cover
Contact Name
Heriyadi
Contact Email
psikoborneo@fisip.unmul.ac.id
Phone
+625414121765
Journal Mail Official
psikoborneo@fisip.unmul.ac.id
Editorial Address
Gedung Dekanat Fisipol Lantai 3, Jln. Tanah Grogot, Kampus Gn. Kelua Universitas Mulawarman - Samarinda 75119
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Psikoborneo : Jurnal Ilmiah Psikologi
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : 24772666     EISSN : 24772674     DOI : 10.3872/psikoborneo
PSIKOBORNEO : Jurnal Ilmiah Psikologi is a peer-reviewed journal which is published by Mulawarman University, East Kalimantan publishes biannually in March, June, September and December. This Journal publishes current original research on psychology sciences using an interdisciplinary perspective, especially within Organitational and Industrial Psychology, Clinical Psychology, Educational Psychology, and Experimental Psychology Studies. PSIKOBORNEO : Jurnal Ilmiah Psikologi published regularly quarterly in March, June, September, and December. The purpose of this journal is to disseminate ideas and results of research conducted by universities, particularly Psychology Studies, Faculty of Social and Political Sciences at Mulawarman University, which can be applied in society. PSIKOBORNEO : Jurnal Ilmiah Psikologi contains a variety of activities carried out both internally by the Social Sciences Mulawarman University or from externally in handling and overcoming various problems that occur in society by applying science and technology which can then be beneficial to improve the welfare of the society.
Articles 738 Documents
The Role of Self-Resilience and Self-Efficacy to Increase Adversity Quotient Yesi Apriyani; Muhamad Uyun
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10988

Abstract

Migrant students strive to achieve success with quality education. Some overseas students are afraid of facing difficulties, fear failure, and fear of not being able to adjust to existing associations, so they do not trust themselves and prefer to entrust others to overcome the challenges they face. Today's migrant students need resilience and high self-efficacy to adjust to changes in habits in a new environment. Resilience, Self-Efficacy, and Adversity Quotient are essential for individuals to develop the abilities that exist within overseas students. This study aimed to prove the correlation between Resilience and Self Efficacy with Adversity Quotient. Research subjects are active students of the Faculty of Psychology. The method used in this research is the quantitative method. Sampling using Purposive Random Sampling of as many as 205 subjects. Data were collected using measuring instruments in the form of a Self-Resilience scale, Self-Efficacy scale, and Adversity Quotient scale in the form of google form. Data analysis using multiple regression. The practical contribution given by the Resilience and Self Efficacy variables with Adversity Quotient is 30.4%, while other variables influence the remaining 69.6%. The results of data analysis show that Resilience and Self Efficacy play a role in increasing Adversity Quotient with a significant value of p=0.000 (0.001 <0.05). The results showed that the higher the Resilience and Self Efficacy, the higher the level of Adversity Quotient.Mahasiswa perantau berusaha untuk menggapai kesuksesan dengan pendidikan yang berkualitas. Beberapa mahasiswa perantau takut menghadapi kesulitan sendiri, takut akan kegagalan, takut tidak mampu menyesuaikan pergaulan yang ada, sehingga tidak percaya diri dan lebih memilih mempercayakan orang lain untuk mengatasi tantangan yang dihadapi. Mahasiswa perantau saat ini membutuhkan Ketahanan Diri dan keyakinan diri yang tinggi untuk menyesuaikan perubahan kebiasaan dilingkungan baru. Ketahanan Diri, Self Efficacy, dan Adversity Quotient adalah hal yang penting bagi individu untuk mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri mahasiswa perantau. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan korelasi antara Ketahanan Diri dan Self Efficacy dengan Adversity Quotient. Subjek penelitian Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan Purposive Random Sampling sebanyak 205 subjek. Data dikumpulkan menggunakan alat ukur berupa skala Ketahanan Diri, skala Self Efficacy dan skala Adversity Quotient dalam bentuk google form. Analisis data menggunakan regresi berganda. Sumbangan efektif yang diberikan variabel Ketahanan Diri dan Self Efficacy dengan Adversity Quotient yaitu sebesar 30,4%, sedangkan selebihnya sebesar 69,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil analisis data menunjukan bahwa Ketahanan Diri dan Self Efficacy berperan meningkatkan Adversity Quotient dengan nilai signifikan p=0,000 (0,001 < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika semakin tinggi Ketahanan Diri dan Self Efficacy maka semakin tinggi tingkat Adversity Quotient.
Factors Playing a Role in the Formation of Food Concepts in Early Childhood Mutiara Aisha Maghfira; Sri Redatin Retno Pudjiati
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.11243

