cover
Contact Name
DICKY DOMINGGUS
Contact Email
dicky.dominggus@sttibc.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalcaraka@sttibc.ac.id
Editorial Address
kompleks batu aji centre blok B, no 3a-5
Location
Kota batam,
Kepulauan riau
INDONESIA
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika
ISSN : 27221407     EISSN : 27221393     DOI : https://doi.org/10.46348
Tujuan dari penerbitan jurnal ini adalah untuk menyebarkan hasil kajian ilmiah dan penelitian dalam bidang ilmu : Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru) Teologi dan Etika Teologi Pastoral dan Etika Pelayanan Gerejawi Misiologi Biblikal dan Praktikal Pendidikan Agama Kristen
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 56 Documents
Korelasi Khotbah Ekspositori dan Antusias Jemaat dalam Beribadah di GBI Mawar Sharon Cileungsi Adelius Waruwu; Junior Natan Silalahi; Abraham Johannis; Haposan Siahaan
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i1.13

Abstract

Abstract. This article examines the correlation between expository preaching and congregational enthusiasm in worship at GBI Mawar Sharon Cileungsi. The research was conducted with quantitative research methods. After conducting research in accordance with a standard methodology, the results obtained from the calculation of the correlation between the two variables amounted to 0.764 and included in the positive and strong category. Based on the regression test the regression results obtained between the two variables amounted to 0.575 or 57% which means that the application of the influence of expository sermons contributed 57% to the increase in enthusiasm of worshipers in church worship. The application of expository sermons to increase congregational enthusiasm in worship can be applied because it has good influence, but this cannot be used as the sole reference because there are still other factors that affect the level of enthusiasm of the congregation.Abstrak. Artikel ini mengkaji korelasi khotbah ekspositori dan antusias jemaat dalam beribadah  di  GBI Mawar Sharon Cileungsi. Adapun penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif. Setelah melakukan penelitian sesuai dengan metodologi yang baku, maka didapat hasil perhitungan korelasi antara kedua variabel adalah sebesar 0,764 dan masuk pada kategori positif dan kuat. Berdasarkan uji regresi didapat hasil regresi antara kedua variabel sebesar 0,575 atau 57% yang berarti bahwa penerapan pengaruh khotbah ekspositori memberi kontribusi sebesar 57% terhadap peningkatan antusias jemaat dalam beribadah di gereja. Penerapan khotbah ekspositori untuk meningkatkan antusias jemaat dalam beribadah bisa diterapkan karena memiliki pengaruh yang baik, namun hal tersebut tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat antusias jemaat.
Sikap Hidup Hamba Tuhan Berdasarkan 2 Timotius 2:1-13 Iva Trifena Mayrina Wokas
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 2 No. 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v2i1.40

Abstract

AbstractAttitude to life is fundamental in the life of God's servant. This attitude to life helps servants of God in maintaining the purity of their vocation and avoiding the temptations that exist. Paul wrote 2 Timothy 2: 1-13 as an advice to Timothy to keep his vocation pure and not be influenced by heresy that existed at that time. This research aims to find out the attitude of life in the text of 2 Timothy 2: 1-13 and to find out its implications for God's servants today. This research is a qualitative research with a grammatical historical approach. The attitude of life from the text of 2 Timothy 2: 1-13 is strong in grace, trustworthy, heeding the Word of God, following Jesus' example in enduring suffering and being patient in enduring suffering. By maintaining the attitude of life, a servant of God can be an example for others and also case reports to God's servants can be minimal. Abstrak Sikap hidup merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan hamba Tuhan. Sikap hidup menolong hamba Tuhan dalam menjaga kemurnian panggilannya dan menghindarkan diri dari godaan yang ada. Paulus menuliskan surat 2 Timotius 2:1-13 sebagai nasihat kepada Timotius untuk menjaga kemurnian panggilannya dan tidak terpengaruh dengan ajaran sesat yang ada pada waktu itu. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sikap hidup dalam teks 2 Timotius 2:1-13 dan mencari implikasinya bagi hamba Tuhan pada masa kini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan historikal gramatikal. Adapun sikap hidup dari teks 2 Timotius 2:1-13 adalah kuat dalam kasih karunia, dapat dipercaya, memperhatikan Firman Tuhan, mengikuti teladan Yesus dalam menanggung penderitaan dan sabar dalam menanggung penderitaan. Dengan menjaga sikap hidupnya seorang hamba Tuhan dapat menjadi teladan bagi orang lain dan juga berita kasus pada hamba Tuhan dapat minim terjadi.
Makna Dibenarkan Oleh Iman Dan Perbuatan Menurut Yakobus 2:14-26 Samuel Julianta Sinuraya
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i2.33

