepat serta kebijakan rumah sakit yang menyediakan APD yang dibutuhkan sesuai standar.
Implementasi Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) di Berbagai Kelas Rumah Sakit di Indonesia Santi Anugrahsari; Sutoto Sutoto; Djoni Dharmajaja; Diyurman Gea
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.111

Abstract

Latar Belakang: Standar Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP) pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 berlaku untuk rumah sakit yang melaksanakan pendidikan tenaga kesehatan. Standar ini mencakup kegiatan pendidikan kedokteran dan pendidikan staf klinis lainnya dalam aspek input, proses dan outcome yang berfokus pada mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit. Rumah sakit harus memiliki sistem pengendalian mutu dan keselamatan pasien untuk kegiatan proses pendidikan yang dilakukan di rumah sakit. Standar IPKP ini merupakan standar yang baru dalam SNARS edisi 1 yang mulai diterapkan pada Januari 2018, sedangkan proses pendidikan kesehatan sudah terlaksana cukup lama di berbagai rumah sakit di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi standar IPKP di berbagai rumah sakit yang melaksanakan pendidikan kesehatan, serta membandingkan kepatuhan terhadap standar IPKP di berbagai tipe rumah sakit (A, B, C dan D) serta mengetahui pemenuhan elemen penilaian yang belum tercapai. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data bersumber dari sistem informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (SIKARS) dari Juli 2018-Desember 2019. Data dikelompokkan menurut jenis rumah sakit sesuai dengan standar akreditasi (enam standar). Pemenuhan setiap Elemen Penilaian (EP) diklasifikasikan sebagai skor nol lima atau sepuluh. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil: Sebanyak 1.577 rumah sakit yang melakukan pendidikan kesehatan telah dievaluasi. Menurut kelas, terdapat 57 (3,61%) rumah sakit kelas A, 351 (22,26%) rumah sakit kelas B, 828 (52,50%) rumah sakit kelas C dan 341 (21,64%) rumah sakit kelas D. Rerata skor standar IPKP pada kelompok rumah sakit kelas A, B, C dan D adalah 8,65, 6,26, 2,53 dan 0,98 secara berturutan. Pemenuhan EP 2.2 dengan skor 10 terdapat pada rumah sakit kelas A, dan lebih rendah pada rumah sakit B (66,38%), C (31,52%), dan D (7,91%). Pemenuhan EP 6.4 dengan skor 0 paling banyak terdapat pada rumah sakit kelas D (95,60%), dan lebih tinggi dari rumah sakit kelas C (81,52%) dan B (50,99%), sedangkan rumah sakit kelas A terendah sebesar 15,79%. Kesimpulan: Rumah sakit kelas A memiliki skor pemenuhan elemen penilaian tertinggi dibandingkan kelas B, C dan D. Pemenuhan standar enam di setiap klas rumah sakit masih membutuhkan perhatian khusus dan perlu ditingkatkan.
Hubungan Antara Pengetahuan, Motivasi, dan Supervisi dengan Kinerja Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Selama Pandemik COVID-19 di Rumah Sakit Mata Cicendo Dewanti Widya Astari; Fransisca Sri Susilaningsih; Nita Fitria
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.115