Abstract

Early childhood is a crucial period of life to promote children’s healthy eating habits. Since food concept is an important predictor of successful interventions of eating behavior, more knowledge is needed about food concept in early childhood. Food concept is a scheme that underlies eating behavior. Moreover, it is influenced by the culture and formed by eating habits and children’s significant others. Meanwhile, there is little known about food concept among preschool children in Indonesia, whereas food concept in Indonesia can be used as a guide to diminish the numbers of eating problems. This study used qualitative research using dyadic interviews to describe food concept on preschool children (4─6 years old) and its concept formation. The interview guide used in this study is adapted and has adjusted with Indonesian culture Slaughter & Ting (2010).  Four participants indicated characteristics of preoperational thought when explained food concept, covered purpose of eating, effects of different quantities of food, types, and features of healthy and unhealthy food.  Each parent and caregiver described social experience that play a role in the formation of children’s food concept, which is parents (mother and father), another family members (e.g grandmother and grandfather), housemaid, school, and media. The results of this study also show that the formation of food concepts is obtained through eating habits, ways of eating, preferred types of food, feeding rules and strategies, food introduction and responses to new foods.Masa kanak-kanak awal merupakan periode penting untuk membiasakan perilaku makan agar tidak mengalami kesulitan makan. Konsep makanan yang dimiliki anak merupakan skema yang mendasari perilaku makan dan mempengaruhi keberhasilan intervensi perilaku makan pada anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara berpasangan (anak dan orang tua) untuk melihat gambaran konsep makanan pada anak usia prasekolah (4─6 tahun) serta pembentukan konsep makanan tersebut. Empat orang partisipan menunjukkan pemahaman bahwa tujuan dari makan bahwa makan berguna bagi tubuh. Anak usia prasekolah telah mengetahui tentang makanan sehat dan tidak sehat dari bentuk, rasa, serta dampaknya bagi kesehatan tubuh. Wawancara dengan orang tua dan pengasuh dari masing-masing partisipan menggambarkan faktor pengalaman sosial yang berperan dalam pembentukan konsep makanan, terdiri dari orang tua (ibu dan ayah), anggota keluarga lain (nenek dan kakek), pengasuh/asisten rumah tangga, sekolah, dan media. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pembentukan konsep makanan anak usia prasekolah diperoleh melalui kebiasaan makan, cara makan, jenis makanan yang disukai, aktivitas saat makan, aturan makan, strategi yang dilakukan, pengenalan makanan, dan respon terhadap makanan baru.
MENALI Workshop to Improve Teacher Strategies for Teaching Preschool Children at Risk of Developmental Language Disorder (DLD) Aradewi Laksmi Ayuningtyas; Puji Lestari Suharso; Indri Hapsari
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.11281

Abstract

Developmental language disorder (DLD) is a disorder that affects children's language and/or speech abilities. The diagnosis of DLD usually appears at the age of 5 years and over, but signs of children at risk for DLD begin to appear at the age of 3 years or preschool years. Therefore, the teacher's role is needed in understanding and teaching preschool children at risk of DLD in teaching and learning activities. An intervention program in the form of a MENALI (Mengajar Anak dengan Resiko DLD) workshop was conducted at one of the kindergarten in West Jakarta to improve teacher teaching strategies for preschool children at risk of DLD. The results of the intervention show that this intervention has been shown to significantly improve teacher teaching strategies for preschoolers at risk of DLD. The results of the intervention follow-up also showed that there was progress in the language skills of preschoolers at risk of DLD.Developmental language disorder (DLD) merupakan gangguan perkembangan bahasa yang mempengaruhi kemampuan berbahasa dan/atau berbicara pada anak.  Diagnosis DLD biasanya muncul pada usia 5 tahun ke atas, namun tanda-tanda anak dengan resiko DLD mulai terlihat pada usia 3 tahun atau masa usia prasekolah. Oleh karena itu, diperlukan peran guru dalam memahami dan mengajar anak prasekolah dengan resiko DLD dalam kegiatan belajar mengajar. Sebuah program intervensi berupa workshop MENALI (Mengajar Anak dengan Resiko DLD) dilakukan di salah satu KB-TK di Jakarta Barat untuk meningkatkan strategi mengajar guru pada anak prasekolah dengan resiko DLD. Hasil intervensi menunjukkan bahwa program ini terbukti secara signifikan meningkatkan strategi mengajar guru pada anak prasekolah dengan resiko DLD. Hasil follow up intervensi juga turut menunjukkan bahwa terdapat kemajuan kemampuan berbahasa anak prasekolah dengan resiko DLD.
College Students’ Anxiety in Facing the World of Work in terms of Self–Efficacy and Gender Nenny Ika Putri Simarmata; Nancy Naomi GP Aritonang; Muhamad Uyun
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.11339

