cover
Contact Name
FX. Kurniawan Dwi Madyo Utomo
Contact Email
fxiwancm@gmail.com
Phone
+62341552120
Journal Mail Official
serifilsafatws@gmail.com
Editorial Address
Jl. Terusan Rajabasa 2
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Seri FilsafatTeologi Widya Sasana
ISSN : 14119005     EISSN : 27463664     DOI : https://doi.org/10.35312/
Seri Filsafat Teologi Widya Sasana focuses on philosophical and theological studies based on both literary and field researches. The emphasis of study is on systematic attempt of exploring seeds of Indonesian philosophy as well as contextualization and inculturation of theology in socio-political-historical atmosphere of Indonesia. Scope of Seri Filsafat Teologi Widya Sasana covers various perspectives of philosophical and theological studies from interdisciplinary methodology and cultural-religious point of view of traditions.
Articles 180 Documents
Revolusi Industri 4.0 Dan Dampaknyabagi Kehidupan Keluarga I Ketut Gegel
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Globalisasi telah memasuki era baru yang bernama Revolusi Industri 4.0. Klaus Shwab, 2016). Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Hal inilah yang disampaikan oleh Klaus Schwab, Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum dalam bukunya The Fourth Industrial Revo- lution.
Quo Vadis Imam – Imamat Revolusi Industri 4.0 Edison R.L. Tinambunan
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bukan membahas alasan kronologis keberadaan periode Revolusi Industri 4.0 yang saat ini banyak dibicarakan dan berpengaruh di dalam masyarakat, melainkan suatu refleksi yang didasarkan pada dokumen- dokumen gerejani mengenai imam - imamat mulai dari Konsili Vatikan II sampai dengan saat ini. Sadar atau tidak, imbas Revolusi Industri 4.0 banyak memengarui pemikiran, pola hidup, kerja dan sikap masyarakat, yang berdampak pada kondisi sosial budaya dan ekonomi. Dengan sendirinya juga berdampak pada imam - imamat saat ini.
Reksa Pastoral Gereja Di Era Revolusi Industri 4.0 (Tinjauan Hukum Gereja) Alphonsus Tjatur Raharso Tjatur Raharso
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus di bawah penggembalaan para pengganti Petrus dan para Rasul. Kristus mengutus Gereja ke dunia untuk menyejarah di sana, namun sekaligus menggarami dan menerangi sejarah manusia dan dunia dengan warta Injil, untuk mengarahkan dan mengantar dunia kepada perwujudan kerajaan Allah. Karena didirikan oleh Tuhan Yesus Kristus yang telah berinkarnasi namun bangkit mulia, dan terus dijiwai oleh kehadiran-Nya sebagai Kepala bagi Tubuh, Gereja memiliki sekaligus dimensi ilahi dan manusiawi, dimensi kharismatis dan institusional sekaligus. Dalam dimensi manusiawi dan duniawinya Gereja tentu dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Omnia mutantur, nos et mutamur in illis. Segala sesuatu berubah, dan kita pun berubah di dalamnya. Namun, dimensi ilahi, spiritual, dan kharismatis Gereja lantaran dikepalai dan dipimpin oleh Gembala Agung yang mulia dan tak- kelihatan, mengharuskan Gereja untuk selalu melihat tanda-tanda zaman, menafsirkan dan memberikan penilaian atasnya dalam terang Injil dan ajaran iman kristiani, agar arah dan tujuan perkembangan dunia selaras dengan tujuan akhir hidup manusia, yakni keselamatan kekal dalam Kristus.
The Fourth Industrial Revolution: Quo Vadis Agama Dengan Tuhannya? Valentinus Saeng
Seri Filsafat Teologi Vol. 29 No. 28 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masyarakat kontemporer di negara-negara industri maju dan kalangan menengah ke atas serta kaum cerdik pandai di banyak negara sedang memperbincangkan dengan serius dan seru sebuah tema fundamental dan decisif bagi manusia dan alam lingkungan, yaitu “revolusi industri keempat” atau revolusi industri era 4.0. Tema ini mencuat ke ranah publik dan menjadi bahan perbincangan hangat berkat buku The Fourth Industrial Revolu- tion yang ditulis oleh Klaus Schwab, Pendiri dan Pemimpin Utama Forum Ekonomi Dunia (Founder and Executive Chairman of the World Eco- nomic Forum), yang mengorganisasikan pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia itu di kota Davos, Swiss. Terhadap Revolusi Industri 4.0 ini negeri Jepang, misalkan saja, sudah memberi satu tanggapan dengan meluncurkan Society 5.0 atau Super-smart Society.2 Tujuannya ialah “menciptakan sebuah masyarakat Klaus Schwab, The Fourth Industrial Revolution (New York: Crown Business, 2017). yang mampu memecahkan beragam tantangan sosial dengan memadukan inovasi dari revolusi industri 4.0 (seperti IoT, big data, intelligensi artifisial (AI), robot dan economi yang merata) ke dalam setiap kehidupan industri dan sosial... menjadikan hidup manusia lebih serasi dan berkelanjutan.3 In- donesia sebagai negara yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa memberikan tanggapan apa?
