cover
Contact Name
Vika Nurul Mufidah
Contact Email
editor.mozaic@gmail.com
Phone
+6289658014728
Journal Mail Official
editor.mozaic@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Agama Islam, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (FAI-UNUSIA) Lantai 2 : Taman Amir Hamzah No 5 Pengangsaan Menteng-Jakarta Pusat
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Mozaic : Islam Nusantara
ISSN : 25276549     EISSN : 25278738     DOI : https://doi.org/10.47776/mozaic
Mozaic: Islam Nusantara publishes articles on the study of Islamic Nusantara in Indonesia from various perspectives, covering both literary and fieldwork studies multidisciplinary of Islamic Studies with various perspectives of Islamic Sharia, Islamic Education, Madrasah Studies, Islamic Banking, Islamic Economy, and much more.
Articles 83 Documents
NALAR HASSAN HANAFI; UPAYA MENSEJAJARKAN BARAT DAN DUNIA ISLAM Yanto Bashri
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.73

Abstract

Hassan Hanafî merupakan salah satu dari sekian banyak pemikir negeri Arab (Timur Tengah, Mesir) abad ini. Ia menjadi tokoh fenomenal setelah buku al-Yasr al-Islâmî (Kiri Islam) terbit. Tulisan ini hendak mengkaji proyeksi Hassan Hanafi dan pemikiran-pemikirannya dalam upaya menjelaskan “Dunia Islam” dengan segala masalah dan keterbelakangannya di satu sisi, dan “Barat” dengan segala kemajuan yang dicampainya baik ekonomi, budaya, politik dan lainnya di sisi lain. Apa penyebab Dunia Islam menjadi terbelakang dan apa pula yang melatarbelakangi Barat mampu memperoleh kemajuan-kemajuan seperti ini.
PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF POLITIK KEBANGSAAN Nur Kabibulloh
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.74

Abstract

Konsep ideal pendidikan yang dicita-citakan untuk mencapai masyarakat Indonesia yang sejahtera yang mempunyai kepribadian luhur dan berperadaban tinggi. Untuk itu perlu menerjemahkan konsep tersebut menjadi lebih operasional dan realistik sesuai dengan kondisi Bangsa Negara Indonesia supaya dapat dilaksanakan oleh para pelaku pendidikan. Sehingga tidak lagi menjadi cita-cita yang mulia yang hanya ada dalam angan-angan/utopis, tetapi bisa membumi di bumi Nusantara Indonesia. Berlakunya ketentuan otonomi daerah mempunyai implikasi terhadap pelaksanaan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berbagai macam konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung. Berlandaskan pada landasan politik melalui ketentuan UU Sisdiknas dan Otonomi Daerah dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa orientasi pendidikan sebagai implikasinya; 1) Proses belajar diarahkan pada penguasaan semua aspek kompetensi baik kognitif, psikomotor, maupun afektif; 2) Mengembnagkan sistem evaluasi yang komprehensif, terus-menerus dan objektif, yang dapat merangsang berkembangnya potensi peserta didik secara maksimal; 3) Tersedianya infrastruktur yang memadah; 4) Pemerataan pendidikan yang berkualitas dan bermutu professional
BUDAYA KEKERASAN DI DUNIA PENDIDIKAN: EVALUASI PERAN PENDIDIK DALAM PROGRAM PENDIDIKAN RAMAH ANAK Fatkhu Yasik
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.75

Abstract

Akhir-akhir ini, kekerasan anak yang terjadi dalam masyarakat semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Data KPAI menyatakan, dalam tahun 2012, khusus di daerah Jabodetabek saja terdapat 2.637 anak yang menjadi korban kekerasan orang dewasa (http//m.beritajakarta.com). Lebih detail data itu menyebutkan, ada sebanyak 1.075 anak (40,77%) mengalami kekerasan seksual, 819 anak (31,06%) mengalami kekerasan fisik, dan 743 anak (28,06%) mengalami kekerasan psikis. Dari 2.637 anak, sebanyak 980 adalah perempuan. Bahkan dari 819 anak yang mengalami kekerasan fisik, sebanyak 157 anak meninggal dunia. Laporan KPAI di atas meyakinkan kita bahwa potensi anak untuk menjadi korban kekerasan orang dewasa sangat besar, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan (di lingkungan sekolah/madrasah) yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif
UNJUK KERJA PENDIDIKAN ALTERNATIF; PENDIDIKAN “TUNTAS” PESANTREN NUSANTARA Aris Adi Leksono
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.76

