Articles
25 Documents
Search results for
, issue
"Vol. 24 No. 23 (2014)"
:
25 Documents
clear
“Kebahagiaan” Itu Tak Ada Puisi-Puisi Auschwitz
FX. EKO ARMADA RIYANTO
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Telah lembar demi lembar, bahkan puluhan atau ratusan halamandalam buku ini, semuanya berusaha menguak dan mengulas makna kataKebahagiaan. Tetapi pernahkah terlintas di dalam benak kita, bahwaKebahagiaan itu tidak ada? Atau, lebih tepat, Kebahagiaan itu pernah tidakada; pernah menjadi kata tidak populer dalam sejarah hidup manusia; pernahmerupakan kata yang tak terlintas sedetik pun dalam benak kerinduanmanusiawi.
Catatan Kritis Tentang Teologi Kemakmuran (“Teologia Da Prosperidade”)
Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penghayatan agama/iman seringkali tak lepas dari pemahaman, makabaiklah dalam rangka hari studi tentang kebahagiaan juga pemahamanini disinggung. Pemahaman tak selalu resmi dianut, tetapi dapat ikutmewarnai iman resmi.
Uang (Tidak) Membahagiakan
Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Judul ini adalah peribahasa.1 Dalam beberapa bahasa ada pepatahserupa. Hal ini boleh dipandang sebagai indikasi adanya sekadar kebenaranyang diungkapkannya, entah karena pengalaman sejumlah orang, entahkarena pengamatan, terutama para pakar yang menelitinya. Tulisan inimembatasi diri dengan memeriksa pepatah itu secara kontekstual, artinyadengan memperhatikan konteks Indonesia.
Teologi Salib Kristus
Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Judul ini dipilih untuk menghindari identifikasi dengan karya MartinLuther “Theologia Crucis” yang dilawankan dengan “Theologia Gloriae”,sedangkan tulisan ini tak dimaksudkan untuk mengulanginya, melainkan justrubermaksud mempersatukannya, mengimbangi teologi kemakmuran atauteologi sukses dan melengkapi pembahasan kebahagiaan dalam agamaKristiani yang harus tetap menjunjung tinggi Salib. Orang yang dibina hanyadengan teologi kemakmuran atau Injil sukses saja, tidak hanya kurangmendapat seluruh khazanah iman, melainkan juga dapat mempunyaimentalitas yang kiranya kurang siap menghadapi salib dalam hidupnya. Selainitu tak sedikit orang Katolik yang agak takut akan teologi salib, meskipunpengikut Kristus diharapkan siap memanggul salibnya.
Harta dan Kekayaan Dalam Islam
Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Al-Qur’an melukiskan harta sebagai kesenangan hidup di duniayang bersifat sementara. Allah berfirman: “Dijadikan indah bagi manusiamencintai bermacam-macam yang diingini, kepada perempuan-perempuan,anak-anak, harta yang berlimpah-limpah dari jenis emas, perak, kuda yangbagus, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,dan pada sisi Allah ada sebaik-baik tempat kembali (surga)”: Al-Qur’anSurah Aali ‘Imraan [QS. 3]: 14. Adapun yang bersifat kekal adalahkesenangan akhirat sebagaimana firman Allah berikut ini: “Hai kaumku,ikutlah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar”(QS. Al Mu’min [40]: 39). Demi kebutuhan hidup, Al-Qur’an mendorongmanusia mencari harta. Harta bisa bermakna rohani apabila manusiabersedia menafkahkannya di jalan Allah.
RESEP BAHAGIA: PENCERAHAN DARI ILMU-ILMU EMPIRIS
Yohanes I Wayan Marianta
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pernahkah Anda melihat pepohonan yang tumbuh rapat berdesakdesakan?Batang-batang mereka kurus dan tinggi, seakan-akan berlombamenjadi yang paling menjulang untuk mendapatkan cahaya matahari.Laksana pohon kekurangan sinar mentari, manusia yang tidak bahagiaterhukum menjalani hidup yang kurus. Mungkin dia menjulang tinggi namunsebetulnya merana. Seperti cahaya matahari bagi pepohonan, demikianlahkebahagiaan bagi manusia.
