cover
Contact Name
Zulkifli Abdullah
Contact Email
zulkifliabdullah@fisip.unmul.ac.id
Phone
+6285222935761
Journal Mail Official
psd@fisip.unmul.ac.id
Editorial Address
Jl. Muara Muntai, Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75119, Kalimantan Timur, Indonesia
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Progress in Social Development
Published by Universitas Mulawarman
ISSN : -     EISSN : 27222861     DOI : https://doi.org/10.30872/psd
Core Subject : Humanities, Social,
Progress in Social Development published by the Department of Social Development, Faculty of Social Science and Political Science Universitas Mulawarman, which is published twice a year in January and July. Articles are written in Bahasa Indonesia.
Articles 35 Documents
Strategy and Struggle Of Street Vendors In Pasar Pagi Distric Of Samarinda: Strategi dan Perjuangan Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kelurahan Pasar Pagi Kota Samarinda Rossy Capriati; Purwaningsih Purwaningsih
Progress In Social Development Vol. 1 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i1.13

Abstract

ABSTRACT: Strategies and Struggles of Street Vendors in Pasar Pagi Village, Samarinda City. This thesis stems from my curiosity about the reasons these actors choose street vendors as their realm of work. As well as regarding field practices and competition between fellow business actors from relatively small to relatively large capital. Practices in the field of actors in the realm of business do not only rely on material capital but also on social capital, cultural capital, and symbolic capital as a form of strategy for the actors to maintain their business. Street vendors, as businessmen with relatively small capital, are not only competing with fellow street vendors, but also with large capital owners. The strategy used by street vendors is to collect capital and convert their capital even though their capital is relatively small. There are various forms of capital and habitus that are owned by street vendors. This is all as a support for the actors to be able to continue to survive in this realm. The street vendor is a practice from the flow of life that is not on their side. The minimal material capital and the exclusion of these actors with large investors make them more struggling and have a strategy to be able to maintain their business. ABSTRAK: Strategi dan Perjuangan Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Pasar Pagi Kota Samarinda. Skripsi ini bermula dari rasa ingin tahu saya tentang alasan para aktor ini memilih pedagang kaki lima sebagai ranah pekerjaan yang mereka jalani. Serta tentang praktik lapangan dan persaingan antara sesama pelaku bisnis dari yang bermodalkan relatif kecil sampai yang bermodalkan relatif besar. Praktik di lapangan para pelaku di ranah bisnis nyatanya bukan hanya mengandalkan modal material saja melainkan juga modal social, modal budaya dan modal simbolik sebagai bentuk strategi para actor dalam mempertahankan usahanya. Pedagang kaki lima sebagai pelaku bisnis yang bermodalkan relative kecil nyatanya bukan hanya bersaing dengan sesame pedagang kaki lima akan tetapi juga dengan para pemilik modal-modal besar. Strategi yang digunakan para pedagang kaki lima dari mengumpulkan modal dan mengkonversikan modal mereka lakoni walupun modal mereka relatf kecil. Bentuk variasai-variasi modal dan habitus yang dimiliki oleh pedagang kaki lima beraneka ragam. Ini semua sebagai penunjang para aktor untuk dapat terus bertahan dalam ranah ini. Pedagang kaki lima merupakan praktik dari arus kehidupan yang tidak memihak kepada mereka. Modal material yang minim serta tersisihkannya para aktor ini dengan para pemodal besar membuat mereka lebih berjuang dan memiliki strategi untuk dapat mempertahankan usaha mereka.
Analysis of The Utilization of the Social Center for Orangutan Protection (COP) In Kalimantan in Orangutan Saving Efforts: Analisis Pemanfaatan Jaringan Sosial Centre for Orangutan Protection (COP) di Kalimantan Dalam Upaya Penyelamatan Orangutan Octalina Hardiyanti; Agustin Nurmanina
Progress In Social Development Vol. 1 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i1.14

