cover
Contact Name
Dr. Ir., Nurtati Soewarno, M.T
Contact Email
nurtati@itenas.ac.id
Phone
+6222-7272215
Journal Mail Official
terracotta@itenas.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha Prodi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung - Itenas Gedung 17 Lantai 1 Jl. P.H.H. Mustofa No 23 Bandung - Jawa Barat 40124
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA
ISSN : -     EISSN : 27164667     DOI : https://doi.org/10.26760/terracotta
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA adalah Jurnal Ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang utama : Perancangan Arsitektur (gedung), Stuktur dan Konstruksi, Teknologi Bangunan, Perencanaan Kota dan Asitektur Kota, Perumahan dan Permukiman, serta Teori-Metoda dan Sejarah Arsitektur.
Articles 109 Documents
Pengaruh Penggunaan Material Bambu Terhadap Fasad Bangunan Amfiteater Taman Buah Mekarsari Bogor Muhsin, Ardhiana
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i1.4315

Abstract

Seiring dengan isu lingkungan yang berkembang di Indonesia saat ini, arsitek diharapkan dapat menciptakan bangunan dengan material yang ramah lingkungan dan terbarukan. Efisiensi penggunaan material bangunan sangat diperlukan guna mempertahankan sumber daya alam yang ada di negara ini.Salah satu material yang ramah lingkungan serta mudah didapatkan di Indonesia yaitu material bambu. Bambu memiliki beberapa keunggulan dibanding kayu yaitu memiliki masa pertumbuhan yang cepat. Bambu, dalam waktu lima tahun sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, dapat dilengkungkan karena memiliki elastisitas serta memberikan nilai dekoratif yang tinggi. Fasad secara arsitektural dapat diartikan kulit terluar/selubung yang mencerminkan wajah bangunan. Umumnya bagian badan memiliki porsi terbesar karena bidang ini mudah terlihat dan diolah dengan banyak ragam desain namun pada arsitektur bambu bagian yang lebih mendominasi adalah kepala yang direpresentasikan berupa atap. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Bagian yang dianalisis diantaranya adalah kriteria desain bangunan yang dapat mengatasi problematika material bambu di lokasi iklim tropis, karakteristik dan penggunaan material pada bangunan yang menggunakan bambu, yang pada akhirnya menentukan ekspresi dan karakter serta komposisi fasad bangunan yang menggunakan bambu. Hasil akhir diketahui faktor-faktor tersebut ternyata memang mempengaruhi tampilan fasad bangunan bambu secara keseluruhan yang umumnya didominasi oleh atap bangunan.
Penerapan Metoda Adaptive Reuse pada Alih Fungsi Bangunan Gudang Pabrik Badjoe Menjadi Kafetaria Susanto, Widya Primatiana; Medina, Raima Dien; Adwitya P, Adanthi Maudy
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4019

