cover
Contact Name
Riana Nurhayati
Contact Email
riana_nurhayati@uny.ac.id
Phone
+6282223111133
Journal Mail Official
herwin89@uny.ac.id
Editorial Address
Jalan Colombo No 1, Karangmalang, Sleman DI Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
FOUNDASIA
ISSN : 14122316     EISSN : 27462307     DOI : https://doi.org/10.21831/foundasia
Core Subject : Education, Social,
FOUNDASIA is an open access, and peer-reviewed journal. FOUNDASIA will publish the selected articles under the Attribution-Share Alike 4.0 International Creative Commons license. The results of research and analysis contained in the journal accommodate manuscripts on foundations of education include: philosophy of education, socio-anthropology of education, educational psychology, educational economics, educational history, political education, and comparative education.
Articles 85 Documents
KARMA PHALA PA DA PRASTHANIKAPARWA DALAM KONTEKS PENDIDIKAN BUDI PEKERTI HARDIYANTO HARDIYANTO
FOUNDASIA Vol 2, No 3 (2003): FONDASIA
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v2i3.6523

Abstract

The Ancient Javanese Belles Letters contained lots of cultural noble values referring anti developing to the positive ones. One of the Ancient Javanese belles letters is Prasthanikaparwa. This transcript contains various social cultures like karma phala. Karma phala is associated with the good and bad behavior of mankind within which this Prasthanikaparwa transcript is reflected by the story characters, like. Dropadi. Sahadewa, Nakula, Arjuna, Bima and Yudistira. Of them, what to be worthy to follow is the behavior of Yudistira. The behaviors of them can be used as a mirror in developing the individual behavior as a manifestation of the moral education to be going to bring about a harmonious and balanced relationship to the neighbour.
Peminjaman kebijakan (policy borrowing) untuk perencanaan pendidikan Ebni Sholikhah
FOUNDASIA Vol 10, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v10i1.27312

Abstract

Peminjaman kebijakan merupakan bagian dari studi komparasi pendidikan. Meminjam kebijakan dari negara lain menjadi hal biasa di era globalisasi untuk merencanakan pendidikan di suatu negara. Hanya saja, tidak semua ekspektasi atas keberhasilan kebijakan yang diadopsi dari negara lain mampu di capai negara peminjam. Kebijakan baru yang disusun mungkin malah mengandung dan mengundang masalah baru. Artikel ini menggambarkan tentang peminjaman kebijakan dalam perencanaan pendidikan. Beberapa hal yang tercakup antara lain sejarah peminjaman kebijakan, peminjaman kebijakan dalam konteks perencanaan pendidikan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peminjaman kebijakan. Kata Kunci: Peminjaman Kebijakan (Policy Borrowing), Pendidikan Komparatif, Perencanaan Pendidikan
Peningkatan motivasi membaca permulaan melalui metode scramble kalimat pada siswa Kelas 2 SDN Pandeyan Yogyakarta Octavian Muning Sayekti
FOUNDASIA Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v11i2.36160

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada aspek membaca permulaan di kelas 2 SD Negeri Pandeyan. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pengamatan atau observasi, angket, wawancara, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi komparatif. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Selain itu juga digunakan teknik analisis kritis dengan tujuan untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan kinerja siswa dan guru selama proses kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi membaca permulaan siswa dalam pembelajaran tematik muatan bahasa Indonesia kelas 2 SD Negeri Pandeyan dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode scramble. Peningkatan tersebut dapat dilihat sebagai berikut: (1) Pada siklus I meningkat menjadi 50% serta 85% siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran. antusiasme siswa dalam pembelajaran terjadi peningkatan pada siklus I 57% menjadi 78% pada siklus II. Keaktifan siswa dalam apersepsi pada siklus I 50% meningkat menjadi 78% pada siklus II. Selanjutnya untuk keaktifan siswa selama proses KBM pada siklus I 57% meningkat menjadi 78% pada siklus II. Kemudian untuk keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab pada siklus I 50% menjadi  64% pada siklus II.
PENDEKATAN FENOMENOLOGIS TERHADAP KOMPONEN PENDIDIKAN PETRUS PRIYOYUWONO
FOUNDASIA Vol 1, No 9 (2008): FONDASIA
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v1i9.5869

