Articles
19 Documents
Search results for
, issue
"Vol. 32 No. 31 (2022)"
:
19 Documents
clear
Benturan- benturan Misi Gereja Katolik
Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Perjalanan dan misi Gereja Katolik senantiasa menghadapi beragam tantangan dan benturan, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar. Gereja sering dipandang dan dinilai oleh pihak-pihak tertentu dengan stigma ketertutupan yang meng-claim dirinya sebagai satu-satunya jalan serta sumber keselamatan (extra ecclesiam nulla salus). Bagaimanakah keberadaan dan karya-karya Gereja yang mau memperkenalkan diri, tidak eksklusif dan relevan di tengah keragaman agama, budaya, suku dll? Tantangan-tantangan dan benturan apa saja yang dihadapi Gereja, utamanya di negara tercinta ini? Bagaimana Gereja menyikapi dan mengatasi berbagai benturan terhadap karya-karya serta misinya? Tulisan ini menguraikan dan berusaha menemukan jawaban atas beberapa pertanyaan dan persoalan tersebut.
Propaganda Fide, Suatu Tonggak Menuju Inkulturasi (Tahap Ketiga)
Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Artikel dalam bentuk sketsa ini menitikberatkan pada peran penting Propaganda Fide dalam memperkenalkan inkulturasi dalam karya misi Gereja. Gagasan inkulturasi per se tidak mudah diurai dengan gamblang karena kompleksnya kultur atau budaya itu sendiri. Usaha-usaha untuk melakukan inkulturasi di dalam Gereja Katolik mau tidak mau harus menghadapi ketegangan antara “universal” dan “lokal”; dalam konteks Indonesia, antara misionaris Eropa dan rakyat Indonesia. Berbagai upaya untuk melakukan inkulturasi telah dilakukan baik pada level universal maupun pada level nasional, yaitu Gereja Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).
Anggota Tarekat Hidup Bakti dan Kegiatan Misioner: Perspektif Hukum Gereja
Yohanes Wilson B. Lena Meo
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Anggota-anggota tarekat hidup bakti, berdasarkan panggilannya yang khas, diundang untuk berpartisipasi dalam karya misi Gereja di tengah dunia ini. Undangan untuk berpartisipasi dalam karya misi ini berlandaskan pada persembahan diri mereka untuk pelayanan terhadap Allah dan seluruh Gereja. Dimensi misioner adalah salah satu dimensi dalam hakikat hidup bakti itu sendiri, terutama melalui pembaktian diri. Kitab Hukum Kanonik 1983 menegaskan tentang pastisipasi anggota-anggota hidup bakti dalam kegiatan misioner di dalam kan. 783. Artikel ini bertujuan mendalami pernyataan kanon ini dan untuk memperjelas tempat serta kontribusi yang dapat diberikan oleh anggota-anggota tarekat hidup bakti dalam kegiatan misioner Gereja dalam konteks zaman ini.
Formatio untuk Misionaris: Mengembangkan Kesehatan yang Menyeluruh
Kurniawan Dwi Madyo Utomo
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.171
Para misionaris bekerja tanpa lelah di tanah misi untuk membangun Kerajaan Allah. Penyesuaian diri dengan budaya dan bahasa baru, beban pekerjaan, relasi dengan rekan kerja dan umat, dan kondisi lingkungan dapat memengaruhi kesehatan mereka. Beberapa dari antara mereka mengalami kelelahan, menjadi sakit, dan akhirnya harus meninggalkan tanah misi. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menumbuhkan kualitas hidup dan kesehatan para misionaris secara menyeluruh, sehingga mereka dapat mewartakan Injil dengan cara-cara yang produktif dan sehat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan studi pustaka. Hasil penelitian ini menemukan bahwa para misionaris yang menjalani kehidupan lintas budaya perlu dipersiapkan dan dibantu untuk mengintegrasikan pikiran, tubuh, dan jiwa secara harmonis agar mereka memiliki kesehatan yang holistik atau menyeluruh, yaitu kesehatan emosional, sosial, fisik, mental, lingkungan, dan rohani. Memiliki kesehatan yang holistik tersebut akan meningkatkan kesejahteraan dan kesediaan mereka untuk melayani di tanah misi.
