cover
Contact Name
Muhajir
Contact Email
qathruna@uinbanten.ac.id
Phone
+628121907168
Journal Mail Official
qathruna@uinbanten.ac.id
Editorial Address
Jalan Jendral Sudirman No. 30 Panancangan Cipocok Jaya, Sumurpecung, Kec. Serang, Kota Serang, Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Qathrun Jurnal Keilmuan dan Pendidikan Islam
ISSN : 2406954X     EISSN : 27765563     DOI : http://dx.doi.org/10.32678/qathruna
Core Subject : Education,
QATHRUNÂ: Jurnal Keilmuan dan Pendidikan Islam invites scholars, researchers, and students to contribute the result of their studies in the areas of Islamic Education, which cover the following research focuses: Learning strategy of Islamic education Development of Islamic education curriculum Curriculum implementation of Islamic Education Development of learning media and resources of Islamic education Islamic education learning evaluation Practices of Islamic education learning in school Inclusive education in Islamic education Action research in Islamic education
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016" : 7 Documents clear
PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI DALAM PENDIDIKAN ISLAM Fahmi Fahmi
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seks itu mencerdaskan, menyehatkan, indah dan menyenangkan dalam pernikahan yang sah secara agama Islam dan undang-undang pernikahan negara. Seks selalu ada dalam diri manusia sejak manusia pertama diciptakan hingga akhir zaman dan masih tetap menarik perhatian untuk diteliti keberadaannya dan perkembangannya. Seks tidak ditutup rapat-rapat ruangnya dan tidak pula dibuka selebar lebarnya, dalam Islam seks dibuka sesuai dengan kebutuhan manusia tidak kurang dan tidak berlebihan sesuai dengan fitrah manusia. Apabila seks ditutup rapat ruangnya maka manusia tidak akan dapat menahan gejolak nafsu di dalam jiwa manusia karena secara biologis harus disalurkan dengan baik dan benar. Apabila seks dibuka selebar-lebarnya tanpa batas maka akan terjadi pergaulan bebas dan seks bebas tanpa melalui pernikahan serta akan ditemukan dimana-mana. Islam memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga dan menutupi aurat sejak anak usia dini untuk menghindari dari segala yang dapat menimbulkan gairah dan perbuatan maksiat dari diri sendiri maupun orang lain. Islam menjaga dan menutupi aurat merupakan bentuk perhatian dan menghargai terhadap tubuh diri sendiri dan tubuh orang lain agar tetap terjaga kebersihan dan kesuciannya dari perbutan keji dan terlarang. Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan akhlak karena di dalamnya mengenalkan baik dan buruk. Anak usia dini harus dikenalkan baik dan buruk, diantara salah satunya yaitu mengenalkan angota tubuhnya yang terlihat, tersembunyi dan pribadi, bagaimana menjaga, melindungi, menghargai tubuh diri sendiri dan orang lain agar terhindar dari korban pelecehan seksual dan perilaku penyimpangan seksual sejak usia dini. Pendidikan seks anak usia dini bukan pendidikan seks orang dewasa karena itu materi tidak sama.