Abstract

ABSTRACT: Utilization of the Center for Orangutan Protection (COP) 2 social network in Kalimantan. With the limited number of human resources compared to the wide scope of work in all of Kalimantan, COP makes use of its social networks to meet the needs and the functioning of the organization. In investigative activities, COP has effectively used weak ties to obtain information on the whereabouts of orangutans and the destruction of their habitat. The policies in this activity are also dominated by central actors through their power networks which result in network stability. In contrast to the use of social networks for educational activities, local actors are more dominant in making program policies and work patterns. In the alternation between actors from time to time, there are differences in assumptions and work patterns of the actors in charge, resulting in differences in utilization results and potential network damage. COP can utilize its social network in fulfilling its function as an NGO campaigning for the protection and rescue of orangutans, but on the other hand, COP's bonding social network only connects this NGO with similar organizations, limited to handling cases of orangutans and their habitat. Supporting nature conservation, such as economic, social, and cultural, as part of the needs of the community around the ring habitat is not fulfilled. ABSTRAK: Pemanfaatan jaringan sosial Centre for Orangutan Protection (COP)2 di Kalimantan. Dengan keterbatasan jumlah SDM dibanding luasnya cakupan kerja di seluruh Kalimantan, COP memanfaatkan jaringan sosialnya untuk memenuhi kebutuhan dan berjalannya fungsi organisasi. Dalam kegiatan investigasi COP efektif menggunakan ikatan lemah untuk memperoleh informasi keberadaan orangutan dan perusakan habitatnya. Kebijakan dalam aktivitas ini pun didominasi aktor pusat melalui jaringan powernya yang menghasilkan stabilitas jaringan. Berbeda dengan pemanfaatan jaringan sosial untuk kegiatan edukasi, aktor lokal lebih dominan mengambil kebijakan program dan pola kerja. Dalam pergantian antar aktor pada masa ke masa terdapat perbedaan asumsi dan pola kerja aktor-aktor yang bertugas sehingga menimbulkan perbedaan hasil pemanfaatan hingga potensi terjadinya kerusakan jaringan. COP mampu memanfaatkan jaringan sosialnya dalam memenuhi fungsinya sebagai LSM yang mengkampanyekan perlindungan dan penyelamatan orangutan, namun sisi lainnya jaringan sosial COP yang bersifat bonding (tertutup) hanya menghubungkan LSM ini dengan organisasi sejenis terbatas pada penanganan kasus orangutan dan habitatnya. Pendukung konservasi alam seperti ekonomi, sosial dan budaya sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat di sekitar ring habitat tak terpenuhi.
Billiards Gambling in Tengin Baru Village, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara District: Permainan Judi Biliar di Desa Tengin Baru Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara Muhammad Ricky Saputra; Lisbet Situmorang
Progress In Social Development Vol. 1 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i1.15

Abstract

ABSTRACT: This article interprets the game of Billiards Gambling in Tengin Baru Village, Sepaku District, Penajam Paser Utara Regency which is done openly. The social context of the billiard gambling text can be said to be like being in a social space that is starting to open up by the influence of global economic culture, bound by the Anti-Gambling Law, average primary school education levels, the majority of followers of Islam and local tribal values ​​that also prohibit gambling. The Billiards Gambling Game is a combination of three elements, namely: (billiard sports, playing card gambling, buying and selling games). The sport of billiards gambling is used as a mode of outer settlement, art games are used as the core of the game, and both are packaged as entertainment businesses that are subject to buying and selling games. In the players' understanding, Billiards Gambling is transformed into various meanings according to subjectivity such as: hobbies, games, challenging games, professions, entertainment, fun, official games. In the text, the readers of the Biliary Gambling game get an articulation of new meanings that are not always in line with what the original author meant. ABSTRAK: Artikel ini menafsir permainan Judi Biliar di Desa Tengin Baru Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara yang di lakukan secara terang-terangan. Konteks sosial dari teks judi biliar ini bisa dikatakan seperti berada di ruang sosial yang mulai terbuka oleh pengaruh budaya ekonomi global, terikat oleh UU Anti Perjudian, tingkat pendidikan rata- rata sekolah dasar, mayoritas penganut islam dan nilai-nilai lokal suku yang juga melarang perjudian. Permainan Judi Biliar adalah perpaduan tiga elemen yaitu: (olahraga biliar, judi kartu remi, permainan jual beli). Olahraga judi biliar digunakan sebagai modus penapakan luar, permainan kartu remi digunakan sebagai inti permainan, dan keduanya dikemas sebagai bisnis hiburan yang tunduk pada permainan jual beli. Dalam pemahaman para pemain, Judi Biliar ini menjelma menjadi beragam makna menurut subyektifitas seperti: hobbi, game, permainan penuh tantangan, profesi, hiburan, iseng-isengan, permainan yang resmi. Di teks para pembaca permainan Judi Biliar mendapatkan artikulasi pemaknaan baru yang tidak selalu sejalan dengan apa maksud awal pengarangnya.
Women's Social Network in The Worker Union of PT. Tirta Mahakam Resources Tbk: Jaringan Sosial Buruh Perempuan di Dalam Serikat Buruh Pada Perusahaan PT. Tirta Mahakam Resources Tbk Novitasari Novitasari; Aji Qamara Hakim
Progress In Social Development Vol. 1 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i1.16