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metoda adaptive reuse pada sebuah bangunan ex gudang pabrik baju yang sudah tidak digunakan lagi. Maraknya bisnis factory outlet dan strategisnya lokasi memberi ide kepada pemilik pabrik untuk tidak menghancurkan gudang tersebut tetapi merubahnya menjadi sebuah bangunan komersil dengan fungsi kafetaria.  Ide ini sejalan dengan isu sustainable yang menerapkan konsep 3R yaitu reduce,reuse dan recycle yang pada bangunan dikenal sebagai adaptive reuse. Dengan mempelajari sejarah bangunan dan melakukan observasi ke objek maka diperoleh gambaran penerapan konsep adaptive reuse. Alih fungsi mendorong terjadinya perubahan, terutama pada ruang dalam sebagai bentuk adaptasi terhadap fungsi baru. Bagaimana potensi yang dimiliki bangunan, seperti tinggi plafond, lebar dan luas bangunan, perletakan jendela dan lubang angin dapat dipertahankan dan dioptimalkan untuk fungsi baru. Sedangkan perubahan pada facade bangunan dimaksudkan untuk memperindah tampilan sehingga bangunan terlihat indah dan dapat menarik banyak pengunjung. Metoda adaptive reuse cocok dengan issue sustainable sehingga bangunan lebih baik dialih fungsikan daripada dihancurkan. Untuk menunjang issue sustainable diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatur pembangunan sehingga ratio area terbangun dan tidak terbangun di kota Bandung dapat seimbang.Kata kunci: adaptive reuse, transformasi, sustainable building. ABSTRACTThis research is intended to study the application of the adaptive reuse method on an unused clothing warehouse building. The emerging of the outlet factory business and the strategic location of the building give the factory owner ideas not to knock down the warehouse but instead change it into a commercial building function as a cafeteria. This idea is in line with the sustainable issue which apply the 3R concept: Reduce, Reuse, and Recycle or known as an adaptive reuse. By studying the building history and observing the object, an image of the adaptive reuse concept application could be gained. The function shift pushes to changes, especially in the inner room as an adaptation to the new function. How this building potential such as the ceiling high, wide and spacious, window and opening placement could be maintained and optimized to a new function. Whilst the building facade alteration is intended to beautify performance so the building looks picturesque and could attract many visitors. The adaptive reuse method is suitable for the sustainable issue so it is better to switch the function rather than to devastate it. To support the sustainable issue the intervention by the government is needed to organize the development so the ratio between the built and non built area in Bandung city could be balanced.Keywords: adaptive reuse, transformation, sustainable building.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan metoda adaptive reuse pada sebuah bangunan ex gudang pabrik baju yang sudah tidak digunakan lagi. Maraknya bisnis factory outlet dan strategisnya lokasi memberi ide kepada pemilik pabrik untuk tidak menghancurkan gudang tersebut tetapi merubahnya menjadi sebuah bangunan komersil dengan fungsi kafetaria. Ide ini sejalan dengan isu sustainable yang menerapkan konsep 3R yaitu reduce,reuse dan recycle yang pada bangunan dikenal sebagai adaptive reuse. Dengan mempelajari sejarah bangunan dan melakukan observasi ke objek maka diperoleh gambaran penerapan konsep adaptive reuse. Alih fungsi mendorong terjadinya perubahan, terutama pada ruang dalam sebagai bentuk adaptasi terhadap fungsi baru. Bagaimana potensi yang dimiliki bangunan, seperti tinggi plafond, lebar dan luas bangunan, perletakan jendela dan lubang angin dapat dipertahankan dan dioptimalkan untuk fungsi baru. Sedangkan perubahan pada facade bangunan dimaksudkan untuk memperindah tampilan sehingga bangunan terlihat indah dan dapat menarik banyak pengunjung. Metoda adaptive reuse cocok dengan issue sustainable sehingga bangunan lebih baik dialih fungsikan daripada dihancurkan. Untuk menunjang issue sustainable diperlukan campur tangan pemerintah dalam mengatur pembangunan sehingga ratio area terbangun dan tidak terbangun di kota Bandung dapat seimbang.Kata kunci: adaptive reuse, transformasi, sustainable building.ABSTRACTThis research is intended to study the application of the adaptive reuse method on an unused clothing warehouse building. The emerging of the outlet factory business and the strategic location of the building give the factory owner ideas not to knock down the warehouse but instead change it into a commercial building function as a cafetaria. This idea is in line with the sustaineable issue which apply the 3R consept: Reduse, Reuse and Recycle or known as adaptive reuse. By studying the building history and observing the object, an image of the adaptive reuse consept application could be gained. The function shift pushes to changes, especialy on the inner room as an adaptation to the new function. How this building potential such as the ceiling high, wide and spacious, window and opening placement could be maintained and optimized to a new function. Whilst the building facade alteration is intendet to beautify performance so the building looks picturesque and could attract many visitors. Adaptive reuse method is suitable with the sustainable issue so its better to swich the function rather then to devaste it. To support the sustainable issue the intervention by the government is needed to organize the development so the ratio between the built and non built area in Bancung city could be balanced.Keywords: adaptive reuse, transformation, sustainable building.
Penggunaan Prinsip Fengsui dalam Penentukan Ruang Ibadah Pada Wihara Pemancar Keselamatan Kota Cirebon Hendrarto, Tecky; Rachmatuloh, Ramadhan; Arif, Mochamad Ridwan Arif; Savarani, Tazkiya; Aziz, Marzuq Fakhri Abdul
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3358