Abstract

AbstractSince his fall into sin, man has suffered from moral depravity and self-image damage before God. God took the initiative to restore the relationship with humans through the redemptive work of Christ. Through Christ's redemption, mankind who was originally sinful was justified by God's grace. James wrote the teaching that man who is justified by God through faith,   should have deeds according to their faith. This research is a qualitative research with a grammatical historical approach. The aim of this research is to find the meaning of being justified by faith and deeds according to James 2: 14-26 and to explain the implications for today's believers. For James, the true form of faith can be seen through works. This means that a person whose actions do not reflect Christ's righteousness is essentially dead. AbstrakSejak jatuh ke dalam dosa, manusia mengalami kerusakan moral dan citra diri di hadapan Allah. Allah berinisiatif memulihkan hubungan dengan manusia melalui karya penebusan Kristus. Melalui penebusan Kristus, manusia yang semula berdosa dibenarkan oleh anugerah Allah. Yakobus menuliskan ajaran bahwa manusia yang sudah dibenarkan Allah oleh iman seharusnya memiliki perbuatan yang sesuai dengan imannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan historikal gramatikal.  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menemukan makna dibenarkan oleh iman dan perbuatan menurut Yakobus 2:14-26 dan memaparkan implikasinya kepada orang percaya pada masa kini. Bagi Yakobus, bentuk iman yang sejati dapat dilihat melalui perbuatan.  Seseorang yang perbuatannya tidak mencerminkan kebenaran Kristus pada hakekatnya mati.
Perspektif Gereja Masehi Injil Di Timor (GMIT) Imanuel Matepu Terhadap Tradisi Puru Hogo Indah lestari basuki; Chlaodhius budhianto; Iskak Sugiyarto
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i2.29

Abstract

AbstractPuru Hogo is a tradition that is still attached to the life of the Sabu tribe in East Nusa Tenggara. The Puru Hogo tradition is carried out by the Sabu community every year, when they want to do the extracting of sap and cooking sugar, in June and July. They believe that they will be blessed, the results of the extraction of sap will be good, no one will have an accident, and they will get a good income, on condition that they have to offer a sheep to give to Mone Ama. Using a qualitative approach, a descriptive method, this research examines the perspective of the Christian Church in Timor (GMIT) Imanuel Matepu. It was found that the Puru Hogo tradition was given a new meaning, so that it became a bridge for church ministry in the Sabu community.AbstrakPuru Hogo merupakan tradisi yang masih lekat dalam kehidupan Suku Sabu di Nusa Tenggara Timur. Tradisi Puru Hogo dilakukan oleh masyarakat Sabu setiap tahun, saat hendak melakukan pengambilan air nira dan memasak gula, pada bulan Juni dan Juli. Mereka meyakini bahwa mereka akan diberkati, hasil pengambilan air nira akan bagus, tidak ada yang mengalami kecelakaan, dan mereka akan mendapatkan pendapatan yang baik, dengan syarat harus mempersembahkan seekor domba untuk diberikan kepada Mone Ama. Melalui metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, penelitian ini menelisik tentang perspektif Gereja Masehi Injil di Timor (GMIT) Imanuel Matepu. Di dapati bahwa tradisi Puru Hogo, diberi makna baru, sehingga menjadi jembatan bagi pelayanan gereja di masyarakat Sabu. 
Teologi Ekologi: Suatu Isu Etika Menuju Eskatologi Kristen Jefri Hina Remikatu
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i1.12