Abstract

Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Perlu disadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggung-jawab atas hidupnya sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian.
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI MAHASISWA STAINU JAKARTA Siti Rozinah
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.77

Abstract

Perkembangan informasi sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan informasi. Tingkat kebutuhan setiap orang berbeda-beda, semakin tinggi tingkat kebutuhan akan informasi maka perilaku pengguna untuk mencari dan menemukan informasi juga semakin aktif. Tentunya informasi yang dibutuhkan adalah informasi yang relevan dan akurat dan dapat membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Tingkat kebutuhan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perilaku setiap pengguna informasi dalam melakukan pencarian informasi. Pencarian informasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi. Perilaku dalam pencarian informasi diistilahkan sebagai information searching behaviour. Menurut Wilson (2000) “perilaku pencarian informasi adalah upaya pencarian informasi yang digunakan oleh pencari informasi ketika berinteraksi dengan sistem informasi”. Dalam hal ini pengguna informasi menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan kegiatan sehari-hari pengguna informasi.
BAHASA DAN NALAR BANGSA Fariz Alnizar
Mozaic : Islam Nusantara Vol 1 No 1 (2015): Mozaic: Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v1i1.79

Abstract

Bahasa sebagaimana dikatakan oleh Anton M. Moeliono (2010) adalah hakikat dari pikiran itu sendiri, bahasa yang sistematis dan baik secara langsung menunjukkan ketertiban pola pikir sang penutur, namun sebaliknya bahasa yang tak sistematis adalah dalil kuat akan keruwetan pikiran sang penutur. Bahkan mendiang Ayatrohaedi (2009) berpendapat bahwa bahasa merupakan pilar penting dalam membangun sebuah kebudayaan, kebudayaan yang baik secara tidak langsung terbangun dari pondasi berupa kebiasaan serta habit yang baik pula dari pemilik kebudayaan, kebiasaan yang baik sudah barang tentu lahir dari pola pikir yang baik, dan pola pikir yang baik tidak lain bisa tumbuh subur dari bahasa yang baik.
JEJAK CLIFFORD GEERTZ DI INDONESIA: MENGOREKSI TRIKOTOMI SANTRI, ABANGAN DAN PRIYAYI A. Khoirul Anam
Mozaic : Islam Nusantara Vol 2 No 2 (2016): Mozaic : Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v2i2.80

Abstract

Tulisan ini hanya mengkaji analisis Geertz tentang agama hubungannya dengan aspek kebudayaan secara umum, dengan tetap berpijak pada Weber. Jika Weber mengaitkan antara agama dengan spirit ekonomi, sebaliknya, Geertz memakai analisis kelas ekonomi untuk membuat(-buat) semacam “aliran” keagamaan di Jawa, seperti dalam trikotomi di atas. Lebih jauh, sebagai seorang anthropolog budaya Geertz menggunakan ritual-ritual dan kepercayaan terhadap agama dalam kelompok masyarakat yang ditelitinya sebagai acuan utama untuk mendapatkan suatu kesimpulan anthropologis yang kadang terlalu berani. Ciri utama anthropologi Geertz adalah keinginannya yang kuat untuk dapat memberikan pemaknaan yang mendalam terhadap fenomena budaya yang ditelitinya. Ada yang khas, Geertz tidak pernah asik dengan penjelasan yang menurutnya samar. Kebudayaan, harus dideskripsikan sejelas-jelasnya dengan cara “memaknai” tindakan orang-orang yang, menurutnya, diatur oleh sebuah “ide” yang disepakati bersama. Tidak sekedar ingin menjelaskan fenomena budaya, dalam penelitiannya di Bali Geertz mencoba menerapkan konsepnya untuk menyusun sejarah Bali dengan menyusun data-data, entah berupa mitos atau catatan peristiwa sejarah, dengan cara membubuhkan jalinan-jalinan makna.
CINA DAN ISLAM DALAM PERGOLAKAN INDONESIA Muhammad Junus
Mozaic : Islam Nusantara Vol 2 No 2 (2016): Mozaic : Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v2i2.81

