cover
Contact Name
Agussalim Bukhari
Contact Email
ijcnp.id@gmail.com
Phone
+6281225704670
Journal Mail Official
ijcnp.id@gmail.com
Editorial Address
Jl. Pegangsaan Timur No. 16 Cikini Jakarta Pusat 10320
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
ISSN : 25974297     EISSN : 27755215     DOI : -
Core Subject : Health,
IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN) Merupakan jurnal dari Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI). Jurnal ini memuat review artikel, hasil penelitian, tanggapan pembaca (letter to editor), dan studi kasus dalam bidang gizi klinik. Diterbitkan dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan dalam jurnal lain.
Articles 61 Documents
TERAPI NUTRISI PADA STROKE PERDARAHAN DISERTAI HIPONATREMIA DAN HIPOKALEMIA Lista Andriyati; Suryani As’ad; Nurbaya Syam; Aryanty R Bamahry
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 3 No 1 (2020): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v3i1.13

Abstract

Stroke adalah episode disfungsi neurologis akut yang diduga disebabkan oleh iskemia atau perdarahan, bertahan setidaknya 24 jam atau sampai kematian, tetapi tanpa bukti yang cukup untuk diklasifikasikan selain vaskular. Stroke perdarahan menyebabkan kecacatan dan kematian yang signifikan. Dengan perawatan yang optimal sekalipun, lebih dari 30% pasien stroke mengalami cacat berat pasca stroke. Malnutrisi seringkali ditemukan pada pasien stroke akut dan selama periode rehabilitasi. Malnutrisi berhubungan erat dengan luaran yang buruk pada pasien. Pada laporan kasus ini didapatkan seorang laki-laki usia 64 tahun dengan keluhan tidak dapat makan dan minum melalui mulut karena kesadaran menurun dan didiagnosis perdarahan otak non traumatik dengan moderate protein energy malnutrition, leukositosis (11.700 103/uL), deplesi sedang system imun (1029,6 cell/m3), hiponatremia sedang (126 mmol/L), hipokalemia ringan (3,2 mmol/L). Terapi nutrisi diberikan 2100 kkal energi, protein 1,5 g/ kgBBI/hari, karbohidrat 287,5 g dan lemak 85,6 g berupa nutrisi enteral. Suplementasi diberikan zinc, b kompleks, curcuma, asam folat dan ksr. Setelah 15 hari perawatan, pasien mengalami perbaikan klinis dan metabolik. Pentingnya penilaian awal dan terapi dini sangat diperlukan guna mencegah terjadinya malnutrisi dan menghasilkan luaran yang baik.
TERAPI GIZI PADA ADENOCARSINOMA ESOPHAGEAL JUNCTION POST GASTRECTOMI PARTIAL DAN GASTROSTOMI FEEDING Fatmawati Nur Husain; Agussalim Bukhari; Asrini Safitri; Nurbaya Syam
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 3 No 1 (2020): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v3i1.14

Abstract

Intervensi nutrisi harus menjadi bagian penting dari pendekatan multimoda terhadap kanker kaheksia. Tujuan utama terapi nutrisi pada penderita kanker adalah mempertahankan atau meningkatkan status gizi sehingga dapat memperkecil terjadinya komplikasi, meningkatkan efektivitas terapi kanker (bedah, kemoterapi, radiasi), kualitas hidup dan survival penderita. Pria usia 60 tahun dikonsulkan dengan diagnosis Gastroesophageal junction adenocarcionma (GEJAC) dan malnutrisi berat (Subjective Global Assesment Skor C). Pasien memiliki riwayat asupan yang kurang dan perubahan konsistensi asupan selama 6 bulan dan memberat 1 bulan terakhir karena disfagia. Terapi nutrisi pre-operatif diberikan dengan target 2100 kkal secara bertahap melalui oral dan parenteral dengan protein 1,5 gram/kgBB ideal/hari. Pemberian nutrisi post-operasi dimulai bertahap melalui enteral (gastrostomi) dan parenteral dengan protein dinaikkan menjadi 1,7 gram/kgBB ideal/hari. Pada akhir masa perawatan terdapat perbaikan metabolik seperti albumin dan jumlah leukosit dari post-operasi hingga akhir masa perawatan. Penganan nutrisi perlu dilakukan pada pasien kanker yang akan menjalani operasi untuk optimalisasi kondisi pre-operasi dan memperbaiki klinis dan metabolik pasien post-operasi.
PERANAN ZINK DAN VITAMIN D TERHADAP PENCEGAHAN TERJADINYA IMMUNE RECONSTITUTION INFLAMATORY SYNDROME (IRIS) Andi Azizah Yusuf; Nurpudji A. Taslim; Aryanti Bamahry; Devinta Virani
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 3 No 1 (2020): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v3i1.22

