cover
Contact Name
Eman Sulaeman
Contact Email
misykah.bbc@gmail.com
Phone
+6281293975904
Journal Mail Official
misykah.bbc@gmail.com
Editorial Address
Jl. Widarasari III - Tuparev - Cirebon
Location
Kab. cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam
ISSN : 25030973     EISSN : 27471640     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal Misykah adalah jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LP2I) IAI bunga Bangsa Cirebon. Jurnal Ini membahas tentang pemirkiran dan studi Islam. Jurnal Misykah terbit dua kali dalam satu tahun yaitu bulan Februari dan Agustus.
Articles 60 Documents
Implementasi Qs Al-Isra’ Ayat 23-25 Dalam Pembinaan Keluarga Muslim Siti Mutiara Salsabila Karya Putri; Ajat Rukajat; Yayat Herdiana
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 6 No 2 (2021): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kesadaran masyarakat akan kebutuhan manusia yang beriman, beraklak dan cerdas serta memahami ilmu pengetahuan menuntut pesantren untuk melengkapi pendidikan agama yang diajarkannya dengan pendidikan umum. Hal ini berdampak pada inovasi pesantren yang membentuk lembaga baru berupa sekolah formal dan rekonstruksi sistem dan pelajaran yang ada didalam pesantren sendiri. Maka dari itu dibutuhkan pesantren yang memiliki integrasi yang kuat antara Islam sains dan budaya yang ada di dalam pesantren. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis model integrasi Islam sains dan budaya Pesantren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Integrasi yang diberikan pondok pesantren masih bersifat semu atau belum terkonstruk secara sempurna sehingga hasil yang diberikan belum maksimal, hanya ada beberapa pondok pesantren yang sudah bisa memberikan hasil yang maksimal dalam integrasi antara kedua ini, namun meniscayakan lemahnya salah satu keilmuan sehingga dalam integrasi yang dilakukan seharusnya ada kajian yang mendalam. Abstract Public awareness of the needs of human beings who have faith, character and intelligence and understand science requires pesantren to complement the religious education it teaches with general education. This has an impact on the innovation of Islamic boarding schools that form new institutions in the form of formal schools and the reconstruction of systems and lessons that exist within the pesantren itself. Therefore, a pesantren is needed that has a strong integration between Islamic science and culture in the pesantren. The purpose of this study is to describe and analyze the model of the integration of Islamic science and Islamic boarding school culture. The method used in this research is library research. The results of the study indicate that the integration provided by Islamic boarding schools is still pseudo or not perfectly constructed so that the results provided are not optimal, there are only a few Islamic boarding schools that have been able to provide maximum results in the integration between these two, but necessitate the weakness of one of the sciences so that in The integration carried out should have an in-depth study.
Spektrum Pesantren di Tengah Hegemoni Modernisasi Eman Sulaeman
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 5 No 1 (2020): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islamic boarding schools as educational and social institutions have a very large role in shaping the culture / culture of the community. On the other hand, the pressure for modernization, which sometimes carries negative values, also has a very large influence on the formation of community culture. The interpretation of modern values to community culture is sometimes more visible in the "ization "of pesantren values (which are identical to their religious culture) and modernization values (which are identical with their bad values). - The role of Islamic boarding schools as educational institutions in building community culture is at least seen in the educational model it implements, which emphasizes habituation or culturalization. With the charismatic nature of a kiyai as a role model for society and the culture of the pesantren and its distinctiveness, the pesantren institution has succeeded in stemming the negative values of modernization, especially those related to community morals. Abstrak Pesantren sebagai institusi pendidikan dan social memiliki peranan yang sangat besar terhadap pembentukan budaya / kultur masyarakat. Di sisi lain desakan modernisasi yang kadang membawa nilai-nilai negative, juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan kultur masyarakat. Interperensi nilai modern terhadap kultur masyarakat terkadang lebih tampak pada "isasi" nilai pesantren (yang identik dengan budaya religiusnya) dan nilai modernisasi (yang identik dengan nilai buruknya) . - Peran pesantren -sebagai institusi pendidikan- dalam membangun kultur masyarkat setidaknya terlihat pada model pendidikan yang diterapkannya yaitu lebih mengedepankan pembiasaan atau kulturalisasi. Dengan karismatik seorang kiyai sebagai role of model masyarakat serta kultur pesantren dan kekahasannya, institusi pensantren telah berhasil membendung nilai-nilai negative modernisasi terutama terkait dengan moral masyarakat