Identitas Diri Dan Spiritualitas Pada Masa Remaja Kurniawan Dwi Madyo Utomo
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masa remaja dapat menjadi masa yang sulit bagi remaja dan bagi orang-orang di sekitarnya, yang menyertai perjalanan remaja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam dunia yang berubah dengan cepat ini, remaja ingin menyesuaikan diri dengan budaya populer atau budaya orang muda. Ia menggunakan budaya populer ini untuk memahami diri, untuk mengetahui tempat/posisinya dalam budaya populer ini, dan untuk mengenal remaja-remaja lain dalam konteks lingkungan sosialnya (setiap orang dari berbagai rentang usia menggunakan konteks sosial untuk membentuk identitas diri dan spiritualitas pribadi). Budaya populer ini memengaruhi pembentukan identitas diri dan perkembangan spiritual remaja. Akan tetapi, beberapa aspek budaya populer mungkin malah tidak menumbuhkan identitas diri dan hidup spiritual remaja.
Katekese Moral Dalam Rangka Pembaruan Gereja Petrus Go Twan An
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

“Gereja harus senantiasa diperbarui” (“Ecclesia semper reformanda”) tak perlu dibahas panjang-lebar lagi, sudah merupakan kebenaran yang diterima kebanyakan pihak. Tetapi untuk tulisan ini perlu pembatasan: baik bahan katekese maupun Gereja sendiri yang harus diperbarui dan jangka waktu keberadaannya.
Katekese Tentang Yesus Anak Allah Di Tengah Pusaran Heterodoxy: Peluang Dan Tantangannya Bagi Gereja Dewasa Ini Kristoforus Bala
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Doktrin tentang keilahian Yesus -Yesus Anak Allah- adalah salah satu dari pokok-pokok ajaran iman yang sangat esensial dan penting bagi umat Kristen. Mengajar dan membela doktrin tentang Yesus Anak Allah merupakanekpresi penghayatan iman akan Sabda Tuhan sendiri, “Siap sedialah setiap waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap- tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada pada kamu” (1 Pet 3:15). Kata “pertanggungan jawab” dalam bahasa Yunani “apologia”. Dalam konteks pembahasan ini, apologia dan pengajaran tentang keilahian Yesus.
Kelahiran Katekese Edison R.L. Tinambunan
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu istilah yang sering digunakan di dalam Gereja adalah “katekese” dan turunan dari kata tersebut adalah katekis dan katekismus yang digunakan sesuai dengan konteksnya. Praktik katekese sebenarnya telah terjadi sejak kelahiran Gereja dan terus dilaksanakan dan dikembangkan sampai dengan saat ini. Katekese telah memiliki perkembangan dalam isi, metode dan bentuk. Tulisan ini hendak menelusuri awal kehadiran katekese di dalam Gereja yang memberikan suatu penelitian yang tidak gampang, karena berkaitan dengan berbagai aspek sehubungan perkembangan kristianitas. Walaupun demikian, penelitian ini akan berusaha memberikan panorama kelahiran katekese tersebut di dalam Gereja dan sekaligus memberikan perkembangannya. Penelitian akan mereferensikan tulisan- tulisan Bapa Gereja.
Mengritisi Dan Meluruskan Pandangan Tentang Kafir Peter Bruno Sarbini
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenapa orang-orang Kristen sering disebut atau dicap kafir? Benarkah tuduhan dan sebutan tersebut ‘ditujukan’ dan ‘dialamatkan’ kepada kelompok lain yang berbeda agama? Apa dasarnya? Manakah sumber ajaran Islam yang menyatakan dan membenarkan sebutan itu? Itulah beberapa pertanyaan yang muncul dan meminta jawaban yang bisa dipertanggungjawaban kebenarannya. Tulisan singkat ini dimaksudkan untuk mengkritisi dan meluruskan kembali istilah atau sebutan kafir. Dengan demikian pembaruan pemahaman yang salah tentang sebutan kafir bisa diluruskan atau dikembalikan lagi kepada makna benar.
Kaum Awam Dan Pembaharuan Gereja Dalam Terang Konsili Vatikan Ii Markus Situmorang
Seri Filsafat Teologi Vol. 28 No. 27 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gereja hadir sebagai sakramen keselamatan bagi dunia. Gereja sebagai sarana keselamatan harus memberikan alasan dan kesaksian di dalam perutusannya sehingga dapat menolong umat manusia untuk mengalami kehadiran Tuhan di dunia yang selalu berubah. Gereja perlu tanggap dan mampu menjawab tantangan yang menghambatperutusan tersebut. Konsili Vatikan II yang diprakarsai oleh Paus Yohanes XXIII lahir karena didorong oleh semangat untuk mengadakan pembaharuan di dalam Gereja. Perhatian utamanya untuk menampilkan wajah Gereja yang berbeda. Gereja yang memiliki perspektif yang baru terhadap seluruh karya misi penyelamatan Allah. Gereja dihadirkan dengan sebuah semangat pembaharuan visi dan misinya ke masa depan.

Page 5 of 18 | Total Record : 180