Abstract

Immune Reconstitution Inflamatory Syndrome (IRIS) menggambarkan suatu kumpulan gejala dari kondisi klinis paradoks yang memburuk pada suatu kondisi yang diketahui atau munculnya suatu kondisi baru setelah memulai terapi Antiretroviral (ARV) dapat disebabkan oleh gangguan non-infeksi dan infeksi mikobakteri, jamur dan atau virus oportunistik. Kami melaporkan kasus seorang wanita, 19 tahun dengan keluhan asupan makan via oral menurun didiagnosis dengan Severe Protein Energy Malnutrition (IMT 12.4 kg/m2) , TB Paru relaps dengan riwayat putus obat dan Immunodeficiency syndrome. Terapi nutrisi diberikan sesuai dengan manajemen refeeding syndrome mulai dari 15 kkal/kg BB dan ditingkatkan bertahap sampai 2000 kkal sesuai dengan kemampuan dan kondisi pasien dengan komposisi protein 1.5 gr/kgBBI/hari, karbohidrat 50-55% dan protein 30-33% diikuti dengan pemberian suplementasi zinc dan vitamin D. Saat Pasien di Rumah, dilakukan pemantauan selama 5 bulan untuk menilai kondisi klinis, asupan kalori, berat badan dan kapasitas fungsional. Terdapat perbaikan klinis, peningkatan asupan (energi ±2000 kkal), berat badan yang meningkat (IMT 22.37 kg/m2) dan peningkatan kapasitas fungsional (20 kg). Dengan dukungan nutrisi dan dilanjutkan dengan pemberian ARV setelah pengobatan TB paru berlangsung 25 hari, dapat memperbaiki kondisi dan status metabolisme sehingga mencegah terjadinya IRIS.
SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN MENUNJANG EFEKTIVITAS TERAPI GIZI PADA PASIEN AKALASIA ESOFAGUS DENGAN HIPOALBUMINEMIA BERAT St.Pasriany; Agussalim Bukhari; Haerani Rasyid; A. Yasmin Syauki
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.24

Abstract

Pendahuluan Akalasia merupakan gangguan motilitas berupa hilangnya peristaltik esofagus dan gagalnya sfingter esofagokardia berelaksasi, makanan tertahan di esophagus. Menyebabkan malnutrisi karena asupan tidak optimal. Laporan Kasus Laki-laki 64 tahun dirawat dikonsul dengan dyspepsia e.c akalasia esofagus. Keluhan utama, asupan makan berkurang dialami sejak 2 bulan karena sulit menelan dan muntah tiap kali makan. Tidak ada nyeri menelan. Demam, batuk dan sesak tidak ada. Ada penurunan berat badan, besarnya tidak diketahui. Luka pada antebrachium dekstra et sinistra. Pasien tidak menderita diabetes maupun hipertensi. Sakit sedang, GCS E4M6V5, tanda vital normal. Status gizi severe protein energy malnutrition berdasarkan ukuran LILA (18 cm). Hasil laboratorium didapatkan deplesi berat sistem imun, hipoalbuminemia dan penurunan fungsi ginjal. Terapi nutrisi berupa diet 1430 kkal, protein 1.2g/kgBBI/hari dalam bentuk makanan cair via oral dan nutrisi parenteral. Kebutuhan cairan 1400ml/24 jam. Suplementasi vitamin B kompleks, zinc 20mg, pujimin 450mg, vitamin A 20.000IU, Vitamin C 300mg dan Curcuma 400 mg/8jam. Pemantauan asupan, toleransi saluran cerna, tanda vital dan keseimbangan cairan setiap hari. Setelah perawatan 41 hari, pasien dapat menelan makanan lunak, luka pada antebrachium menutup, tidak terjadi perburukan status gizi, albumin dan protein total meningkat. Kesimpulan Hipoalbuminemia pada pasien akalasia esofagus, efusi pleura bilateral, skin and soft tissue infection terkoreksi dengan asupan protein 1,2 gr/kgBBI/hari, Zinc 20 mg, vitamin B kompleks, Pujimin 450 mg, Vitamin A 20.000 IU, Vitamin C 300 mg dan Curcuma 400 mg/8 jam/oral.
EDUKASI GIZI SEBAGAI SALAH SATU MODALITAS TERAPI MEMPENGARUHI SURVIVAL RATE PASIEN DENGAN NEOPLASMA OVARIUM KISTIK Cecy Rahma Karim; Suryani As’ad; Nurpudji A Taslim; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.25