Abstract

Abstract. The issues of Christian ethics and eschatology are two important parts that being discussed in this paper regarding the ecological crisis that is happening recently.  These two issues invite the the church to rethink the missiological and soteriogical concept so that it can influence the activity of the church in carrying out the mission of God.  The church become the agen of God in voicing out the renewal of the broken relationship become harmony.  Therefore, the mission mandate that carried out by the church should be understood as participation of the church in the dynamic fellowship harmony with God and with all creations. The church as a community of the believers that has a dynamic fellowship with God will actively participate in God’s mission.  As the agen of God, the church must carry out her role in manifesting the divine mission through the proclamation of the salvation from God, trying to create and bring peace and harmony through the ethical behavior and bring the message of hope that everything must be turned to the glory of God as the soteriological hope for all creations in union with Him.  So, this paper challenges the church to reevaluate the Great Commission that contained in the Old Testament especially in the book of Genesis and New Testamen in the book of Matthew.Abstrak. Isu etika dan eskatologi Kristen merupakan dua bagian penting yang dipercakapkan makalah ini terkait krisis ekologi yang sedang terjadi. Kedua isu tersebut mengajak gereja untuk memikirkan ulang konsep misi dan konsep keselamatan sehingga dapat mempengaruhi aktivitas gereja dalam menjalankan misi Allah. Gereja menjadi agen Allah dalam menyuarakan pembaharuan relasi yang rusak menjadi harmonis.  Karena itu mandat misi yang dijalankan oleh gereja dipahami sebagai partisipasi gereja dalam persekutuan harmonis yang dinamis dengan Allah. Gereja sebagai komunitas orang-orang percaya yang memiliki hubungan yang dinamis dengan Allah akan secara aktif berpartisip dalam misi Allah.  Sebagai Agen Allah, gereja harus menjalankan perannya dalam mengejawantahkan misi ilahi melalui proklamasi keselamatan dari Allah, berusaha membawa damai maupun keharmonisan melalui prilaku etis, serta menyampaikan berita pengharapan bahwa segala sesuatu harus dikembalikan kepada kemuliaan Allah sebagai pengharapan soteriologis dalam penyatuan dengan Dia. Makalah ini memberikan tantangan kepada gereja untuk mengevaluasi Amanat Agung yang terdapat dalam Perjanjian Lama terkhusus dalam kitab Kejadian dan Perjanjian Baru dalam Injil Matius.  
Tinjauan Etika Kristen tentang Praktek Penggelembungan Dana (Mark-up) Bagi Pebisnis Kristen Yosua Sibarani
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 2 No. 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v2i1.43