Keterlibatan Awam dalam Misi Kerasulan di Keuskupan Ketapang Ditinjau dari Perspektif Mgr. Gabriel Wilhelmus Sillekens CP
Yohanes Endi;
Agustinus Mujianto;
Christianus Watu
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.172
Fokus utama tulisan ini ialah misi pewartaan Injil yang berakar dalam Kristus. Mgr. Sillekens dalam misinya di Keuskupan Ketapang menekankan betapa pentingnya hidup dalam Kristus yang tampak dalam Sakramen Ekaristi, Sakramen Pengampunan dan dalam kesaksian hidup. Kesaksian hidup yang berakar di dalam Kristus itulah yang menjadi dasar dalam merasul di tengah-tengah dunia terutama di dalam keluarga. Dalam karya kerasulan, Gereja membutuhkan terobosan-terobosan baru yang kreatif, inovatif dan hidup. Wajah Allah yang penuh kasih harus tampak dalam wajah keluarga-keluarga kristiani dimanapun mereka berada. Dalam menggarap artikel ini penulis menggunakan pendekatan hermeneutik terhadap beberapa sumber pustaka terutama Surat Gembala dari Mgr. Sillekens dan dokumen-dokumen Gereja untuk mendapatkan informasi yang komprehensif guna memahami misi pewartaan secara lebih mendalam. Beberapa temuan yang penulis masukkan dalam tulisan ini adalah bahwa misi pewartaan Iniil itu harus sungguh-sungguh berasal dari Kristus, mengakar di dalamNya dan bertumbuh di dalamNya. Tanpa Kristus maka misi pewartaan tidak akan pernah berhasil. Langkah-langkah konkrit yang telah dilakukan oleh Mgr. Sillekens menunjukkan bahwa betapa pentingnya berakar dalam Kristus itu untuk sebuah misi pewartaan. Selain itu Gereja harus terus melibatkan kaum awam sebagai bagian krusial dari pertumbuhan Gereja lokal-Keuskupan.
Misi adalah Kehadiran (Spiritualitas Misionaris yang Hadir di Gereja Katolik Indonesia)
Tomas Lastari Hatmoko
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.173
Gereja Indonesia bertumbuh dan berkembang karena kehadiran para misionaris. Mereka yang datang menempuh perjalanan jauh hanya untuk menjawab panggilan perutusan Yesus. Cintah kasih Kristus telah mendorong mereka untuk berkarya di Indonesia. Mereka bukanlah orang yang sempurna, namun justru karena panggilan dan kehendak yang kuat, para misionaris bisa tinggal dan membangun Gereja Indonesia. Sekarang Gereja di Indonesia menjadi Gereja mandiri. Pelayanan sudah berjalan dengan lancar, meski di beberapa wilayah Indonesia masih ada juga yang dari sisi medan karya masih sulit untuk dijangkau. Namun jerih payah misonaris selama ini telah mulai berbuah dan menumbuhkan juga misonaris-misionaris lokal serta umat yang mau terlibat dalam karya Gereja. Dalam tulisan ini penulis hendak menggali spiritualitas dari para misionaris yang telah berkarya di Indonesia. Kehidupan misionaris yang datang dan berkarya menjadi sumber eksplorasi. Sedangkan penghayatan hidup rohani dan imamat sebagai imam, raja, dan nabi adalah bahan untuk menguraikan dan menemukan spiritualitas mereka. Tulisan ini menggunakan penelitian kepustakaan yang diperkaya dengan pengalaman pribadi penulis yang juga pernah bertugas di wilayah paroki pedalaman. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa spiritualitas misionaris adalah spiritualitas Yesus sendiri. Para misionaris mengambil bagian dalam perutusan dan karya Yesus.
Gereja Belanda: Dari Pemberi Misionaris Menjadi Tanah Misi Indonesia
Edison R.L. Tinambunan
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.174
Yubileum tiga ratus tahun Propaganda Fide abad kedua puluh adalah masa keemasan Gereja Belanda dan salah satu buahnya adalah pembukaan tanah misi oleh berbagai tarekat lokal dan tarekat yang berkarya di negeri tersebut. Destinasi misi paling utama adalah Indonesia. Yubileum empat ratus tahun Propaganda Fide, Gereja Belanda menjadi salah satu perhatian oleh tarekat yang bermisi ke Indonesia yang berasal dari negeri tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti alasan, peluang dan tantangan misi ke Belanda. Untuk tujuan tersebut, pengumpulan informasi dari para misionaris menjadi prioritas utama dan didukung oleh informasi dari Jeneralat yang memindahkan pusat tarekat dari Belanda ke Indonesia. Simpulan yang diperoleh adalah misi ke Belanda membutuhkan pemahaman konteks Gereja yang benar agar bisa menghasilkan buah yang diharapkan yang bukan sekedar melanjutkan keberlangsungan tarekat dan mengisi kekosongan komunitas.
