cover
Contact Name
Trias Mahmudiono, S.KM., MPH (Nutr)., GCAS., Ph.D
Contact Email
trias-m@fkm.unair.ac.id
Phone
+6281554219427
Journal Mail Official
mgk@journal.unair.ac.id
Editorial Address
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya-60115, East Java, Indonesia
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Media Gizi Kesmas
Published by Universitas Airlangga
Media Gizi Kesmas, receiving original articles and Literature review in the field of health nutrition, here are the scope: Public Health Nutrition Community Nutrition Clinical Nutrition Dietetics Food and Nutrition Food Service Management Institutional nutrition Food technology Current issues on food and nutrition
Articles 226 Documents
Hubungan Perilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI Dengan Kejadian Gerakan Tutup Mulut dan Status Gizi pada Baduta Hikmah Maulidya; Lailatul Muniroh
Media Gizi Kesmas Vol. 9 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v9i1.2020.23-28

Abstract

Latar Belakang: Gerakan Tutup Mulut atau lebih dikenal dengan istilah GTM yaitu kesulitan makan atau menolak makan yang sering kali dialami anak pada tahun pertama. Usia 6 – 9 bulan merupakan masa kritis dalam memperkenalkan makanan padat secara bertahap. Perilaku ibu dalam pemberian makanan pendampain ASI (MPASI) pada anak akan mempengaruhi ibu untuk memilih dan menyiapkan makanan anak untuk mendapatkan status gizi yang baik.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku ibu dalam pemberian MPASI dengan kejadian GTM dan status gizi pada baduta di wilayah kerja Puskesmas Bulukandang Kabupaten Pasuruan.Metode: Penelitian ini adalah obeservasional analitik dengan desain cross sectional. Responden  dalam penelitian ini sebanyak 72 responden ibu dengan anak usia 6 – 24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bulukandang Kabupaten Pasuruan. Variabel penelitian meliputi perilaku ibu dalam pemberian MPASI kejadian gerakan tutup mulut (GTM) dan status gizi baduta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri. Analisi data menngunakan uji statistik chi-Square.Hasil: Perilaku responden di atas 70% menunjukkan kategori baik. Masalah GTM terjadi hampir pada semua baduta dengan presentase 75%. Status gizi baduta rata – rata memiliki status gizi yang baik diatas 80%. Terdapat hubungan antara perilaku (p = 0,024) ibu dalam pemberian MPASI dengan kejadian GTM pada baduta. Tidak terdapat hubungan antara perilaku dengan status gizi baduta.Kesimpulan: Perilaku ibu dalam pemberian MPASI masih menggunakan distraksi berupa tontonan youtube sebagai pengalihan agar anak mau makan serta memilih menggendong anak dalam proses makan dari pada meletakkan anak dengan posisi duduk yang benar. Perilaku tersebut dapat menjadi faktor GTM pada anak.ABSTRACTBackground: Mouth Shut Movement, better known as GTM, is an eating difficulty or refusing to eat which is often experienced by children in the first year. Age 6-9 months is a critical period in introducing solid foods gradually. Mother's behavior in giving complementary feeding to the child will influence the mother to choose and prepare the child's food to get good nutritional status.Objective: This study aims to analyze the relationship between the maternal behavior in giving complementary feeding with the case of GTM and nutritional status of under two in the working area of the Bulukandang Health Center in Pasuruan Regency.Methods: This research is an observational analytic with cross sectional design. The respondents in this study were 72 mothers with children in aged 6-24 months in the working area of the Bulukandang Health Center in Pasuruan Regency. The research variables include the maternal behavior in the administration of MPASI, the case of the movement to shut up (GTM) and nutritional status of the under two years old. Data collection techniques uses questionnaires and anthropometric measurements. Data analysis uses the chi-square statistical testResults: The behavior of respondents above 70% shows a good category. The GTM problem occurs in almost all under two children with a 75% percentage. Nutritional status of child under two years old, on average, has a good nutritional status above 80%. There is a relationship between the behavior (p = 0.024) of the mother in giving complementary feeding with the case of GTM in the under two years. There is no relationship between behavior and nutritional status of child under two years old.Conclusion: Mother's behavior in giving MPASI still uses distractions in the form of youtube watching as a diversion, so that the child wants to eat. Moreover, the mother chooses to carry the child in the process of eating rather than putting the child in the correct sitting position. This behavior can be a factor of GTM to children.
Perbedaan Asupan Zat Energi dan Aktivitas Fisik Pada Status Obesitas Pada Balita di Desa Mlati Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri Bagus Ahmad Nur Abdillah; Merryana Adriani; Candraningtyas Hermadani
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i1.2019.27-32