Abstract

AbstractIn the realities of everyday life, Christians often encounter various kinds of temptations to do things that are hated by God. Of the many temptations, dishonesty has become a struggle for all Christians, including Christian businessmen. This form of dishonesty is inflating funds or often known as mark-up. This paper discusses the practice of mark-up and how Christian businessmen react to it from a Christian ethical perspective. A Christian businessman should glorify God through his business activities by rejecting behavior that is contrary to Christian faith. As a follower of Christ, he must have a different attitude from society in general. The Bible as the word of God is the basis for studying the practice of inflating these funds so that Christian businessmen can apply it in their life in general and their business activities in particular. AbstrakDalam kenyataan hidup sehari-hari, tidak jarang orang Kristen berhadapan dengan berbagai macam godaan berbuat hal yang dibenci oleh Allah. Dari sekian banyak godaan, ketidakjujuran menjadi pergumulan semua kalangan Kristen, termasuk pebisnis Kristen. Bentuk ketidakjujuran tersebut adalah penggelembungan dana atau sering dikenal dengan istilah mark-up.  Tulisan ini membahas tentang praktek penggelembungan dana (mark-up) dan cara pebisnis Kristen menyikapinya berdasarkan perspektif etika Kristen. Seorang pebisnis Kristen seharusnya memuliakan Allah melalui aktivitas bisnis yang dilakukannya dengan menolak perilaku yang bertentangan dengan iman Kristen. Sebagai pengikut Kristus, ia harus memiliki sikap yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Alkitab sebagai firman Allah menjadi landasan untuk mengkaji praktek penggelembungan dana tersebut sehingga pebisnis Kristen dapat menerapkannya dalam hidupnya secara umum dan aktivitas bisnisnya secara khusus.
Konsep Dosa dalam Perjanjian Lama dan Hubungannya dengan Konsep Perjanjian Pardomuan Marbun
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i1.9

Abstract

Abstract. This article discusses the relationship between the concept of sin in the Old Testament and the concept of the covenant. The thesis of this article is that the concept of sin in the Old Testament is describing the side of God's attribute, namely God's justice. While the concept of the covenant (covenant) is describing the attributes of God that represent God's love. The concept of sin in the Old Testament and its consequences is not showing God's wrath that is contrary to the God of love, but rather describing a God who is just and sovereign over His laws. Likewise, the concept of the covenant that is describing God's love, where God initiated the first and reminded Himself to humans who are His creations in the covenant. This agreement also shows God's loyalty to His people. This article will show that both the concept of sin in the Old Testament and the Testament concept have close ties and are bound together. By conducting the literature study method, this article will contribute conceptually useful to the concept of sin in the Old Testament and also the concept of the Covenant.Abstrak. Artikel ini membahas hubungan antara konsep dosa dalam Perjanjian Lama dengan konsep perjanjian (covenant). Tesis dari artikel ini adalah bahwa konsep dosa dalam Perjanjian Lama sedang menggambarkan sisi dari atribut Allah yaitu keadilan Allah.  Sementara konsep perjanjian (covenant) sedang menggambarkan sisi atribut Allah yang mewakili kasih Allah.  Konsep dosa dalam Perjanjian Lama dan akibat-akibatnya tidaklah sedang menunjukkan murka Allah yang bertentangan dengan Allah yang kasih, tetapi lebih kepada menggambarkan Allah yang adil dan berdaulat atas hukum-hukumNya.  Demikian juga dengan konsep perjanjian yang sedang menggambarkan kasih Allah, dimana Allah yang berinisiatif terlebih dahulu dan mengingatkan diiriNya kepada manusia yang adalah ciptaanNya di dalam perjanjian/covenant.  Perjanjian ini juga sekaligus menunjukkan kesetian Allah kepada umatNya. Artikel ini akan menunjukkan bahwa konsep dosa dalam Perjanjian Lama maupun konsep Perjanjian memiliki hubugan yang erat dan saling terikat satu sama lain.  Dengan melakukan metode studi pustaka maka artikel ini akan memberikan kontribusi yang bermamfaat secara konseptual mengenai konsep dosa di dalam Perjanjian Lama dan juga konsep Perjanjian atau covenant.
Keesaan Yahweh (TUHAN) Dalam Kitab Kejadian Lamberty Yahya Mandagi
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i2.31