Konsep Pendidikan Islam Sunan Gunung Jati Di Cirebon muhammad fahmi passa
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 6 No 2 (2021): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak pendidikan kita yang banyak melahirkan peserta didik yang tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, tidak melaksanakan sholat, tidak melakukan puasa di bulan Ramadhan dan tidak memiliki budi pekerti yang baik. Kedua masih sering membuat keributan sehingga terjadi tawuran antar siswa sekolah, melakukan pelanggaran asusila, mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman keras. Ketiga, masih meluasnya korupsi, kolusi dan nepotisme disemua sektor kemasyrakatan, ini merupakan pertanda masih lemahnya pendidikan kita dalam mengendalikan akhlak peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang konsep pendidikan Islam Sunan Gunung Jati dan pengajaran pendidikan Islam di tanah Jawa, mengetahui peran guru dalam menerapkan konsep pendidikan Islam di sekolah, mengetahui konsep pendidikan Islam Sunan Gunung Jati dan relevansinya bagi pengembangan pendidikan dewasa ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif adapun dalam pengumpulan data menggunakan interview, observasi dan dokumentasi. hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) konsep pendidikan Islam Sunan Gunung Jati, adalah ide Sunan Gunung Jati, membawakan ajaran Islam yang menitikberatkan pada pendidikan akhlak dan tasawuf melalui pepatah-petitihnya, 2) metode pendidikan Islam Sunan Gunung Jati dalam proses islamisasi di tanah Jawa dilakukan dengan metode maw’izhatun hasanah wa mujadalah bilati hiya ahsan, metode al-hikmah, metode tadarruj, metode pembentukan dan penanaman kader pendidik (guru agama), metode kerjasama, metode musyawarah., 3) bentuk dan symbol pendidikan Islam pada masa Sunan Gunung Jati dapat dilihat dalam berbagai acara seperti pertunjukan wayang, barong, topeng, dan ronggeng adalah empat jenis dari pertunjukan kesenian masyarakat Jawa (Cirebon), kemudian selamatan-selamatan (sedekahan), yang menjadi tradisi di bulan-bulan tertentu dan perayaan-perayaan keislaman Dengan penelitian ini, maka konsep pendidikan Islam Sunan Gunung Jati relevan bagi pengembangan pendidikan Islam dewasa ini, terutama untuk meyiapkan peserta didik yang shalih, berakhlak mulia dan menjunjung tinggi aspek ketuhanan. Abstract Our education gives birth to many students who are not able to read the Qur'an well, do not pray, do not fast in Ramadan and do not have good character. The two still often make a fuss so that there are brawls between school students, committing immoral violations, consuming illegal drugs and alcohol. Third, the widespread corruption, collusion and nepotism in all sectors of society, this is a sign that our education is still weak in controlling the morals of students. This study aims to determine the background of the concept of Islamic education in Sunan Gunung Jati and the teaching of Islamic education in Java, to determine the role of teachers in implementing the concept of Islamic education in schools, to understand the concept of Islamic education from Sunan Gunung Jati and its relevance to the development of education today. This research is a type of qualitative research as for data collection using interviews, observation and documentation. The results of this study indicate that: 1) the concept of Islamic education of Sunan Gunung Jati, is the idea of ​​Sunan Gunung Jati, bringing Islamic teachings that emphasize moral education and Sufism through his proverbs, 2) the method of Islamic education of Sunan Gunung Jati in the process of Islamization in Java. carried out by the maw'izhatun hasanah wa mujdalam bilati hiya ahsan method, the al-hikmah method, the tadarruj method, the method of forming and inculcating a cadre of educators (religious teachers), the method of cooperation, the method of deliberation, 3) forms and symbols of Islamic education during the Sunan Gunung era. Jati can be seen in various events such as wayang performances, barong, masks, and ronggeng are four types of Javanese art performances (Cirebon), then salvation-salvation (alms), which becomes a tradition in certain months and Islamic celebrations. In this research, the concept of Sunan Gunung Jati Islamic education is relevant for the development of Islamic education today, especially to prepare students who are pious, have noble character and uphold the divine.