Abstract

Sejarah merupakan proses yang mencatat tumbuh-kembang aneka ragam nilai-nilai sosial dan moral, kultur serta peradaban umat manusia sepanjang zaman (Candra Setiawan). Sejarah terlahir sebagai langkah awal menampaki dan mensyukuri karunia Tuhan atas kekuatanNya untuk melahirkan, mencipta dan menata alam semesta beserta bentuk di dalamnya. Tanpa sejarah, manusia tidak akan mengenal siapa dirinya, dari mana asalnya, dan hendak kemana ia akan pergi. Karena sejarah diturunkan sebagai penyeimbang perjalanan hidup manusia melalaui nilai- nilai rohani guna menancapkan kebenaran yang tidak kunjung padam meskipun mereka telah tiada, hal ini sebagai konsekuensi kehendak Tuhan atas karunia-Nya. Sebagaimana juga sejarah panjang hubungan Cina-Indonesia berkaitan dengan kedatangan orang-orang Cina di Indonesia yang jika dilihat dari kurun waktu sudah berjalan cukup lama yakni bersamaan dengan kedatangan orang-orang Islam yang pertama kali[1]. Bahkan lebih dari itu, Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan jika masyarakat Tinghoa adalah bagian dari keturunan Nenek Moyang bangsa kita. Orang-orang Tinghoa bukan mendarat dari luar negeri. Mereka sudah ada sejak nenek moyang kita. Mereka itu sebenarnya orang-orang Indonesia, yang hidup dan mati di Indonesia juga, tetapi karena sesuatu tabir politik, tiba-tiba menjadi orang asing yang tidak asing Sejarah mencatat adanya hubungan internasional yang terjadi di Asia Tenggara sejak awal Masehi, dan hal ini mengakibatkan masuk-keluarnya tradisi-tradisi besar ke Nusantara, diawali dengan kebudayaan Hindu-Budha pada abad ke 1-5 M, kemudian Islam abad ke 7-13 M, dan abad ke 17 M ada- lah negara-negara Eropa dengan kolonialismenya.
EKSISTENSI ISLAM NUSANTARA Agus Sunyoto
Mozaic : Islam Nusantara Vol 2 No 2 (2016): Mozaic : Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v2i2.82

Abstract

Resistensi terhadap Islam yang terentang selama lebih dari delapan abad, sedikitnya terungkap dari catatan historiografi lokal. Dalam Kitab Musarar Babon Saka ing Rum yang dikutip dalam Primbon Ramal Djajabaja susunan R Tanoyo (1956), diungkapkan bahwa dalam usaha mengisi Pulau Jawa yang masih dihuni jin, siluman, brekasakan, dan berjenis-jenis makhluk halus, Sultan Al-Gabah, penguasa negeri Rum (istilah orang Jawa untuk menyebut Persia-pen) mengirim 20.000 keluarga muslim Rum ke Pulau Jawa di bawah pimpinan Patih Amirul Syamsu dan Jaka Sengkala. Mereka tinggal di Gunung Kendheng di pantai utara Jawa. Dikisahkan bahwa ke-20.000 keluarga muslim itu diserang makhluk-makhluk halus, banyak yang mati dan tersisa hanya 200 keluarga. Mendengar laporan itu Sultan Al-Gabah marah dan mengutus ulama., orang sakti dan syuhada ke Jawa untuk memasang “tumbal”. Salah seorang di antara ulama sakti yang menumbali tanah Jawa adalah Syekh Subakir. Dalam cerita tradisi dikisahkan setelah menumbali Tanah Jawa, Syekh Subakir kembali ke negeri Parsi.
STUDI PENDUDUKAN ACEH DALAM DE ATJEHERS Syaifullah Amin
Mozaic : Islam Nusantara Vol 2 No 2 (2016): Mozaic : Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v2i2.83

Abstract

Beberapa tradisi rakyat Aceh percaya pada ketajaman indera pemimpinnya. Bahwa Tjut Njak Diën memiliki indera yang sangat tajam. Kepada pengawalnya, Pang Leubé, Beliau berkata: “Saya mencium bau penjajah Belanda di sekeliling saya”. Memang benar, Pang Leubé “berbau Belanda”. Akhirnya si Leubé dibunuh oleh Tjut Njak Diën dengan rencongnya sendiri. Sebagai penutup, marilah kita sejenak merenungkan tentang sejarah yang telah berlalu dan hanya menyisakan catatanatatan dari peristiwa masa silam tersebut. Bahwa, dalam kasus Cristian Snouck Hurgronje dan kehadirannya di Aceh. Kita dapat menengarai timbulnya ekses berkepanjangan yang hingga kini masih harus dipikul oleh masyarakat Aceh dalam berbagai bentuk keniscayaan lainnya hingga zaman pemerintahan NKRI