Abstract

AbstractThis paper discusses the oneness of Yahweh in the book of Genesis, especially the parts of the book of Genesis which are considered as the work of Yahwist sources. Why conduct a study from parts of the Bible that come from Yahwist sources because this source is considered to be the oldest source in the Bible. The point about the oneness of Yahweh is lifted, because in the book of Genesis, there are certain passages that indicate that Yahweh is not singular but is plural. Therefore, the researcher conducted research related to this subject by doing hermeneutic work, specifically using a critical historical approach. Through literature research on texts related to the subject matter, it can be concluded that in the view of Yahwist sources, the Lord God (Yahweh Elohim) who is worshipped by the Israelites in the Old Testament is one. The one Yahweh is often accompanied by His angels. Thus, the same Lord God who is worshipped by Christians today is one God.AbstrakTulisan ini membahas tentang keesaan Yahweh  dalam kitab Kejadian, secara khusus dari bagian-bagian kitab Kejadian yang dianggap sebagai karya dari sumber Yahwist. Mengapa mengadakan kajian dari bagian-bagian Alkitab yang berasal dari sumber Yahwist karena sumber ini dianggap sebagai sumber yang tertua dalam Alkitab. Pokok tentang keesaan Yahweh diangkat, karena dalam kitab Kejadian, ada bagian-bagian tertentu seperti mengindikasikan bahwa  Yahweh itu tidak esa adanya tetapi bersifat jamak. Karena itu penulis melakukan penelitian berkaitan dengan pokok ini dengan melakuan kerja hermeneutik, secara khusus menggunakan pendekatan historis kritis. Melalui penelitian literatur terhadap teks-teks yang berkaitan dengan pokok pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan sumber Yahwist, TUHAN Allah (Yahweh Elohim) yang disembah oleh umat Israel dalam Perjanjian Lama, esa adanya. Yahweh yang esa itu seringkali didampingi oleh malaikat-malaikat-Nya. Dengan demikian, TUHAN Allah yang sama dan yang disembah oleh orang Kristen masa kini adalah Allah yang esa.
Telaah Kritis Terhadap Pandangan Roh-Roh Teritorial Menurut C. Peter Wagner Toni Irawan
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 2 (2020): November 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i2.24

Abstract

AbstractThis paper intends to criticize he views on territorial spirits developed by C. Peter Wagner. In his hypothesis he argued "the key for spreading the gospel is spiritual warfare, however, there is one sub-category of spiritual warfare that has great potential to accelerate world evangelization, namely the destruction of the power of territorial spirits Wagner's view of territorial spirits, although controversial in various fields, but it’s actually accepted and practiced in certain churches in Indonesia. To examine this view, the author uses methodological library research which is classified as a type of qualitative research. This research found that Wagner was actually developing his ideas on the principle of "rejection-acceptance" which is loaded with pragmatism. Wagner's self-interest plays a very important role so that his view is his personal interpretation of the facts he presents. Wagner does not really allow facts to speak first, however, interprets facts first, so the results will definitely match his presumption.  Finally, Wagner overly relates all matters to spiritual warfare, so that it causes him to tend to understand everything from the point of war. Wagner's view emphasizing only one side and ignoring the other sides finally made his theory lame.AbstrakTulisan ini bermaksud menelaah secara kritis pandangan tentang roh-roh teritorial yang dikembangkan oleh C. Peter Wagner.  Dalam hipotesanya ia mengemukakan  “kunci untuk keberhasilan pengabaran injil adalah peperangan rohani, tetapi ada satu sub-kategori dari peperangan rohani yang memiliki potensi besar untuk mempercepat penginjilan dunia, yaitu penghancuran kuasa roh-roh teritorial.  Pandangan ini mengundang kontroversial tersendiri: di kubu tradisonal menganggap pandangan ini tidak Alkitabiah, tetapi di kalangan tertentu gereja-gereja pentakosta Kharismatik memahaminya sebagai pengajaran yang objektif.   Pandangan Wagner tentang roh-roh teritorial meskipun kontroversial, namun faktanya justru diterima dan dipraktikan di gereja-gereja tertentu di Indonesia. Untuk menelaah pandangan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang secara metodologis tergolong dalam jenis penelitian kualitatif.  Dari penelitian ini didapati hasil telaah yang mengemukakan bahwa Wagner sebenarnya sedang mengembangkan gagasannya di atas prinsip ”penolakan-penerimaan yang sarat dengan pragmatisme.  Self interest Wagner sangat berperan sehingga pandangannya adalah penafsiran pribadinya terhadap fakta yang dipaparkannya.  Wagner tidak benar-benar mengijinkan fakta berbicara terlebih dahulu, namun, menafsirkan fakta terlebih dahulu, sehingga hasilnya pasti akan cocok dengan praduganya. Terakhir, Wagner berlebihan mengkaitkan semua persoalan dengan peperangan rohani, sehingga mengakibatkan ia cenderung memahami semua hal dari sudut peperangan.  Pandangan Wagner yang menekankan hanya pada satu sisi dan mengabaikan sisi lain  akhirnya membuat teorinya  timpang
Ucapan Bahagia dan Hubungannya dengan Khotbah di Bukit Secara Keseluruhan Naomi Sapan
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i1.15