Abstract

Latarbelakang:Obesitas mempunyai dampak buruk terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspekperkembangan psikososial. Setiap tahunnya angka kejadian obesitas pada balita terus meningkat, maka dari itudiperlukan pengetahuan orang tua tentang obesitas pada balita. Masalah gizi tersebut disebabkan olehketidakseimbangan asupan makan dan aktivitas fisik.Tujuan:Penelitian inibertujuanuntuk mengetahui perbedaanasupanenergidan aktivitas fisik pada balitaobesitas dan non obesitas.Metode:Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain studicase control. Totalsampel penelitian iniadalah 70balita dengan jumlahpada setiap kelompok sebesar 35balita. Pengumpulan datamenggunakan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, Analisis data menggunakan ujiMannWhitneydan ujiT independent.Hasil: Penelitian menunjukkantidakada perbedaan signifikan padaasupan energi (p=1,000)danpadaaktivitasfisik (p=0,173) antara balita obesitas dan non obesitas.Kesimpulan:Tidak terdapat perbedaan signfikan antara asupan energy dan aktifitas fisik pada kelompok status gizi balita obesitas maupun non obesitas.Keterbatasan dari penelitian ini adalah instrumen untuk menggali data keragaman pangan menggunakan 24-h food recall dan food frequency questionaire, sehingga kemungkinan terjadi bias data untuk mengingat jenis makana nyang dikonsumsi oleh responden dariibu responden.Selain haltersebut,masih sedikit sekali penelitian mengenai faktor lingkungan terhadap aktifitas fisik pada balita.Sehingga mengakibatkan kurangnya informasi pola aktifitas fisik balita yang tinggal di suatu wilayah tertentu.ABSTRACTBackground:Obesity has a negative impact on child development, especially on psychosocial aspects. Everyyear the incidence of obesity in children under five continues to increase, therefore it requires parents'knowledge about obesity in infants. Nutritional problems are caused by imbalances in food intake and physicalactivity.Objective:This study aims to determine differences in energy intake and physical activity in obese and non-obesechildren.Method:This study was an analytic observational study with casecontrol design. The total sample of this studywas 70toddlers with a number in each group of 35toddlers. Data collection using weight weighing and heightmeasurement, data analysis using Mann Whitney test and independent T test.Results:The study showedthat there was nosignificant difference in energy intake (p = 0,000), whereas inphysical activity (p = 0,173) there was no significant difference between obese and non-obese children.Conclusion:There was no significant difference between energy intake and physical activity in the nutritionalstatus group of obese and non obese respondents. The limitation of this study is the instrument to explore fooddiversity data using 24-h food recall and food frequency quest questionnaire, so that the possibility of data biasoccurs to remember the type of food consumed byrespondentfromthe mother of respondent.Towards physicalactivity in infants, resulting in a lack of information on the pattern of physical activity oftoddlerswho live in acertain area.
Gambaran Kasus Difteri Tahun 2009-Agustus 2019 di Kabupaten Bojonegoro Kiki Famalasari
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i2.2019.67-76