Abstract

Latar Belakang: Penularan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) hingga Januari tahun 2021 semakin meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan rumah sakit harus menyiapkan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) yang optimal. PPI dapat membantu fasilitas kesehatan mencegah dan mengurangi dampak kedaruratan, mengevaluasi upaya pencegahan, kesiapan mitigasi dan tanggapan, mengurangi penularan infeksi, meningkatkan keselamatan staf, pasien dan pengunjung, serta meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghadapi pandemi COVID-19. Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan ujung tombak pelaksana program PPI. Rumah Sakit Mata Cicendo sebagai salah satu rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan turut serta melakukan perawatan pada pasien COVID-19 dengan kriteria kuning atau dengan gejala sedang. Tujuan: Mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, motivasi dan supervisi dengan kinerja IPCLN dalam pencegahan dan pengendalian infeksi selama pandemik COVID-19 di Rumah Sakit Mata Cicendo. Metode: Dilakukan penelitian survey dengan pengambilan data di Rumah Sakit Mata Cicendo. Sumber data berupa data primer yang diperoleh melalui pemberian kuesioner untuk mengukur pengetahuan, motivasi, supervisi dan kinerja IPCLN. Responden adalah total populasi, terdiri dari satu orang Infection Prevention Control Nurse (IPCN) dan 34 orang IPCLN. Analisis data dilakukan dengan korelasi Rank Spearman. Hasil: Pengukuran kinerja IPCLN menghasilkan 21 orang (61,80%) dalam kategori baik. Untuk pengetahuan, 27 orang (79,40%) termasuk kategori baik, sedangkan terkait motivasi, 20 orang (58,80%) termasuk kategori sedang. Sejumlah 24 orang (70,60%) termasuk kategori baik dalam supervise. Hasil analisis bivariate menunjukkan terdapat korelasi keeratan kuat antara pengetahuan dengan kinerja (r 0,68; p 0,00), motivasi dengan kinerja (r 0,80; p 0,00), dan supervisi dengan kinerja (r 0,60; p 0,00). Kesimpulan: Pengetahuan, motivasi dan supervisi berhubungan kuat dengan kinerja dalam melaksanakan program pencegahan pengendalian infeksi.
Pengaruh Budaya Pelayanan Berfokus pada Pasien Terhadap Mutu Pelayanan di RSU DKI Jakarta Djuariah Chanafie; Mira Asmirajanti; Tubagus D.E. Abeng
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.117

Abstract

Latar Belakang: Perubahan dari pelayanan berfokus pada dokter menjadi pelayanan berfokus pada pasien atau patient-centered care (PCC) memerlukan pembentukan budaya PCC di seluruh rangkaian kegiatan pelayanan dan asuhan pasien. Perubahan tersebut perlu dilengkapi dengan standar-standar yang menunjang pelaksanaannya. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai institusi pelayanan kesehatan yang telah terakreditasi secara paripurna harus membudayakan PCC. RSUD merupakan rumah sakit penerima rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pasien harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pelayanan yang diperlukan. Tujuan: Mengukur pengaruh penerapan budaya pelayanan PCC terhadap mutu pelayanan di RSU DKI Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan insidental sampel sebanyak 309 tenaga kesehatan yang berasal dari empat RSU di DKI Jakarta. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner hasil elaborasi yang mengacu pada PCC, yang bersumber dari Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS). Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, serta data disebarkan melalui formulir elektronik. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2020. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi linear ganda. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata penerapan budaya PCC sebesar 52,41, rerata mutu pelayanan di RSU DKI Jakarta sebesar 68,73. Budaya pelayanan PCC ada hubungan positif yang kuat (r=0,867) dan bermakna (p<0,05) terhadap mutu pelayanan. Setiap peningkatan satu kali dalam implementasi budaya PCC, maka akan meningkatkan 0,64 skor mutu pelayanan di RSU DKI Jakarta Kesimpulan: Budaya PCC dan mutu pelayanan di RSU DKI Jakarta umumnya sudah dilaksanakan dengan baik. Pimpinan dan Manajemen rumah sakit harus terus menerus mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan standar PCC, agar dapat menjadi budaya sehingga mutu pelayanan tetap terjamin.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Skrining dan Asuhan Gizi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Triyani Kresnawan; Fitri Hudayani
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.120