Abstract

Abstract. The Beatitude is often misunderstood as a beautiful words yet  irrelevant and impossible to practice in daily life. However, in the context of the  rest of the Sermon on the Mount and Discourses of the entire book of Matthew, the Beatitude is important because the beatitude is the fundamentally values of the citizens of the Kingdom of God. The happiness as the citizen of God’s Kingdom is very began in their inner life because they are be connected to God, so the happiness is only possible if the people have a fellowship with God who extending and flowing His happiness to them. When the people of the Kingdom of God be connected to the world and living in the daily life their function as salt and light to be realized in practical ethics that relating to all aspects of the social and religious community where they are. The condition of 'happiness' is not related to ownership of something material but happiness or be blessed is identical to their identity as citizens of the Kingdom of God. Happiness that begins when someone responds to the calling of repentance and begins life as a citizen of the Kingdom in fellowship with God. Happiness is also not determined by the promise that following. The following promise is a result of their attitude heart as the blessed one. Regarding to the promise, it must be understood as an eschatological expectations; in eschatology "already but no yet", it has begun but its fulfillment is towards to the future and keep them living to be blessed one.Abstrak. Ucapan bahagia itu sering disalahpahami sebagai kata-kata indah namun tidak relevan dan mustahil untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam konteks sisa Khotbah di Bukit dan Khotbah dari seluruh kitab Matius, Ucapan Bahagia penting karena ucapan bahagia adalah nilai-nilai fundamental dari warga negara Kerajaan Allah. Kebahagiaan sebagai warga Kerajaan Allah sangat dimulai dalam kehidupan batin mereka karena mereka terhubung dengan Tuhan, sehingga kebahagiaan hanya mungkin terjadi jika orang-orang memiliki persekutuan dengan Tuhan yang memperluas dan mengalirkan kebahagiaan-Nya kepada mereka. Ketika orang-orang Kerajaan Allah terhubung ke dunia dan hidup dalam kehidupan sehari-hari, fungsi mereka sebagai garam dan cahaya untuk diwujudkan dalam etika praktis yang berkaitan dengan semua aspek komunitas sosial dan keagamaan di mana mereka berada. Kondisi 'kebahagiaan' tidak terkait dengan kepemilikan sesuatu yang material tetapi kebahagiaan atau diberkati identik dengan identitas mereka sebagai warga Kerajaan Allah. Kebahagiaan yang dimulai ketika seseorang menanggapi panggilan pertobatan dan memulai hidup sebagai warga negara Kerajaan dalam persekutuan dengan Allah. Kebahagiaan juga tidak ditentukan oleh janji yang mengikutinya. Janji berikut ini adalah hasil dari sikap hati mereka sebagai yang diberkati. Mengenai janji itu, harus dipahami sebagai harapan eskatologis; dalam eskatologi "sudah tetapi belum", itu telah dimulai tetapi pemenuhannya menuju masa depan dan membuat mereka hidup untuk diberkati.