Abstract

Secara agregat ada tiga pendekatan terhadap pendidikan yaitu pendekatan secara ilmiah (keilmu-alaman), filsafati (abstrak-spekulatif) dan fenomenologis (praktis = normatif). Fenomenologi sebagai metode menurut Husserl dibagi dua tahap (1) reduksi fenomenologis (fenomena tentang pendidikan akan tampak setelah segala yang bersifat subyektif individual­ insidental disaring dengan tuntas, (2) reduksi ciditis = rneningkatkan hasil pengamatan fenomena sampai pada esensinya). Aplikasi metode fenomenologi pada pendidikan nampak pada proses membaca apa yang tampil dalam pendidikan atau membaca situasi pendidikan dengan jalan mengamati secara tajam.
FUNGSI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM MEMBANGUN KEPRIBADIAN BANGSA SITI NURBAYA
FOUNDASIA Vol 1, No 6 (2005): FONDASIA
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v1i6.6327

Abstract

Language and literature education can be utilized as a medium nf devcloping a nation's personality. In the context of culture, a language is part of the means to maintain the social order which is universal in nature. Therefore, a language can influence a culture. The relationship between a language as a means of communication and a culture in the sense of creation, feeling, and work can be established ac a medium qf developing humanistic values. Literary works containing humanistic values can serve as a medium of transforming a nation's personality values.  
INISIASI KEBIJAKAN MENUJU PENGUATAN PENDIDIKAN HUMANIS-RELIGIUS Arif Rohman
FOUNDASIA Vol 9, No 1 (2018): EDISI SEPTEMBER
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v9i1.26161

Abstract

Pendidikan diyakini memiliki peran penting dalam memberikan jalan keluar atas problem sosial yang ada. Salah satu hasil terpenting dari penyelenggaraan pendidikan adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbukti dapat membantu manusia dalam memecahkan problem sosialnya. Namun ironisnya, justru praktek penyelenggaraan pendidikan itu sendiri yang mengidap problem, di antaranya adalah demoralitas pendidikan. Oleh karenanya diperlukan inisiasi kebijakan untuk mengatasi hal tersebut melalui rekonstruksi moralitas untuk mengembalikan misi utama pendidikan demi terwujudkannya tipologi pendidikan yang humanis-religius. Lima pilar moralitas pendidikan yang dapat menjaga tegaknya penyelenggaraan pendidikan yang humanis-religious adalah: (1) fardhiyyah morality, (2) usariyyah morality, (3) ijtimaiyyah morality, (4) daulah morality, dan (5) diniyyah morality. Langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembalikan tegaknya moralitas pendidikan adalah melalui pengembalian praktek penyelenggaraan pendidikan kepada khittah-nya yaitu pengembalian kepada misi pendidikan pembebasan. Segala perangkat dan pendukung yang ada seperti guru, kurikulum, manajemen, model pembelajaran, sistem evaluasi, peraturan-peraturan pendukung dan lain-lain keseluruhannya perlu diorientasikan kepada misi utama pengikisan aneka praktek yang mendistorsikan nilai luhur pendidikan, dengan penerapan model humanis-religius di sekolah, yaitu model: (1) Konsiderasi, (2) Pembentukan rasional, (3) Klarifikasi nilai, (4) Pengembangan moral kognitif, dan (5) Nondirektif.Kata kunci: pendidikan, moralitas, dan nilai humanis-religius
Dimensi proses citizenship pendidikan: Studi kasus di Sanggar Alam (SALAM), Nitiprayan, Yogyakarta Amrih Setyo Raharjo; Fiki Ferianto
FOUNDASIA Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v11i1.32611

Abstract

Penelitian ini mengeksplorasi dimensi-dimensi kunci dalam membangun citizenship pendidikan. Hal ini penting untuk melengkapi theoritical framework citizenship pendidikan yang belum tersusun secara spesifik. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan snowballing sampling melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen guna menangkap natural setting di Sanggar alam (Salam), Nitiprayan, Yogyakarta. Salam dipilih sebagai objek penelitian karena mengaplikasikan konsep pendidikan yang berbeda dengan versi pemerintah. Metode interpretasi dari Creswell (2007) digunakan untuk menganalisis data. Sementara, metode dari Yin (2003) diaplikasikan untuk menguji kebasahan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada tiga dimensi untuk membangun citizenship pendidikan, yaitu: 1) Active citizens sebagai prasyarat. Partisipasi akan terwujud saat warga negara melakukan shifting dari beneficiaries menuju active citizens. 2) Kontekstualitas sebagai karakteristik citizenship pendidikan. Belajar akan berkesan saat melibatkan lingkungan dalam prosesnya. Hal ini sejalan dengan konsep Tri Sentra versi Ki Hadjar Dewantara dan pembelajaran eksperimental versi Paulo Freire. 3) Co-production sebagai cara mengeksekusi citizenship pendidikan. Ini merupakan pendekatan untuk menciptakan layanan publik dengan mengakomodasi berbagai pihak. Co-production percaya bahwa kerjasama berbagai pihak akan mempermudah penciptaan layanan publik yang representative. Tiga hal ini adalah rangkaian dimensi untuk membangun citizenship pendidikan.Keyword: citizenship pendidikan, partisipasi, active citizens, kontekstualitas, co-production
KETRAMPILAN BERTANYA GURU DALAM MENGELOLA PROSES BELAJAR MENGAJAR LIA YULIANA
FOUNDASIA Vol 2, No 10 (2010): FONDASIA
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v2i10.5841