Abstract

Pendahuluan : Difteri adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corybacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat mempengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola distribusi kasus difteri di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2009– 2019 (Agustus 2019).Metode : Penelitian ini dilakukan pada tanggal l5 Agustus-18 September 2019 di Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan bulanan kasus difteri yang dilaporkan oleh Puskesmas atau Rumah Sakit di Wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro dan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi, serta Penanggungjawab Program Surveilans Difteri di Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro.Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan usia kasus difteri di Kabupaten Bojonegoro tertinggi terjadi pada kelompok usia 5-9 tahun (29,16%). Berdasarkan jenis kelamin sebagian besar terjadi pada jenis kelamin laki-laki (61,84%). Berdasarkan status imunisasi, kejadian difteri terjadi pada kelompok usia < 1tahun. Berdasarkan tempat, kejadian difteri di Kabupaten Bojonegoro sering terjadi di Kecamatan Bojonegoro. Berdasarkan waktu, kejadian difteri terjadi pada periode Januari-Maret dan Agustus-Desember.Kesimpulan : Kasus penyakit difteri di Kabupaten Bojonegoro dari tahun 2009 sampai dengan Agustus 2019 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2009 hingga tahun 2012 kasus difteri di Kabupaten Bojonegoro mengalami peningkatan yang signifikan dan mengalami penurunan di tahun 2013 dan 2014. Kemudian pada tahun 2015, kasus difteri mengalami peningkatan kembali dan penemuan kasus terbanyak ada di tahun 2018 yaitu sebanyak 15 kasus.Penderita difteri paling banyak adalah anak usia 5-9 tahun yaitu sebanyak 21 anak. Beberapa penderita difteri memiliki riwayat imunisasi yang tidak lengkat maupun yang tidak pernah imunisasi sama sekali. Sedangkan penemuan kasus difteri terbanyak sering terjadi pada laki-laki.ABSTRACTBackground: Diphtheria is an infection caused by the Bacterium Corybacterium diphteriae, which attacks the mucous membranes of the nose and throat,then can affect the skin. This disease is very contagious and includes serious infections that are potentially life-threatening. Objectives: This study to analyze the distribution patterns of diphtheria cases in Bojonegoro Regency in 2009 - 2019 (August 2019). Methods This research was conducted on August 5-September 18, 2019 in Bojonegoro Regency. This research is a descriptive study using secondary data in the form of monthly reports of diphtheria cases reported by Puskesmas or Hospitals in the Work Area of the Bojonegoro District Health Office and the results of interviews with the Head of the Surveillance and Immunization Section, and the Person in Charge of the Diphtheria Surveillance Program at the Bojonegoro District Health Office. Result: The results showed that the highest age of diphtheria cases in Bojonegoro District occurred in the 5-9 years age group (29.16%). Based on sex, the majority occurred in male sex (61.84%). Based on immunization status, the incidence of diphtheria occurs in the age group <1 year. Based on location, diphtheria events in Bojonegoro Regency often occur in Bojonegoro District. By time, diphtheria events occurred in the January-March and August-December periods. Conclusions: Cases of diphtheria in Bojonegoro Regency from 2009 to August 2019 tended to be volatile. In 2009 until 2012 diphtheria cases in Bojonegoro Regency experienced a significant increase and decreased in 2013 and 2014. Then in 2015, diphtheria cases increased again and the most cases found were in 2018 which were 15 cases. The most diphtheria sufferers many are children aged 5-9 years, as many as 21 children. Some diphtheria sufferers have a history of immunizations that are not complete or have never been immunized at all. Whereas most cases of diphtheria are often found in men.
Hubungan Antara Pemberian ASI dan Pemberian Makanan Selain ASI denganKejadian Underweight Pada Bayidi JawaTimur Tahun 2018 Dinda Maulidya Putri Maharani; Sulvy Dwi Anggraini; Trias Mahmudiono
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i1.2019.1-5

