cover
Contact Name
Christanto Sema Rappan Paledung
Contact Email
rappanpaledung@gmail.com
Phone
+6285216690350
Journal Mail Official
theologiainloco@stftjakarta.ac.id
Editorial Address
Jalan Proklamasi No. 27, Menteng, Jakarta Pusat 10310. DKI Jakarta. Indonesia
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Theologia in Loco
ISSN : 26214903     EISSN : 26214911     DOI : 10.55935
Theologia in Loco merupakan istilah yang pertama kali dikemukakan oleh Prof. Dr. Muller Kruger, ketua pertama Sekolah Tinggi Teologi/Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta. Prof. Kruger sejak semula mendorong theologia in loco atau teologi lokal untuk dikembangkan khususnya melalui STT/STFT Jakarta. Sejak awal, STT/STFT Jakarta merasakan perlunya mengambil peranan kunci dalam pengembangan pemikiran-pemikiran teologis yang akan membantu Gereja-gereja untuk memberikan tanggapan terhadap situasi-situasi yang senantiasa berubah dalam konteks Indonesia. Dalam arah tersebut, STT/STFT Jakarta terus-menerus berupaya mengembangkan theologia in loco yaitu berteologi dalam konteks Indonesia. Konteks Indonesia dapat dilihat secara multi-layer, yaitu konteks Indonesia secara nasional, konteks Indonesia dengan berbagai gereja, sudut pandang teologi, suku, maupun agama. Dalam rangkap pengembangan berteologi sesuai konteks tersebut, maka dibentuklah jurnal dengan nama yang sama, yaitu theologia in loco sebagai sebuah kanal akademik STT/STFT Jakarta dalam pengembangan teologi dalam konteks Indonesia. Jurnal teologi online ini terbuka bagi siapa pun yang ingin menggagas ide-ide teologinya bagi kepentingan pengembangan teologi lokal ini. Dalam rangka itu, maka dewan redaksi menyelenggarakan jurnal online dua kali sebulan, yaitu April dan Oktober. Para calon penulis dapat menggunakan fasilitas online di website ini untuk mengunggah naskah mereka. Dewan redaksi menyediakan dua peninjau yang tidak saling mengenal (double-blind peer reviewer) untuk mengevaluasi kelayakan setiap naskah.
Articles 93 Documents
Tata Ruang Dalam Gereja yang Secara Liturgis Menarasikan Karya Allah Rachman, Rasid
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.521 KB)

Abstract

Abstract The explanation of the church building as a liturgical space in this article will focus on two things. First, the area that separates the sacred from the secular world. The separated place points towards the meaning of the church that reveals God's presence in the world. The church is not just alive but also gives meaning to the whole life of the entire creation. Second, the celebration room that narrates God's works in history. As a liturgical area, the church building uses several metaphors to tell about God's works, for example, the gate of heaven, the pregnant mother, and the sailing ship. This article argues that the interior of the liturgical space narrates the church's view on God and God's creation. Further, this article emphasizes for the importance of the liturgical space as a reflection of the church theology by using the ritual, theological, and anthropological views of the church's interior space. Keywords: arena, house of God, ladder, liturgical space, narrative, water, witness Abstrak Paparan tentang bangunan gereja sebagai area liturgi berikut ini akan berfokus pada dua hal. Pertama, area yang memisahkan dunia sakral dan dunia keseharian. Area terpisah mengungkapkan keberadaan gereja yang menyatakan kehadiran Allah di dunia. Gereja bukan hanya hidup di dunia, tetapi juga memberikan makna bagi seluruh kehidupan segala makhluk. Kedua, ruang selebrasi yang menarasikan karya Allah sepanjang sejarah. Sebagai area liturgi, bangunan gereja menggunakan metafora untuk menarasikan karya Allah, misalnya: pintu gerbang sorga, Sang Bunda mengandung, dan biduk berlayar. Argumentasi artikel ini adalah interior ruang ibadah merefleksikan teologi gereja dengan menggunakan pendekatan ritual, teologi, dan antropologi, artikel ini memperlihatkan penting ruang liturgi sebagai refleksi dari teologi gereja. Kata-kata Kunci: arena, rumah Allah, tangga, tata ruang, narasi, air, saksi
Kisah Luth (Lot) dan Kejahatan Kaum Sodom Kristianto, Andreas; Listijabudi, Daniel K
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.003 KB)