Abstract

Keterampilan bertanya adalah keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena metode apapun, tujuan pengajaran apapun yang ingin dicapai clan bagaimana keadaan siswa yang dihadapi, maka bertanya kepada siswa mcrupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan. Mengajukan pertanyaan kepada siswa tidaklah mudah, perlu adanya latihan sehingga guru dapat menguasai dan melaksanakan keterampilan bertanya pada situasi yang tepat. Mcmberi pertanyaan secara efektif dan efisien akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku, baik pada guru maupun dari siswa. Perubahan terjadi ketika guru yang sebelumnya selalu aktif memberi informasi justru menjadi guru yang banyak mcngundang interaksi siswa, sedangkan dari siswa yang sebelumnya secara pasif mendengarkan keterangan guru akan bcrubah menjadi banyak berpartisipasi dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Hal ini akan menimbulkan adanya cara belajar siswa aktif yang berkadar tinggi. Untuk lebih memudahkan guru dalam menggunakan keterampilan bertanya, hendaknya seorang guru mengetahui kegunaan dari penggunaan keterampilan bertanya. Dengan demikian siswa menjadi aktif dalam proses belajar mengajar clan hal tersebut akan berdampak positif pada prestasi belajar siswa.
RELEVANSI TEORI KOMUNIKASI HABERMAS DALAM PENDIDIKAN LUSILA ANDRIANI PURWASTUTI
FOUNDASIA Vol 1, No 6 (2005): FONDASIA
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v1i6.6321

Abstract

Habermas's view of communication theorv can he an alternative solution to the current critical situation particularly in Indonesia, which is facing conflicts in a variety of dimensions. Hahermas's wise view that can be referred to is that there is no absolute truth. There is no single absolute way to solve a variety of crises resulting from conflicts. To create a more humane world, the suggested way is communication, a dialectical positive model. We should make an attempt together to create a liberating path on the basis of the high humanistic values that we search together. Education is also a communication process Therejore, essentially, the communication conditions should he applied in the field qj education. This is expected to create a liberating path to empower adult learners.
PEMANFAATAN DANA PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) OLEH SISWA SMPN 2 GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Ebni Sholikhah
FOUNDASIA Vol 9, No 1 (2018): EDISI SEPTEMBER
Publisher : Prodi Filsafat dan Sosiologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/foundasia.v9i1.26160

Abstract

Program Indonesia Pintar (PIP) merupakan program pemberian dana kepada siswa dari keluarga kurang mampu. Program ini menyaratkan bahwa dana harus dimanfaatkan untuk keperluan personal siswa sehingga anak terlepas dari ancaman putus sekolah. Meskipun ada PIP, ternyata putus sekolah masih terjadi di Kecamatan Gedangsari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemanfaatan dana PIP oleh siswa jenjang SMP di Kecamatan Gendangsari khususnya SMPN 2 yang memiliki siswa putus sekolah tertinggi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasilnya menunjukkan bahwa sekolah melakukan diskresi dalam pengelolaan dana. Dana telah digunakan untuk pembiayaan personal siswa, meskipun masih ada item yang tidak seharusnya dibiayai dana tersebut. Dilihat dari besaran dana, PIP baru mampu mengover pembiayaan personal siswa sebesar 55-58%. Jika melihat kondisi ekonomi masyarakat yang mayoritas masuk kategori miskin, maka diperlukan inisiatif pihak sekolah untuk merancang usaha dana secara mandiri atau kerjasama dengan sektor swasta untuk turut terlibat dalam pembiayaan pendidikan. Kata Kunci: Program Indonesia Pintar (PIP), Pendanaan Pendidikan, SMP