Gender dalam Tinjauan Islam Yoyoh Badriyyah
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 5 No 1 (2020): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islam is a religion of empowerment, that is, a religion that requires the formation of the readiness and ability of each individual human being to carry out his role, namely to do good. Why is there an order in Islam to support the weak (dlo'if), look after orphans, and educate children? All of this is directed to the formation of mental and physical readiness to carry out his life existence. Thus, efforts to weaken, oppress, hegominate and tyrannize a person are things that Islam does not expect. The presence of gender as a marker of the existence of human genital variants - in Islamic views - is not something that needs to be contradicted. Both are just distinctions that have the same role and function, namely realizing divine values ​​(religion) which are true in accordance with His instructions (al-khoir) and the truth as a result of a just interpretation of the verses (al-ma'ruf). Thus, forms of injustice as a limitation effect of gender interpretations or interpretations of God's verses, are actually issues that need to be resolved. From this, the authors conclude that the gender movement as a form of movement to build justice and empowerment of men and women is not something that is against Islamic teachings but something that is in line with one of the teachings of Islam. Abstrak Islam adalah agama pemberdayaan yaitu agama yang menghendaki terbentuknya kesiapan dan kesanggupan tiap individu manusia untuk menjalankan perannya yaitu melakukan kebaikan. Mengapa di dalam islam ada perintah menyantuni orang lemah (dlo'if), memelihara anak yatim, dan mendidik anak-anak?. Semua ini diarahkan untuk terbentuknya kesiapan mental dan fisik untuk menjalankan eksistensi hidupnya. Dengan demikian, upaya-upaya pelemahan, penindasan, hegomoni dan tirani terhadap seseorang, menjadi hal yang tidak diharapkan oleh islam. Kehadiran gender sebagai penanda adanya varitas kelamin manusia –dalam tinjauan islam-bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangan. Keduanya sekedar distingsi yang memiliki peran dan fungsi sama yaitu mewujudkan nilai-nilai ketuhanan (agama) yang kebenarnya sesuai dengan petunjuk-Nya (al-khoir) serta kebenaran sebagai hasil interpretasi berkeadilan ayat-ayatnya (al-ma'ruf). Dengan demikian, bentuk-bentuk ketidakadilan sebagai efek keterbatasan dari interpretasi gender atau hasil interpretasi terhadap ayat-ayat Tuhan, sesungguhnya persoalan yang perlu diselesaikan. Dari sinilah, penulis berkesimpulan bahwa gerakan gender sebagai bentuk gerakan membangun keadilan dan pemberdayaan kaum laki-kali dan perempuan, bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan ajaran islam melainkan sesuatu yang selaras dengan salah satu ajaran islam.
Penyemaian Jati Diri Sebagai Strategi Internalisasi Nilai Karakter Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Rifda Haniefa; Mohamad Samsudin
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 6 No 2 (2021): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Komunikasi yang hebat dan efektif tidak hanya tergantung pada pesan yang disampaikan, tetapi juga hubungan antara pembicara dan mitranya dan juga pemahaman pada dirinya sendiri. Indonesia berada pada level terendah berdasarkan survei kesantunan di Asia Tenggara dan membutuhkan inovasi besar baru untuk menginternalisasi nilai karakter untuk meningkatkan bakat interpersonal sebagai salah satu pengembangan kepribadian. Mengetahui konsep kepribadian dapat memiliki pengaruh besar pada komunikasi interpersonal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan beberapa jenis penelitian kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi sebagai teknik pengumpulan. Selain itu juga menggunakan analisis isi sebagai analisis data. Karakter merupakan interpretasi nyata sebagai wajah dari kepribadian yang menciptakan sistem nilai, sikap dan perilaku. Kepribadian seseorang akan dimaknai dari penampilan perpaduan antara rasa, kreativitas, karsa dan karya. Pengembangan kepribadian merupakan strategi untuk menginternalisasi nilai-nilai karakter dan meningkatkan kecerdasan interpersonal yang dapat diterapkan dan dibiasakan di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Ada 3 langkah untuk menginternalisasi karakter nilai, yaitu langkah transformasi nilai, langkah transaksi nilai dan langkah internalisasi nilai. ABSRAK Humans are social beings who have a need to interact, communicate and socialize with other humans. The great and effective communication not only depends on the delivered message, but also the relation between the speaker and his partners and also the understanding on hisself. Indonesia is on the lowest level based on politeness surveys in Southeast Asia and needs new great innovations to internalize character value to increase interpersonal aptitude as one of personality development. Knowing personality concepts can have a huge influence on interpersonal communication. This research is a qualitative study with some kind of library research. This research is used by dokumentasi technique as a collecting technique. It also used content analysis as a data analysis. The character is a real interpretation as the face of the personality which created the values system, attitude and behavior. The personality of someone will be interpreted from the appearance of combination between taste, creativity, intention and work. Personality development is a strategy to internalize character values and to increase interpersonal intelligence which can be applied and accustomed to the family, society and school. There are 3 steps to internalize the values character, those are step of value transformation, step of value transaction and step of internalization of values.