Abstract

Pendahuluan Kanker ovarium adalah proses keganasan primer yang terjadi pada organ ovarium. Keganasan ovarium dapat terjadi pada seluruh usia kehidupan wanita. Malnutrisi pada penderita kanker secara negatif berpengaruh terhadap respon terapi, komplikasi, kualitas hidup dan survival penderita. Intervensi nutrisi dapat mencegah malnutrisi. Laporan kasus Seorang perempuan dengan diagnosa neoplasma ovarium stadium IV A dengan efusi pleura dan asites yang direncanakan untuk dioperasi. Pasien mengeluh asupan tidak adekuat karena terasa cepat kenyang dan terjadi penurunan berat badan selama 8 bulan sebesar 6 kg. Pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak anemis,loss of subcutaneous fat,asites,muscle wasting ada. Pada laboratorium menunjukkan penurunan kadar hemoglobin dan albumin,peningkatan kadar leukosit. Pasien di diagnosa dengan gizi buruk,anemia normositik normokrom,deplesi sistem imun, hipoalbuminemia, dan leukositosis. Total kebutuhan energi terkoreksi adalah 1450 kkal dengan komposisi protein 19.8 % karbohidrat 50-55% dan lemak 25-30%, yang ditingkatkan bertahap. Intervensi nutrisi diberikan melalui oral berupa makanan lunak dan formula tinggi protein, kebutuhan cairan 1000 ml/hr,diberikan suplementasi multivitamin neurodex,vitamin C 100 mg,vitamin A 6000 IU,zink 20 mg, dan kapsul ikan gabus 3x2 kapsul setiap hari. Setelah 11 hari intervensi nutrisi pasien menunjukkan perbaikan pada hemoglobin, albumin dan lekosit dan kondisi pasien mengalami perbaikan sehingga operasi dapat dilakukan. Kesimpulan Intervensi nutrisi; makro dan mikronutrien, monitoring serta edukasi gizi diperlukan untuk menunjang perbaikan kondisi klinis pasien.
PERBAIKAN KADAR ALBUMIN PASIEN POST AMPUTASI ET CAUSA LUKA BAKAR LISTRIK 25% DERAJAT III DAN STATUS GIZI KURANG DENGAN PEMBERIAN ASUPAN TINGGI PROTEIN Diane Paparang; Nurpudji A. Taslim; Haerani Rasyid; A. Yasmin Syauki
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.27