Abstract

ABSTRACT: This study aims to analyze the social networks of women workers in the KASBI Labor Union. The union was founded in 2005 to fight for women workers who work in the PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. In a factory that is predominantly women, the need for a union is a must as a means of protection. For this reason, the existence of the Union is very dependent on the struggle of women in it. From the observations, it can be identified that six actors are the centers of information for women labor union members. Divided into categories of stars (Star) and opinion leaders (Opinion Leader) and recruitment. From the observations, six actors have the most extensive social networks among other individuals. The six actors also have different interaction models, this is a potential asset for both the actor and the Union. There are three networks in it, namely interest networking (interests), sentiment networking (emotional network), and power networking (power network). The typology of social capital of the Union is also to bridge the bridging of social capital, which is that it leads to the search for joint answers to solve problems faced by the group and is open to other unions. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan menganalisis jaringan sosial buruh perempuan di dalam Serikat Buruh KASBI. Serikat yang berdiri pada tahun 2005 dalam upaya perjuangan buruh perempuan yang bekerja di dalam pabrik PT. Tirta Mahakam Resources Tbk. didalam pabrik yang mayoritas perempuan, Kebutuhan akan adanya Serikat merupakan keharusan sebagai sebuah wadah perlindungan. Untuk itu eksistensi Serikat sangat tergantung pada perjuangan perempuan di dalamnya. Dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi terdapat enam aktor yang menjadi pusat informasi bagi anggota Serikat Buruh perempuan. Terbagi menjadi kategori bintang (Star) dan pemimpin opini (Opinion Leader) dan rekrutmen. Dari hasil pengamatan, terdapat enam aktor memiliki jaringan sosial yang paling luas diantara indivisu-individu lainya. Keenam aktor juga memiliki model interaksi yang berbeda-beda, hal tersebut merupkan modal yang potensial bagi aktor maupun Serikat. Terdapat tiga jaringan di dalamnya yaitu jaringan interest networking (kepentingan), sentiment networking (jaringan emosi), dan power networking (jaringan kekuasaan). Tipologi modal sosial Serikatpun bersifat menjembatani bridging social capital yaitu yang mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok serta terbuka kepada Serikat lain.
Changes in Production Modes and Intellectual Relations in Managing the Behavior of Oil and Gas Labors in Muara Badak District: Perubahan Mode Produksi dan Relasi Intelektual Dalam Pengaturan Prilaku Buruh Migas di Kecamatan Muara Badak Nalendro Priambodo; Sri Murlianti; Martinus Nanang
Progress In Social Development Vol. 1 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i1.17