Islamisasi Psikologi Ahmad Abdul Khozim
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 5 No 1 (2020): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The birth of a theory / science cannot be separated from what is called philosophy. Because in the realm of efistemology, philosophy is a person's frame of mind (read: scientists) in producing theories / science itself. Thus, the birth of a theory developed in a scientific discipline - its ontology, efistemology and axiology - is strongly influenced by the flow of philosophy itself. The philosophy of positivity which relies more on scientific aspects (logic, empiric and rational) and sees humans as only as a material being, of course it will give birth to a different view of humans compared to the theory developed on top of Islamic philosophy. The birth of this distinction is due to a different perspective on humans themselves as a formal object of psychological study. The development of Western psychology (which is built on scientific and secular-materialist foundations) has indeed given meaning to the development of the world of Islamic education, especially for analyzing educational problems related to human psychological aspects. However, the presence of Western psychology is not something that must be fully accepted without analyzing and filtering, but it needs to be reviewed, especially in its efistemology, so that the theories that are born from western psychology are truly relevant to the Islamic perspective. Abstrak Lahirnya sebuah teori/ keilmuan tidak bisa dipisahkan dari apa yang disebut dengan filsafat. Sebab dalam ranah efistemologi, filsafat merupakan kerangka berpikir seseorang (dibaca:ilmuan) dalam memproduksi teori-teori/ keilmuan itu sendiri. Dengan demikian, kelahiran sebuah teori yang dikembangkan dalam suatu disiplin ilmu – ontologinya, efistemologinya dan axiologinya-,sangat dipengaruhi oleh aliran Filsafat itu sendiri.Filsafat positifisme yang lebih menyandarkan pemikirannya pada aspek-aspek ilmiah (logika, empiric dan rasional) serta melihat manusia hanya sebagai makhluk material, tentu akan melahirkan pandangan yang berbeda terhadap manusia dibanding dengan teori dikembangkan di atas filsafat islam. Lahirnya distingsi ini karena cara pandang yang berbeda terhadap manusia itu sendiri sebagai objek formal kajian psikologi. Perkembangan psikologi Barat (yang dibangun di atas landasan ilmiah dan materialis-sekuler), memang telah memberikan arti terhadap perkembangan dunia pendidikan islam, terutama untuk menganalisis persoalan-persoalan pendidikan yang terkait dengan aspek psikologis manusia. Namun demikian, kehadiran psikologi Barat tersebut, bukanlah sesuatu yang mesti diterima sepenuhnya tanpa menganalisis dan memfilter.melainkan perlu di telaah kembali terutama dalam aspek efistemologinya, supaya toeri-teori yang dilahirkan dari psikologi barat betul-betul relevan dengan perspektif islam.
Meluruskan Pemahaman Jihad Dan Cara Mengamalkannya Hajjin Mabrur
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 6 No 2 (2021): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat mendengar kata jihad yang tergambar dalam pikiran sebagian pihak dan imajinasi mereka adalah perang, pertumpahan darah, dan saling membunuh. Kondisi semacam ini menjadikan Islam yang merupakan agama yang sangat menjungjung tinggi perdamaian justru dianggap sebagai agama teroris yang eksistensinya dikhawatirkan mengancam ketentraman banyak pihak. Oleh karenanya pembahasan ini menjadi penting untuk meluruskan kembali pemahaman jihad yang salah kaprah di tengah masyarakat. Dalam tulisan sederhana ini penulis akan menggali makna jihad melalui analisis semiotika. konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara ‘yang ditandai’ (signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Kata jihad secara semantik pada awalnya tidaklah berkaitan dengan perang karenanya makna jihad mencakup pemahaman yang luas. Sehingga jihad memiliki bentuk yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan umat Islam yang kesemuanya bertujuan untuk kemulyaan agama dan menegakkan kalimat Allah dimuka bumi, karenanya memberantas kebodohan, kemiskinan dan penyakit adalah jihad yang tidak kurang pentingnya dari pada mengangkat senjata. Ilmuwan berjihad dengan memanfaatkan ilmunya, karyawan berjihad dengan bekerja dan berkarya yang baik, guru dengan pendidikannya yang sempurna, pemimpin dengan keadilannya, pengusaha dengan kejujurannya dan seterusnya. Jihad dalam makna seperti inilah yang perlu dimunculkan sebagai sebuah pemahaman bersama yang kemudian diisi dengan semangat amaliyyah. Abstarct When they hear the word jihad, what some people think and imagine is war, bloodshed, and killing each other. Such conditions make Islam, which is a religion that highly upholds peace, actually be considered a terrorist religion whose existence is feared to threaten the peace of many parties. Therefore, this discussion is important to realign the misguided understanding of jihad in society. In this simple paper the author will explore the meaning of jihad through semiotic analysis. The semiotic concept was introduced by Ferdinand de Saussure through the dichotomy of the sign system: signified