Abstract

College students are expected to complete their studies and achieve a bachelor's degree on time. They also expected to get prepared to enter the world of work. The purpose of this study was to obtain empirical data regarding the effect of self-efficacy and gender on student anxiety in facing the world of work. This research is a quantitative study with self-efficacy scale and anxiety scale. The population of this study were final year students at public and private universities in Medan with 300 respondents. Results from this research are there is a negative effect of self-efficacy on students' anxiety in entering the world of work as much as 42.9 percent. It also found that there was no difference in anxiety between men and women in facing the world of work. Both male and female students feel anxiety about facing the world of work, specifically they are worried about whether they will immediately get a job after graduate from university. Suggestions from this research are to provide input to universities regarding the importance of preparing students for how to enter the world of work. This is also compatible with the Main Performance Indicator (IKU) by The Ministry of Education and Culture Indonesia in 2020 that graduates are expected to have a waiting period for work of less than six months after graduated and have a salary of more than 1.2 (one point two) times the minimum wage early in their early career.Mahasiswa sebagai calon pekerja memiliki tuntutan yang lebih berat dibandingkan siswa SMU. Tuntutan tersebut antara lain adalah menyelesaikan studi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan mencapai gelar sarjana. Tuntutan lainnya adalah mahasiswa diharapkan untuk  memiliki kesiapan mental  dalam memasuki dunia kerja yang penuh tantangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data empiris mengenai pengaruh dari self efficacy dan jenis kelamin terhadap kecemasan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan alat ukur self efficacy  dan alat ukur kecemasan menghadapi dunia kerja. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas Negeri dan Universitas Swasta di kota Medan dengan jumlah responden sebanyak 300 orang.  Penelitian ini memberikan hasil yaitu terdapat pengaruh negatif self efficacy terhadap kecemasan mahasiswa dalam memasuki dunia kerja sebanyak 42.9 persen.  Selain itu ditemukan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi dunia kerja. Mahasiswa laki-laki dan perempuan secara bersama merasakan kecemasan menghadapi dunia kerja, secara spesifik mereka cemas apakah akan segera mendapatkan pekerjaan setelah menyelesaikan perkuliahan. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah memberikan masukan kepada Perguruan Tinggi mengenai pentingnya mempersiapkan mahasiswa sejak dini  untuk memasuki dunia kerja. Hal ini sesuai dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) I yang diwacanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan  Indonesia tahun 2020. Indikator Utama 1 menjelaskan bahwa lulusan diharapkan memiliki masa tunggu kerja kurang dari 6 (enam) bulan setelah tanggal terbit ijazah dan memiliki gaji lebih dari 1.2 kali lipat upah minimum di awal kariernya.
Regulation of Parents' Emotions of Child Victims of Sexual Violence Eka Indah Nurmawati; Dwiyana Indah Safitri
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10405

