cover
Contact Name
I Wayan Ardhi Wirawan
Contact Email
ardhiwirawan@stahn-gdepudja.ac.id
Phone
+6287865681879
Journal Mail Official
ardhiwirawan@stahn-gdepudja.ac.id
Editorial Address
Jl. Pancaka 7 B Mataram
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Widya Sandhi
ISSN : 19077351     EISSN : 27469093     DOI : -
Widya Sandhi is a scientific journal published by Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram. This Journal contains research and conceptual articles with a focus on studies of Religious, Social and Cultural Studies. We invite scientists, scholars, researchers, and students to develop their scientific and publish the results of their research after the selection mechanism of the manuscript, review of peer reviewers, and editing process. The scope of Widya Sandhi : 1. Religious Studies 2. Social Studies 3. Cultural Studies
Articles 51 Documents
SIDHIKARA SEBAGAI PENGUATAN IKATAN SOSIAL MASYARAKAT BALI DI LOMBOK Kembarawan, I Gusti Komang
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Balinese community in Lombok has traditional social ties as a vehicle to help solve social, cultural and religious activities. Sidhikara in the historical range has been established when the Balinese came to Lombok in relatively large numbers at the time of the Kingdom of Karangasem extending the territory to Lombok. The Balinese who came to Lombok during the historic period built a social and cultural system in order to carry out the teachings of Hinduism. This sidhikara system has an important meaning in realizing the implementation of social, cultural and religious activities, especially those that require the participation of many people.The traditional social system of sidhikara in relation to the realization of social ties among Balinese in Lombok has been able to establish social interactions in order to complete Hindu social, cultural and religious activities. In this regard the social system of sidhikara has been able to show evidence of bringing the Balinese closer to the social fabric in religious activities, such as manusa yadnya and pitra yadnya. Both activities have been able to resolve the obligations of Hindus in the practice of religious culture.
KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM TRADISI TARUNG PERESEHAN PADA MASYARAKAT BAYAN, KABUPATEN LOMBOK UTARA Sumada, I Ketut
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to study the intercultural communication contained in the tradition of tarung perday in Bayan society, North Lombok regency. This research is designed in the form of descriptive qualitative research in order to provide an understanding of the form, function, and meaning in tarung perday activities involving the participation of the community from various cultural backgrounds. Intercultural communication is done in the form of verbal and nonverbal from the beginning of planning activities until the end of the activity. Intercultural communication serves as a medium for social relations relationships through traditional channels of activity. The implicit meaning behind tarung peresehan is the occurrence of inter-ethnic social bonds that can create a harmonious life together.
KAJIAN BENTUK DAN FILOSOFIS BERBUSANA UMAT HINDU ADAT BALI DALAM MEWUJUDKAN BHAKTI DAN SRADDHA DI PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN Suhardi, Untung; Krisna, I Dewa Ketut
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan di Pura Aditya Jaya Rawamangun, Jakarta Timur yang dalam hal ini sebagai penelitian kualitatif dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenalogis. Permasalahan karya tulis ilmiah ini adalah busana yang digunakan sebagai perkembangan yang tren dan budaya masyarakat DKI Jakarta yang lebih menggutamakan gaya hidup daripada aturan norma kesopanan. Karya tulis ilmiah ini diketengahkan tentang bentuk busana adat Bali, filosofis busana adat Bali dan implikasi dari penggunaan busana adat Bali. Hasil penelitian ini Untuk pembagaiannya terdiri atas 3 bagian : a. ) Atas : Kepala (Dewa) Untuk putra mengenakan udeng, dan wanita rambutnya diikat rapi. Tengah : Dada-Pinggang (Manusa) Melambangkan manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupan c) Bawah : Pinggang-Ujung (Bhuta) Bhuta atau raksasa yang menempati alam bawah, simbol keburukan yang tidak akan pernah lepas dari diri manusia. Pada putra menggunakan kancut (lelancingan) dengan ujung yang lancip dan sebaiknya menyentuh tanah (menyapuh jagat), ujungnya yang kebawah sebagai simbol penghormatan terhadap Ibu Pertiwi. Pada putri menggunakan selendang/senteng diikat menggunakan simpul hidup dikiri yang berarti sebagai sakti dan mebraya. Serta pepusungan sebagai simbol keindahan sebagai mahkota serta sebagai stana Tri Murti. Implikasinya adalah melingkupi kegiatan sosial dan keagamaan Hindu. Dan untuk mewujudkan norma kesopanan dalam lingkup agama ada upaya untuk dilakukan yaitu membangun generasi yang intelek, membiasakan berbusana adat bali kepura dan mengadakan fasilitas busana, terutama kain (kamen) untuk sembahyang.
PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SANDAT KUNING DI KARANG MEDAIN BARAT KOTA MATARAM Widana, I Nyoman Murba
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to study the cultivation of cultural values conducted on the Early Childhood Education Sandat Kuning, Karang Medain Barat Village, Mataram City. This study used descriptive interpretive method in order to conduct a study on the planting of these values. The results showed that the planting of cultural values in the institution of early childhood education Sandat Kuning using game approach in order to build habituation of learners to know the culture. The introduction of the culture is then aimed at preserving the familiar culture in everyday life. It is expected to build an understanding of the importance of cultural values inherited by their ancestors in realizing a better life.
KOMUNIKASI INSTRUMENTAL PEMBELAJARAN YOGA WATUKARU DI PERGURUAN SERULING DEWATA MANDALA PAGUTAN Pramana, Ida Bagus Benny Surya Adi
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yoga Watukaru berkembang di Pagutan merupakan salah satu cabang ilmu di Perguruan Seruling Dewata yang terdiri dari tujuh puluh empat cabang ilmu. Yoga Watukaru, himpunan dari tiga belas Perguruan Yoga Dunia yang terdiri dari : Yoga Surya, Yoga Candra, Yoga Brahma, Yoga Wisnu, Yoga Siwa, Yoga Sambu, Yoga Sangkara, Yoga Mahadewa, Yoga Maheswara, Yoga Rudra, Yoga Indra dan Yoga Yama. Perguruan Seruling Dewata yang mewarisi tradisi Bali kuno merasa terpanggil untuk ikut memberikan pengetahuan kepada generasi sekarang agar tidak terjerumus ke lembah kenistaan. Rumusan masalah yaitu : Pertama, bagaimana bentuk komunikasi instrumental pembelajaran Yoga Watukaru di Perguruan Seruling Dewata Mandala Pagutan? Kedua, bagaimana proses komunikasi instrumental pembelajaran Yoga Watukaru di Perguruan Seruling Dewata Mandala Pagutan? Dan Ketiga, apa dampak dan makna komunikasi instrumental pembelajaran Yoga Watukaru di Perguruan Seruling Dewata Mandala Pagutan?Perguruan Seruling Dewata cabang Yoga Watukaru Mandala Pagutan diresmikan pada tanggal 2 Oktober tahun 2010 serta terdiri dari 8 tingkatan yaitu : Tapa Iswara, Tapa Wisnu, Tapa Rudra, Tapa Maheswara, Tapa Sambu-Sangkara, Tapa Brahma dan Tapa Siwa. Secara umum proses pembelajaran di Perguruan Seruling Dewata cabang Yoga Watukaru Mandala Pagutan terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Dampak komunikasi instrumental pembelajaran Yoga Watukaru di Perguruan Seruling Dewata Mandala Pagutan adalah berdampak jasmani dan rohani. Makna komunikasi instrumental pembelajaran Yoga Watukaru di Perguruan Seruling dewata Mandala Pagutan adalah : spiritual, kesehatan, social dan kenyamanan.