Abstract

ABSTRAK Proses peribadahan di wihara memiliki tata cara serta alur ibadah dalam berdoa. Urutan tata cara ibadah mempengaruhi posisi ruang ibadah di dalam wihara. Letak dan urutan para Dewa yang harus disembah oleh jemaah secara berurutan didasarkan dari kedudukan para Dewa. Letak ruang ibadah akan berpengaruh terhadap alur ibadah jemaah. Selain memperhatikan hierarki dan posisi dewa di ruang ibadah, orientasi wihara pun harus sesuai dengan fengsui agar menghadirkan energi postif yang dipercaya dapat mengundang nasib baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan fengsui pada hierarki ruang ibadah wihara. Lingkup studi pada kajian ini penggunaan fengsui pada penempatan Dewa pada ruangan dan pada penempatan ruang di wihara beserta orientasinya. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, fengsui mempengaruhi penentuan hierarki ruang tata letak, dan orientasi Wihara Pemancar Keselamatan, contohnya dewa yang memiliki hierarki tertinggi berada di tengah dan terdalam ruangan, diikuti pada dewa yang letaknya di bagian kiri kemudian kanan, karena bagian kiri lebih utama daripada kanan. Kemudian, semakin jauh ruangan dari gerbang depan, maka semakin tinggi pula tingkat kesakralan ruangan tersebut. Letak Wihara Pemancar Keselamatan menghadap ke sumber air, yaitu sungai dan berada di posisi tusuk sate yang berfungsi untuk menyerap energi buruk agar energi tersebut tidak membawa nasib buruk kepada masyarakat di sekitar. Kata Kunci: Wihara, Hierarki Ruang Ibadah, Orientasi
Penilaian Greenship GBCI Dalam Penerapan Reuse Material Di Café Day N Nite Bandung Sulistiawan, Agung Prabowo
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i1.4342

Abstract

 AbstrakPenerapan penggunaan kembali barang bekas (reuse material) sebagai bahan bangunan di Indonesia menjadi sebuah upaya dalam mewujudkan arsitektur ramah lingkungan. Salah satu contoh penggunaan material bekas yaitu penggunaan material peti kemas atau kontainer bekas pakai. Material peti kemas yang digunakan kembali pada bangunan, menjadikan bangunan yang unik dan ramah lingkungan serta membantu melestarikan lingkungan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menilai bangunan Cafe Day N Nite Bandung yang menggunakan material peti kemas bekas berdasarkan kriteria Sumber dan Siklus Material pada Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI). Dalam penelitian ini metodologi penelitian yang digunakan adalah metodologi kualitatif berupa survey lapangan dan wawancara. Analisa yang dilakukan merujuk pada kriteria Sumber dan Siklus Material menurut Greenship GBCI yang meliputi Refrigeran Foundamental, Penggunaan Gedung dan Material Bekas, Material Ramah Lingkungan, Penggunaan Refrigeran tanpa ODP, Kayu Bersertifikat, Material Prafabrikasi, dan Material Regional. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa Cafe Day N Nite Bandung memenuhi total presentase sebesar 79% penilaian berdasarkan kriteria Sumber dan Siklus Material pada Greenshp GBCI. Kata kunci: reuse material, peti kemas, ramah lingkungan
Perencanaan Kampung Bahari Sebagai Upaya Keberlanjutan, Perkampungan Nelayan Tambak Lorok, Semarang Anita, Juarni
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4102