Abstract

Latar Belakang:Prevalensi padabayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Provinsi Jawa Timur tahun 2015sebesar 68,8% kemudian mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014, dan terus meningkat hinggatahun 2017 yaitu 75,7%. Penyakit infeksi dapat menurunkan nafsu makan pada bayi danberakibatkan penurunanstatus gizi. Pemberian makanan penamping ASI dapat mempengaruhi status gizi bayi. Provinsi Jawa Timurmerupakan salah satu provinsi dengan capaian ASI eksklusif dibawah target. Berdasarkan dari kabupaten/kotadiketahui bahwa cakupanbayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Jawa Timur tahun 2018 sebanyak 77,0%.Tujuan:Penelitianuntuk menganalisis hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dan pemberian makananselain ASI dengan kejadianunderweightpada bayi di Provinsi Jawa Timur tahun 2018Metode:Penelitian ini merupakan analisis data primer dan sekunder dngan survei laporan bulanan Gizi ASIEksklusif Provinsi Jawa Timur tahun 2018. Analisis data dilakukan dengan menggunakan ujiChi-squaredanRegresi Logistik.Hasil:Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberianmakanan selainASIEksklusif (<30hari,>30 hari) dengankejadianunderweight, (p=0,000010;OR=1,645;95%CI=1,319–2,052), ada hubunganpemberian ASI saja tanpa makanan selain ASI pada bayi dengan kejadianunderweight,(p = 0,000;OR=0,272;95%CI=0,217–0,341).Kesimpulan:Pemberian makanan selain ASI dan pemberian ASI Eksklusif pada bayi berhubungandengankejadianunderweight. Pemberian ASI Eksklusif sudah mencukupi kebutuhan nutrisi bayi usia 0-6 bulan. Pihakpelayanan kesehatan perlu meningkatkan program promosi kesehatan dengan sosialisasi tentang pentingnyapemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir hingga usia 0-6 bulan dan pemberian makanan pendamping ASIpada usia sampai 2 tahun agar kebutuhannutrisinya terpenuhi.ABSTRACTBackground: The prevalence of the babies who received exclusive breastfeeding in the Province of East Java by2015 was 68.8% which is lower when it is compared to 2014, with 72.9%, and since then it continued toincrease until in 2017 it was 75.7%. Infectious diseases may reduce appetite in infants which resulted in lowernutritional status. Providing complementary foods for breast milk can affect the nutritional status of the infants.The East Java Province is one of the provinces with exclusive breastfeeding achievement below the target. Basedon the district/city the coverage of infants who received exclusive breastfeeding in East Java in 2018 was 77.0%.Objective:This research was conducted to analyze the relationship between exclusive breastfeeding and theconsumption of complementary food other than breast milk with the incidence of underweight found in infants ofEast Java Province in 2018Method:By analyzing the primary and secondary data with a survey of monthly reports on the East JavaProvince's ExclusiveNutrition of Breastfeeding in 2018. The analysis was performed through the Chi-squareand Logistic Regression test.Results:The results found that there is a relationship between the consumption of food other than breast milk(<30 days,>30 days) with theincidence of underweight, (p=0.000010; OR=1.645; 95% CI=1.319-2.052), as  well as between exclusive breastfeeding(breast milk only) in infants with the incidenceof underweight,(p=0.000; OR=0.272; 95% CI=0.217-0.341).Conclusion:The consumption of food other than breast milk and exclusive breastfeeding on infants associatedwith the incidence of underweight. Breast milk is sufficient for the nutritional needs of infants aged 0-6 monthsold. Health care officials need to improve health promotion programs bysocializing the importance of exclusivebreastfeeding for newborns up to ages of 0-6 months and providing complimentary food beside breast milk untilthe age of 2 years old to fulfill the nutritional needs of the child.
Hubungan Kebiasaan Membaca Label Gizi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia 40 Tahun Masyita Resti Nur Fauziyyah; Dea Dellyana Wahyutia Ady
Media Gizi Kesmas Vol. 9 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v9i1.2020.29-34

