cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 275 Documents
Pembangunan Sistem Desain Batik Parang Dengan Kurva Bezier Widi Hapsari; Nugroho Agus Haryono
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i2.5864

Abstract

Batik Parang merupakan salah satu keanekaragaman motif batik yang memiliki pola hias bergaris miring dan berjajar. Parang termasuk jenis batik geometris yang dibentuk dari 2 unsur yaitu parang dan mlinjon. Kemiringan pada Parang membentuk pola dengan sudut 45 derajat. Penelitian ini bertujuan membentuk sistem desain batik parang secara interaktif dengan memanfaatkan ornamen motif yang disimpan dalam database. Gen parang dan mlinjon yang tersimpan dihasilkan dari pola yang dibentuk menggunakan kurva Bezier. Pembentukan variasi kurva Bezier diperoleh dari penempatan sejumlah titik-titik kontrol. Penyimpanan setiap gen parang dan mlinjon berupa titik-titik kontrol dari kurva. Aplikasi ini mengambil gen motif dari database yang kemudian disusun secara bervariatif dengan mengatur arah kemiringan dan jarak motif yang berjajar. Hasil yang diperoleh adalah bermacam-macam motif Parang berdasarkan ornamen hasil pembentukan kurva Bezier.
PENGARUH TEMPERATUR EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAUN JATI TERHADAP KUALITAS DAN ARAH WARNA PADA BATIK Yudi Satria; Dwi Suheryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i2.1628

Abstract

Negative impacts especially synthetic dye carcinogenic effect on the environment and the user so natural coloring is now starting to be used because environmentally friendly. The influence of temperature variations on the quality and color direction using natural color teak leaves for batik cloth needs to be examined because the color of the fabric will decline due pelorodan process. The young leaves teak (Tectona grandis) have a wide and large size, used to dye woven materials, have reddish brown color. The method used was variation temperature extraction of 50°C, 75°C and 100°C, fixation of alum, lime, prusi and lotus as well as testing the quality and direction of color. Variations in temperature extraction of teak leaves on cotton fabric and silk using a waterbath expected to know the quality and direction of the colors in batik. Results of testing the fastness to light and washing 40°C for extraction of teak leaf temperature of 50°C, 75°C and 100°C in cotton and silk with fixation alum, lime, prusi or lotus shows good scale with a value of 4 or 4-5. Natural color solution teak leaves with extraction temperature of 100°C resulted in the highest wavelength is 788.50 nm and the absorbance of the total of 0.1402 Abs. Color direction that produced show reddish color will be more visible at 100°C with a fixation alum or lime while prusi or lotus browned.
Pewarnaan Serat Sabut Kelapa Sebagai Bahan Baku Siap Pakai Untuk Industri Kerajinan Dwi Suheryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i10.986

Abstract

Pengolahan serat sabut kelapa menjadi bahan baku siap pakai untuk industri kerajinan antara lain adalah proses pewarnaan termasuk didalamnya proses pemutihan.       Proses pemutihan dilakukan dengan cara panas dan dingin, untuk proses pewarnaan menggunakan zat warna direk, basa, naphtol, reaktif dan bejana.       Proses pemutihan dengan cara panas pada temperatur 85°C - 90°C memberikan hasil yang relatif lebih putih bila dibandingkan dengan pemutihan cara dingin, akan tetapi dapat menurunkan kekuatan tariknya, yaitu 9,7% untuk pemutihan cara panas dan 5,6% untuk cara dingin.       Pewarnaan dengan zat warna basa memberikan hasil ketuaan warna yang baik (nilai rangking 5), sedang dengan zat warna reaktif memberikan hasil ketahanan luntur warna terhadap gosokan (nilai 4), sinar (nilai 4-5) dan pencucian (nilai 4-5) yang lebih baik dibandingkan dengan zat warna na[htol, basa, direk dan bejana.
Penilaian (Assessment) Kecanggihan Komponen Teknologi Infoware pada IKM (Studi Kasus: IKM Mebel Propinsi DI. Yogyakarta) Siti Rohmatul Umah
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v27i1.1128