Manusia Bahagia Belajar Dari Stephen Robert Covey
Antonius Sad Budianto
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Krisis terbesar bangsa kita pada hemat saya adalah krisiskepemimpinan. Dengan kepemimpinan saya maksudkan bukan terutamaberhubungan dengan jabatan pemimpin, namun model panutan yang diikutioleh manusia untuk hidup bermoral. Bangsa kita dewasa ini kehilangan figurmanusia bermoral yang bisa dijadikan model panutan. Rakyat tidak melihatpemimpin bangsa ini sebagai figur manusia bermoral, mereka juga muakdengan para wakilnya di DPR dan DPRD yang sama sekali tidak mewakilirakyat. Namun krisis itu lebih mendalam dan meluas dalam hidup seharihari: banyak murid tidak menemukan figur moral pada diri gurunya, demikianpula banyak anak tidak melihat orang tuanya sebagai figur panutan.
Kebahagiaan Dalam Diskursus Lintas Budaya Dan Pesannya Untuk Tugas Pewartaan Gereja
Raymundus I Made Sudhiarsa
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Kurban Yesus di salib tidak lain daripada puncak dari cara-Nyamenghayati seluruh hidup-Nya. Digerakkan oleh teladan-Nya, kita inginmasuk sepenuhnya ke dalam struktur masyarakat, dengan berbagi dalamhidup semua orang, dengan mendengarkan keprihatinan-keprihatinanmereka, dengan membantu mereka secara material dan spiritual dalamkebutuhan-kebutuhan mereka, dengan bersukacita bersama mereka yangbersukacita, menangis dengan mereka yang menangis; sambil bahumembahu bersama mereka, kita terlibat membangun suatu dunia baru.Akan tetapi, kita melakukan itu bukan karena suatu rasa wajib, bukansebagai suatu beban tugas, melainkan sebagai buah dari keputusanpribadi yang membangkitkan sukacita dan memberi makna kepada hidupkita
Kebahagian dan Agama
Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Dalam buku memoar terakhir hidup publiknya Hans Küng (85), teologKatolik yang sejak 1979 sesuai dengan konkordat (perjanjian) antara Vatikandan negara-bagian Baden Wuerttemberg mengalami pencabutan “Missiocanonica” yang berarti dilarang mengajar di fakultas teologi di mana calonimam belajar dan kini terkena degenerasi macula (penyakit mata) danterancam penyakit demens menegaskan bahwa hidupnya bahagia (“erfuelltesLeben”) dan ia tak lengket pada hidup ini. Dengan demikian di dalam dirinyaterdapat secara terpadu dua istilah elementer, yakni “kebahagiaan” dan“agama” yang menjadi gara-gara bahan artikel ini. Keduanya amat rumitdan sulit didefinisikan. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengangkatnya denganharapan agar lebih disadari dan dihayati, supaya agama Katolik lebihdirasakan sebagai “wadah” kebahagiaan yang tetap bertahan terhadappenderitaan di dunia ini.
Bahagia Dalam Pemberian Diri
Merry Teresa Sri Rejeki
Seri Filsafat Teologi Vol. 24 No. 23 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Sudah beberapa tulisan dalam buku ini yang berbicara tentangkebahagiaan. Ada yang melihatnya dari sudut pandang filsafat, biblis, moraldan hukum Gereja. Ada pula yang menyoroti tokoh-tokoh Bapa Gereja danpara Kudus yang menemukan kebahagiaan hidupnya. Tulisan ini merupakantanggapan atas pernyataan Paus Fransiskus yang menetapkan tahun 2015sebagai Tahun Hidup Konsekrasi untuk mengapresiasi religius yangmemberikan hidupnya untuk mengikuti Yesus Kristus bagi perkembanganKerajaan-Nya.