Abstract

Latar Belakang: Label gizi merupakan salah satu label pangan yang harus dicantumkan pada kemasan produk dengan tujuan untuk melindungi konsumen dalam memilih makanan yang aman. Kebiasaan membaca label gizi dapat mempengaruhi asupan zat gizi. Kebiasaan dalam membaca label gizi lebih banyak diterapkan oleh  wanita, akan tetapi hal ini tidak digunakan untuk memutuskan pemilihan makanan kemasan. Hipertensi banyak terjadi pada wanita usia 40-60 tahun yang disebabkan karena asupan natrium yang berlebih.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan membaca label gizi dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 40 tahun.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dengan. Sampel penelitian ini adalah sebesar 70 orang. Penelitian ini dilakukan selama 3 hari untuk pengisian kuesioner. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada hari pertama. Data kebiasaan membaca label gizi didapatkan melalui wawancara frekuensi membaca label gizi. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji chi square.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca label gizi dengan kejadian hipertensi (p=0,579)Kesimpulan: Kebiasaan membaca label gizi dengan kejadian hipertensi pada wanita usia 40 tahun tidak memiliki hubungan yang sigifikan.ABSTRACTBackground: Nutrition labels are one of the food labels that must be included on product packaging with the aim to protecting consumers to choose safe foods. Reading habit of nutritional labels can affect nutrient intake. Reading habit of nutritional labels usually applied by women, but this is not used to decide on food selection. Incidence of hypertension often occurs in women aged 40-60 years because sodium intake exceeds requirements.Objectives: This purpose of the research was to analyze the connectionsofreading habit of nutritional labels with incidence of hypertension in women aged ≥40 years.Methods: This research was an observational study with a cross sectional design. The sample of this research was 70 people. This research was conducted for 3 days for filling out the questionnaire. Blood pressure measurement is done on the first day. Data reading habit of nutrition label obtained from interviews frequency of reading nutrition labels. The statistical test performed was the chi square test.Results: The results showed there was a correlation between the reading habit of nutritional labels with the incidence of hypertension (p = 0.579)Conclusions: Reading habit of nutritional labels with the incidence of hypertension in women aged ≥40 years does not have a significant relationship.
Hubungan ASI Eksklusif dengan Perkembangan Balita yang Memiliki Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya Hasniyah Rizka Kumala; Windhu Purnomo
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i2.2019.33-39

Abstract

Latar Belakang: Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau bayi yang lahir <2500g, memilikiperkembangan cenderung lebih lambat dibandingkan anak yang lahir dengan berat badan normal.Pada kasus BBLR sangat jarang diberikan ASI secara eksklusif karena keinginan ibu untukmenaikkan berat badan bayi secara cepat, sehingga diberikan makanan tambahan selain ASI. Balitadengan riwayat BBLR sangat beresiko mengalami gangguan tumbuh kembang.Tujuan: Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis apakah ada hubungan antara ASI ekslusif denganperkembangan balita dengan riwayat BBLR di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya.Metode: Jenis penelitian analitik observasional yang bersifat cross sectional. Populasi ibu yangmemiliki bayi usia 12-36 bulan dengan riwayat Berat Badan Lahir Rendah sebanyak 34 responden,menggunakan tehnik simple random sampling ditemukan besar sampel 32 responden. Variabelindependen ASI eksklusif, variabel dependen pertumbuhan. Pengumpulan data menggunakankuesioner dan uji statistic menggunakan spearman.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari penghitungan menggunakan uji spearman diperolehp=0, 000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara ASI eksklusif dengan perkembangan padabalita dengan riwayat BBLR.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini semakin bayi diberi ASI eksklusif maka perkembanganbalita akan semakin baik.ABSTRACTBackground: Babies with Low Birth Weight or babies born ≤2500gr, having a development of tend tobe slower than children born with normal weight. In the case LBW was given exclusive breastfeedingrarely because the mother want to raised the baby weight quickly, so given extra food other thanbreastfeeding. The growth of toddler with LBW history is very at risk of growth disorder.Objectives: The purpose of this study was to analyze the relationship between exclusivebreastfeeding with development of toddlers who had LBW history in Puskesmas Tanah Kali KedindingSurabaya The population involved the mother with a baby 12-36 months of age with a history of lowbirth weight as much as 34, respondents using simple technique random sampling found big 32respondents.Methods: This research using cross sectional approach. The independent variable, exclusive breastmilk the dependent variable growth and development. The collection of data using a questionnaire andtest it statistic use spearman correlation.Results: The results p value of test spearman p=0.000 which means significant exists correlationbetween breastfeeding exclusively with development.Conclusion: The conclusion this study, the more babies are given exclusive breastfeeding, the betterthe toddler's development will be.
Hubungan Asupan Kalsium dan Zink dengan Kejadian Stunting Pada Siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya Andri Rahmad Sudiarmanto; Sri Sumarmi
Media Gizi Kesmas Vol. 9 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v9i1.2020.1-9