Abstract

Abstract The story of Luth (read: Lot) is usually read as a text about homosexuality in both Christianity and Islam. By exploring a cross-textual reading from leading Muslim interpreters in Indonesia, Hamka with Al Azhar Juzu Commentary, Quraish Shihab with Al Misbah Commentary and interpretation of the Ministry of Religion, this article unveils the hidden meaning of Luth’s story, which today’s readers often overlook, especially concerning the text of the Qur'an, namely Surah Asy-Syu’ara 26: 166-175, Surah Al-Naml 27: 54-59 and Surah Al-Ankabut 29: 28-30. Through a cross-textual reading, the article unveils the new meaning of the story, i.e., the crimes of the Sodomites not only related to sexual violence and hostility, but also, with the terms al-fahisyah (abomination), al-sayyiat (crime), al-musrifun (people who are excessive), al-’adun (people who transgress), al-jahl (ignorance), and alkhaba’is (bad deeds), which are the accumulation of various kinds of crimes, crimes, and abominations degrading humanity. The cross-textual reading between the interpreters of the Qur’an and the Bible provides the viewpoints, insights, and values in the cross-textual hermeneutical encounter of different religions, traditions, and scriptures. Keywords: Story of Luth, Christian and Islam, Cross-textual, Homosexuality, Hermeneutic Abstrak Kisah Luth (baca: Lot) biasanya menjadi rujukan untuk berbicara tentang homoseksualitas baik di dalam agama Kristen maupun Islam. Dengan eksplorasi pembacaan secara lintas tekstual dari mufasir Islam terkemuka di Indonesia yaitu Hamka dengan Tafsir Al Azhar Juzu, Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, dan Tafsir Kementerian Agama, artikel ini akan menggali makna tersembunyi dari kisah Luth yang sering kali terlewatkan dari perhatian pembaca masa kini, khususnya berkaitan dengan teks Al-Qur’an yaitu Surah Asy-Syu’ara 26: 166-175, Surah Al-Naml 27: 54-59 dan Surah Al-Ankabut 29: 28-30. Makna baru dalam tulisan ini adalah kejahatan kaum Sodom tidak hanya menyangkut soal kekerasan seksual dan ketidakramahan (inhospitality) saja, tetapi juga berkaitan dengan istilah al-fahisyah (kekejian), al-sayyiat (kejahatan), al-musrifun (orang yang berlebihan), al-‘adun (orang yang melampaui batas), al-jahl (kebodohan), dan al-khaba’is (perbuatan buruk), yang merupakan akumulasi dari berbagai macam kejahatan, kriminalitas dan kekejian yang merendahkan martabat kemanusiaan. Dari pembacaan lintas tekstual antara mufasir Al-Qur’an dan Alkitab, kita mendapatkan cara pandang, wawasan, dan nilai-nilai yang membangun dalam perjumpaan cross-textual hermeneutic antara agama, tradisi, dan kitab suci yang berbeda. Kata-kata Kunci: Kisah Luth, Kristen dan Islam, Hermeneutika lintas tekstual, Homoseksualitas, Hermeneutik
Gereja Protestan di Timor Barat pada Masa Nederlandsch Zendeling Genootschap, 1820-1860 Jacob, Fransico de Ch. A.
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.994 KB)

Abstract

Abstract This article aims to describe and analyze - as comprehensively and objectively as possible - how the history of the Protestant Church in West Timor, especially during the Nederlandsch Zendeling Genootschap (1820-1860), took place. The results obtained clearly show that the Protestant Church continues to experience growth despite various challenges. One notable thing is that the growth of the Protestant Church in West Timor during the NZG period was not only due to the works of European missionaries but also because of the work of local people, both men, women, adults, and children. Keywords: Protestant Church, NZG, West Timor Abstract Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis – sekomprehensif dan seobjektif mungkin – bagaimana Sejarah Gereja Protestan di Timor Barat, khususnya pada masa Nederlandsch Zendeling Genootschap (1820-1860) berlangsung. Hasil yang didapat sangat jelas menunjukkan bahwa Gereja Protestan di Timor Barat pada masa NZG terus mengalami pertumbuhan, terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi. Satu hal yang penting dicatat adalah bahwa pertumbuhan Gereja Protestan di Timor Barat pada masa NZG tidak hanya disebabkan usaha para misionaris Eropa, melainkan juga karena pekerjaan orangorang lokal, baik laki-laki, perempuan, orang dewasa, maupun anak-anak. Kata-kata Kunci: Gereja Protestan, NZG, Timor Barat
Menjadi Jemaat Publik Pattianakotta, Hariman
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.485 KB)