Lahirnya Tahun Solidaritas Misi di Keuskupan Tanjung Selor
Paulinus Yan Olla
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.177
Fokus artikel ini ialah karya misi di Keuskupan Tanjung Selor. Terinspirasi oleh perayaan 100 tahun Ensiklik Maximum Illud, Uskup Keuskupan Tanjung Selor, menggagas lahirnya tahun solidaritas misi di keuskupannya. Ensiklik Maximum Illud dari Paus Benediktus XV berbicara tentang karya misi dan pada tahun 2019, ensiklik tersebut genap berusia 100 tahun. Metodologi yang digunakan dalam pembahasan karya misi dalam artikel ini ialah deskritif kritis atas Ensiklik Maximum Illud dan atas program “Tahun Solidaritas Misi” di Keuskupan Tanjung Selor. Ensiklik ini menekankan pentingnya penyebaran iman ke seluruh dunia, termasuk di wilayah Keuskupan Tanjung Selor yang dicirikan dengan medan yang luas dan sangat sulit dijangkau. Di dalam penelitian ini ditemukan adanya harapan sekaligus tantangan dalam pelaksanaan karya misi di Keuskupan Tanjung Selor. Harapan terletak pada keterlibatan dan antusias kaum muda dan umat paroki di wilayah keuskupan ini selama pelaksanaan “Tahun Solidaritas Misi.” Namun demikian, antusias umat di atas perlu didukung oleh program yang jelas dan tertata sehingga pelaksaan karya misi di Keuskupan Tanjung Selor semakin memiliki arah yang jelas. Selain itu, tantangan lainnya ialah pentingnya pemahaman yang baik tentang teologi dan spiritualitas misioner itu sendiri dan dukungan finansial atas karya misi terutama dari umat.
Nama, Makna, dan Pesan: Perayaan 400 tahun Propaganda Fide dan misi Gereja di tanah air
Raymundus I Made Sudhiarsa
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.179
Artikel ini mengajak sidang pembaca untuk melihat perayaan 400 tahun usia Propaganda Fide sebagai kesempatan untuk mengapresiasi prestasinya dalam perjalanan yang panjang itu dan sekaligus melihat ke depan, utamanya langkah-langkah misioner yang bisa diupayakan oleh Gereja-Gereja lokal dalam konteksnya masing-masing. Lebih daripada itu, perayaan ini sejatinya mengingatkan Gereja akan jati diri dan tugasnya untuk menjadi saksi Kristus di seluruh dunia dan kepada segala makhluk dengan kuasa Roh Kudus. Kongregasi Suci ‘de Propaganda Fide’, yang sekarang diberi nama baru ‘Dikasteri untuk Evangelisasi’ dan dipimpin langsung oleh Sri Paus, telah didirikan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan tugas perutusan itu sesuai dengan mandat Kristus yang bangkit (lih. Mrk 16:15; Kis 1:8; Mat 28:20). Koordinasi untuk seluruh Gereja itu, khususnya di wilayah-wilayah dengan sebutan ‘daerah misi’, telah dilaksanakan dengan berbagai cara sesuai dengan dinamika sosio-kultural di berbagai tempat di seluruh dunia dan dalam zaman yang terus berubah. Sejarah memang tidak pernah selesai. Narasi evangelisasi juga terus berlanjut, baik secara kelembagaan oleh Dikasteri untuk Evangelisasi dan Keuskupan-Keuskupan maupun lewat inisiatif putra-putri Gereja di dalam lingkungan hidup dan kerja mereka masing-masing. Menemukan terobosan-terobosan yang cerdas dan arif sebagai ekspresi iman kristiani yang hidup dalam dunia yang berubah demikian cepat dan demi dunia-bersama yang lebih bermartabat (Kerajaan Allah) tetap menjadi tantangan Gereja di tanah air Indonesia tercinta ini.
Misi Pasionis di Indonesia Dalam Terang Misi Propaganda Fide
Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 32 No. 31 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.35312/serifilsafat.v32i31.181
Karya misi keselamatan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia merupakan kelanjutan dari karya misi penyelamatan dan penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus, lalu diteruskan para rasul dan para muridNya. Sejalan dengan upaya konsolidasi dan koordinasi untuk semua aktivitas misi Gereja baik dari sudut doktrinal, organisasi dan karya karitatif maupun karya pewartaan dan pengajaran, maka didirikanlah sebuah lembaga oleh Paus Gregorius XV, yaitu Sacra Congregatio de Propaganda Fide – SCDF atau Propaganda Fide tgl 22 Juni 1622. Propaganda Fide tiada lain adalah departemen atau dikasteri yang bertugas untuk mewartakan doktrin iman Gereja Katolik Roma. Sejarah misi Kongregasi Pasionis (CP) atau Pasionis di Indonesia berada dalam konteks misi Propaganda Fide. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian tentang hal ini bersifat kualitatif dengan perspektif kajian historis atas bermacam dokumen yang tersedia.