Abstract

Latar Belakang: Remaja merupakan salah satu kelompok rawan terhadap stunting karena remaja beresiko mengalami defisiensi asupan makanan baik makronutrien maupun mikronutrien. Defisiensi asupan kalsium dan zink yang merupakan mikronutrien penting bagi pertumbuhan adalah faktor resiko stunting. Stunting pada masa remaja ini akan menurunkan kapasitas dan produktivitas kerja serta dapat meningkatkan resiko kematian ibu pada saat melahirkan.Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan asupan kalsium dan asupan zink dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Dengan besar sampel 68 orang yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data menggunakan pengukuran tinggi badan, food recall 2x24 jam. Data dianalisis menggunakanare teknik analisis deskriptif dan uji korelasi Kendall’s-Tau serta uji ANCOVA.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami stunting sebesar 22,1% dan 77,9% normal, rata-rata nilai Z-score 1,13 ± 0,94. Tingkat konsumsi asupan kalsium cukup sebesar 7.4% dan 92.6% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 336,7 ± 326,2 mg/hari. Tingkat konsumsi asupan zink cukup sebesar 5.9% dan 94.1% asupannya kurang, dengan rata-rata asupan sebesar 5,7 ± 3,0 mg/hari. Tidak ada hubungan antara asupan kalsium (r=0.072;p=0.385), asupan zink (r=0.124;p=0.138), asupan kalsium dan zink (p=0,478) dengan kejadian stunting.Kesimpulan: Asupan kalsium dan zink tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada siswi SMP Unggulan Bina Insani Surabaya. Agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai, siswi dapat melakukan pemantauan status gizinya secara rutin serta berperilaku hidup bersih dan sehat.ABSTRACTBackground: Adolescence is a vulnerable stunting group because adolescents are at risk of macronutrient or micronutrients intake deficiency. Calcium and zinc intake deficiency are vital micronutrients for the growth factor and the risk of stunting. Stunting in adolescence will reduce the work capacity and productivity and increase the risk of maternal death in childbirth.Objectives: This study was aimed to analyze the correlation between calcium, zinc intake and stunting prevalence on SMP Unggulan Bina Insani Surabaya schoolgirls.Methods: The research was a cross sectional study with quantitative approach. The sample size was 68 schoolgirls, were taken by simple random sampling. The data were collected by measuring height, food recall 2x24 hours. Analysis of data used in descriptive, Kendall’s-Tau and ANCOVA Test.Results: The results showed the proportion of respondents who experienced stunting 22% and normal 78%, with Zscore average at 1,13 ± 0,94. The consumption rate of calcium intake was sufficient at 7,4% and insufficient at 92,6%, with an average at 336,7 ± 326,2 mg/day. The consumption rate of zinc intake was sufficient at 5,9% and insufficient at 94,1%, with an average at 5,7 ± 3,0 mg/day. There is no relationship between the calcium intake (r=0.072;p=0.385), zinc intake (r=0.124;p=0.138), calcium and zinc intake (p=0,478) with the stunting prevalence.Conclusions: The intake of calcium and zinc doesn’t related to the stunting prevalence of the schoolgirls. The scoolgirls should to regularly monitor their nutritional status and behave in clean and healthy life, in order to achieve appropriate growth and development
Pengaruh Substitusi Biskuit MP-ASI Kemenkes dan Isolat Protein terhadap Daya Terima Snack Bar untuk Batita Usia 12-36 Bulan Susi Hidayah; Dea Dellyana Wahyutia Ady; Himatul Muhimah
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i1.2019.6-11