Abstract

Cases of sexual violence in Indonesia have increased every year. The cases of sexual violence occurred from various ages, ranging from teenagers, children, and toddlers. According to data from the KPAI itself, throughout 2022 there were 4,683 complaints of sexual violence. Apart from having an impact on victims, cases of sexual violence also have an impact on parents. Support and assistance from parents play a very important role for victims. Therefore, parental skills in regulating emotions related to cases of sexual violence are very important. According to Gross and John (in Paula & Miftakhul, 2021) emotion regulation is the ability of individuals to regulate their thoughts and behaviour consciously or unconsciously during different emotions, including positive and negative emotions. This study aims to look further at the dynamics of parental emotional regulation in accompanying and directing children who are victims of sexual violence. The method used in this research is qualitative with an instrumental case study approach with 2 parents of child victims of sexual violence as research subjects. Collecting data using interviews and observation. This research resulted in the finding that both parents of children who were victims of sexual violence were able to regulate emotions better, in which there was a helping role in the family. This research can be used as a reference for dealing with the problem of emotional regulation of parents of child victims of sexual violence, and in the future, they are better prepared to accompany or direct them, so they don't experience trauma in the future.Kasus kekerasan seksual di Indonesia mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Adapun kasus kekerasan seksual terjadi dari berbagai usia, mulai dari remaja, anak dan juga balita. Menurut data dari KPAI sendiri, di sepanjang tahun 2022 ada aduan sebanyak 4.683 kasus kekerasan seksual. Selain memberikan dampak terhadap korban, kasus kekerasan seksual juga berdampak terhadap orang tua. Support dan pendampingan dari orang tua sangat berperan bagi korban. Oleh karena itu ketrampilan orang tua dalam meregulasi emosi terkait kasus kekerasan seksual ini sangat penting. Menurut Gross dan John (dalam Paula & Miftakhul, 2021) regulasi emosi merupakan kemampuan individu untuk secara sadar atau tidak sadar mengatur pikiran dan perilaku mereka selama emosi yang berbeda, termasuk emosi positif dan negatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lebih jauh bagaimana dinamika regulasi emosi orang tua dalam mendampingi dan mengarahkan anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pedekatan studi kasus instrumental dengan 2 orang tua dari anak korban kekerasan seksual sebagai subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa kedua orang tua dari anak korban kekerasan seksual mampu meregulasi emosi menjadi lebih baik, dimana didalamnya terdapat peran keluarga yang membantu. Adapun penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk menangani permasalahan regulasi emosi orang tua dari anak korban kekerasan seksual, serta kedepannya lebih siap dalam mendampingi atau mengarahkannya sehingga tidak mengalami trauma dikemudian hari.
Work Commitment to Contract Employees In Government Organization Shintabella Artha Anggraini; Maharani Tyas Budi Hapsari
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10983

Abstract

This research discusses the work commitment of contract servant employees in government agencies. Work commitment rears to the voluntary action’s employees take to remain with an organization. Contract servant employees do not receive the same benefits and welfare as civil servant employees. Therefore, employees require work commitment that can have positive impacts on their work, such as improved performance, lower turnover intention, and increased job quality for contract servant employees. The aim of this study is to determine the reasons or factors that drive contract servant employees to stay in an organization for a significant period despite having a considerable workload. The research subject consists of three contract servant employees and two significant others in a government institution. The research data consist of voice recordings that were analysed using Atlas.ti.  The data analysis was categorized according to aspects or coding. The researcher described analysed the data in detail to draw conclusions. The research findings indicate that the main reason contract servant employees are committed to the organization are their realistic expectations, such as being appointed as PPPK employees under ongoing government program, and their hope of receiving better welfare attention from the institution. These three subjects hope that their expectations will be fulfilled as they have been working and committed to the organization for a significant period of timer.Dalam penelitian ini membahas tentang komitmen kerja yang dimiliki oleh pegawai non-ASN pada instansi kepemerintahan. Komitmen kerja merupakan tindakan sukarela yang diberikan pegawai kepada suatu instansi dengan tujuan untuk tetap berada di instansi. pegawai non-ASN tidak mendapatkan benefit maupun kesejahteraan yang sama dengan pegawai ASN, hal ini tentu saja mempengauhi kinerja pewai non-ASN. Dengan hal itu, pegawai membutuhkan komitmen kerja yang dapat memebrikan dampak baik dalam pekerjaannya seperti kinerja yang meningkat, rendahnya keinginan turnover, dan meningkatnya kualitas kerja pegawai non-ASN. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui alasan atau hal yag mendasari pegawai non ASN untuk tetap bertahan di instansi dengan periode jabatan yang cukup lama dan jobdesk yang cukup banyak. Subjek penelitian ini adalah pegawai non ASN sejumlah tiga orang dan dua significant other pada suatu instansi pemerintah dengan data penelitian berupa voice record yang dilakukan analisa menggunakan Atlas.ti. Analisa data dibagi dalam kategori-kategori sesuai aspek atau sering disebut juga coding. Peneliti menjabarkan dan menganalisa dengan rinci sehingga memperoleh kesimpulan dari data yang telah diambil. Hasil penelitian manyatakan alasan utama pegawai non-ASN berkomitmen pada instansi, pegawai non ASN memiliki harapan-harapan realistis yang, yaitu diangkatnya menjadi pegawai PPPK seperti program pemerintah yang sedang berjalan, dan diperhatikan lagi kesejahteraannya oleh instansi. ketiga subjek berharap harapannya ini dapat terwujud karena sudah bekerja dan berkomitmen cukup lama dengan instansi.
Social Support with Multiple Role Conflicts of Women Teachers During the Pandemic Shavira Ayu Wahyu Retno ningsih; Diah Rahayu; Muhammad Ali Adriansyah
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10131