Abstract

Latar Belakang: Kejadian kurang gizi di rumah sakit atau Hospital Malnutrition (HOSMAL) berdampak pada melambatnya penyembuhan penyakit, memperpanjang hari rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Skrining gizi dilakukan pada semua pasien masuk rumah sakit, dalam waktu 1x24 jam tertulis pada asesmen tenaga keperawatan (perawat/ners) untuk mengidentifikasi pasien berisiko atau tidak berisiko malnutrisi. Apabila pasien berisiko malnutrisi maka ditindaklanjuti dengan asesmen gizi oleh tenaga gizi (nutrisionis/dietisien). Ketepatan hasil skrining gizi akan menghasilkan ketepatan dalam asesmen dan intervensi yang merupakan bagian dari asuhan gizi. Perlu dilakukan skrining dan asuhan gizi yang tepat dengan waktu yang cepat untuk mengantisipasi terjadinya HOSMAL. Sumber daya manusia yang melakukan harus kompeten, difasilitasi sarana prasarana dan didukung dengan regulasi serta komitmen penuh dari pimpinan rumah sakit. Tujuan: 1) Menilai karakteristik, pengetahuan dan sikap skrining pada tenaga keperawatan dan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada tenaga gizi serta dukungan pimpinan, 2) Menganalisis implementasi skrining gizi oleh perawat/ners dan asuhan gizi oleh tenaga gizi, dan 3) Mendeskripsikan faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi skrining dan PAGT. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan cross-sectional. Responden terdiri dari 33 sampel tenaga gizi dan tenaga keperawatan yang bekerja di ruang rawat inap dewasa, dan juga 33 responden sampel jajaran pimpinan rumah sakit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2021. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Malnutrition Quality Improvement Initiative (MQII). Analisis data dilakukan dengan uji korelasi Spearman dan Uji Independent T-test (Levene’s Test). Hasil: Sebagian besar (69,70%) pengetahuan tenaga keperawatan dan tenaga gizi sudah terpenuhi dengan baik, sebagain besar telah memiliki sikap istimewa atau sangat baik, implementasi skrining gizi oleh tenaga keperawatan mencapai 96,97%, sedangkan implementasi PAGT oleh tenaga gizi mencapai 100%. Dukungan pimpinan dalam mencegah HOSMAL sudah sangat baik atau paripurna (51,52% dan 31,30%). Terdapat hubungan yang bermakna pada usia (p 0,008, r 0,455) dan lama bekerja (p 0,014, r 0,422) tenaga keperawatan terhadap implementasi skrining gizi. Terdapat perbedaan bermakna hasil skrining gizi oleh tenaga keperawatan dengan oleh tenaga gizi (p 0,01). Kesimpulan: Pengetahuan skrining tenaga keperawatan dan PAGT pada tenaga gizi hanya terpenuhi sebagian. Sikap dan implementasi sangat baik, dukungan pimpinan terpenuhi. Faktor usia dan masa kerja mempengaruhi implementasi skrining gizi pada tenaga keperawatan, sehingga memerlukan perhatian dalam hal pendidikan dan pelatihan.
Penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada Pengadaan Obat untuk Menurunkan Kejadian Obat Kosong di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Andi Dewi Batari; Azwar Amir
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.121