Abstract

AbstrakPerkampungan nelayan Tambak Lorok di Semarang Utara merupakan kawasan rawan banjir karena kondisi permukaan tanah mengalami penurunan setiap tahun. Penduduk pun terus bertambah menyebabkan perkampungan semakin padat dan menjadi kumuh. Masyarakat melakukan penyesuaian rumah untuk menghindari banjir menyebabkan bentuk dan tinggi rumah beraneka ragam. Pada tahun 2015, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan program Penataan Kawasan Permukiman Nelayan dan Tepi Air di Tambak Lorok. Pemerintah Kota Semarang pun memasukkan Tambak Lorok dalam program Kampung Bahari untuk pembangunan keberlanjutan dan pengentasan kekumuhan dan kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembangunan keberlanjutan di kawasan pesisir dengan konsep Kampung Bahari di Tambak Lorok. Hal ini penting karena perkampungan ini bisa menjadi model percontohan di kawasan pesisir lain yang rawan banjir. Metoda penelitian bersifat kualitatif dan deskriptif dengan sumber data primer melalui survey dan data sekunder melalui berbagai studi pustaka. Hasil penelitian memberikan deskripsi tentang konsepsi Kampung Bahari, yaitu perkampungan  nelayan yang terintegrasi dengan pusat ekonomi dan perdagangan, industri perikanan, serta pusat wisata bahari. Keberlanjutannya harus didukung oleh infrastruktur seperti tanggul laut, kemudahan akses jalan, tersedianya air bersih, kelancaran drainase, pengelolaan  limbah dan sampah, tersedianya ruang terbuka hijau untuk keasrian kawasan pesisir. Pengelolaan perkampungan harus melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat.Kata kunci: kampung bahari, keberlanjutan, perkampungan nelayan, Tambak Lorok AbstractTambak Lorok fishing village in North Semarang is a flood-prone area because the soil surface conditions have decreased every year. The population continued to grow, causing the village to become denser and slum. The communities adjusted their houses to avoid flooding causing the various shapes and heights of houses. In 2015, the Ministry of Public Works and Public Housing implemented a program of Fishermen Residential Area Arrangement and Waterfronts in Tambak Lorok. The Semarang City Government has included Tambak Lorok in the Kampung Bahari program for sustainable development and alleviating slums and poverty. This study aims to describe the sustainable development of coastal area with the concept of Kampung Bahari in Tambak Lorok. This is important because this village can be a pilot model in other coastal areas that are prone to flooding. The research method was qualitative and descriptive with primary data sources through surveys and secondary data through various literature studies. The results of the study provided a description of the conception of Kampung Bahari, a fishing village integrated with the center of economy and trade, the fishing industry, and the center of marine tourism. Its sustainability must be supported by infrastructure such as sea dikes, easy access to roads, availability of clean water, smooth drainage, waste and trash management, availability of green open spaces for the beauty of coastal areas. Village management must involve the central government, local government, and local communities. Keywords: maritime village, sustainability, fishing village, Tambak Lorok
Penerapan Material Bambu Terhadap Bangunan Perpustakaan Mikro di Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat Muhsin, Ardhiana; Kamaludin, Diki; Ganiar F, Rafifta; Allam, Arvian Nashar; Utami, Rizka Dian
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4014

Abstract

ABSTRAKTeknologi yang semakin canggih berdampak besar pada perkembangan dunia arsitektur masa kini. Pengembangan bahan baku material bangunan pun semakin beragam dan menghasilkan hal-hal baru. Sejalan dengan kualitas yang tersaji, tentunya akan menyebabkan dampak pada biaya yang dikeluarkan. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan bahan baku dan material tradisional yang lebih terjangkau dari segi manapun. Material yang bersifat tradisional dan konvensional semakin tenggelam oleh penggunaan beton, baja dan material modern lainnya. Bambu pada masa kini menjadi salah satu material yang jarang digunakan sebagai material utama dalam pembangunan suatu objek arsitektur. Disisi lain, material tersebut mempunyai beragam potensi baik sebagai struktur ataupun komponen pengisi pada sebuah bangunan. Penelitian ini akan membahas tentang material bambu yang akan digunakan pada sebuah bangunan perpustakaan mikro baik itu pada aspek struktur maupun penutupnya seperti dinding dan atap. Metode apa saja yang harus dilakukan terhadap material bambu agar dapat mengeluarkan potensi didalamnya dan hal apa saja yang mempengaruhi material tersebut terhadap kondisi iklim maupun keadaan sekitar lokasi pada pengerjaan perpustakaan mikro di Desa Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.Kata kunci : Bambu, Pengawetan, Arsitektur, Perpustakaan Mikro, SelaawiABSTRACTIncreasingly sophisticated technology has a major impact on the development of the architectural world today. The development of raw materials for building materials is increasingly diverse and produces new things. In line with the quality presented, of course, it will cause an impact on the costs incurred. Indonesia is one of the countries with a wealth of raw materials and traditional materials that are more affordable from any aspect. Materials that are traditional and conventional are increasingly sinking by the use of concrete, steel and other modern materials. Bamboo today is one of the materials that rarely used as the main material in the construction of an architectural object. On the other hand, the material has a variety of potential, both as structures or filling components in a building. This research will discuss about bamboo material that will used in a micro library building both in its structural and closing aspects such as walls and roofs. What methods should be used for bamboo material in order to be able to release the potential in it and what things affect the material on the climate conditions and the situation around the location of the micro library work in Selaawi Village, Garut Regency, West Java.Keywords : Bamboo, Curing, Architecture, Micro Library, Selaawi
Permeabilitas Dan Konektifitas Pada Pola Jaringan Jalan Kawasan Hunian Cihapit Bandung Permata, Dian Duhita
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i1.4276