Abstract

Online learning during a pandemi is a recommended alternative This condition requires them to work at home not only teaching students but also carrying out the role of wife and babysitter at home. This is what creates conditions that lead to multiple role conflict. Women who experience multiple role conflicts really need social support from their surroundings, be it support from their husbands or those closest to them. This study aims to determine the relationship between social support and the dual role conflict of female teachers during a pandemi. This quantitative research was conducted on 131 female teachers through a purposive sampling technique. The measuring instrument used is the multiple role conflict scale and social support. The results of this study found that the higher the social support, the lower the dual role conflict experienced by female teachers. The implications of the results of this study indicate that dual role conflicts for female teachers who teach Online at home and are faced with other responsibilities can be overcome by providing support to women in carrying out their roles.Pembelajaran daring di masa pandemi menjadi alternatif yang direkomendasikan Kondisi ini mengharuskan mereka bekerja di rumah tidak hanya mengajar siswa tetapi juga menjalankan peran sebagai istri dan babysitter di rumah. Inilah yang menciptakan kondisi yang menyebabkan konflik peran ganda. Perempuan yang mengalami konflik peran ganda sangat membutuhkan dukungan sosial dari sekitarnya, baik itu dukungan dari suami maupun orang-orang terdekatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dan konflik peran ganda guru perempuan di masa pandemi. Penelitian kuantitatif ini dilakukan terhadap 131 guru perempuan melalui teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala konflik peran ganda dan dukungan sosial. Hasil penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi dukungan sosial, semakin rendah konflik peran ganda yang dialami guru perempuan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik peran ganda bagi guru perempuan yang mengajar secara daring di rumah dan dihadapkan pada tanggung jawab lain dapat diatasi dengan memberikan dukungan kepada perempuan dalam menjalankan perannya.
Opportunities and Rationality Against Academic Cheating Yolanda Salsabilla; Muhamad Uyun
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10989

Abstract

Although it is thought that the educational system will generate moral heirs to the country, the reality is that academic fraud is causing the nation's morale to crumble right now. scholastic fraud is an intentional act of dishonesty or fraud that is done in order to satisfy or finish scholastic requirements and/or duties. Opportunity and logic are two factors that contribute to academic dishonesty. Students commit academic fraud due to logic and abundant opportunities. The purpose of this study is to ascertain how opportunity and reason affect academic fraud. The study participants were current psychology faculty students. 191 participants were sampled via purposive random sampling. Data was gathered utilizing measuring instruments in the form of a Google Form, including opportunity scales, rationality scales, and academic fraud measures. employing multiple regression to analyze data. The examination of the data yields the significant value of p = 0.000 (0.000 0.005), which indicates that opportunity and rationality have an effect on academic cheating. The study's findings indicate that academic fraud occurs more frequently the more options and rationality pupils have.Sistem pendidikan dianggap akan melahirkan pewaris moral bagi negara, kenyataannya kecurangan akademik menyebabkan moral bangsa runtuh saat ini. penipuan skolastik adalah tindakan ketidakjujuran atau penipuan yang disengaja yang dilakukan untuk memenuhi atau menyelesaikan persyaratan dan / atau tugas skolastik. Peluang dan logika adalah dua faktor yang berkontribusi terhadap ketidakjujuran akademik. Mahasiswa melakukan kecurangan akademik karena logika dan kesempatan yang melimpah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memastikan bagaimana peluang dan alasan mempengaruhi kecurangan akademik. Peserta penelitian adalah mahasiswa fakultas psikologi saat ini. 191 peserta diambil sampelnya melalui purposive random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa Google Form, meliputi skala peluang, skala rasionalitas, dan ukuran kecurangan akademik. menggunakan regresi berganda untuk menganalisis data. Pengujian data menghasilkan nilai signifikan p = 0,000 (0,000 0,005), yang menunjukkan bahwa peluang dan rasionalitas berpengaruh terhadap kecurangan akademik. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kecurangan akademik lebih sering terjadi, semakin banyak pilihan dan rasionalitas yang dimiliki siswa.
Equitable Reward with Job Satisfaction for Non-Management Employees Mohammad Irfan Laxmana; Ramon Ananda Paryontri
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10773