KARMA MARGA DALAM BHAGAVADGITA SEBAGAI LANDASAN MEMBANGUN KESUCIAN KERJA Aryani, Ni Luh
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to conduct studies on building sanctity of work based on the teachings of karma marga in the Bhagawadgita holy book. Based on the results of the analysis found that in the teachings of karma marga there are sloka-sloka that emphasizes the values that can build morale in order to realize eternal freedom. Humans living in this world are forced by the laws of nature to act. The act is called the karma marga as part of yadnya, so that the work done is not based on self-interest and without self-interest. Work is a cycle in order to realize perfection in this life, because life needs food and food caused by rain, rain caused by yadnya and yadnya because of karma or action. Through the work of perfection can be realized. Work done should be based on swadharma, because it can purify themselves in order to achieve perfection. The doctrine becomes the basis in order to establish the sacredness of work.
PENDEKATAN KOMUNIKATIF PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KOMUNIKASI PADA MAHASISWA JURUSAN DHARMA DUTA SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM Widaswara, Rieka Yulita; Wijana, I Nyoman; Widana, I Nyoman Murba
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa Inggris komunikasi pada mahasiswa Jurusan Dharma Duta Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram. Fenomena tersebut dilandasi oleh alasan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris lebih aktif. Penelitian ini difokuskan tiga aspek, yaitu (1) bentuk komunikasi pembelajaran bahasa Inggris komunikasi; (2) pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa Inggris komunikasi; (3) implikasi pendekatan komunikatif dan relevansi konten materi ajar bahasa Inggris komunikasi dengan komunikasi Hindu. Penelitian ini dirancang dalam bentuk deskriftif kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah Teori S-M-C-R dan Teori Konstruktivisme.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk komunikasi pembelajaran bahasa Inggris komunikasi adalah komunikasi verbal dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok. Pendekatan komunikatif mampu membuat mahasiswa untuk lebih aktif karena pendekatan ini lebih menekankan praktek penggunaan fungsi bahasa itu sendiri melalui keaktifan dan keterlibatan mahasiswa. Pendekatan komunikatif ini menggunakan metode diskusi dengan penugasan membuat makalah dan dipersentasikan dalam bahasa Inggris sehingga menciptakan keaktifan mahasiswa dalam berkomunikasi. Implikasi pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa Inggris komunikasi adalah berbahasa karena bahasa merupakan aplikasi dari komunikasi. Dalam pendekatan komunikatif implikasi paling nyata yaitu harus ada interaksi verbal, baik antara pengajar dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Relevansi konten materi ajar bahasa Inggris komunikasi dengan komunikasi Hindu adalah bahasa Ingris diajarkan untuk berkomunikasi dengan materi ajar yang berkaitan dengan Hindu, baik dari segi nilai, ajaran, dan budaya.
IMPLEMENTASI ETIKA KOMUNIKASI PADA KELUARGA HINDU DI KOTA MATARAM SUBUDIARTHA, I NYOMAN
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar teologi pengembangan etika komunikasi Hindu, pembentukan sikap dan perilaku beretika, serta refleksi tattva dan etika komunikasi dalam ritual Hindu, sebagai implemenntasii etika komunikasi pada keluarga Hindu di Kota Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis, penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive dan teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah pengumpulan data dengan menggunakan analisis data kualitatif model alur yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dengan tahapan reduksi, penyajian data dan verifikasi. Analisis data disajikan dalam bentuk reduksi, klasifikasi, display dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) manusia yang religius adalah manusia yang merasakan bahwa dengan berbagai cara ia terikat terhadap semua keberadaan, 2) lingkungan keluarga adalah cermin sikap dan tingkah laku Keluarga pada hakekatnya adalah lembaga pendidikan, tempat belajar agama Hindu, sehingga keluarga tersebut merupakan lembaga yang dapat menumbuhkan terjalinnya pengabdian, agar anak memiliki moral yang luhur dan keperibadian yang baik, 3) seluruh ajaran suci Hindu dituangkan kedalam suatu kerangka dasar yang disebut Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, yaitu : (a) Tattwa atau Filsafat, merupakan inti dari ajaran agama Hindu yang menguraikan suatu kebenaran yang bersifat hakiki (b) Susila atau Etika, menguraikan prilaku yang baik dan benar di masyarakat dan (c) Upacara atau Ritual, menguraikan tentang tata cara menunjukkan rasa bhakti kepada Sang Pencipta dengan menggunakan sarana. Aktivitas upacara keagamaan merupakan realisasi dari unsur tattwa dan etika agama, yang dikomunikasikan melalui simbol-simbol agama.
KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DALAM PEMBELAJARAN YOGA WATUKARU PADA PERGURUAN SERULING DEWATA DI MANDALA LILIR, DESA MEKAR SARI KECAMATAN GUNUNG SARI, KABUPATEN LOMBOK BARAT Arisutisna, I Gusti Bagus
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komunikasi antarpersonal dalam pembelajaran Yoga Chara Bhumi Chastra pada Perguruan Seruling Dewata di Mandala Lilir, Desa Mekar Sari, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini difokuskan pada tiga aspek, yaitu bentu, proses, dan implikasi dari komunikasi antarpersonal dalam pembelajaran Yoga Chara Bhumi Chastra. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa bentuk komunikasi antarpersonal melibatkan komunikasi dalam proses pembelajaraan, khususnya antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. dalam proses pembelajaran. Ada dua jenis komunikasi yang terjadi dalam proses pembelajaran, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal diakukan dengan menggunakan bahasa ujar dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran. Komunikasi nonverbal dilakukan dengan gerakan-gerakan yoga ketika proses latihan berlangsung. Komunikasi antarpersonal tersebut dilakukan dengan tujuan mempercepat proses pembelajaran. Proses komunikasi antarpersonal dalam pembelajaran Yoga Chara Bumi Chastra sangat terkait dengan tahapan-tahapan dalam kegiatan pembelajaran. Komunikasi antarpersonal dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut dalam rangka untuk memberikan pembelajaran yang lebih intensif kepada para siswa sehingga lebih mudah untuk memahami ajarannya. Implikasi komunikasi antarpersonal tersebut berkaitan dengan dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dalam mempelajari dan mempraktikkan ajarannya. Dampak tersebut lebih dominan mengarah kepada dampak positif, yakni meningkatkan kualitas kehidupan manusia, baik secara individu maupun dalam kehidupan keluarga. Implikasi komunikasi antarpersonal tersebut terhadap perkembangan keberhasilan pembelajaran siswa relatif lebih tinggi karena dalam komunikasi antarpersonal tersebut siswa lebih intensif mendapatkan bimbingan.
SARANA UPAKARA BANTEN PANJANG ILANG DALAM UPACARA NGABEN PADA UMAT HINDU DI KOTA MATARAM Ningrat, Jro Ayu
Widya Sandhi Vol 9 No 1 (2018): Mei 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to examine the upakara, namely banten panjang ilang used in ngaben ceremony in the city of Mataram, West Nusa Tenggara. This research is focused on three important aspects related to the use of banten panjang ilang in the implementation of ngaben ceremony in the city of Mataram, namely the form, function, and meaning of upakara means. This research is designed in the form of qualitative descriptive. With regard to it, the data presented in the form of qualitative data and supported by data in the form of numbers. The result of the research shows that the means of upakara banten panjang ilang which until now its existence is still used as the complementary ceremony of pitra yadnya (ceremony of the dead) at Hindu society in Mataram City. The banten panjang ilang form consists of several ornaments that have similarities between one location and another. In this case the values of beauty are seen as expressions of the art soul that makes them. The banten panjang ilang function essentially serves as an adulteration that is shown to the bhuta kala when it inhibits the Atma's journey. The symbolic meaning of the banten panjang ilang as the gift of the Atma to the catur sanak in order to accelerate the process of traveling to meet both parents. Banten panjang ilang as an offering to Supranatual forces of the guard in the noetic realms, namely Sang Suratma and his helpers. at the time of cleaning when the delivery is placed on delivery banten. Banten panjang ilang used at the time of cleaning at the “pengiriman” ceremony. Banten panjang ilang as a moral and cultural guidance of Hindu that emphasizes decency as an ancestral heritage in the past.