Abstract

ABSTRACT: This study aims to identify the pattern of changes in the mode of production of people who work as farmers and fishermen in Kutai Kartanegara Regency, especially Muara Badak District after the entry of the oil and gas industry in the region, and analyze how intellectual relations are in regulating the behavior of oil and gas workers along with the social, economic and political impacts. raised. This type of qualitative research uses the Grounded Theory approach. The results of this study indicate that changes in the way people produce from agriculture, plantations, and traditional fisheries in Muara Badak District have been accompanied by a mechanism for releasing social ties to land and sea through intermediary policies that are pro to the formation of industrial commodities for market interests and result in a decline in the domestic industry due to dependence. in the oil and gas industry. This dependence also gave birth to an intellectual layer and a working class that served the interests of the plantation, aquaculture and oil and gas-based industries. The process of its journey was accompanied by the emergence of various kinds of class conflicts, which gave rise to types of organic intellectuals who tried to fight back against the exploitation that occurred. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasikan pola perubahan mode produksi masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan di Kabupaten Kutai Kartanegara, khususnya Kecamatan Muara Badak setelah masuknya industri migas di wilayah tersebut dan menganalisis bagaimana relasi intelektual dalam pengaturan prilaku buruh migas beserta dampak sosial, ekonomi dan politik yang ditimbulkan. Jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan Grounded Theory. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan cara masyarakat berproduksi dari pertanian, perkebunan dan perikanan tradisional di Kecamatan Muara Badak ikut dibarengi dengan mekanisme pelepasan ikatan sosial dengan tanah dan laut melalui perantara kebijakan yang pro terhadap pembentukan komoditas industri untuk kepentingan pasar serta mengakibatkan kemunduran industri domestik akibat ketergantungan pada industri migas. Ketergantungan ini juga melahirkan lapisan intelektual dan kelas buruh yang mengabdi pada kepentingan industri berbasis perkebunan, pertambakan dan migas. Dalam proses perjalalanannya juga dibarengi dengan kemunculan berbagai macam konflik kelas sehingga memunculkan jenis intelektual organik yang berusaha melakukan perlawanan balik terhadap eksploitasi yang terjadi.
Capacity Building Strategy in Samarinda Road Clinic: Strategi Penguatan Kapasitas (Capacity Building) di Klinik Jalanan Samarinda Syamsul Anwar; Inda Fitriyarini
Progress In Social Development Vol. 1 No. 2 (2020): July 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i2.18

Abstract

ABSTRACT: This study aims to identify and describe 3 (three) aspects of the capacity-building strategy of street children at the Samarinda Street Clinic, namely; Rehabilitation Aspects, Motivational Aspects, and Study Aspects. This study uses an observational approach. Before going down to the field, researchers did not bring or use any theory. The research location is in the Secretariat of the Street Clinic which is located at Jalan K.H. Agus Salim Gang 2, Kota Samarinda, and at the intersection of Jalan Basuki Rahmat traffic signs, Lembuswana Mall traffic sign intersection, Jalan Pangeran Antasari traffic sign intersection, and Sempaja traffic sign intersection. Sources of data come from primary data sources (key informants), namely Haerdy Pratama Wijaya, CEO of Samarinda Street Clinic, and secondary data from the literature. The data collection techniques used participant observation, in-depth interviews, and documentation. The results of this study indicate that 3 aspects of the capacity building strategy at the Samarinda Street Clinic are; aspects of rehabilitation, aspects of motivation, and aspects of studies that have been applied so far can rehabilitate some of the street children who have been addicted to gluing for a long time so that they don't cling anymore, and with the study aspect it can reduce the illiteracy rate of the street children being coached. ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan 3 (tiga) aspek strategi penguatan kapasitas (capacity building) anak jalanan di Klinik Jalanan Samarinda yaitu ; Aspek Rehabilitasi, Aspek Motivasi, dan Aspek Studi. Penelitian ini menggunakan pendekatan observasi. Sebelum turun kelapangan, peneliti tidak membawa atau menggunakan teori apapun. Lokasi penelitian di sekertariat Klinik Jalanan yang beralamat di Jalan K.H. Agus Salim Gang 2, Kota Samarinda dan di persimpangan rambu lalu lintas Jalan Basuki Rahmat, persimpangan rambu lalu lintas Mall Lembuswana, persimpangan rambu lalu lintas Jalan Pangeran Antasari dan persimpangan rambu lalu lintas Sempaja. Sumber data berasal dari sumber data primer (informan kunci) yaitu Haerdy Pratama Wijaya, CEO Klinik Jalanan Samarinda dan data sekunder yaitu dari kepustakaan. Teknik pengumpulan data menggungakan teknik participant observation, wawancara mendalam dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 3 aspek strategi penguatan kapasitas (capacity building) di Klinik Jalanan Samarinda yaitu ; aspek rehabilitasi, aspek motivasi, dan aspek studi yang diterapkan selama ini mampu melakukan rehabilitasi kepada sebagian anak jalanan yang telah lama kecanduan ngelem sehingga tidak ngelem lagi, dan dengan adanya aspek studi dapat menekan angka buta huruf anak jalanan yang dibina.
Solidarity of Madura Immigrants in Overseas Desa Jemparing Kecamatan Longikis Paser District: Solidaritas Imigran Madura di Perantauan Desa Jemparing Kecamatan Longikis Kabupaten Paser Jafar Jafar; Aji Qamara Hakim
Progress In Social Development Vol. 1 No. 2 (2020): July 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i2.19

Abstract

ABSTRACT: The purpose of this study was to find out and describe in-depth the Solidarity of Madurese immigrants in Jemparing Village, Long Ikis District, Paser Regency. The research method used in this research is descriptive explorative research. In this research, the researcher wants to explore more deeply related to Madurese ethnic values ​​and norms, leadership systems, community stratification systems, community religious rituals, routine community activities that attach the community, conflict resolution mechanisms within the community and outside the community, mechanisms network building with Madurese ethnic communities in other areas and solidarity with Madurese immigrants in Jemparing Village using Emile Durkheim's theory of organic solidarity and mechanical solidarity. The results showed that the Solidarity of Madurese Immigrants in Perantau, Jemparing Village, Long Ikis District, Paser Regency, was going well, meaning that the solidarity that was built was quite solid. This is based on the patterns of interaction that are built between fellow Madurese ethnicities and with the surrounding community through several methods. Also, to be accepted in the local community, Madurese immigrants who are in Jemparing Village try to accept the customs/culture of the local community as a process of assimilation but do not forget their local customs/culture. Apart from that, organic solidarity and mechanical solidarity can go hand in hand in the daily life of Madurese immigrants who are in Jemparing Village, to be precise in the Ombe area. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan secara mendalam mengenai Solidaritas Imigran Madura di Perantauan Desa Jemparing Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser.Metode penelitian yang peneliti gunakan pada penelitian kali ini yaitu jenis penelitian deskriptif exsploratif. Pada penelitian kali ini peneliti ingin mengexsplor jauh lebih dalam terkait dengan nilai dan norma Etnis Madura, sistem kepemimpinan, system stratifikasi komunitas, ritual-ritual keagamaan komunitas, kegiatan-kegiatan rutin komunitas yang melekatkan komunitas, mekanisme penyelesaian konflik dalam komunitas dan luar komunitas, mekanisme pembangunan jaringan dengan komunitas Etnis Madura di wilayah lain dan solidaritas Imigran Madura di Desa Jemparing dengan menggunakan teori dari Emile Durkheim tentang solidaritas organik dan soldaritas mekanik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Solidaritas Imigran Madura di Perantauan Desa Jemparing Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser berjalan dengan baik, artinya bahwa solidaritas yang terbangun cukup solid. Hal itu berdasar pada pola interaksi yang dibangun baik antar sesama etnis Madura maupun dengan masyarakat sekitar melalui beberapa metode. Selain itu untuk dapat diterima dalam masyarakat setempat Imigran Madura yang berada di Desa Jemparing mencoba menerima adat-istiadat/budaya masyarakat setempat sebagai proses pembauran, tetapi tidak melupakan adat-istiadat/budaya local mereka. Selain itu solidaritas organik dan solidaritas mekanik dapat berjalan beriringan di dalam kehidupan sehari-hari Imigran Madura yang berada di Desa Jemparing, tepatnya di wilayah Ombe.
Patron-Client Relationship in Fisherman Community in Tanjung Limau Village, Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara, Bontang City: Hubungan Patron-Klien Masyarakat Nelayan di Kampung Tanjung Limau Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara Kota Bontang Muhammad Firzan; Endang Erawan
Progress In Social Development Vol. 1 No. 2 (2020): July 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i2.20