Abstract

Employee job satisfaction is an important thing in the company to create positive conditions in the organizational environment. In addition to providing benefits for employees, the company also benefits through increased production and reduced costs incurred in the company's operations by improving the attitude and behavior of its employees. Thus, work is one of the ways to achieve employee satisfaction by providing fair rewards to employees. If the salary is perceived as fair based on job demands, individual skill levels and salary standards that apply to certain job groups, then there will be job satisfaction. This study aims to determine the relationship between equitable rewards and job satisfaction of non-management employees at Al-Islam Hospital H.M. Mawardi. This research is quantitative research with a correlational method. The data collection technique used the Job Satisfaction Survey scale and the equitable reward scale taken from the equitable reward aspects. Spearman's correlation results show a significant correlation between equitable rewards and job satisfaction (r=0.571, p<.001). the magnitude of the effect of equitable reward on satisfaction is high (r=0.571). The higher the equitable reward, the higher the level of employee job satisfaction. Even reward can explain 32.6% of the variance of job satisfaction, which means that there is still 67.4% of the influence of other factors not seen in this study.Kepuasan kerja karyawan merupakan hal penting dalam perusahaan agar tercipta kondisi positif dalam lingkungan organisasi. Selain memberikan keuntungan bagi karyawan, perusahaan juga mendapatkan keuntungan melalui peningkatan produksi dan pengurangan biaya yang dikeluarkan dalam operasional perusahaan dengan adanya perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Dengan demikian salah satu cara untuk mewujudkan kepuasan kerja karyawan dengan memberikan reward yang adil kepada karyawan. Jika gaji dipersepsikan adil didasarkan tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada kepuasan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara equitable reward dengan kepuasan kerja pada karyawan non manajemen di RSU Al-Islam H.M. Mawardi. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis metode korelasional. Teknik pengumpulan data menggunakan skala Job Satisfaction Survei dan skala equitable reward yang diambil dari aspek-aspek equitable reward. hasil Korelasi Spearman’s menunjukkan korelasi yang signifikan antara equitable reward dan kepuasan kerja (r=0.571, p<.001). Besaran efek equitable reward terhadap kepuasan kerja tergolong tinggi (r=0.571). Semakin tinggi equitable reward maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja karyawan. Equitable reward dapat mejelaskan sebesar 32.6% dari varians kepuasan kerja yang artinya masih terdapat 67,4% pengaruh dari faktor lain yang tidak terlihat dalam penelitian ini.
Perceived Organizational Support (POS) With Home Industry Employee Organizational Commitment Belsa Azizih Fajar Amabel; Ramon Ananda Paryontri
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v11i2.10774

Abstract

Effective human resource management can increase employee productivity and performance. A person's success and performance in doing work is influenced by his sense of commitment to work. Some of the phenomena that occur in the bag home industry in Tanggulangin are the emergence of negative perceptions in employees towards the home industry and the impact on work processes that are not optimal. This study aims to determine the relationship between perceived organizational support (POS) and organizational commitment. This study used a quantitative approach and used a random sampling technique with 150 respondents. The data collection method uses a Likert scale with 34 item perceived organizational support (POS) scale and 24 item organizational commitment scale. The data analysis technique uses the pearson product moment correlation test. The results show that the value of Sig. (2-tailed) o.oo1 (<0.05) and a value of r=o.433 which explains that perceived organization support (POS) is positively related to Organizational Commitment with a moderate degree of correlation. The correlation test stated that the Pearsons correlation value was greater, namely 0.433 when compared to the r table value, which was 0.159. This means that there is a relationship between the variables perceived organization support (POS) and Organizational Commitment. The higher the Perceived Organizational Support (POS), the higher the level of commitment to the organization.Pengelolaan sumber daya manusia yang efektif dapat meningkatkan produktivitas serta kinerja karyawan. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaan dipengaruhi oleh rasa komitmennya terhadap pekerjaan.  Beberapa fenomena yang terjadi pada home industri tas di Tanggulangin yaitu munculnya persepsi negatif dalam diri karyawan terhadap home industri dan berdampak pada proses bekerja yang tidak maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived organizational support (POS) dengan komitmen organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik random sampling dengan 150 responden. Metode pengumpulan data menggunakan skala likert dengan skala perceived organizational support (POS) 34 aitem dan skala komitmen organisasi 24 aitem. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi pearson product moment. Hasil menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) o.oo1 (<0.05) dan nilai r=o.433 yang menjelaskan bahwa perceived organization support (POS) berhubungan secara positif dengan Komitmen Organisasi dengan derajat hubungan korelasi sedang. Uji korelasi menyatakan nilai pearsons correlation lebih besar yakni 0,433 jika dibandingkan dengan nilai r tabel yakni 0,159. Artinya terdapat hubungan antara variabel perceived organization support (POS) dan Komitmen Organisasi. Semakin tinggi Perceived Organizational Support (POS) maka semakin tinggi tingkat komitmen terhadap organisasi. 