Abstract

Pendahuluan Proses penyembuhan luka post amputasi dan luka bakar dengan luas 25% dan kedalaman derajat III serta hipoalbuminemia sedang (albumin 2,6g/dL) dan status gizi kurang memerlukan terapi gizi spesifik tinggi protein. Laporan Kasus Tn.I, laki-laki, 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah dengan luka post amputasi dan luka bakar listrik derajat III luas 25%. Keluhan utama asupan makan kurang sejak 16 hari terakhir karena nafsu makan kurang akibat nyeri pada luka post amputasi dan luka bakar. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Asupan 24 jam 1000kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi kurang (LLA=80,7%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 9.7 g/dl), deplesi sedang sistem imun (TLC 940/µL), hipoalbuminemia (albumin 2,6g/dL) dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 2500 kkal, protein 2 gr/kgBBI/hari (23%), karbohidrat 57% dan lemak 20 %, melalui oral berupa makanan biasa 1250 kkal, ONS glutamine 2.5g/hari, suplementasi 6 butir putih telur (protein 31,5g/hari), vitamin C 1g/24jam, vitamin A 6.000IU/12jam, vitamin B1-100mg, vitamin B6-200mg, vitamin B12-200mg, Zinc 50mg/24jam, selenium 55µg, Curcuma 400mg/8jam dan ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam. Setelah perawatan 30 hari, terjadi perbaikan dalam penyembuhan luka, peningkatan LLA menjadi 23,5cm, peningkatan hemoglobin 9.3g/dl, peningkatan sistem imun (TLC 2064/µL), peningkatan albumin 3.9g/dL. Kesimpulan Terapi nutrisi spesifik dengan protein 2 gr/kgBBI dapat meningkatkan kadar albumin dan mempercepat penyembuhan luka pada pasien luka bakar.
KECUKUPAN KALORI MENUNJANG PERBAIKAN IMBALANCE ELEKTROLIT PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA BULI Josefina Junizar; Nurpudji A Taslim; Suryani As’ad; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.28

Abstract

Pendahuluan Karsinoma buli merupakan jenis kanker yang dimulai di kandung kemih. Insiden karsinoma buli tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 53.200 orang. Karsinoma buli merupakan keganasan terbanyak nomor 4 pada pria. Laporan Kasus Seorang laki-laki berusia 30 tahun dikonsul dengan diagnosa medis tumor buli-buli metastase ke hepar dan pulmo, intake inadekuat, cancer paru dan DIC. Pasien dikonsulkan karena asupan makan berkurang sejak 3 hari lalu karena merasa mengganjal di tenggorokan, nafsu makan menurun, ada rasa nyeri uluhati dan sakit perut. Asupan 24 jam 52,5 kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi buruk (LLA 68%), status metabolik anemia (Hb 8,9g/dl), hipoalbuminemia (albumin 3,3g/dl), hypokalemia (3,3g/dl), penurunan fungsi ginjal (ureum 64mg/dl, kreatinin 1,82mg/dl), dan status gastrointestinal fungsional. Terapi nutrisi dengan energi 1080 kkal deinaikkan bertahap sesuai toleransi pasien sampai 2700 kkal, protein 1g/kgBBI/hari dinaikkan sampai 2g/kgBBI/hari, karbohidrat 60% dan lemak 31% melalui oral awalnya kemudian pasang NGT berupa makanan lunak selanjutnya bubur saring, formula nefrisol, jus buah dan putih telur 6 butir/hari, zinc 20mg/24jam, neurodex 1tablet/24jam, KSR 600mg/24jam dan ekstrak ikan gabus 2kapsul/8jam. Setelah perawatan 18 hari, status gizi masih buruk. Kesimpulan Dukungan nutrisi yang optimal dan monitoring pada pasien kanker menunjukkan perbaikan status gizi, perbaikan status metabolik sehingga dapat mempercepat proses perbaikan keadaan umum.
PEMBERIAN PROTEIN YANG ADEKUAT MEMPERCEPAT PENUTUPAN BURST ABDOMEN PADA PASIEN GERIATRI DENGAN TUMOR KOLON Rosdiana R; Agussalim Bukhari; Nurpudji A Taslim; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.29