Abstract

Masalah Mutu: Kebutuhan asuhan pasien tidak terlepas dari pemberian terapi kepada pasien. Program terapi pasien akan terhambat bila obat yang dibutuhkan tidak tersedia. Kejadian kekosongan obat yang sering terjadi akan mempengaruhi mutu pelayanan serta kepuasan pasien. Untuk mencegah masalah kekosongan obat, dilakukan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil analisis FMEA mengidentifikasi proses pengadaan sebagai masalah utama dengan prioritas pada sub proses pelaksanaan kontrak. Dampak dari modus kegagalan yang dirumuskan adalah keterlambatan atau bahkan kebutuhan obat tidak terpenuhi dan juga meningkatnya alokasi anggaran pembelian obat. Pilihan Solusi: Rumusan FMEA menghasilkan beberapa pilihan solusi, diantaranya pembuatan sistem informasi stok obat antara pihak mitra penyedia obat dan rumah sakit, kerjasama peminjaman obat dengan rumah sakit jejaring, dan pembelian langsung ke apotek mitra. Implementasi: Berdasarkan analisis prioritas FMEA terdapat tiga implementasi yang dapat dilakukan. Pertama, pembuatan sistem informasi stok obat antara pihak mitra penyedia obat dan rumah sakit sebagai dasar permintaan obat. Data stok obat dari beberapa pilihan mitra penyedia obat dapat dimonitor sehingga diketahui penyedia obat yang dapat memenuhi permintaan obat tertentu. Di sisi lain, pihak penyedia obat dapat berkomunikasi secara proaktif dengan pihak rumah sakit bila stok obat rumah sakit mulai berkurang, dapat melakukan konfirmasi permintaan untuk memenuhi kesinambungan kebutuhan. Kemudian sebagai alternatif bila obat yang belum tersedia atau masih kosong karena pihak penyedia obat belum bisa memenuhi kebutuhan secara tepat waktu maka disiapkan alternatif kedua atau ketiga. Kedua, kerja sama peminjaman obat dengan rumah sakit jejaring. Ketiga, pembelian obat langsung ke apotek mitra untuk memenuhi kebutuhan obat, namun dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Peminjaman maupun pembelian dikelola oleh Instalasi Farmasi tanpa membebani pihak keluarga yang harus mencari obat di luar rumah sakit. Evaluasi dan Pembelajaran: Sistem informasi stok obat dapat menjadi media informasi yang baik untuk mengantisipasi kekosongan stok obat, sehingga dapat mencegah atau meminimalkan kejadian tidak terlayaninya kebutuhan obat ke pasien yang dapat menghambat program terapi pasien. Sedangkan kerja sama peminjaman obat dari rumah sakit jejaring atau pembelian langsung ke apotek mitra dapat memenuhi kebutuhan sementara dari kondisi belum tersedianya obat. Dengan demikian, kejadian kekosongan obat dan komplain pasien/keluarga dapat diminimalkan, serta peningkatan alokasi anggaran pembelian obat akibat klaim pembelian obat langsung dari luar rumah sakit dapat dicegah.
Adaptasi Linguistik Kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture ke Versi Indonesia Monica GK Tambajong; Adi Utarini; Dibyo Pramono
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.129

Abstract

Latar Belakang: Memahami budaya keselamatan pasien yang sudah terbentuk di rumah sakit adalah langkah pertama menuju keselamatan pasien. Salah satu cara untuk menilai budaya keselamatan pasien ini adalah dengan menggunakan kuesioner, seperti kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC). Kuesioner ini disusun dalam bahasa Inggris, sehingga masih membatasi penggunaannya di Indonesia. Tujuan: Untuk mendapatkan kuesioner HSOPSC versi Bahasa Indonesia yang valid dan reliabel, sehingga dapat digunakan dalam menilai gambaran budaya keselamatan pasien di berbagai rumah sakit. Metode: Penelitian ini menggunakan mixed method sequential exploratory design, diawali dengan penelitian kualitatif dan diikuti dengan penelitian kuantitatif untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner. Subjek penelitian adalah tujuh tenaga kesehatan (dokter, perawat, tenaga kesehatan lain) pada fase kualitatif dan 123 kuesioner yang sudah diisi pada fase kuantitatif. Sampel pada fase kualitatif dipilih secara purposive, dan sampel pada tahap kuantitatif diambil secara acak bertingkat (stratified random sampling). Dilakukan wawancara mendalam terhadap tenaga kesehatan mengenai persepsi, dan pemahaman budaya keselamatan pasien di rumah sakit. Analisis kualitatif dilakukan dengan koding, menggunakan bantuan perangkat lunak atlas.ti. Selanjutnya, dilakukan adaptasi linguistik kuesioner HSOPSC dari versi bahasa Inggris menjadi versi bahasa Indonesia. Dilakukan uji reliabilitas berupa uji konsistensi internal dan uji validitas isi, serta validitas konstruk atas kuesioner yang dihasilkan. Hasil: Pada wawancara tidak didapatkan tema baru terkait persepsi dan pemahaman tentang budaya keselamatan pasien yang berbeda dengan dimensi yang diukur dalam kuesioner HSOPSC versi bahasa Inggris, sehingga tidak dilakukan penambahan item. Uji validitas isi, uji validitas konstruk, dan uji reliabilitas internal menunjukkan bahwa kuesioner hasil adaptasi linguistik ini bersifat valid dan reliabel. Terdapat satu item yang tidak memenuhi uji validitas konstruk dan reliabilitas, sehingga dikeluarkan dari model. Kesimpulan: Kuesioner HSOPSC versi bahasa Indonesia hasil adaptasi linguistik bersifat valid dan reliabel pada uji psikometri dan layak digunakan dalam menilai budaya keselamatan pasien.
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Melalui Program Fellowship International Society for Quality in Health Care Hanny Handjaja Ronosulistyo; Sutoto Sutoto
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 01 (2022): Evaluasi berbagai Penerapan Standar Akreditasi
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i1.136