Filter by Year

2013 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 11, No 3 (2023): Volume 11, Issue 3, September 2023 Vol 11, No 2 (2023): Volume 11, Issue 2, Juni 2023 Vol 11, No 1 (2023): Volume 11, Issue 1, Maret 2023 Vol 10, No 4 (2022): Volume 10, Issue 4, Desember 2022 Vol 10, No 3 (2022): Volume 10, Issue 3, September 2022 Vol 10, No 2 (2022): Volume 10, Issue 2, Juni 2022 Vol 10, No 1 (2022): Volume 10, Issue 1, Maret 2022 Vol 9, No 4 (2021): Volume 9, Issue 4, Desember 2021 Vol 9, No 3 (2021): Volume 9, Issue 3, September 2021 Vol 9, No 2 (2021): Volume 9, Issue 2, Juni 2021 Vol 9, No 1 (2021): Volume 9, Issue 1, Maret 2021 Vol 8, No 4 (2020): Volume 8, Issue 4, December 2020 Vol 8, No 3 (2020): Volume 8, Issue 3, September 2020 Vol 8, No 2 (2020): Volume 8, Issue 2, June 2020 Vol 8, No 1 (2020): Volume 8, Issue 1, March 2020 Vol 7, No 4 (2019): Volume 7, Issue 4, December 2019 Vol 7, No 3 (2019): Volume 7, Issue 3, September 2019 Vol 7, No 2 (2019): Volume 7, Issue 2, June 2019 Vol 7, No 1 (2019): Volume 7, Issue 1, March 2019 Vol 6, No 4 (2018): Volume 6, Issue 4, December 2018 Vol 6, No 3 (2018): Volume 6, Issue 3, September 2018 Vol 6, No 2 (2018): Volume 6, Issue 2, June 2018 Vol 6, No 1 (2018): Volume 6, Issue 1, March 2018 Vol 5, No 4 (2017): Volume 5, Issue 4, Desember 2017 Vol 5, No 3 (2017): Volume 5, Issue 3, September 2017 Vol 5, No 2 (2017): Volume 5, Issue 2, June 2017 Vol 5, No 1 (2017): Volume 5, Issue 1, Maret 2017 Vol 4, No 4 (2016): Volume 4, Issue 4, Desember 2016 Vol 4, No 3 (2016): Volume 4, Issue 3, September 2016 Vol 4, No 2 (2016): Volume 4, Issue 2, Juni 2016 Vol 4, No 1 (2016): Volume 4, Issue 1, Maret 2016 Vol 3, No 4 (2015): Volume 3, Issue 4, Oktober 2015 Vol 3, No 3 (2015): Volume 3, Issue 3, Juli 2015 Vol 3, No 2 (2015): Volume 3, Issue 2, April 2015 Vol 3, No 1 (2015): Volume 3, Issue 1, Januari 2015 Vol 2, No 4 (2014): Volume 2, Issue 4, Oktober 2014 Vol 2, No 3 (2014): Volume 2, Issue 3, Juli 2014 Vol 2, No 2 (2014): Volume 2, Issue 2, April 2014 Vol 2, No 1 (2014): Volume 2, Issue 1, Januari 2014 Vol 1, No 4 (2013): Volume 1, Issue 4, October 2013 Vol 1, No 3 (2013): Volume 1, Issue 3, Juli 2013 Vol 1, No 2 (2013): Volume 1, Issue 2, April 2013 Vol 1, No 1 (2013): Volume 1, Issue 1, Januari 2013 More Issue