Abstract

Pendahuluan Burst abdomen adalah terpisahnya jahitan luka pada abdomen secara parsial atau komplit salah satu atau seluruh lapisan dinding abdomen pada luka post operatif disertai protrusi dan eviserasi isi abdomen yang merupakan komplikasi tindakan bedah karena tidak adekuatnya perawatan luka, pengobatan, dan dukungan nutrisi. Resume kasus Seorang laki-laki berumur 85 tahun, dikonsul dari bagian bedah digestif dengan diagnosis medis Burst abdomen post operasi laparatomi dan colostomi et causa tumor colon rectosigmoid, keluhan utama luka terbuka di perut dan asupan tidak adekuat, Riwayat penurunan berat badan kurang dari 5 kg selama 1 bulan terakhir. Buang air besar via colostomi. Pemeriksaan antropometri didapatkan LLA 18 cm. Pada pemeriksaan fisik ditemukan, anemia (+), Loss of subcutaneus fat (+), terdapat wasting pada keempat ekstremitas. Pemeriksaan laboratorium didapatkan deplesi berat sistem imun (874), hipoalbuminemia (2.6), anemia (9.6) dan hipokalemia (2.9). Kebutuhan Energi Terkoreksi : 1394 kkal dengan komposisi makronutrien: Protein: 1,7 gr/kg BBI/hari = 79.92 gr =22%, Karbohidrat : 55%= 192,5 gr, Lemak : 23% = 35,7gr. Penatalaksanaan nutrisi perioperatif yang diberikan bertujuan sebagai manajemen nutrisi perioperatif, meningkatkan status gizi dan memperbaiki status metabolik pasien, mempercepat penyembuhan luka dan memberikan edukasi gizi ke pasien. Operasi repair wound dilakukan dengan nilai PNI 36,5.Pada hari ke-13 post operasi terjadi dehisensi luka. Peningkatan pemberian protein sebesar 2 gram /kgBBI/hari karena tidak adanya peningkatan kadar albumin. Setelah diintervensi pada hari ke 35 post operasi mulai terjadi perbaikan luka operasi. Pada pasien ini juga dilakukan program peningkatan berat badan( penambahan kalori secara bertahap dengan maksimal pemberian sebesar 1000 kkal) untuk perbaikan status gizi . Pada Monitoring dan evaluasi asupan membaik, antropometri terjadi peningkatan (LLA 20,5cm)dan pada pemeriksaan laboratorium didapatkan perbaikan kadar TLC (2.769), albumin (3,8) dan kalium (5,3) serta kadar Hb (11).Lama perawatan perioperatif 100 hari. Kesimpulan Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi diperlukan untuk menunjang perbaikan kondisi klinis pasien pre dan post operatif dengan burst abdomen. Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi yang baik menunjukkan adanya perbaikan asupan kalori, status metabolik sehingga dapat mengurangi risiko infeksi, lama rawat dan mortalitas yang berefek pada perbaikan luka.
PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAPAT MEMPERTAHANKAN KADAR ALBUMIN NORMAL NAMUN TIDAK MEMPERBAIKI KADAR TLC PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING Lusi Makaba; Suryani As’ad; Nurpudji A Taslim; A. Yasmin Syauki
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.30

Abstract

Pendahuluan Malnutrisi pada keganasan kepala dan leher sering terjadi yang ditandai dengan penurunan berat badan 10% selama menjalani terapi. Intervensi nutrisi dapat mencegah malnutrisi. Laporan Kasus Tn.M, umur 35 tahun dikonsulkan dari THT-KL dengan diagnosa karsinoma nasofaring stadium IV B dengan keluhan utama sulit menelan selama 2 hari sebelum dikonsul dan penurunan berat badan dalam 2 minggu. Pemeriksaan Antropometri: panjang badan: 171 cm, lingkar lengan atas: 22 cm, berat badan ideal: 63,9 kg, berat badan aktual: 45 kg, indeks masa tubuh:15,3 kg/m2. Pemeriksaan fisik didapatkan: massa tumor pada leher kanan, kehilangan lemak subkutan, muscle wasting. Status gizi: gizi buruk. Pemeriksaan laboratorium: kolesterol total 224 mg/dL,LDL190 mg/dL. Intervensi nutrisi dengan kebutuhan energi terkoreksi 2200 kkal dengan komposisi karbohidrat 50 %, protein 17% dan lemak 33 %. Diet diberikan 50 % via nasogastric tube berupa makanan saring, susu formula, jus buah. Selanjutnya, diet akan ditingkatkan sesuai toleransi sampai kebutuhan energi terkoreksi tercapai. Setelah perawatan 14 hari, pada pasien ini terjadi peningkatan lingkar lengan atas pada awal perawatan 22 cm menjadi 22.5 cm, berat badan aktual 45 kg menjadi 46 kg. Hasil laboratorium didapatkan perbaikan profil lipid. Kesimpulan Terapi nutrisi pada pasien karsinoma nasofaring dengan gizi buruk dapat meningkatkan berat badan dan mencegah adanya malnutrisi energi-protein yang berat.
PENGARUH GIZI TERHADAP RESPON TERAPI PASIEN CHRONIC MYELOCYSTIC LEUKIMIA (CML) Asrini Safitri; Haerani Rasyid; Agussalim Bukhari; Mardiana Madjid
IJCNP : INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN Vol 1 No 1 (2018): IJCNP (INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL NUTRITION PHYSICIAN)
Publisher : Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54773/ijcnp.v1i1.31