Abstract

Infoware adalah salah satu komponen teknologi di samping komponen lain yaitu technoware, humanware dan orgaware. Infoware adalah teknologi yang melekat pada dokumen yang berisi semua data dan gambar yang diperlukan dalam proses transformasi seperti informasi, prosedur, teknis, metode, spesifikasi, observasi dan hubungna dokumen dan cetak biru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai komponen teknologi infoware yang ada di IKM Mebel dengan menggunakan metode teknometrik. Sampel pengamatan terdiri dari 20 IKM Mebel di Provinsi DIY.Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas bawah dari komponen infoware berada pada klasifikasi 1 (fakta pengenalan) dan batas atas pada klasifikasi 2 (fakta menjelaskan). Hal ini berarti bahwa tingkat state of the art dari komponen teknologi infoware yang ada di IKM Mebel berada pada kemampuan penggunaan fasilitas, sehingga perlu suatu kebijakan IKM dengan focus pada peningkatan kemampuan teknologi informasi sebaga upaya mendukung kinerja IKM. Kata kunci: komponen teknologi, infoware, IKM Mebel
Potensi Tapioka Sebagai Agen Biosizing Pada Benang Kapas Asmanto Subagyo; Tuasikal Mohammad Amin
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.2641

Abstract

ABSTRAKProses penganjian (sizing) adalah proses melapis benang-benang yang akan ditenun dengan campuran  bahan kimia tertentu agar benang-benang tersebut menjadi tahan terhadap abrasi dan mampu  ditenun  dengan baik sesuai dengan hasil yang diharapkan. Benang kapas mudah putus saat ditenun, sehingga diperlukan sizing untuk meningkatkan weaveability. Tapioka berpotensi menjadi agen biosizing yang  lebih ramah lingkungan serta ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi kanji pada nomor benang kapas Ne 50, Ne 32, Ne 21 ,Ne 20, Ne10 dan Ne 7 serta mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik benang kapas, sehingga dapat ditentukan nilai optimalisasi penggunaan tapioka. Penelitian dilakukan dengan perlakuan penganjian variasi konsentrasi kanji yaitu 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l dan 50 g/l pada beberapa nomor benang kapas, pasta pati yang terbentuk diukur viskositasnya. Evaluasi benang yang telah mengalami proses sizing berupa kadar kanji terserap, kuat tarik benang dan elongasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sizing benang kapas dengan kanji konsentrasi 20 g/l menghasilkan kuat tarik yang paling optimum pada benang bernomor Ne 50, Ne 32 dan Ne 21 dengan nilai viskositas 36,33 cP. Sedangkan pada benang Ne 20, Ne 10 dan Ne 7, penganjian benang dengan konsentrasi 30 g/l menghasilkan kuat tarik yang paling optimum dengan nilai viskositas 66,83 cP. Variasi konsentrasi kanji mempengaruhi kadar kanji terserap dan kuat tarik benang, nilai elongasi benang secara umum tidak memiliki hubungan yang signifikan setelah benang mengalami sizing. Kata kunci: sizing, tapioka, benang kapas, kanji, kain ABSTRACTSizing is the process of coating the yarn that will be woven with particular chemical treatment in order to make the yarn become resistant to abrasion and has good weave ability. Cotton yarn is easily broken when woven, so sizing is required to improve the weave ability. Tapioca potentially becomes biosizing agent that is more environmentally friendly and economical. The aim of this study was to determine the concentration of tapioca which gave optimal characteristics on Ne 50, Ne 32, Ne21, Ne 20, Ne 10 and Ne 7 cotton yarns, and to know the effect of concentration of starch in sizing process on characteristics of cotton yarns. In this research, some numbers of cotton yarn were sized with different variation of starch concentration. The variations were 10 g/l, 20 g/l, 30 g/l, 40 g/l and 50 g/l, viscosities of the gelatinized starch was measured. Absorption levels, tensile strength and elongation from sized cotton yarns were analyzed. The result showed that sizing with starch concentration of 20 g/l gave the optimum tensile strength on Ne 50, Ne 32 and Ne 21 cotton yarn with value of viscosity was 36,33  cP. On Ne 20, Ne 10 and Ne 7 cotton yarn, sizing with starch concentration of 30 g/l gave the optimum tensile strength with value of viscosity was 66,83 cP. Variations in the concentration of starch have significant effect on starch absorption and tensile strength, elongation do not have significant relation on sized yarn. Keywords: Biosizing, tapioca, cotton yarn, starch, woven
Teknologi Proses Batik Kombinasi Sasirangan pada Kain Foalisima, Primisima dan Sutera Eustasia Sri Murwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v22i1.977