Abstract

Kawasan Cihapit Bandung merupakan kawasan hunian yang telah dibentuk sejak tahun 1920-1925 yang ditata menarik dengan pola jaringan jalan ‘organic grid’.  Kawasan yang awalnya diperuntukkan bagi pegawai menengah ke bawah ini telah dilengkapi dengan fasilitas hunian, pasar, pertokoan dan ruang terbuka hijau.  Seiring berjalannya waktu, kawasan Cihapit saat ini tidak mengalami perubahan banyak baik terhadap pola jaringan jalan. Pola jaringan jalan yang terhubung satu dengan lainnya serta persimpangan-persimpangan yang berjarak kurang dari  2,6 km2 menyebabkan kawasan ini cukup nyaman untuk diakses. Beberapa koridor jalan berfungsi sebagai penghubung menuju kelas jalan yang lebih besar sehingga kawasan ini seringkali menjadi akses alternatif.  Penelitan ini menganalisis mengenai permeabilitas serta konektifitas pada pola jaringan jalan di  kawasan Cihapit Bandung terkait dengan  kondisi tata guna lahan serta klasifikasi jalan.  Kondisi tata guna lahan dibandingkan pada dua periode yaitu tahun 1933 dan 2015 sehingga dapat disimpulkan perubahannya.  Sedangkan klasifikasi jalan kawasan Cihapit dianalisis setiap koridor secara detail baik dimensi maupun elemen pendukung koridor termasuk kondisi drainase, jalur pedestrian dan vegetasi.
Penyediaan Air Bersih Sistem Kolektif: Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik pada Perumahan Klaster Putra, Wahyu Buana; Dewi, Nitih Indra Komala; Busono, Tjahyani
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4018

Abstract

ABSTRAKAir bersih merupakan kebutuhan dasar di lingkungan hunian. Penyediaan air bersih kota dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Akan tetapi tidak semua wilayah terjangkau dan terlewati jalur distribusi air minum kota. Pada perumahan sistem klaster yang berada di luar jalur distribusi air minum kota, suplai air bersih dan sistem distribusi yang efisien dan efektif menjadi tantangan tersendiri. Klaster perumahan The Sariwangi Village terletak di wilayah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari jaringan induk PDAM, oleh karena itu penyediaan air bersih disediakan oleh pengembang perumahan ini dan dikelola secara independen oleh warga. lingkungan ini mengandalkan sumber air tanah dalam dan mata air. Perumahan ini memiliki 100 kavling dengan 94 unit hunian sudah terbangun. Terdapat dua sistem penyediaan air yang diterapkan pada perumahan ini, 31 unit memiliki sumber air tanah secara mandiri melalui sumur bor yang dilengkapi dengan pompa hisap. Sedangkan sistem penyediaan air bersih pada 63 unit hunian menerapkan sistem kolektif dengan sistem tangki tekan. Distribusi air bersih dari tangki induk menuju setiap unit hunian dengan memanfaatkan gravitasi. Jaringan air bersih yang dibangun oleh pengembang, seringkali mengalami permasalahan terutama pada kecukupan debit air yang terdistribusi ke setiap hunian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan air bersih dalam skala perumahan pada saat beban puncak. Berdasarkan hasil analisis dengan perkiraan jumlah penghuni 252 jiwa, perhitungan pemakaian kebutuhan air per hari 30.240 liter/ hari dengan pemakaian air pada jam puncak 4,86 m3/jam. Kecukupan kebutuhan air bersih per hari, diperlukan kapasitas efektif tangki atas sebesar 4,8 m3 dengan laju aliran pompa 81 liter per menit. Berdasarkan hasil analisis, diperlukan penambahan titik sumber air tanah dalam untuk memenuhi kebutuhan debit air bersih sistem kolektif.Kata kunci: Sistem Tangki Tekan, Beban Puncak, Kapasitas Efektif Tangki, Kapasitas Pompa Pengisi.ABSTRACTDomestic water supply and distribution is a basic need in a residential environment. Water supply in the city is managed by the Regional Water Supply Company (PDAM). However, some areas are not covered by the city's water supply distribution channels. In cluster system housings outside urban water distribution channels, the efficiency of water supply and effective distribution systems is a challenge. The Sariwangi village housing cluster is located in an area unreachable by the PDAM pipeline installation, therefore the water supply is provided by this housing developer and managed independently by residents. There are two water supply systems implemented in this housing complex, 31 units have independent groundwater sources through boreholes equipped with suction pumps. Whereas the clean water supply system in 63 residential units applies a collective system of water supply with a pressure tank system. Distribution of clean water from the main tank to each residential unit by using gravity. The clean water network built by developers often experiences problems, especially in the adequacy of water discharges distributed to each dwelling. This study aims to analyze the need for clean water on a housing scale at peak times. The results of the analysis, the projected number of inhabitants is 252 occupants, the calculation of the use of water needs per day is 40,320 liters/day with an average usage of 4.03 m3/hour. Adequate need for clean water per day, an effective tank capacity of 5.4 m3 is required with a pump flow rate of 2.7 m3 per minute. Based on the results of the analysis improvements are needed to the addition of groundwater sources for a collective system clean water.Keywords: Press Tank System, Peak Load, Effective Tank Capacity, Filling Pump Capacity.
Konsep Ekowisata Dalam Perancangan Resort di Kabupaten Ciamis Ghassani, Azka Inatsan; Permana, Asep Yudi; Susanti, Indah
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3359