IMPLEMENTASI METODE SOROGAN PADA PEMBELAJARAN TAHSIN DAN TAHFIDZ PONDOK PESANTREN Sugiati Sugiati
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

sorogan dalam pembelajaran tahsīn dan tahfīdz Al Qur’ān, 2) Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode sorogan, serta 3) hasil dalam pembelajaran tahsīn dan tahfīdz Al Qur’ān menggunakan metode sorogan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara (interview), dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan pertama, implementasi metode sorogan dalam pembelajaran tahsin al-Qur’an meliputi: Persiapan menyiapkan meliputi: jilid atau Al Qur’ān , buku prestasi santri, buku rekap guru,waktu. Pelaksanaan meliputi: Salam dari guru, berdoa bersama, membaca secara; membaca secara individu, komentar guru. Tindak lanjut tahsīn; memberi tugas untuk membaca halaman selanjutnya atau mengulang kembali sampai benar dan lancar; menerima setoran bacaan, mencatat di dalam buku prestasi santri, membagikan kembali buku prestasi santri.Kedua, implementasi metode sorogan dalam pembelajaran tahfidaz al-Qur’an meliputi santri memilih materi-materi yang akan diperdengarkan ke hadapan guru, menghafal dengan lancar materi yang dtentukan, memberikan setoran hafalan, mengulang kembali setoran hafalan, melakukan nyema antar santri, melakukan deresan secara sendiri atau bersama. Ketiga, faktor pendukung implementasi metode sorogan dalam pembelajaran tahsin dan taqhfid al-Qur’an pada santri meliputi: Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran‑pikiran yang menggangu, memilik niat yang ikhlas; memiliki keteguhan dan kesabaran; istiqamah; menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela, mendapat izin orang tua wali, telah ampu membaca dengan baik; sanggup mengulang-ulang materi yang sudah dihafal; dilakukan di tempat yang baik. Faktor penghambat implementasi metode sorogan dalam pembelajaran tahsin dan taqhfid al-Qur’an pada santri meliputi: Santri yang kurang siap; Tidak fokus dlam menyetorkan hafalan; Adanya kesalahfahaman antara santri; Perbedaan kemampuan antara santri yang satu dengan santri yang lainnya. Keempat, Hasil pembelajaran tahsin dan tahfidz al-Qur’an menggunakan metode sorogan terlihat pada: keaktifan para santri, interaksi santri dengan guru, memberikan setoran hafalan baru, ‘deresan’ atau mengulang hafalan, tahfidz santri sesuai dengan kaidah-kaidah.
POTENSI DASAR MANUSIA MENURUT IBNU TAIMIYAH DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Nandang Kosim; Lukman Syah
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Basic human potential which is commonly referred to in the Qur'an nature scattered in 19 letters and 19 paragraphs. Forms of the word is the word fatara 18 times, said fatiru 6 times, said yatafattarna 2 times, and said infatarat, futur, munfatir, and the nature of each 1 times. Basic human potential in the view of Ibn Taymiyyah is the innate potential that exists within the human inborn. The basic potential to lead to good or things that are positive on the basis of instinct and tendency of monotheism, that instinct compliance and serve God without any polytheism. However, in the actualization and realization in real life tended to deviate from the purpose of human creation. The social environment, as represented by parents, which cause children to be Jews, Christians, and Zoroastrians. In addition, including the potential 'Aql, Ghadhab potential and the potential that lust in man. Implications their basic human potential according to the thinking of Ibn Taymiyyah, it could be easily directed at establishing Islamic educational philosophy that is more humanistic-teosentric which follow the flow of convergence. So the individual's personality is the result of a convergence between nature as the laws, namely nature, with the influence of the surrounding nature (the environment).
GURU MASA KLASIK Abul Kosim
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tidak jauh berbeda dengan zaman sekarang, guru pada zaman klasik pun terbagi menjadi beberapa golongan. Ada mu’allim kuttab yang mengajar di kuttab atau taman kanak-kanak dan pendidikan dasar yang hanya mengajarkan membaca menulis dan menghapal al-Quran saja, dimana mereka tidak mendapat gaji yang teratur kecuali sekedar pemberian ala kadarnya dari orang tua murid yang bisa berupa uang maupun bahan makanan. Umumnya mereka tidak mendapat kehormatan dan penghargaan dari masyarakat disebabkan oleh tingkah laku mereka yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak. Ada muaddib yang khusus mengajar anak-anak pembesar atau khalifah di istana yang mengajarkan pelajaran sesuai dengan permintaan orang tua atau para pembesar dan khalifah tersebut, dan mendapat gaji yang sangat tinggi karena umumnya para pembesar dan khalifah memandang mulia orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam yang disertai akhlak yang luhur. Ada pula guru yang mengajar di masjid-masjid atau madrasah-madrasah. Mereka terdiri dari ulama yang ahli dibidang ilmu syariat, ilmu bahasa, ilmu pasti dan sebagainya, dan mereka mendapat kehormatan dan penghargaan yang tinggi dari masyarakat.