Abstract

Batik kombinasi sasirangan merupakan produk tekstil kerajinan yang dibuat dengan mengkombinasikan proses batik dan proses sasirangan. Motif batik diambil dari motif – motif batik tradisional Jawa maupun dari daerah, sedangkan motif sasirangan diambil dari Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses pembuatan produk batik kombinasi sasirangan yang terbaik sehingga dapat diperoleh diverifikasi produk.Bahan baku yang digunakan foalisima, primisima fan sutera super T 54, sistem pewarnaan dilakukan dengan coletan maupun celupan, dengan  menggunakan zat warna indigodol dan reaktif. Desain motif ditargetkan untuk bahan sandang (pakaian casual, resmi dan santai). Urutan proses melalui: pemilihan desain fashion dan desain motif , proses pendahuluan, pemolaan mode, pemolaan motif batik dan sasirangan, pelekatan lilin I, pewarnaan I (colet/celup), pelekatan lilin II/penutupan, penjahitan sasirangan, pewarnaan II, pelepasan benang, pelepasan lilin, penyempurnaan dan pengecekan tata letak pola.Hasil ujicoba memperlihatkan bahwa proses batik kombinasi sasirangan dipengaruhi oleh jenis kain,tebal kain, proses jait – ikat, jenis benang pengikat dan cara pewarnaan. Kain yang cocok digunakan untuk pembuatan kain batik kombinasi sasirangan adalah foalisima dan sutera. Mori primisima agak tebal sehingga agak sulit dalam melakukan proses sasirangan dan perlu tarikan yang kuat. Bahan printang warna yang cocok adalah benang poliester yang tidak dapat diwarnai ketika proses pewarnaan pada suhu dingin. Zat warna yang dapat digunakan untuk batik sasirangan dengan sistem coletan dan celupan adalah zat warna indigosol dan zat warna reaktif. Sistem pewarnaan yang paling tepat dan efisien adalah sistem colet – celup dan celup – colet – celup. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian menunjukkan nilai 4 dan gosokan nilai 3-4. Kata kunci: kombinasi sasirangan, foalisima, primisima, sutera
TINGKAT EFEKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN TEKNOLOGI LAHAN BASAH BUATAN Lilin Indrayani; Mutiara Triwiswara
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v35i1.3795

Abstract

Batik merupakan salah satu potensi industri bangsa Indonesia yang mengalami pertumbuhan pesat di berbagai daerah. Di samping memberikan manfaat di bidang ekonomi, industri batik juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu dampaknya berupa limbah cair dengan volume yang besar dan karakteristik yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu alternatif pengolahan yang berpotensi dalam pengolahan limbah cair batik adalah teknologi lahan basah buatan (constructed wetland). Teknologi lahan basah buatan merupakan metode pengolahan limbah dengan memanfaatkan proses alami, di mana pada sistem terjadi proses sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, serta pengolahan kimiawi dan biologis, akibat adanya aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas tanaman. Teknologi ini termasuk teknologi tepat guna karena tidak memerlukan biaya pengolahan dan perawatan tinggi serta prosesnya sederhana dan menggunakan sumber daya lokal. Pada kegiatan ini dilaksanakan eksperimen pengembangan teknologi pengolahan limbah cair batik menggunakan sistem lahan basah buatan skala laboratorium dengan menggunakan tanaman Pegagan air (Centella asiatica), Lidi air (Hippochaetes lymenalis), Bambu air (Equisetum hyemale), Melati air (Echinodorus palaefolius) dan Kana lonceng (Pistia stratiotese). Parameter pencemar yang diamati adalah pH, Suhu, TSS, TDS, BOD5 dan  COD.
Teknologi Pembengkokan Kayu Evi Yuliati Rufaida; Mahdi Jakfar
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1106

Abstract

Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.
Tinjauan Ekonomi Penerapan Produksi Bersih di IKM Pelapisan Emas/Perak untuk Perhiasan Imitasi Lies Susilaning Sri Hastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1030