Abstract

Latar Belakang: Batita (Bayi dibawah usia Tiga Tahun) adalah anak yang berusia antara 12–36 bulan. Padatahap ini, pertumbuhan anak berjalan lebih lambat jika dibandingkan pada usia 0–12 bulan. Asupan energi danzat gizi yang cukup penting untuk mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Masalah gizikurang pada batita akan mengganggu perkembangan kognitif dan proses eksplorasi lingkungan yang merupakankarakteristik anak pada usia ini.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya terima dan kandungan proteinsnack baryangdisubstitusi dengan biskuit MP-ASI Kemenkes dan isolat protein.Metode: Desain yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah eksperimentalmurni denganmenggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiriatas1 formula kontrol biskuit MP-ASIKemenkes, 1 formula kontrolsnack bar,dan 1 formula perlakuan.Ujidaya terimadilakukankepada 3 panelisterlatih dan 25 panelis tidak terlatih. Satu formula terbaik dari hasil uji organoleptik akan diuji kandunganproteindengan metodeKjeldahl. Uji statistik menggunakan ujiAnova Friedman Test(α=0,05).Hasil:Hasil uji daya terima menunjukkan formula terbaik adalah formula perlakuan dengan subtitusi biskuitMP-ASI Kemenkes 24% dan isolat protein 16% (f2). Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaansignifikan antara biskuit, formula kontrol, dan formula terbaik pada aspek tesktur (p=0,000), warna (p=0,003),dan rasa(p=0,046). Dalam 100 gram formula terbaik mengandung 6,68 g protein dan dapat memenuhi 10%kecukupan protein jika mengonsumsi sebanyak 4 kepingsnack bar.Kesimpulan:Substitusi 24% biskuit MP-ASI Kemenkes dan 16% isolat protein meningkatkan daya terimasnack baruntuk batita usia 12-36 bulan.ABSTRACTBackground:Toddler(Infant under Three Years Old)are child between the ages of 12 and 36 month. In thisstage, the growth velocity of children slower than in ages of 0–12 month. Adequate energy and nutrientsimportant to achieve optimal growth and development. Undernutrition problem in toddlers will impairscognitive development and environment explores process that constitute child’s characteristic in this ages.Objectives:This study aims to determine the acceptance and the proteins content of snack bars substituted withMP-ASI biscuit and the isolates protein.Methods:The design used in this study was experimental using a completely randomized design method. Thereare3formulas used,a control formulaofMP-ASIbiscuitsfromKemenkes, a control formula of snack bar, and atreatment formula. The acceptance test was conducted on 3 trained panelists and 25 untrained panelists. Thebest formula from the organoleptic test results were tested for protein content using the Kjeldahl method. Thestatistical test was Anova Friedman Test (α=0.05).Results:The results of organoleptic test showed that the best formula was the treatment formula with 24% ofMP-ASI biscuits substitution and 16% isolates protein (f2). The statistic analysis showed that there weresignificant differences on the aspects of texture(p=0.000), color(p=0.003), and taste(p=0.046).In 100 grams ofbest formula contains 6,68 grams of protein and can fulfill 33.4% of the daily protein adequacy of children aged1-3 years. Conclusion:Substitution of 24% MP-ASI biscuits and 16% Isolates protein increase the acceptance of snackbar for toddler (12-36 months).
Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif, PHBS dan Kepadatan Penduduk terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kota Surabaya Tahun 2018 Ruri Indra Ramadani
Media Gizi Kesmas Vol. 8 No. 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v8i2.2019.40-48

Abstract

Latar Belakang: Anak-anak merupakan aset suatu bangsa, karena setiap bangsa yang ada di bumiselalu bergantung dengan tunas-tunas muda baru sebagai generasi penerus yaitu anak-anak. Faktorkesehatan salah satunya yang merupakan faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak-anak.Diare salah satu yang rentan menjangkiti anak-anak dimana penderita diare akan menderita dehidrasidan malnutrisi yang berat kemudian jika tidak di tangani akan menghambat tumbuh kembang anakbahka tidak jarang terjadi kefatalan. Angka diare di Kota Surabaya masih menduduku peringkat ke 3ter tinggi di Jawa Timur, sehingga peneliti tergugah untuk dan melakukan penelitian ini denganTujuan: Tujuan yaitu menganalisis pengaruh pemberian Asi Eksklusif, PHBS dan kepadatanpenduduk terhadap kejadian diare pada balita di kota surabaya.Metode: metode penelitian kuantitatif – crossectional,Hasil: Hasil utama dari analisis regresi berganda Kepadatan_Penduduk 0,099, Asi_Exklusif 0,006dan Rumah tangga_Berphbs 0,432.Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Asi Eksklusif mempengaruhi kejadian diare padabalita di surabaya pada tahun 2018, setiap penambahan 1% dari total ibu yang memberikan AsiEksklusif pada balitanya di Kota Surabaya maka akan mengurangi angka kejadian diare pada balitasebanyak 16 balita. ABSTRACT Background: Children are an asset of a nation, because every nation on earth always depends onnew young shoots as the next generation, namely children. Health factors, one of which is animportant factor in children's growth and development. diarrhea one that is vulnerable to infectingchildren where diarrhea sufferers will suffer from dehydration and severe malnutrition then if nottreated will inhibit the growth and development of children even fatality.Objectives: The number of dysentery in Surabaya still ranks as the third highest in Westjava,researchers were intrigued to made this research with the aim to analyzing what effect of givingexclusive breastfeeding, PHBS and population density on the incidence of diarrhea in infants onSurabaya.Methods: Quantitative - cross-sectional research methods,Results: The main results of the multiple regression observation Population_Density 0.099,Asi_Exclusive 0.006 and Phbs_Household 0.432.Conclusion: The conclusion from this study are Asi exclusively affects the incidence of diarrhea intoddlers on Surabaya at 2018, each addition of 1% of total mothers who give exclusive breastfeedingto their toddlers in the city of Surabaya will scale down the incidence of diarrhea in infants of 16toddlers. 
Perbedaan Citra Diri dan Kesukaan Makanan Tertentu pada Siswa-Siswi Gizi Lebih dan Normal Annisa Arifiana Lestari; Merryana Adriani
Media Gizi Kesmas Vol. 9 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mgk.v9i1.2020.10-16

Abstract

Latar Belakang: Citra diri dapat memprediksi munculnya depresi, gangguan makan dan kepercayaan diri. Menyukai suatu makanan secara berlebih dapat mempengaruhi status gizi individu.Tujuan: Menganalisis perbedaan citra diri dan kesukaan makanan tertentu pada siswa-siswi gizi lebih dan normal di SMP Muhammdiyah 5 Pucang Surabaya.Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi case control dan melibatkan 42 responden yang dibagi menjadi 21 siswa-siswi dengan gizi lebih dan 21 murid dengan status gizi normal. Dilakukan pengukuran berat badan menggunakan digital body scale dan tinggi badan menggunakan microtoise untuk menilai status gizi. Wawancara dan pengisian kuesioner kepada responden untuk mengetahui karakteristik, citra diri dan kesukaan makanan tertentu. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi Mann Whitney dengan p<0,05.Hasil: Pada kelompok gizi lebih terdapat 10 responden yang merasa citra dirinya obesitas dan ingin menurunkan berat badan (47,62%). Lalu, pada kelompok status gizi normal terdapat 16 responden yang merasa citra dirinya adalah normal (76,19%), menginginkan penurunan berat badan sebanyak 5 responden (31,25%), 8 responden (50%) ingin memiliki berat badan tetap dan 3 responden (18,75%) ingin menaikkan berat badannya dengan nilai p = 0,000. Untuk kesukaan makanan pada bahan makanan tertentu, kelompok gizi lebih dan normal lebih menyukai minuman berpemanis (38,1% dan 61,9%) dengan nilai p = 0,037.Kesimpulan: Terdapat perbedaan citra diri dan kesukaan makanan tertentu pada kelompok gizi lebih dan normal.ABSTRACTBackground: Body image could express such as depression, eating disorder and self esteem. If someone like to ate some specific food too much it can affected to nutrition status.Objectives: This study aimed to analyze of the difference of body image and favourite food between students with overweight and normal at SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya.Methods: The design of this study was case control involving 42 samples with 21 case sampels for overweight and 21 control sampels for normal student. The questioners were about body height and weight, data identity, body image and food preferences. Data were analyzed using Mann Whitney with p < 0,005.Results: There were 10 sampels in overweight group who felt they were obese and wanted to lose weight. In normal group there were 16 sampels who felt their body image was normal and 5 sampels in this group wanted to lose weight too, and the score for the p value = 0,000. As for food preferences, the overweight groups was more like to ate fried food (28,6%), while the normal group more preferred to ate sweetened foods and drinks (61,9%) with p value = 0,037.Conclusions: In conclusion there were differences of body image and favourite food between two groups

Page 1 of 23 | Total Record : 226