EKO-TARBIYAH PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ano Suharna
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Isu lingkungan merupakan bagian dari krisis global yang sangat serius yang dialami oleh umat manusia sekarang ini. Krisis tersebut tidak hanya menyangkut masalah lingkungan saja tetapi juga menyangkut berbagai masalah yang semakin kompleks dan multidimensional yang menyentuh setiap aspek kehidupan; kesehatan, mata pencaharian, kualitas lingkungan hubungan sosial, ekonomi, teknologi, politik, pendidikan dan yang lainya. Keberadaan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam segala aspek kehidupan (QS. Al-Baqarah (2): 185) Seyogyanya dapat dijadikan langkah solutif untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan menjadikan ekologi yang dikolaborasikan dengan tarbiyah dan diintegrasikan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang oleh penulis sebut Eko-Tarbiyah Perspektif Al-Qur’an direvitalisasikan dalam pendidikan Islam. Revitalisasi nilai-nilai ekologi melalui pendidikan dapat dilakukan dengan memasukan eko-tarbiyah perspektif Al-qur’an pada kurikulum dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan monolitik dan integratif. baik pada pendidikan formal maupun pendidikan non formal, atau bahkan dengan mendirikan model lembaga pendidikan ekologi Qur’ani, baik oleh pemerintah atau non pemerintah yang ditunjang dengan fasilitas dan sarana pendukung ilmu pengetahuan tentang ekologi.
KONSEP DASAR, KOMPONEN DAN FILOSOFI KURIKULUM PAI Tb. Asep Subhi
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peranan kurikulum pendidikan ditinjau dari segi manapun sangatlah urgen. Hal ini terkait dengan proses transformasi keilmuan dari generasi tua ke generasi muda. Sudah sepatutnya kurikulum selalu dievaluasi untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman yang terus melangkah ke era kemajuan baik secara saintific maupun kreatifitas berbagai pemikiran yang kerapkali berbenturan dengan nilai religi. komponen kurikulum setidaknya harus terdiri dari empat komponen yaitu tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Hal lain yang harus diperhatikan lagi bahwa dari tahun ke tahun kurikulum akan terus berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan pemikiran manusia. Namun bagaimana cara mengatasi perubahan tersebut, hal ini sangat tergantung kepada kecermatan pengembang kurikulum itu sendiri. Satu hal yang harus dan mesti diperhatikan adalah bagaimana lembaga pendidikan Islam dapat mengantisipasi masalah ini, tanpa melupakan esensi ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri
JASMANI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Muhajir Muhajir
QATHRUNÂ Vol 3 No 01 (2016): Januari-Juni 2016
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses penciptaan manusia menurut al-Qur’an tidak terlepas dari kata ja’ala, khalaqa dan ansya’a. Kata ja’ala yang berarti menjadikan, artinya Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, seperti Allah menciptakan Adam dari tanah. Kata khalaqa, yang berarti mencipta, Allah mencipta dari yang sudah ada seperti nutfah berproses menjadi ‘alaqah, mudghah, ‘idham, dan lahm. Kata ansya’a yang berarti menjadikan sesuatu yang berproses dalam bentuk baru, seperti Allah menjadikan proses yang ada pada kata khalaqa menjadi makhluk dalam bentuk lain yitu embrio. Hal-hal yang telah dijelaskan al-Qur’an diperkuat oleh al-hadis, bahkan al-Hadis menjelaskan setelah janin berumur 4 bulan Allah meniupkan ruh, menetapkan jodoh, nasib dan matinya. Proses penciptaan manusia seperti yang telah dijelaskan al-Qur’an dan al-Hadis dibuktikan oleh para ahli termasuk ahli kedokteran atau medis, yaitu percampuran sperma dengan ovum akan terjadi pembuahan yang kemudian akan berproses seperti yang dijelaskan al-Qur’an. Keberadaan jasmani sangat penting bagi rohani manusia, sebab tanpa adanya jasmani manusia tidak dikatakan hidup tapi mati. Dengan demikian pemeliharaan jasmani manusia sangat diharapkan jika rohani manusia akan nyaman. Agar supaya jasmai manusia dapat berkembang dengan baik diperlukan pemeliharaan yang baik.

Page 1 of 1 | Total Record : 7