Abstract

AbstrakProduksi Bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Produksi Bersih juga untuk mengurangi timbulnya limbah yang memerlukan biaya banyak jika dilakukan pengolahan. Untuk menerapkan produksi bersih strategi yang diterapkan adalah 1E 4R yaitu Elimination, Rethink, Reduce, Reuse dan Recovery.Tujuan dari tinjauan ekonomi ini adalah untuk menghitung seberapa besar kerugian yang ditimbulkan dengan proses produksi yang saat ini dilakukan oleh IKM serta mengetahui dampak lingkungan yang ditimbulkan. Telah dilakukan pengamatan pada proses produksi di salah satu IKM Pelapisan emas/perak di Kotagede Yogyakarta dan percobaan pelapisan emas/perak di laboratorium jewelry Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta. Hasil dari pengamatan dan ujicoba pelapisan emas/perak diperoleh bahwa jika di IKM Pelapisan emas/perak diterapkan produksi bersih maka dapat melakukan penghematan lebih kurang 50% dari bahan yang digunakan, yang secara kasar akan diperoleh penghematan biaya sebesar Rp 44.668.500,- per bulan, dan dalam satu tahun penghematannya adalah Rp 536.022.000,-. Kesimpulan yang dapat diberikan bahwa jika produksi bersih dapat diterapkan di IKM Pelapisan emas/perak akan diperoleh penghematan yang tidak sedikit, sehingga penghematan itu dapat digunakan untuk berproduksi yang dapat membuat usahanya lebih berkembang. Saran yang dapat diberikan adalah segera dilakukan sosialisasi tentang produksi bersih ini, sehingga perajin mengetahui manfaat dari penerapan produksi bersih ini. Dengan demikian IKM dapat mengurangi limbah yang ditimbulkan dan sekaligus menghemat biaya.Kata kunci : produksi bersih, proses pelapisan, emas/perak. ABSTRACTCleaner Production is a proactive strategic programs implemented to harmonize economic development activities with the effort protection of the environment .Cleaner Production also to Reduce the cost of waste if you do a lot of processing. To implement cleaner production strategy adopted is 1E 4R is Elimination, Rethink, Reduce, Reuse and Recovery. The purpose of the review of the economy is to calculate how much damage caused by the production process currently undertaken by SMEs and to know the environmental impact. It has been observed in the production process in one of SMEs Coatings gold / silver in Yogyakarta and experiment coating gold / silver at the jewelry laboratory in Center for Crafts and Batik, Yogyakarta. The results of observation and experiment coating gold / silver was found that if the SME Coatings gold / silver applied cleaner production, it can make savings of approximately 50% of the materials used, which will roughly be obtained cost savings of Rp 44.668.500, - per month , and within a year the savings is Rp 536.022.000, -. The conclusion can be given that if the cleaner production in SMEs Coatings gold / silver can be applied to the production of cleaner will get quite a bit of savings, so the savings can be used to produce that can make their business more evolve.Suggestion that can be given is immediately conducted on cleaner production, so crafters know the benefits of the application of cleaner production is. Thus, SMEs can Reduce the waste generated and simultaneously save costs. Keywords: cleaner production, the coating, gold / silver
Pengaruh Variasi Waktu, pH, dan Suhu Ekstraksi terhadap Kualitas Pewarnaan Ekstrak Kulit Buah Kakao pada Batik Katun dan Sutera Agus Haerudin; Vivin Atika; Isnaini Isnaini; Masiswo Masiswo; Yudi Satria; Guring Briegel Mandegani; Dwi Wiji Lestari; Tin Kusuma Arta
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i1.6019

Abstract

Telah dilakukan penelitian aplikasi ekstrak kulit buah kakao pada batik yang bertujuan untuk mengetahui kualitas zat warna alam dari limbah kulit buah kakao untuk pewarnaan batik. Penelitian ini dilakukan dengan variasi suhu ekstraksi (60, 80 dan 100 ºC), variasi waktu ekstraksi (1jam, 2jam dan 3jam), variasi pH ekstraksi (asam pH 4, basa pH 10 dan netral pH 7), dan variasi jenis kain (katun dan sutera). Ekstrak diaplikasikan sebagai pewarna batik, kemudian diuji kualitas ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian, ketuaan warna, serta bedawarna (CIE L*a*b*).  Hasil uji ketahanan luntur warna nilai rata-rata 4-5 menunjukkan kategori baik. Hasil uji ketuaan warna aplikasi ekstrak kulit buah kakao pada kain batik katun dan sutera tingkat ketuaan warna yang paling baik hasil perlakuan suhu ekstraksi 100ºC, pH basa 10, dan waktu ekstraksi 3 jam. 

Page 2 of 28 | Total Record : 275


Filter by Year

1987 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue