cover
Contact Name
Suryanto
Contact Email
suryanto@iainsalatiga.ac.id
Phone
+6288216292399
Journal Mail Official
journal.islah@gmail.com
Editorial Address
Jalan Nakula Sadewa V No. 9 Kota Salatiga 50722 Telp. (0298) 341900
Location
Kota salatiga,
Jawa tengah
INDONESIA
ISLAH : JOURNAL OF ISLAMIC LITERATURE AND HISTORY
ISSN : 2723407X     EISSN : 2723407X     DOI : https://dx.doi.org/10.18326/islah
ISLAH: Journal of Islamic Literature And History focused on Islamic Literature and Islamic history, especially in the Indonesian context. The Islamic Literature covers studies on Indonesian novels, poems, songs, drama, films, and Arabic literature from wide range of perspectives: sociology, politics, psychology, semiotics, linguistics, and stylistics. While the Islamic History covers the history of Islam in Indonesia, including the development of Islam, manuscript, heritage, culture, local figure, and local wisdom studies comprising social, media, maritime, daily history.
Articles 31 Documents
The Application of Narrative Theory by Greimas in Understanding the Story of the Garden Owners in Al Qalam verses 17-32 Muhammad Alwi HS; Iin Parninsih
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.61-74

Abstract

Tulisan ini hendak mendiskusikan pembacaan semiotika dalam mengungkap pemahaman atas kisah dalam al-Qur’an, yang dalam hal ini akan berfokus pada penerapan teori naratif dari A.J. Greimas atas kisah pemilik kebun dalam surah al-Qalam ayat 17-32. Pengambilan kisah pemilik kebun disebabkan masih sangat minimnya penelitian yang membahas kisah tersebut, termasuk pembacaan semiotika yang belum dilakukan. Padahal dalam kisah tersebut mengandung nilai moral yang perlu diungkapkan. Karena itu, berangkat dari asumsi bahwa al-Qur’an melalui kisah pemilik kebun memiliki misi ideal moral untuk umat manusia –khususnya umat Islam, baik pemahaman dalam dirinya sendiri maupun berangkat dari keilmuan dari luar, maka tulisan ini akan membuktikan nilai penting kehadiran kisah dalam al-Qur’an melalui integrasi keilmuan di luar islam, yakni semiotika. Adapun rumusan masalah yang hendak dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimana pemahaman narasi dan ideal moral dalam kisah pemilik kebun pada QS. Al-Qalam: 17-32 berdasarkan teori naratif A.J. Greimas?
Arabic Contribution toward Indonesian Vocabularies: Analysis of Q.S. Al-Baqarah Siti Isnaniah; Tiya Agustina
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i2.155-163

Abstract

 Arabic has a wide contribution toward Indonesian vocabularies, literary and commentary. This writing is aimed to describe the contribution of Arabic toward Indonesian vocabularies in Q.S. Al-Baqarah. The research uses qualitative descriptive method to describe the language forms in surah Al-Baqarah and their influences in Indonesian vocabularies. This research is a library research through content analysis techniques. The primary source of data is verses in Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Verse 1 to 286, and the secondary source is Great Indonesian Dictionary Fifth Edition (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V/KBBI V). The result of the study shows that there are 52 Indonesian vocabularies come from Arabic; mostly the word “kitab” which appears 19 times, and the least ones are the words mutakin, gaib, rabi, akhir, mukmin, kulub, muslih, maut, lillahi, alim, khalifah, khusyuk, syafaat, furqan, tobat, mati, rahmat, jahiliah, mukmin, magrib, masjid, nikah, duafa, syahid which appear once (1); translation from Arabic to Indonesian in Surah Al-Baqarah is mostly literal translation so it causes a problem in the word “qulub” the plural form of “kalbu” (heart), based on Indonesian grammar, the word is written “kalbu”. The letter “q” which is adapted from Arabic is written as “k” in Indonesian. People who understand Arabic will surely make it a problem because “kalbu” in Arabic (kaf, lam, ba’) means dog. Meanwhile, “qalbu” (qaf, lam, ba’) means heart. For this reason, the writing of the word “qolbu” or “qalbu” is still used by many people or media up to now. 
KH.Zaini Bin Abdul Ghani Haul’s Tradition and Its Implication on Promoting Alms in Banjar, South Kalimantan Ahdiyatul Hidayah
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.75-94

