cover
Contact Name
Ahmad Syauqi
Contact Email
sainsalami@unisma.ac.id
Phone
+62341551932
Journal Mail Official
syauqi.fmipa@unisma.ac.id
Editorial Address
Fakultas MIPA, Gedung Usman bin Affan Lantai 1 Kompleks Universitas Islam Malang, Jl. MT. Haryono 193 Malang 65144, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sains Alami (Known Nature)
ISSN : -     EISSN : 26571692     DOI : http://dx.doi.org/10.33474/j.sa.v3i2.8449
Alami menunjuk kepada material yang ada dalam makhluk hidup (ciptaan). Semua senyawa yang ada dalam tubuh makhluk hidup dan sintesis oleh peristiwa biokimia merupakan produk organik. Proses perubahan menuju mineralisasi oleh mikroorganisme merupakan peristiwa dekomposisi dan dalam hal ini juga terjadi dalam suatu kehidupan. Selanjutnya, biogeokimia merupakan suatu perputaran zat dan hal ini sangat penting dalam kehidupan.
Articles 105 Documents
Rebusan Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var Rubrum) – Kunyit Putih (Curcuma zedoaria Rosc.) sebagai Jamu Peluruh Urin Mohammad Sholehuddin; Hari Santoso; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1421

Abstract

 A diuretic is a compound that can stimulate urine releasing. The content of gingerol, curcumin and flavonoids in red ginger - white turmeric is thought to be efficacious as urine laxative. This study aims to determine efficacy of red ginger stew - white turmeric as urine laxative and to determine the level of differences in NaCl before and after drinking red ginger stew - white turmeric. The test was carried out by giving one1 cup (250 ml) of red ginger - white turmeric stew every day for 5 days. Using a quasi-experimental method with posttest pretest design was done. Data analysis uses percentage calculation. The results showed that administration of red ginger stew - white turmeric efficacious as a urine laxative which is characterized by increased intensity of urinary discharge, pH and NaCl of urine levels, as well as urine color that is getting transparent and clearer. Keywords: red ginger stew - white turmeric, urine laxative ABSTRAKDiuretikum adalah suatu senyawa yang dapat merangsang pengeluaran urin. kandungan senyawa gingerol, kurkumin dan flavonoid pada  jahe merah – kunyit putih diduga berkhasiat sebagai peluruh urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat rebusan jahe merah - kunyit putih sebagai peluruh urin dan untuk mengetahui kadar perbedaan NaCl sebelum dan sesudah minum rebusan jahe merah – kunyit putih. Pengujian dilakukan dengan pemberian rebusan jahe merah – kunyit putih sebanyak 1 gelas (250 ml) perhari selama 5 hari. Menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan pre-tes post-test. Analisis data menggunakan perhitungan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian rebusan jahe merah – kunyit putih berkhasiat sebagi peluruh urin, yang ditandai dengan meningkatnya intensitas pengeluaran urin, pH urin dan Kadar NaCl urin, serta warna urin yang semakin muda dan jernih.Kata kunci: rebusan jahe merah – kunyit putih, peluruh urin
Analisis Kadar Vitamin C pada Selai Stroberi (Fragaria sp.) - Buah Naga (Hylocereus costaricensis) Siti Rofiatun Nisa; Hari Santoso; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i2.3382

Abstract

Food intake need ingredient containing vitamin C so that the body remains healthy as in the strawberry and Dragon fruit. One of the efforts to extend the power save and maintain the content of its nutrition value of processed products made with jam. The purpose of this research is to analyze the content of vitamin C in processed jam strawberries (Fragaria sp.) and Dragon fruit (Hylocereus costaricensis) in comparison with a concentration of fruit and Dragon fruit strawberries of differen; 1:1, 1:2, 1:3. The method used is the method of experiment with the design research in the form of a complete Random Design (CRD). Analysis of vitamin C using test qualitative and quantitative test methods for iodimetri. The research results obtained difference  between treatmen, and treatment of 1:3 resulted  2.,96 mg/100 g.The qualitative and quantitative test on vitamin C shows the result of the more strawberries are used then the higher levels of vitamin C.Keywords: mixed berries, iodometricABSTRAKAsupan makanan memerlukan bahan yang mengandung vitamin C agar tubuh tetap sehat seperti pada stroberi dan buah naga. Salah satu usaha untuk memperpanjang daya simpan dan mempertahankan kandungan gizinya dengan dijadikan produk olahan selai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kandungan vitamin C pada hasil olahan selai stroberi (Fragaria sp.) dan buah naga (Hylocereus costaricensis) dengan konsentrasi perbandingan buah naga dan buah stroberi yang berbeda yaitu 1:1, 1:2, 1:3. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan penelitian berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL). Analisa vitamin C menggunakan uji kualitatif dan metode iodimetri untuk uji kuantitatif. Hasil penelitian didapat beda sangat nyata antar perlakuan, dengan nilai perlakuan 1:3 tertinggi yaitu 24,96 mg/100 gram. Uji kualitatif dan kuantitatif pada vitamin C menunjukkan semakin banyak stroberi yang digunakan maka semakin tinggi kadar vitamin C-nya.Kata kunci: Campuran buah, Iodometri
Estimasi Karbon pada Tegakan Kopi di Lahan Agroforestri Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Riyan Riyadlun Najih; Luchman Hakim; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v3i2.8069

Abstract

The agroforestry system is a solution offered so that the forest area does not decrease due to forest destruction and the environment is able to perform its function, namely as a carbon storage. This study was aimed to determine the potential for carbon stored in coffee stands and abiotic factors in coffee stands on agroforestry land. Samples by purposive sampling stand samples of Coffeaarabica, Coffea canephora, and Coffea liberica as many as 20 trees with a total sample of 60 stands. the abiotic factor was measured at three representative points. Data obtained in the form of dbh (±1,3 m), type of coffee, plant age, wood dencity, abiotic factor data, biomass, and carbon. Data analysis included tree biomass data with the allometric formula Ketterings dry weight = 0.11 ρ D2.62 (2001) and  allometric formula Arifin dry weight = 0.281 D2.0635 (2001). Data analysis included carbon biomass = dry weight x 0.47. The results showed that the largest carbon storage was in Coffea liberica, then Coffea canephora and the smallest carbon storage was in Coffeaarabica. abotic factors in coffee agroforestry show soil moisture 18.3%, air humidity 60 - 75%, soil pH  7.3, soil temperature  21 ° C, air temperature 21 - 25 ° C, light intensity  877 lux, and altitude ranges from 906 - 934 m asl.Keywords: allometric, coffee, agroforestry, abiotic factors, carbonABSTRAKSistem agroforestri merupakan solusi yang ditawarkan agar luas hutan tidak semakin berkurang akibat kerusakan hutan dan lingkungan mampu melakukan fungsinya yakni sebagai penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi karbon tersimpan pada tegakan kopi dan faktor abiotik pada tegakan kopi di lahan agroforestri. Pemilihan sampel tegakan kopi secara purposive sampling, tiap sampel tegakan Coffea arabica, Coffea canephora, dan Coffea liberica berjumlah 20 pohon dengan jumlah total sampel 60 tegakan. Faktor abiotik diukur pada tiga titik representatif. Data yang diperoleh berupa dbh (±1,3 m), spesies kopi, umur tanaman, berat jenis kayu,data faktor abiotik, biomassa, dan karbon. Analisis data perhitungan biomassa meliputi rumus allometrik Ketterings berat kering = 0,11 ρ D2,62  (2001) dan rumus allometrik Arifin berat kering = 0,281 D2,0635(2001). Analisis data biomassa karbon = berat kering x 0.47. Hasil penelitian menunjukkan simpanan karbon terbesar terdapat pada Coffea liberica, kemudian Coffea canephora dan simpanan karbon paling kecil pada Coffea arabica. faktor abotik di agroforestri kopi menunjukkan kelembaban tanah 18.3%, Kelembaban udara 60 - 75%, pH tanah 7,3, Suhu tanah 21°C, suhu udara 21 - 25°C, intensitas cahaya 877 lux dan ketinggian tempat berkisar 906 – 934 m dpl.Kata kunci: allometrik, kopi, agroforestry, faktor abiotic, karbon
Uji Aktivitas Salep Luka dari Albumin Ikan Sidat (Anguilla bicolor) pada Mencit (Mus musculus) Muhammad Chaniful Fuadi; Hari Santoso; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1329

Abstract

Sidat fish (Anguilla bicolor) is one of fish that contain albumin. Benefit of albumin for new body cell formation and increasing speed of cell curing. The aim of this research to know effect of ointment from Sidat fish (Anguilla bicolor) against speed of wound curing. Method of this research used experimental Randomized Block Design and. Material of this research use ointment with concentration 5,10 and 20%, and positive control that do on 24 white Wister strains male mice. Every mices sliced two Cm on its back and smeared ointment twice per day with time interval from day 1 to day 15. Data analysis use One Way ANOVA test that helped with SPSS 17.1 computer program. Analysis result of this research there is no real differences because   P<0.05 P bigger than 0,005 (0,716). This proved from wound healing from 5% during seven days, 10% during six days, and 20% during five days and positive control during four days. ABSTRAKIkan sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu ikan yang mengandung albumin.Manfaat dari albumin dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru serta dapat mempercepat penyembuhan jaringan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh salep dari albumin ikan sidat (Anguilla bicolor) terhadap percepatan kesembuhan luka sayat. Metode penelitian ini menggunakan eksperimen rancangan acak kelompok. Bahan sediaan menggunakan sediaan salep dengan konsentrasi zat 5,10,dan 20%, dan kontrol positif, yang dilakukan  pada  24  ekor  mencit  putih  jantan  galur  wistar.  Mencit  disayat  sepanjang  2cm  pada  bagian punggung dengan pemberian salep sehari 2x dengan jangka waktu dari hari ke-1 selama 15 hari. Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA yang dibantu dengan program SPSS 17.1. Hasil analisa tidak didapatkan perbedaan nyata karena P<0,05 P lebih besar dari 0,05 (0,716). Hal ini dibuktikan dari penyembuhan luka sayat pada 5% selama tujuh hari, 10% selama enam hari, 20% selama lima hari dan kontrol positif selama empat hari.Kata kunci: ikan sidat (Anguilla bicolor),albumin,salep,luka sayat 
Pengaruh Biji Picung Muda (Pangium edule Reinw) sebagai Pengawet Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Mariyana Mariyana; Hari Santoso; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i1.3328

Abstract

The most popular fish farmers in Indonesia are tilapia. A decreasing in physical quality of fish after approximately 2 hours of death. The fish can be guaranteed the quality of freshness with preservation. Some people still use preservation by cooling, drying, fumigating, salting and even the formalin substances. This research use natural preservation that use young seed of Picung (Pangium edule Reinw). The aim of research was to determine the effect of the covered pasta duration as a natural preservative against the ratio freshness of red tilapia (Oreochromis niloticus) meat in each treatment. This study used an experimental method consist four treatment; first, without covered pasta at 26 and 18 oC. The second,  the 3 mm of covered pasta of fish at 26 and 18 oC. The assessment of physical appearance performed by organoleptic scoring of fresh fish and Friedman test. The results of this study indicate that red tilapia which is covered with 3mm thickness of Picung young seeds with a refrigerator temperature of 18˚C has score value of the average; eye 6.93, gills 7.68, smell 7.77 and texture 8.5 with at long time fresh of 168 hours.Keywords: organoleptic, covered pasta, long time fresh ABSTRAKBudidaya ikan di Indonesia paling banyak diminati adalah ikan nila. Ikan mengalami penurunan kualitas secara fisik setelah kurang lebih 2 jam setelah kematiannya. Ikan dapat terjamin kualitas kesegarannya usaha yang dilakukan adalah pengawetan. Beberapa masyarakat masih menggunakan pengawetan dengan metode pendinginan, pengeringan, pengasapan, penggaraman dan bahkan formalin. Penelitian ini menggunakan pengawetan secara alami, yaitu pemberian lumuran pasta biji picung mudah (Pangium edule Reinw). Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu pelumuran pasta sebagai pengawet alami terhadap rasio kesegaran daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada setiap perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, ada empat perlakuan pertama yaitu ikan nila merah tanpa diberi pelumuran pada suhu 26˚C dan 18˚C. Kedua ikan nila merah dilumuri biji picung halus setebal 3 mm pada suhu 26˚C dan 18˚C. Penilaian kenampakan secara fisik dilakukan dengan scoring organoleptik ikan segar dan uji Friedman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ikan nila merah yang dilumuri oleh biji picung muda ketebalan 3mm dengan suhu pendingin 18˚C memiliki skor nilai rata-rata mata 6,93, insang 7,68, bau 7,77 dan tekstur 8,5 dengan lama waktu simpan selama 168 jam.Kata kunci: organoleptik, lumuran pasta, lama waktu segar
Pengukuran Rasio C/N pada Campuran Daun Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Feses Sapi (Bos taurus L.) dalam Fermentasi Biogas Immega Adelia Nurdin; Ahmad Syauqi; Saimul Laili
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v3i1.6918

Abstract

The palm Leaf (Elaeis guineensis Jacq)and cow manure (Bos taurus L.) are waste that can be synergized as a basic ingredient in biogas production. Agricultural waste is generally rich in component C, but less N. Instead of livestock waste is generally rich in N but lack of C. This study aims to determine the content of C / N ratio feces of cow and palm leaves from each treatment has a value ≤ 30 as well as to determine the ratio between the feces of cow and palm leaves that produce the biggest difference of value between C/N ratio before and after fermentation in the process of biogas fermentation. The research method are used completely randomized design with 6 treatments based variation ratio from the number of cow feces and  palm  leaves were calculated  based on the ratio of  C/N range between 25-30, control (10: 0), PI (10: 9.03), PII (10: 12.19), PIII ( 10: 17.5), PIV (10: 23.8) and PV (10: 28.6). The main parameters measured were C/N ratio with a Spectrophotometer Technique. Supporting parameters are the measurement of pH and dry weight. The result of this study found the optimal C/N ratio at PIII is equal to 28.65. PIII has the largest difference between C/N ratio beginning and at the end of the fermentation process of biogas that is equal to 240.89.The result of T-Test show the significant difference between C/N ratio before fermentation and after fermentation. From these results it is known that a process of decomposition of organic matter carried by anaerobic bacteria and potential as a biogas formation.Keywords: biogas, anaerobic fermentation and C / N ratioABSTRAKDaun pelepah sawit dan feses sapi merupakan limbah yang dapat disinergiskan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Limbah pertanian  kaya akan komponen C, tetapi kekurangan N sebaliknya, limbah peternakan  kaya komponen N dan kekurangan C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pengukuran rasio C/N pada feses sapi dan daun kelapa sawit dari setiap perlakuan yang memiliki nilai ≤ 30 serta untuk mengetahui perbandingan antara feses sapi dan daun kelapa sawit yang menghasilkan selisih terbesar antara rasio C/N awal dan akhir setelah fermentasi anaerob. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan berdasarkan variasi perbandingan jumlah feses sapi dan  daun kelapa sawit  yaitu kontrol (10:0), PI (10: 9,03), PII (10: 12,19), PIII (10: 17,5), PIV (10:23,8) dan PV (10:28,6). Parameter utama dalam penelitian ini adalah  rasio C/N dengan teknik Spektrofotometer. Parameter pendukung adalah pengukuran pH dan berat kering. Hasil dari penelitian ini didapatkan rasio C/N optimal pada  PIII yaitu sebesar 28,65. Selain itu, PIII memiliki jumlah selisih  terbesar antara rasio C/N awal dan akhir proses fermentasi biogas yaitu sebesar 240,89. Perbedaan yang signifikan ditunjukkan dari hasil uji T-Test antara rasio C/N sebelum dan sesudah fermentasi. Dari hasil tersebut diketahui bahwa terjadi proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh bakteri anaerob dan adanya potensi pembentukan biogas. Kata kunci: Biogas, fermentasi anaerob dan rasio C/N
Pengaruh Pemberian Air Kelapa Terhadap Perkecambahan Biji Kelor (Moringa olifera) Ainur Rofiq; Saimul Laili; Tintrim Rahayu
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i2.2193

Abstract

Moringa plants are one of the not only a source of food, medicine, and animal feed, they can also be an alternative energy source of fuel (biodiesel) that is environmentally friendly because the seeds contain relatively high oil. Plants are easy to grow on critical land or dry land. Moringa plants are a viable choice to be developed as a food source and; also energy. Moringa (Moringa oleifera) is a native species from the Middle East including India, Pakistan, Bangladesh, and also Indonesia, but in the real conditions, the rural environment moringa plants are less noticed and have not been cultivated. In general, the moringa is bred by cuttings but this method will inhibit the plant because the root fibers are only in cuttings and grafting. The aim of the study was to determine the effective concentration of Moringa seeds in germination. Experimental methods were used with five treatments, namely control, 25, 50, 75, and 100% and four replications. The number of research units is 20 plots / media using coconut water. The measured parameters were the number of germination, length, number of roots, root length, the number of leaves of sprouts. The treatment of 25% (P1) gave consistently optimal growth compared to the others. On the twelfth day the optimal sprout is at a concentration of 25%. Keywords: Moringa, germination, coconut waterABSTRAK Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman tidak hanya sebagai sumber pangan, pengobatan, dan makanan ternak, tanaman ini juga dapat sebagai sumber energi alternatif bahan bakar (biodiesel) yang ramah lingkungan karena di dalam bijinya mengandung minyak relatif tinggi. Tanaman mudah tumbuh di lahan kritis atau lahan kering. Tanaman kelor menjadi pilihan yang layak untuk dikembangkan sebagai sumber pangan dan ; juga energi. Kelor (Moringa oleifera)  adalah spesies asli dari Timur Tengah termasuk India, Pakistan, Bangladesh, dan juga Indonesia, tetapi pada kondisi real, di pedesaan tanaman kelor kurang diperhatikan dan belum dibudidayakan. Secara umum tanama kelor dikembangbiakan dengan setek atau cangkok dan cara ini akan menghambat tanama karena akar serabut hanya ada di setek dan cangkok. Tujuan penelitian adalah untuk menetahui konsentrasi yang efektif terhadap biji kelor dalam perkecambahan.  Digunakan metode esperimen  dengan lima perlakuan yaitu kontrol, 25, 50, 75, dan 100% dan empat ulangan. Jumlah unit penelitian ada 20 plot/media dengan  menggunakan air kelapa. Parameter yang diukur yaitu jumlah perkecambahan, panjang, jumlah akar, panjang akar, jumlah daun kecambah secara konsisten pada perlakuan 25% (P1) memberikan pertumbuhan yang optimal dibanding lainnya. Pada hari ke duabelas perkecambahan optimal adalah pada konsentrasi 25%.  Kata kunci: kelor, perkecambahan, air kelapa 
Uji Efektivitas Biji Picung (Pangium edule Reinw) Tua Sebagai Bahan Pengawet Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) Segar Iflahatul Basyariyah; Hari Santoso; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i2.3415

Abstract

Kurisi Fish (Nemipterus nematophotus) is a fish with high enough protein content and low fat. The fish caught by fisherman in  Situbondo is quite abundant and if left too long will quickly undergo the process of decay. The study aims was to determine the effectiveness of the long-preserving fish curate by using the elderly picung seeds. The method used in this research was experimental method with treatment of fish; first, Kurisi fish without the picung seedslubrication on storage of 18oC, second, lubricated fish on storage of 18oC, third, lubricated fish on storage of 26oC and six replications rectively. Using the organoleptic assessment to determine the freshness level of observed fish and used Friedman test. The results showed the average organoleptic score first; 7.11 for the eye, 7.94 for texture, 6.16 for gills and 5.97 for smell and reaching time 40 hours of durable fresh. The second,  6.27 for eye 7.95 for texture, 6.21 for Gill and 7.35 to smell and reaches 48 hours time. The third, 6.09 for eye, 7.46 for texture,6.17 for gills and 5.98 for smelland  reaches 32 hours.Tthere is significance in the similar storage temperature. The old picung seeds are less effective as a Kurisi fish preservative.  Keywords: durable fresh, lubricated seed, organolepticABSTRAKIkan Kurisi (Nemipterus nematophotus) merupakan ikan dengan kandungan protein cukup tinggi dan lemak rendah. Ikan tangkapan nelayan Situbondo kondisi cukup melimpah dan bila dibiarkan terlalu lama akan cepat mengalami proses pembusukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas lama pengawetan ikan kurisi dengan menggunakan biji picung tua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan 3 kali ulangan yaitu perlakuan I ikan kurisi tanpa pelumuran biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan II ikan kurisi dilumuri biji picung dengan penyimpanan suhu 18oC, perlakuan III ikan kurisi dilumuri biji picung dengan penyimpanan suhu 26oC; masing-masing dengan 6 kali ulangan. Penilaian organoleptik untuk menentukan skor tingkat kesegaran pada ikan yang diamati dan digunakan yaitu uji friedman. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor organoleptik 7,11 untuk mata, 7,94 untuk tekstur, 6,16 untuk insang dan 5,97 untuk bau pada perlakuan tanpa biji picung dengan suhu 18OC mencapai waktu 40 jam. Perlakuan dengan picung diperoleh 6,27 untuk mata, 7,95 untuk tekstur, 6,21 untuk insang dan7,35 untuk bau mencapai waktu 48 jam pada suhu 18OC. Perlakuan ketiga 6,09 untuk mata, t,46 untuk tekstur, 6,17 untuk insang dan 5,98 untuk bau mencapai waktu 32 jam pada suhu 26OC. Tidak ada perbedaan nyata pada penyimpanan suhu yang sama. Biji picung tua kurang efektif sebagai bahan pengawet ikan kurisi.  Kata Kunci: daya tahan segar,lumuran, organoleptik
Profil Histokimia dan Analisis In Silico Senyawa Metabolit Sekunder pada Daun Zaitun (Olea europaea L.) Lailatul Maghfiroh; Tintrim Rahayu; Ari Hayati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v1i1.1132

Abstract

Olive (Olea europaea L.) is a plant that is native of the Mediterranean region which was also able to grow in Indonesia. The plants contain secondary metabolite that will be useful for a survival of a certain species. One of the tests to know a compound of the secondary metabolite on the leaves of zaitun is the histochemical analysis. The knowledge about secondary metabolite containing on a tissue of cell can be done the continued testing for ensure secondary metabolite profile of the compound in form of 3D molecular structure that is using in silico analysis. The research aimed to know the histochemical profile and structure of 3D molecular secondary metabolite of olive leaves. The method was used descriptive-qualitative and the research was done two stages; histochemical testing and was continued with visualization of the chemical structure by ‘in silico’ method in form of chemical structure 3D image. The result showed that histochemical analysis at five these secondary metabolites contained in olive leaves; the terpenoids, an alkaloid, phenolic, lipophilic, and flavonoid. While the tannin compound undetectable. All these secondary metabolite containing in olive leaves can be seen in form of 3D structure.Keywords: Olive (Olea europaea L.), secondary metabolites, histochemical, In silicoABSTRAKZaitun (Olea europaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah Mediterania yang juga dapat tumbuh di Indonesia. Tanaman zaitun mengandung metabolit sekunder yang bermanfaat untuk pertahanan hidup suatu species tertentu. Salah satu pengujian untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder pada daun zaitun adalah dengan analisis histokimia. Pengetahuan tentang kandungan metabolit pada suatu jaringan sel dapat dilakukan pengujian lanjut untuk memastikan profil senyawa metabolit sekunder tanaman dalam bentuk struktur 3D molekular, yaitu menggunakan analisis In silico. Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil histokimia dan struktur molekuler 3D metabolit sekunder daun zaitun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan penelitian ini dilakukan dengan 2 tahapan; uji histokimia dan dilanjutkan dengan visualisasi struktur kimia metode in silico berupa struktur kimia gambar 3D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis histokimia pada lima metabolit sekunder terkandung pada daun zaitun yaitu terpenoid, alkaloid, fenolik, lipofil, dan flavonoid. Sedangkan senyawa tannin tidak terdeteksi. Semua senyawa metabolit sekunder yang terkandung pada daun zaitun dapat dilihat dalam bentuk struktur 3D.Kata kunci: Zaitun (Olea europaea L.), Metabolit sekunder, Histokimia, In silico
Uji Kandungan Vitamin A Tanaman Sawi (Brassica juncea L) Dan Wortel (Daucus corata L) Desa Bumiaji Dan Poncokusumo Siti Fatonah; Ahmad Syauqi; Saimul Laili
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v2i2.4439

Abstract

Vitamins are a complex compound that is needed by the body that serves to aid in the arrangement or metabolic processes in the body. Carrots are a multi-efficacy vegetable for public health. Carrot is a potential foodstuff to alleviate the disease problem of vitamin A because the content of carotene (Pro Vitamin A) in carrots can prevent the disease twilight (Blind chicken) and the problem of malnutrition. Mustard is a horticultural crop that can improve and facilitate digestion. Contains vitamin A, vitamin B and vitamin C. Research aim is to  test the content of vitamin A in mustard and carrots from Bumiaji and Poncokusumo . The method in this research used  a survey method to determine the content of vitamin A in mustard greens and carrots derived from Bumiaji and Poncokusumo villages. The number of repeats used in this study was 12 times. The result of Vitamin A in carrots from Bumiaji is an average of 0.3457% of the highest value of 722.3mg and the carrot from Poncokusumo with the highest value of 672mg. The mustard has percentage value from Bumiaji village is 0.069% i.e 69mg and from Poncokusumo with a percentage value of vitamin A amounted to 66 mg with an average of 51 mg. Both are not diffrent significantly.Kata kunci: vitamin A, carrot, mustard, Bumiaji, PoncokusumoABSTRAKVitamin adalah suatu senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses metabolisme di dalam tubuh. Wortel merupakan sayuran yang multi khasiat bagi kesehatan masyarakat.Wortel merupakan bahan biologi potensial untuk menjawab masalah penyakit kurang vitamin A yaitu kandungan karoten atau pro vitamin A, dapat mencegah penyakit rabun senja (buta ayam) dan masalah kurang nutrisi. Sawi sebagai tanaman hortikultura dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan.bagi yang mengkonsumsi dan mengandung vitamin A, B dan C. Telah di lakukan penelitian yang bertujuan untuk menguji kandungan vitamin A  pada Sawi dan wortel dari Bumiaji dan Poncokusumo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodesurvey untuk mengetahui kandungan vitamin A pada sayuran Sawi dan wortel yang berasal dari desa Bumiaji dan Poncokucumo.Ulangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua belas kali. Hasil yang didapat Vitamin A pada worteldari Bumiaji adalah rata-rata 0,3457% yaitu nilai tertinggi 722,3mg tiap 100 g dan wortel dari Poncokusumo dengan nilai persentasi tertinggi 0,672%, tertinggi 672 mg. Sedangkan untuk nilai persentase Sawi dari desa Bumiaji adalah 0,069% yaitu 69 mg tertinggi dan dari Poncokusumo dengan nilai 66 mg dengan rata-rata 51 mg. Keduanya tidak berbeda secara signifikan.Kata kunci: vitamin A, wortel, Sawi, Bumiaji, Poncokusumo

Page 1 of 11 | Total Record : 105