Abstract

ABSTRACT: The purpose of this study is to describe and interpret the characteristics of fishermen and retainer in Tanjung Limau, to describe and interpret the comparison of the resources owned by the two, to describe and interpret their functions and roles in the fisherman-retainer relationship pattern, to describe and Interpreting the relationship patterns that exist between fishermen and punggawa. The results show that the Tanjung Limau fishermen generally still catch fish using traditional fishing gear, and use boat sizes that vary from small to large. With this variation of fishing gear, the population involved in business in this sector is stratified into several layers, such as the retainer of boat owners and fisherman laborers who operate boats. The relationship between the retainer and the fishermen's workers has three interrelated elements, namely economic relations, social relations, and political relations. From these problems can be compared the difference in resources between the two. The retainer with a higher socio-economic status uses his influence and resources to protect the worker. So that the fisherman worker feels he has a debt of gratitude to the retainer, causing the worker to always obey and obey the retainer. ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan menginterpretasi karakteristik para nelayan dan punggawa di Tanjung Limau, untuk menggambarkan dan menginterpretasi perbandingan sumber daya yang dimiliki oleh keduanya, untuk menggambarkan dan menginterpretasi fungsi- fungsi dan peran mereka dalam pola hubungan nelayan-punggawa, untuk menggambarkan dan menginterpretasi pola-pola hubungan yang terjalin antara para nelayan dan punggawa, Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masyarakat nelayan Tanjung Limau pada umumnya masih menangkap ikan dengan alat tangkap tradisional, serta menggunakan ukuran perahu yang bervariasi dari ukuran yang kecil hingga ukuran yang besar. Dengan adanya variasi alat tangkap tersebut maka penduduk yang terlibat dalam usaha pada sektor ini terstratifikasi ke dalam beberapa lapisan seperti, punggawa pemilik kapal dan buruh nelayan yang mengoperasikan kapal. Hubungan antara sang punggawa dan para buruh nelayan memiliki tiga unsur yang saling berkaitan yaitu hubungan ekonomi, hubungan sosial dan hubungan politik. Dari permasalahan tersebut bisa dibandingkan perbedaan sumber daya diantara keduanya. Sang punggawa dengan status sosial-ekonominya yang lebih tinggi menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan-perlindungan terhadap si buruh. Sehingga si buruh nelayan merasa memiliki hutang budi terhadap sang punggawa menyebabkan si buruh selalu patuh dan taat kepada sang punggawa.
Reggae Music Community Practice in The City of Bontang (Descriptive Study of Bontang Reggae Community): Praktik Komunitas Musik Reggae di Kota Bontang (Studi Deskriptif Bontang Reggae Community) Muhammad Fachmi Syafa; Sri Murlianti
Progress In Social Development Vol. 1 No. 2 (2020): July 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i2.21