and signifier or signifie and significant which is atomistic. This concept sees that meaning arises when there is an association or in absentia relationship between the 'signified' and the 'signifier'. A sign is the unity of a form of signifier (signifier) ​​with an idea or signified (signified). The word jihad is not semantically related to war at first because the meaning of jihad includes a broad understanding. So that jihad has various forms according to the needs of Muslims, all of which are aimed at the glory of religion and upholding the word of Allah on earth, therefore eradicating ignorance, poverty and disease is a jihad that is no less important than taking up arms. Scientists strive for jihad by utilizing their knowledge, employees strive for jihad by doing good works, teachers with perfect education, leaders with justice, entrepreneurs with honesty and so on. Jihad in this sense needs to be raised as a common understanding which is then filled with the spirit of amaliyyah.
Muhammad Sebagai Pemimpin Agama dan Negara Ahmad Fadholi
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 5 No 1 (2020): Misykah : jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammad is a great human figure, the messenger of God who was given the mandate to deliver the message, or teachings of God, which became known as the teachings of Islam. His noble character attracted the sympathy of the Arab community at that time, even though some people were uneasy about his existence. As a chosen human, he is equipped with knowledge and abilities. God also gave him a noble position among humans by giving him the title of prophecy. This noble position shows that he is truly the messenger of God. In addition, the expertise of the Prophet Muhammad and his belief in the eyes of the people in regulating, maintaining, developing the territory, building cities, giving attention, peace, welfare and progress of society, made him worthy of being called a "statesman". In implementing teachings, regulating the wheels of life and government, he applies the values ​​of Islamic teachings and also the principle of compassion for all nature. Abstrak Muhammad adalah sosok manusia agung utusan Tuhan yang diberikan amanah menyampaikan risalah, atau ajaran Tuhan, yang kemudian dikenal dengan ajaran Islam. Akhlaknya yang mulia menarik simpati masyarakat arab kala itu, meskipun sebagian kalangan resah dengan keberadaannya. Sebagai manusia pilihan, ia dibekali dengan ilmu dan kemampuan. Tuhan pun memberikan kedudukan mulia di antara manusia dengan memberikannya gelar kenabian. Kedudukan mulia ini menunjukkan bahwa ia adalah benar-benar sang utusan Tuhan. Selain itu, kepiawaian Nabi Muhammad dan kepercayaannya di mata masyarakat dalam hal mengatur, menjaga, mengembangkan wilayah kekuasaan, membangun kota-kota, memberikan perhatian, kedamaian, kesejahteraan serta kemajuan masyarakat, menjadikannya layak disebut sebagai “negarawan”. Dalam mengimplementasikan ajaran, mengatur roda kehidupan dan pemerintahan, ia menerapkan nilai-nilai ajaran Islam dan juga prinsip kasih sayang terhadap seluruh alam.
Nilai –Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Ta’lim Mutaalim Karya Syaikh Az-Zarnuji subhan subhan
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 7 No 1 (2022): Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini mengenai nilai pendidikan karakter dalam kitab ta’lim mutaalim karya syaikh az-zarnui. Metode dalam penelitian ini yaitu telaah studi pustaka dimana peneliti menelaah dokumen yang berkaitan dengan nilai pendidikan karakter. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa nama lengkap pengarang kitab adalah Imam Zarnuji adalah Burhanuddin Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. Dan karyanya yaitu kitab ta‟lim mutaalim. Nilai pendidikan karakter yang di temukan diantaranya; musyawarah, sabar, wara‟, hormat dan hidmad, tekun serta cita-cita luhur. Penelitian ini di anggap masih relevan untuk pengembangkan pendidikan karakter peserta didik di indonesia yaitu dengan menggunakan metode yang ada pada kitab ta;lim mutaalim berupa metode adapun metodenya: metode ilqa‟ al-nasihah (pemberian nasehat) dan kasih sayang, metode mudzakarah, munadharah mutharohah dan Metode pembentukan mental jiwa. Abstract This research is about the value of character education in the book of ta'lim mutaalim by Shaykh az-zarnui. The method in this research is a literature review where the researcher examines documents related to the value of character education. The results of this study indicate that the full name of the author of the book is Imam Zarnuji is Burhanuddin Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi. And his work is the ta‟lim mutaalim book. The values ​​of character education found include; deliberation, patience, war, respect and hidmad, diligent and lofty ideals. This research is considered still relevant for developing the character education of students in Indonesia by using the methods contained in the ta;lim mutaalim book in the form of methods as for the methods: the ilqa‟ al-nasihah method (giving advice) and affection, the mudzakarah method, munadharah mutharohah and Methods of mental formation of the soul.
Kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai Teladan Masyarakat Madani menurut Kajian Surah Al-Ahzab Ayat 21 Faiz Karim Fatkhullah; Fidya Arie Pratama; Sofyan Sauri
Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam Vol 7 No 1 (2022): Misykah : Jurnal Pemikiran dan Studi Islam
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah IAI Bunga Bangsa Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Nabi Muhammad SAW. adalah manusia, tapi lain dari manusia. Beliau laksana batu intan permata, sedangkan kita ibarat batu biasa. Banyak hal yang bisa kita sebagai umat muslim untuk mencontoh Beliau agar dijadikan panutan dalam bertindak dan bertanduk ketika kita melakukan kegiata keseharian. Penelitian ini berasal dari intisari kajian surat Al-Ahzab ayat 21 dengan menggunakan studi literature dalam ceramah dimana kepemimpinan Rasulullah SAW dapat dijadikan teladan bagi masyarakat madani dewasa ini. Dikarenakan Akhlak Rasul adalah pengejawantahan dari seluruh ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an. Maka pantas kalau Allah memuji akhlak Rasulullah SAW. Dari kajian tersebut dapat diketahui bahwa teladan yang dapat dijadikan cerminan bagi seorang pemimpin adalah 1) Ucapan (Qauli) dimana Meneladani sifat baginda nabi Muhammad Saw. yang senantiasa berkata lembut, jujur, dan mengandung banyak hikmah serta tuntunan. 2) Perbuatan (Fi’li) dimana kita Senantiasa mengikuti apa yang beliau ajarkan dengan kesungguhan. Nabi Muhammad Saw. sangat terjaga dalam melakukan apapun. 3) Penetapan (Takriri) artinya Meneledani penetapan beliau yang bijaksana dan adil dalam memutuskan segala perkara dengan penuh pertimbangan dan tidak berat sebelah. Ahklah pemimpin menurut ajaran Rasulullah 1) Linta lahum. Rasulullah Saw. senantiasa bersifat lemah lembut, baik terhadap kawan maupun lawan. 2) Fa’fu ’anhum wastagfirlahum. Rasulullah. senantiasa bersifat lapang dada, mudah memaafkan dan memohonkan ampunan bagi setiap kesalahan. 3) Wa syawirhum fil amri. Rasulullah senantiasa mentradisikan sikap bermusyawarah dalam setiap mengambil keputusan. Abstract Prophet Muhammad SAW is human, but different from humans. He is like a gemstone, while we are like ordinary stones. There are many things that we as Muslims can imitate him so that he can be used as a role model in acting and having horns when we carry out daily activities. This research comes from the essence of the study of Surah Al-Ahzab verse 21 by using literature studies in lectures where the leadership of the Prophet Muhammad can be used as an example for civil society today. Because the character of the Apostle is the embodiment of all the teachings contained in the Qur'an. So it is appropriate that Allah praises the character of the Prophet Muhammad. From this study, it can be seen that the example that can be used as a reflection for a leader is 1) Speech (Qauli) which imitates the nature of the Prophet Muhammad SAW. who always speak softly, honestly, and contains a lot of wisdom and guidance. 2) Actions (Fi'li) where we always follow what he teaches with sincerity. Prophet Muhammad SAW. very awake in doing anything. 3) Determination (Takriri) means following his wise and fair decision in deciding all matters with full consideration and impartiality. Ahklah leader according to the teachings of the Prophet 1) Linta lahum. Rasulullah SAW. always be gentle, both towards friends and foes. 2) Fa'fu 'anhum wastagfirlahum. Rasulullah. always open-minded, easy to forgive and ask forgiveness for every mistake. 3) Wa syawirhum fil amri. Rasulullah always has a tradition of deliberation in every decision making.