Abstract

Abstract Being church in the world is a way of life for church that is determined by its DNA and God’s design. This article offers the metaphor for a church in the world called "public congregation." It is characterized by three dimensions—missional, relational, and incarnational. This article uses Joas Adiprasetya's concept of perichoresis in conversation with Leonard Sweet's thoughts on the missional, relational, and incarnational (MRI) church. The conversation is further extended to include the metaphoric approach by Donald Messer to argue for the relevance of public congregation as a metaphor for church life and orientation toward the world. Keywords: Public congregation, church, missional, relational, incarnational, public space Abstrak Panggilan menjadi jemaat publik merupakan jalan hidup menggereja yang sesuai dengan DNA dan desain Allah atas gereja di dalam dunia. Karena itu, dalam artikel ini, saya menawarkan metafora “jemaat publik” bagi jemaatjemaat untuk menerjemahkan dirinya sebagai gereja yang misional, relasional, dan inkarnasional dalam ruang publik. Untuk menjelaskan tawaran ini, saya akan mengurai pandangan mengenai gereja dan dunia dalam bingkai trinitasperikhoresis dari Joas Adiprasetya dan mengelaborasi pemikiran Leonard Sweet mengenai gereja yang misional, relasional, dan inkarnasional (MRI). Kemudian saya akan membaca jemaat dari perspektif ekologis dalam studi-studi kongregasi, lalu dengan pendekatan metaforik dari Donald Messer, saya akan mendialogkan pemikiran Adiprasetya dan Sweet untuk menawarkan konstruksi saya mengenai jemaat publik. Kata-kata Kunci: Jemaat publik, gereja, misional, relasional, inkarnasional, ruang publik
Fenomena Christian Prince dan Ustaz Charis Bangun Samudra Wilar, Abraham Silo
Theologia in Loco Vol 3 No 1 (2021): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (607.689 KB)

Abstract

Abstract The phenomenon of Christian Prince and Ustaz Charis Bangun Samudra has generated a specific image of the profiles as the defenders of the faith as the constructed image of the two that is popularly and publicly known. This article investigates the image with a multidisciplinary methodology to show the multiple images that are communicated by the phenomenon. This article addresses revivalism of religious apologetic of both communities, religious phobia, Christianophobia, and Islamophobia in the communities to argue that the image cannot be justified theologically since it contradicts the religious ethics of the theological approach employed in this article. Keywords: Construction, Image, Multi-discipline, Apologetics, and Religious Phobia Abstrak Fenomena Christian Prince dan Ustaz Charis Bangun Samudra membentuk suatu konstruksi citra yang sangat spesifik bagi masing-masing tokoh tersebut. Konstruksi citra tersebut adalah Pembela Kebenaran Iman (PKI). Tulisan ini menginvestigasi citra tersebut dengan menggunakan suatu pendekatan multidisiplin. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, tulisan ini berargumen bahwa citra Pembela Kebenaran Iman (PKI) tersebut bukan satu-satunya hal yang dikomunikasikan oleh fenomena tersebut. Masih banyak citra lain yang muncul dari fenomena tersebut. Dengan argumen tersebut, lebih lanjut, saya mengajukan tesis bahwa citra Pembela Kebenaran Iman tersebut tidak dapat dibenarkan secara teologis karena bertentangan dengan prinsip religious ethics yang ada di dalam pendekatan teologi yang digunakan oleh artikel ini. Artikel ini mendeskripsikan revivalisme apologetika relijius di komunitas Kristen dan Islam, dan religious phobia, yaitu, Islamophobia dan Christianophobia, sebagai konten utama dari fenomena tersebut dan yang memperlihatkan persoalan teologis dari citra tersebut. Kata-kata Kunci: konstruksi, citra, multi-disiplin, apologetika, dan religious phobia.
Penggunaan Metode DNA Jemaat Kevin Graham Ford dalam Analisis Identitas Jemaat GKJ Joglo Hartati, Marya Sri; Purwanto, Lazarus
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.142 KB)

Abstract

Abstrak: Tulisan ini hendak memaparkan proses pencarian DNA GKJ Joglo dengan menggunakan teori DNA jemaat Kevin Graham Ford. Penelitian ini didasarkan pada kesadaran bahwa penting bagi sebuah jemaat untuk menemukan DNA-nya, sebab DNA itulah yang menggerakkan seluruh kehidupan berjemaat, bahkan melebihi rumusan visinya. Dengan metode penelitian kualitatif, tulisan ini akan memulai pembahasan dari pemaparan tentang teori DNA jemaat, proses pencarian, dan hasil penelitian. Diharapkan melalui temuan DNA ini, jemaat dapat mencapai pemahaman yang utuh dan mendalam tentang dirinya di tengah konteks lokalnya yang konkret. Lalu dari sana ia dapat mentransformasi diri untuk semakin menjadi sebuah komunitas iman yang kehadiran dan pelayanannya bermakna dan berdampak bagi masyarakat luas. Abstract: This article is about to display the DNA search process of GKJ Joglo by using DNA theory of Kevin Graham Ford congregation. This research is based on the realization that it is important for a church to find its DNA, which is why DNA is moving the whole life of the congregation, even exceeding the formulation of its vision. With qualitative research methods, this paper will start a discussion: the Church's DNA theory, search process, and research results. Hopefully through the findings of this DNA, the congregation can achieve a complete and profound understanding of itself in the midst of a concrete local context. Then from there he can transform himself to become a community of faith whose presence and service is meaningful and impactful to the wider community.
Analisis Peran Hati Nurani dalam Surat-surat Paulus dan Etika Kristen Subandrijo, Bambang
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.595 KB)