Abstract

ABSTRACT: This study describes the practice of social life in the field of music in the city of Bontang, based on a sociological perspective using the generative formulation of the theory of Pierre Bourdieu (Habitus x Modal) + Ranah = Practice. This shows that the existence of the Bontang Reggae Community has produced several groups consisting of Reggae Grill, Slow Reggae, and Reggae Vibe groups as actors who practice in the realm of reggae music. This group was formed because of the different knowledge and understanding in the field of reggae music as a realm of space for social life, which then produced various habitus according to the realm of music in each group. Also, the existence of each group has been supported by the existence of a classification of capital which according to Bourdieu consists of four fundamental capitals including material capital, social capital, cultural capital, and symbolic capital. The three groups produce a practice resulting from dialectical relations through habitus-modal interactions in different and prominent domains of reggae music. The Reggae Grill group produces practices that come from symbolic capital, and circular habitus or the use of Cannabis, then the Slow Reggae group produces modern music practices that come from material capital and cultural capital, and the Reggae Vibe group produces solidarity practices that come from cultural capital and capital. symbolic, as well as group habitus. ABSTRAK: Penelitian ini menggambarkan praktik kehidupan sosial masyarakat pada bidang seni musik di kota Bontang, berdasarkan perspektif sosiologi dengan menggunakan rumusan generatif teori Pierre Bourdieu (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik. Menunjukkan bahwa keberadaan Bontang Reggae Community telah melahirkan beberapa kelompok yang terdiri dari kelompok Reggae Grill, Slow Reggae, dan Reggae Vibe sebagai aktor yang melakukan praktik dalam ranah kehidupan seni musik reggae. Kelompok ini terbentuk karna adanya pengetahuan dan pemahaman yang berbeda-beda di bidang seni musik reggae sebagai ranah atau ruang kehidupan sosial, yang kemudian menghasilkan berbagai habitus sesuai dengan ranah musik pada masing-masing kelompok. Selain itu, keberadaan setiap kelompok telah didukung dengan adanya klasifikasi modal yang menurut Bourdieu terdiri dari keempat modal fundamental diantaranya adalah, modal material, modal sosial, modal kultural, dan modal simbolik. Ketiga kelompok tersebut menghasilkan sebuah praktik yang dihasilkan dari hubungan dialektis melalui interaksi habitus-modal dalam ranah musik reggae yang berbeda dan menonjol. Kelompok Reggae Grill menghasilkan praktik yang bersumber dari modal simbolik, dan habitus melingkar atau penggunaan Cannabis, kemudian kelompok Slow Reggae menghasilkan praktik musik modern yang bersumber dari modal material dan modal budaya, serta kelompok Reggae Vibe menghasilkan praktik solidaritas yang bersumber dari modal budaya, dan modal simbolik, serta habitus berkelompok.
Social Network Group Kube Mekar Sari Kelurahan Guntung, Bontang City: Jaringan Sosial Kelompok Kube Mekar Sari Kelurahan Guntung, Kota Bontang Putri Damayanti; Martinus Nanang
Progress In Social Development Vol. 1 No. 2 (2020): July 2020
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psd.v1i2.22

Abstract

ABSTRACT: KUBE is one of the programs launched by the Bontang city government in poverty reduction. KUBE in Bontang City was first formed in 2013. Based on data from the Bontang City Social Service in 2018, the number of KUBE in Bontang City reached 282 groups. The large number of KUBE can be a big hope for the local government in improving the welfare of the community. However, the implementation of the KUBE program in the city of Bontang has not met the government's expectations. This is made clear by the large number of KUBE in the city of Bontang that are not developing or moving towards independence. However, in the city of Bontang there is one KUBE that stands out the most, namely Mekar Sari. KUBE Mekar Sari is the best group at city, provincial to national levels. This study aims to determine how the process behind the success of KUBE Mekar Sari in achieving independence and the success of KUBE Mekar Sari can be seen from two sides, namely social and economic, and there are several factors that KUBE independence has a network of connections with each other. ABSTRAK: KUBE merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah kota Bontang dalam hal penanggulangan kemiskinan. KUBE di kota Bontang pertama kali dibentuk pada tahun 2013. Berdasarkan data Dinas Sosial kota Bontang pada tahun 2018, jumlah KUBE di kota Bontang mencapai 282 kelompok. Kuantitas KUBE yang tergolong banyak dapat menjadi harapan besar bagi pemerintah setempat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi implementasi program KUBE di kota Bontang belum sesuai dengan harapan pemerintah. Hal tersebut diperjelas dengan banyaknya jumlah KUBE di kota Bontang yang tidak berkembang atau bergerak menuju kemandirian. Meskipun demikian, di kota Bontang terdapat satu KUBE yang paling menonjol dibanding dengan yang lainnya yaitu Mekar Sari. KUBE Mekar Sari adalah kelompok terbaik tingkat kota, provinsi hingga nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses di balik keberhasilan KUBE Mekar Sari dalam mencapai kemandirian dan keberhasilan KUBE Mekar Sari dapat dilihat dari dua sisi yaitu sosial dan ekonomi, dan ada beberapa faktor kemandirian KUBE memilki jaringan koneksi satu sama lain.

Page 1 of 4 | Total Record : 35