Abstract

K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani, atau lebih terkenal dengan abah guru Ijai atau guru Sekumpul merupakan salah satu tuan guru dari keturunan dari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Banyak orang mengikuti ajaran dan menjadi murid beliau, karena kehidupan dan ilmu pengetahuan yang luar biasa terutama dalam hal agama islam. Beliau dikenal orang yang ramah lucu dan penyabar, sehingga siapapun yang ikut pengajian beliau akan merasakannya. Kematian KH. Zaini bin Abdul Ghani pada tahun 2005 membuat lautan air mata di Kalimantan Selatan khusunya. Haul beliau dilaksanakan setiap tahun di Martapura. Setiap tahun jamaah haul semakin banyak. Para jamaah tidak hanya berasal dari Kalimantan Selatan melainkan daerah lain seperti Hadramaut, Malaysia, dan Singapura. Karena haul inilah banyak terciptanya rest area atau warung gratis dengan bermacam-macam makanan, minumam, penginapan gratis, tambal ban gratis dan fasilitas lainnya. Inilah yang membuat hati penulis tertarik untuk meneliti geliat sedekah ini. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara, pustaka, dan dokumentasi melalui akses internet untuk mengumpulkan data. Hasil wawancara menunjukkan bahwa setiap tahun haul KH. Zaini bin Abdul Ghani mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat diantaranya adalah rasa semangat yang tinggi untuk meningkatkan ibadah sekaligus meningkatnya rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesama, salah satunya adalah dengan cara bersedekah melalui berbagi, baik itu tenaga, harta maupun pikiran, tanpa membedakan satu sama lain.
The Choice of Mood System in Functional Systemic Linguistics as Diplomacy Strategy (An Analysis of Classical Arabic Humor Conversation Discourse) Tsaniananda Fidyatul Chafidzoh
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.1-20

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji penggunaan pilihan sistem mood dalam percakapan humor klasik Arab sebagai strategi diplomasi Juḥa kepada Sulṭan. Juḥa adalah gambaran rakyat jelata dan Sulṭan gambaran penguasa. Percakapan humor diambil dari teks hikayat berjudul Juḥa wa al-Sulṭan karya Ahmad Bahjat. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) dan memanfaatkan pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) Halliday. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam percakapan humor antara Juḥa dan Sulṭan, Juḥa berperan sebagai informan sekaligus pemegang topik percakapan. Sebagai informan, tuturan Juḥa lebih dominan 76,8% dari Sulṭan pada fungsi tutur statement/pernyataan pilihan sistem mood indikatif-deklaratif. Sebaliknya, pada fungsi tutur question/pertanyaan pilihan sistem Mood indikatif-interogatif Sulṭan lebih dominan 94,3%. Hal ini menunjukkan status sosial Sulṭan yang tinggi sehingga leluasa menggunakan kewenangannya meminta informasi dari lawan tutur. Pada penggunaan fungsi tutur command, Juḥa lebih dominan, 14,2% dengan pilihan sisitem mood indikatif-deklaratif. Hal ini menunjukkan bahwa Juḥa walau secara status sosial lebih rendah dari Sulṭan, tidak menghalanginya untuk lebih aktif meminta barang atau jasa dari lawan tuturnya. Melalui Fungsi tutur ini Juḥa mengendalikan jalannya percakapan sesuai kebutuhannya. 
Fundamentalism: Study of Islamic History Djamiatul Islamiyah
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i2.95-110

Abstract

This paper is a literary study by analyzing various thoughts from various readings. The concern of this study is about fundamentalism in the study of Islamic history. The discussion material includes; contextualization, history and various thoughts in response to fundamentalism. Regarding contextualization, a discussion arises whether fundamentalism exists as a product, as an agent, or both? If it is related to social changes in Islamic society in particular. Is Islamic fundamentalism more of a religion matters? Some refer to the events of the Iranian revolution in 1979, to the 18th century Wahhabi movement, some others point to the Al-Mihnah policy by the Mu'tazilah during the reign of the caliph Al-Ma'mun in the 9th century. There are even those who say that the genealogy of fundamentalism has existed since the beginning of Islamic history, namely the emergence of the Khawarij which is seen as having the same qualifications as contemporary fundamentalism. Responses to fundamentalists have been written in various ways, such as the assumption about the hegemonic nature of Western civilization which is said to be an obstacle to the accommodation of the basics of mutual equality, as well as an attitude of mutual respect and recognition. Other responses were in the form of proposals for the deconstruction of fundamentalism, the idea of developing Islamic values of compassion and moderation as a way or policy of dealing with fundamentalism. 
Swaraning Ngasepi Manuscript And the Makings Of Islamic Culture In the Javanese Muslim Siti Mariatul Kiptiyah
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.21-30

Abstract

Artikel ini membahas manuskrip Islam Jawa berjudul Swaraning Ngasepi koleksi Perpustakaan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta. Penelitian ini fokus pada deskripsi fisik naskah dan isi teksnya terutama terkait dengan gagasan pembentukan kultur islami yang terkandung di dalam teks. Data dikumpulkan dengan studi dokumentasi dan dianalisis dengan pendekatan filologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teks itu menjelaskan tentang cara memperoleh petunjuk dari Tuhan untuk menjalani kehidupan yang harus ditempuh dengan laku islami. Dari penjelasannya, teks ini mengkritik laku bertapa dengan menyepi di tempat-tempat sunyi yang lazim dilakukan orang Jawa pada masa lalu untuk memperoleh petunjuk gaib.
Portraits of Puppet Art Thimplong at District Nganjuk: Reduction of Local Culture in the Acceleration of Nowadays Era Latif Kusairi; Depy Tri Budi Siswanto
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i2.111-122

Abstract

This paper studies on how puppets as a media for preaching. One of them is puppet Thimplong brought by Eyang Sariguna. This puppet settings come from the Kingdoms of Kediri, Jenggala, Majapahit, Babad Tanah Jawi, and legends around Nganjuk. Currently, this puppet is rarely used and almost extinct. Therefore, the acceleration between this puppet and modern culture is needed for gaining acceptance among societies.
Ranggawarsita And Javanese Sufisme: A Study On Bagus Burham’s Thought On Javanese Islam Culture (1823-1870) Samudra Eka Cipta
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.31-42

Abstract

Perkembangan Kesusasteraan Jawa tentunya tidak terlepas dari peran para pujangga yang berkembang pada awal Abad ke-18 Masehi. Kebanyakan karya yang dihasilkan oleh para pujangga bertemakan tentang sosial. Isinya menggambarkan dinamika masyarakat Jawa saat itu. Tidak sedikit menghasilkan karya-karya yang bertemakan Islam, mengingat saat itu Islam menjadi suatu ciri identitas sosial masyarakat Jawa. Bagus Burham merupakan satu diantara banyak pujangga yang lahir dari kalangan Keraton Kartasura. Ia seorang pujangga sekaligus penyair dengan banyak karyanya yang bertemakan sosial dan agama. Karyanya tentang pandangan konsep Islam yang dikemukakan oleh Ranggawarsita dituangkan dalam Serat Wirid Hidayatjati Serat Kalatidha yang membahas tentang konsep ‘’Islamisme Jawa’’ menurut versinya. Dari hasil pemikirannya kemudian berkembangnya suatu istilah bagi masyarakat Jawa yakni ‘’Islam Kejawen’’. Islam Kejawen merupakan suatu konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Ranggawarsita dengan mempersatukan konsep ke-Islam dan kejawaan. Sebab, kemunculan para pujangga juga seiring dengan munculnya kelompok ‘’kebatinan’’ Jawa. Ranggawarsita melalui karyanya berusaha untuk mengakomodirkan kelompok kebatinan yang dianggap sebagai kelompok sesat dan memberikan kesempatan bagi kelompok tersebut untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam menurut versinya. Hal ini menyebabkan ketokohan Ranggawarsita sangat dihormati bagi masyarakat khususnya kelompok kebatinan.Kata Kunci: Kejawen, Ranggawarsita, Islam, Sufi, Jawa
Representation of Female In Arabic: Feminism and Gender Relations Perspective Novia Wulandari; Aida Hayani
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i2.123-136

Abstract

When discussing about gender, it matters not only as a grammatical phenomenon, but also as a deeper meaning of the relationship between men and women. As a representation produced by human being containing certain values about an abstracted object, language embodies personal value, social values, cultural values, and political values. The correlation between gender and language in Arabic language has a characteristic since it is also influenced by the religion affected the relationship between men and women. Therefore, the main problems are how women depicted in this language and how their image is compared with man. In order to gain the depiction, feminism is seen as an appropriate tool for analyzing it. This approach is chosen since feminism approach providing general analysis about condition contributed to woman and digging into cultural understanding towards what is meant by being woman. The findings conclude that woman depiction are seen as 1) a branch while man as a root; 2) imperfect person since their thinking are unequal to men.
Hamzah Fansuri: Mystical Quest Of A Controversial Sacred Bird From Nusantara Ach. Fatayillah Mursyidi
Islah: Journal of Islamic Literature and History Vol 1, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/islah.v1i1.43-59

Abstract

Sufisme adalah elemen sentral dalam sejarah tradisi Islam. Namun demikian, sudut pandang teologisnya yang menguraikan dimensi religiusitas ke dalam dan lebih memilih cara hidup asketik telah sering menjadi subjek kritik terutama dari para ulama yang berorientasi syariah. Salah satu tokoh berpengaruh mereka dari kepulauan Nusantara adalah Hamzah Fansuri, seorang mistikus kontroversial yang diperdebatkan tempat kelahiran yang sangat dikritik oleh lawan seusianya, Nuruddin ar-Raniri. Sejumlah karya-karyanya kemudian dimusnahkan karena dituduh mengungkap aspek menyimpang dari Islam karena sebagian dari pertengkaran yang agak politis daripada teologis. Alih-alih bertujuan untuk mempertahankan teologi mistiknya, makalah ini berupaya untuk memperjelas kesalahpahaman yang kuat pada ajarannya dengan membedakan. dia dengan mistik Islam yang sangat terkenal, Ibn Arabi kepada siapa dia sering dikaitkan, dan sama-sama melalui kategorisasi pada pengalaman mistik yang disediakan oleh Schimmel (2011). Penggunaan metaforisnya tentang burung suci dan beberapa karya luar biasa lainnya namun terbatas tetap utuh setelah penipisan juga akan dieksplorasi untuk menunjukkan posisi teologisnya di antara para Sufi lainnya. Sebagai kesimpulan, saya berpendapat bahwa dia tidak mengecualikan unsur pribadi kemanusiaan atau dia mengabaikan peran syariah dalam merumuskan cara-cara untuk mencapai persatuan mistis.

Page 1 of 4 | Total Record : 31