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki 10 prioritas rencana pembangunan, dimana salah satunya adalah pembangunan di sektor pariwisata oleh karena itu, sarana akomodasi berupa jasa penginapan pun semakin dibutuhkan. Keberadaan alam Ciamis yang masih asri, perancangan resort dengan tema ekowisata dibutuhkan , dimana diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada pengunjung akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, budaya setempat, dan hubungan sosial .Perancangan ini menampilkan bentuk bangunan yang mencirikan ciri khas bangunan di Kabupaten Ciamis.Tidak hanya pada bentuk bangunan, ciri khas Kabupaten Ciamis pun diperlihatkan pada penggunaan material batu kali bulat dan material yang menjadi potensi alam disana seperti bambu dan kayu.Hasil studi ini diharapkan pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan terutama mengenai penerapan tema ekowisata pada resort. Kata Kunci : Ciamis, Resort, Ekowisata
Integrasi Generasi Muslim Tanpa Masjid: Kajian Fungsional Arsitektur Masjid Kampus UMS Saputra, Andika
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i2.4329

Abstract

Generasi Muslim Tanpa Masjid merupakan permasalahan di kalangan umat Islam yang marak terjadi di perkotaan modern di Indonesia, tidak terkecuali di UMS sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi Islam di Surakarta. Solusi terhadap permasalahan tersebut ialah integrasi ke dalam jamaah umat Islam melalui peran masjid kampus sebagai pusat kegiatan jamaah kampus di lingkungan perguruan tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menelisik realisasi agenda integrasi Generasi Muslim Tanpa Masjid ke dalam jamaah umat Islam di lingkungan UMS dengan mengidentifikasi kegiatan yang diselenggarakan di masjid kampus, organisasi ruang masjid kampus, strategi yang diterapkan, dan langkah-langkah yang dilakukan dengan memperhatikan aspek kegiatan dan aspek organisasi ruang sebagai variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan metode induktif-kualitatif yang merupakan eksperimen penulis dan interpretasi penulis terhadap beragam kegiatan yang diselenggarakan di masjid kampus UMS oleh berbagai pihak civitas akademik UMS. Hasil penelitian terdiri dari tiga temuan. Pertama, kegiatan yang diselenggarakan untuk menarik keterlibatan Generasi Muslim Tanpa Masjid di masjid kampus meliputi fungsi dakwah, pendidikan, olahraga, dan rekreasi yang merupakan fungsi pendukung masjid dengan sifat diwajibkan hingga umum dan sukarela. Kedua, ruang serbaguna masjid kampus yang merupakan zonasi ruang-antara memiliki peran penting dalam menarik keterlibatan Generasi Muslim Tanpa Masjid berkegiatan di masjid kampus. Ketiga, strategi yang diterapkan ialah sinergi seluruh civitas akademika UMS dengan melakukan dua langkah yang berorientasi pada pembentukan kebiasaan dan integrasi ke dalam jamaah umat Islam dalam skala luas.Kata kunci: generasi muslim tanpa masjid, masjid kampus, integrasi ke dalam jamaah umat Islam

Page 3 of 11 | Total Record : 109