Abstract

Latar Belakang Penyakit kanker darah atau yang sering disebut dengan leukemia adalah salah satu penyakit yang mematikan. Penyakit ini merupakan kurangnya sel darah merah pada system produksi darah di tubuh manusia dan memproduksi sel darah putih dengan jumlah yang berlebihan. Laporan Kasus Tn I, Laki-laki, 37 tahun dikonsul oleh bagian Interna dengan Chronic Myelocystic Leukimia. Keluhan utama Asupan makan berkurang dialami sejak 5 bulan yang lalu dan memberat dalam 2 bulan terakhir karena nafsu makan menurun, mual , tidak muntah, riwayat muntah ada, Ada gangguan menelan ,rasa cepat kenyang , ada demam ,ada riwayat demam , batuk, tidak sesak, penurunan berat badan ada tetapi besarnya tidak diketahui. Asupan 24 jam 550 Kkal. Pasien didiagnosis dengan status gizi buruk ( LLA = 59,32%), status metabolik anemia normositik normokrom (Hb 7,9 g/dl ), Hipoalbuminemia ( Albumin 2,9 gr/dl ), Hipoglikemia ( GDS 67 mg/dl ), leukositosis ( 53.550 /uL ) , dan status gastrointestinal fungsional. Penatalaksanaan Nutrisi dengan pemberian Energi 1600 Kkal yang diberikan secara bertahap sesuai toleransi pasien dan manajemen peningkatan berat badan dilakukan bertahap jika kebutuhan energi telah tercapai. Protein diberikan 1,5 gram/KgBBI/ hari ( 19%), Karbohidrat 50% dan lemak 31%. Pemberian asupan via oral berupa makanan lunak, formula peptisol, buah, dan putih telur 3 butir / hari. Suplementasi diberikan berupa zinc 20 mg/24 jam, Curcuma 40 mg/8 jam, ekstrak ikan gabus 2 kapsul/8 jam, Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 mg, Vitamin C 100 mg/24 jam. Setelah perawatan selama 16 hari, terjadi peningkatan LLA dari 17,5 cm menjadi 19 cm, Hb 7,9 gr/dl menjadi 11,9 gr/dl dengan transfusi PRC 3 kantong. Kadar sel darah putih saat masuk rumah sakit adalah 53.550/uL dan saat dipulangkan 29.000/uL . Pada saat awal di rawat, kadar albumin pasien adalah 2,9 g/dL. Kemudian turun menjadi 2.5 g/dL. Pada saat albumin turun menjadi 2.5 g/dL, pasien di anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi protein, memberikan formula tinggi protein dan pemberian ekstra putih telur dan setelahnya kadar albumin pasien naik menjadi 3.2 g/dL sebelum dipulangkan untuk rawat jalan. Kesimpulan Malnutrisi pada penderita kanker secara negatif berpengaruh terhadap respon terapi, komplikasi, kualitas hidup dan survival penderita. Intervensi nutrisi yang optimal, monitoring serta edukasi gizi menunjukkan perbaikan status gizi serta perbaikan status metabolik.