Abstract

ABSTRAK: Artikel ini menelusuri makna suara hati (sunedēsis) di dalam surat-surat Paulus dalam kaitannya dengan etika Kristen. Saya berargumen bahwa jika manusia bertindak dengan berpedoman pada keputusan suara hatinya, tanpa tergantung pada penilaian pihak lain, ia benar-benar menjadi dirinya sendiri. Ketaatan terhadap suara hati adalah egoisme etis positif, yaitu egoisme etis yang bertolak dari suara hati, dan tindakan etisnya bersumber pada kebenaran moral yang menjadi kewajiban moral. Pemahaman dalam surat Paulus menunjukkan bahwa pengambilan keputusan tidak tergantung pada orang lain, melainkan keputusan pribadi secara sadar. Dengan demikian, ketika seseorang tampil sebagai dirinya sendiri yang memiliki kepribadian teguh dan berjiwa besar. Dengan keputusan berdasarkan suara hati, seseorang akan bertindak dengan cermat, hati-hati dan sadar untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu. ABSTRACT: This article explores the meaning of conscience (sunedēsis) in the Pauline letters in relation to Christian ethics. I have argued that if humans act based on their conscience, without depending on the judgment of others, they will be their own self. Obedience to conscience is an ethical egoism that starts from conscience, because its ethical actions are rooted in moral truth which becomes a moral obligation. The understanding of conscience in the Pauline letters show that decision making does not depend on others, but depends on conscious personal decisions. By doing so, someone appears as him or herself who has a strong personality and a great-hearted person. By taking a decision based on conscience, man will act carefully, prudently and be conscious to take responsibility for his or her actions.
Hagopian, David G., ed., Kembali ke Dasar-dasar: Menemukan Kembali Kekayaan Iman Reformed, terj. Arvin Saputra. Surabaya: Momentum, 2018: xviii + 321 halaman, ISBN: 602-393-059-X Prasetyo, Nurcahyo Teguh
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.754 KB)

Abstract

book review
Kepekaan Pastoral dalam Liturgi Messakh, Besly Yermy Tungaoly
Theologia in Loco Vol 2 No 2 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.089 KB)

Abstract

Abstrak: Melalui makalah ini, saya akan mengelaborasi percakapan liturgi dari perspektif teologi pastoral. Saya berargumen bahwa seluruh praksis liturgi merupakan praksis pastoral. Dengan mengacu pada peristiwa Kristus, praksis liturgi sebagai praksis pastoral mampu memformasi sekaligus mentransformasi umat dalam peribadatan. Saya juga berargumen bahwa perancangan dan penyelenggaraan liturgi semestinya dengan sengaja dan memperhitungkan dimensi pastoral. Abstract: Through this paper, I will elaborate the liturgical conversation from the perspective of pastoral theology. I argued that the whole liturgical practice was pastoral practice. Referring to the events of Christ, liturgical practice as pastoral practice is able to reform and transform the people in worship. I also argued that the planning and organizing of the liturgy should deliberately and take into account the pastoral dimension.
Bolehkah Gereja Berpengadilan? Aritonang, Jan Sihar
Theologia in Loco Vol 2 No 1 (2020): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.213 KB)

Abstract

Gereja Kristen sepanjang sejarahnya telah terlibat dalam berbagai macam perkara dengan berbagai varian. Makalah ini pemaparan historis, secara terbatas, perjalanan gereja dengan persoalan pengadilan dengan berbagai pertimbangan dari bidang etika, eklesiologi, dan pastoral. Pada akhirnya, saya berargumen bahwa gereja perlu – bahkan perlu - memperkarakan sejumlah hal ke pengadilan, seperti tindak kriminal, termasuk penyelewengan jabatan, termasuk menyangkut keuangan dan aset. Atau terhadap isu-isu perjuangan menegakkan keadilan, hak asasi manusia, diskriminasi, intoleransi, gereja harus memprosesnya ke pengadilan.

Page 1 of 10 | Total Record : 93