Abstract

Keselamatan pasien masih menjadi topik bahasan penting di dunia kesehatan. Sampai saat ini keselamatan pasien masih menjadi perhatian global seperti disampaikan oleh World Health Organization serta masih terdapat tantangan yang signifikan dalam penerapan kebijakan dan praktik keselamatan pasien. Secara definitif, keselamatan pasien dapat djelaskan sebagai ilmu di bidang pelayanan kesehatan yang menerapkan pengetahuan tentang keselamatan untuk mencapai tujuan terlaksananya sistem pelayanan kesehatan yang dapat dipercaya. Keselamatan pasien juga merupakan atribut sistem pelayanan kesehatan yang dapat meminimalkan kejadian dan dampak, memaksimalkan proses pemulihan, serta meminimalkan efek samping1. Pada proses penerapan keselamatan pasien diperlukan tim yang ‘patient safety minded’ dalam memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu juga memerlukan aktivitas kolaboratif dari berbagai disiplin baik di area klinis (klinisi, perawat, farmasi, dan lainnya). maupun non klinis (manajemen informasi, manajemen perlengkapan dan peralatan, dan area lainnya) dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Implementasi Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Santi Anugrahsari; Ridha Wahyutomo; Djoni Darmadjaja
The Journal of Hospital Accreditation Vol 4 No 02 (2022): Efektivitas Sistem Akreditasi RS
Publisher : Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35727/jha.v4i02.132

Abstract

Latar Belakang: Meningkatnya resistensi antimikroba akibat penggunaan antimikroba secara tidak bijaksana dan tidak bertanggung jawab serta terjadinya penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya, disebabkan oleh praktik pengendalian dan pencegahan infeksi yang tidak baik. Sesuai peraturan perundangan, upaya pengendalian resistensi mikroba di rumah sakit dikembangkan melalui program pengendalian resistensi antimikroba. Tujuan: Menilai implementasi Program Nasional Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PN PPRA) kepatuhan terhadap standar dan elemen penilaian PPRA di berbagai kelas rumah sakit (A, B, C dan D). Metode: Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data dikumpulkan dari Sistem Informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (SIKARS) dari Juli 2018-Desember 2019 dan dikelompokkan menurut kelas rumah sakit. Pemenuhan setiap Elemen Penilaian (EP) diklasifikasikan sebagai skor 0, 5 atau 10. Analisis dilakukan secara deskriptif. Hasil: Hasil penilaian Standar PPRA diperoleh dari 246 rumah sakit yang diakreditasi pada Juli-Desember 2018 dan 1027 rumah sakit yang diakreditasi pada tahun 2019. Pada tahun 2018, rerata skor standar PPRA pada kelompok rumah sakit kelas A, B, C dan D secara berurutan adalah 8,95, 7,06, 6,14 dan 6,00, sedangkan pada tahun 2019 adalah 7,95, 7,25, 5,80 dan 5,02. Pemenuhan EP yang melebihi standar yaitu sama atau lebih dari 80,00% hanya terdapat pada tiga EP dari total sepuluh EP, yaitu pada PN 4 EP1 tentang regulasi dan program PPRA di RS, PN 4 EP2 tentang keterlibatan pimpinan rumah sakit dalam menyusun program, serta PN 4.1 EP1 tentang organisasi pengelola PPRA. Kesimpulan: Implementasi standar PPRA yang terbaik terdapat di rumah sakit kelas A diikuti dengan kelas yang lain, namun implementasi pada tahun 2019 menunjukkan penurunan kecuali di kelas B. Perhatian khusus diperlukan untuk pemenuhan Standar terkait laporan tahunan ke Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) pusat. Kata kunci: Program Nasional, Resistensi Mikroba, Rumah Sakit, Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit, Standar PPRA