cover
Contact Name
Yesri Esau Talan
Contact Email
jurnal.sttsa@gmail.com
Phone
+6285879731742
Journal Mail Official
jurnal.sttsa@gmail.com
Editorial Address
Jl. Pd. Maritim Indah Blk. AA No.1, Balas Klumprik, Kec. Wiyung, Kota Surabaua, Jawa Timur, 60222
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Sesawi: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : -     EISSN : 27157598     DOI : -
Core Subject : Religion, Social,
SESAWI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen adalah wadah publikasi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung. Jurnal ini memiliki Focus dan Scope penelitian dalam bidang: 1. Teologi Biblika (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) 2. Teologi Sistematik 3. Teologi Praktika 4. Teologi Historika 5. Misiologia 6. Pendidikan Agama Kristen
Articles 70 Documents
Peranan Orangtua Kristen Dalam Membentuk Karakter Anak Rianto Junedi A Metboki
Sesawi Vol 1, No 2 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.193 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v1i2.7

Abstract

Karakter adalah sikap, sifat, tingkah laku seseorang yang sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat. Seseorang akan diterima di kalangan masyarakat tertentu apabila ia hidup sesuai dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat tersebut. Prinsip tersebut juga berlaku bagi orang Kristen. Orang Kristen yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, wajib meneladani hidup dan karakter serta ajaran Yesus Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Karakter Kristus tidak serta merta ada di dalam diri seorang anak. Anak perlu dituntun, dibimbing oleh orang yang lebih dewasa yaitu orangtua. Orangtua diberi tanggung jawab oleh TUHAN untuk mendidik, mengajarkan dan membentuk karakter anak-anaknya. Oleh karena itu, pembentukan karakter anak merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh orangtua sejak dini sebab orangtua adalah pendidik pertama dalam pendidikan informal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif lapangan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil Penelitian membuktikan bahwa sebagian besar orangtua sudah menyadari perannya sehingga dapat menjalankan tanggung jawabnya dalam membentuk karakter anak. Sedangkan beberapa orangtua belum maksimal dalam membentuk karakter anak karena belum menyadari tanggung jawabnya tersebut.
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN KRISTEN DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN KRISTEN MASA KINI Samuel Purdaryanto
Sesawi Vol 2, No 2 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.047 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v2i2.45

Abstract

Pendidikan merupakan bagian dari proses pembentukan manusia. Tulisan ini berjudul landasan historis pendidikan Kristen. Sebagai bagian dari proses pembentukan, pendidikan Kristen memiliki latar belakang sejarah mulai dari dimulainya hingga perkembangannya, sehingga dapat menjadi landasan bagi pendidikan Kristen masa kini. Pendidikan Kristen merupakan upaya untuk mendorong orang-orang untuk mendapatkan hubungan yang sungguh-sungguh kepada Allah. Pendidikan Kristen bukanlah semata-mata bagian dari kurikulum pendidikan sekolah. Pendidikan Kristen merupakan proses untuk mengenal kasih Allah melalui Yesus Kristus yang sudah terjadi sejak zaman Perjanjian Lama hingga abad ke-20. Tulisan ini membahasa permulaan pendidikan Kristen dalam Perjanjian Lama yang dimulai dari keluarga dan terkait erat dengan pendidikan Yahudi. Ulangan 6:4-9 merupakan metode atau cara yang digunakan orang Yahudi untuk mendidik anak-anak mereka. Sertelah pembuangan orang Yahudi juga telah memiliki model dan konsep pendidikan yang berbeda. Perjalan pendidikan Kristen juga berkaitan erat dengan warisan pendidikan yang ditinggal oleh Yunani maupun Romawi. Bahkan beberapa metode atau konsep pendidikan Yunani diadopsi oleh bapak-bapak gereja untuk mempelajari dan menggali Firman Allah. Dalam Perjanjian Baru, pendidikan berpusat kepada Yesus Kristus, karena memang Yesus pusat pengajaran itu sendiri. Dalam pelayanan-Nya di dunia, Yesus pun menggunakan metode dalam mengajar, diantara metode bercerita, perumpamaan, diskusi, Tanya jawab dan sebagainya untuk menyampaikan pengajaranNya kepada pendengar. Pendidikan Kristen juga terus maju paska kenaikan Kristus ke surga dimana para rasul sebagai penerus pengajaran yang memuridkan orang lain untuk melanjutkan pengajaranNya, sehingga pendidikasn Kristen terus berkelanjutan hingga pada abad ke-20.
MEMAHAMI MANDAT KEBUDAYAAN DALAM UPAYA MELAKSANAKAN TUGAS PENATALAYANAN LINGKUNGAN HIDUP Anita Yumbu Tomusu
Sesawi Vol 2, No 1 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (595.201 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v2i1.17

Abstract

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan karena adanya dorongan keprihatinan terhadap banyaknya bencana alam yang terus terjadi di Indonesia, yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang begitu besar. Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal, harta benda bahkan nyawa mereka. Bencana alam yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh kerusakan lingkungan hidup karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Gereja memiliki andil yang cukup signifikan untuk memulai memberikan kesadaran pada setiap orang percaya agar menjaga lingkungannya. Pemahaman yang benar tentang mandat kebudayaan akan mengubah cara pandang orang percaya terhadap lingkungannya sehingga melahirkan sikap dan tindakan baru dalam mengelola alam bagi kepentingannya. Tujuan artikel ini adalah menguraikan kajian biblikal mandat kebudayaan berdasarkan teks-teks Alkitab yang terdapat dalam Kejadian1-3. Dengan pendekatan hermeneutik. Hasil Analisa teks menyatakan bahwa Allah telah menempatkan manusia sebagai representatif Allah untuk melaksanakan tugas penatalayanan lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia dan keberlangsungan seluruh ciptaanNya.
Implikasi The Five Point Of Calvinism (Tulip) Dalam Penginjilan Dan Implementasinya Bagi Cosmic Mission Made Nopen Supriadi
Sesawi Vol 1, No 2 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.233 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v1i2.9

Abstract

Keselamatan adalah bagian yang penting dalam iman Kristen. Dalam Akronim TULIP menunjukkan prinsip bahwa keselamatan itu pasti. Allah yang berdaulat menyelamatkan manusia. John Calvin memiliki konsep soteriologis yang memfokuskan pada kedaulatan Allah. Pemikiran soteriologis Calvin ini tertuang dalam rumusan akronim TULIP mengenai keselamatan. Pada masa kini muncul persoalan mengenai lingkungan hidup, banyaknya degradasi lingkungan hidup memunculkan disharmonisasi relasional. Kondisi demikian membutuhkan respon dari orang yang telah diselamatkan, sehingga konsep Missiologi Kosmik menjadi hal yang penting untuk dikemukakan. Lalu adakah implikasi rumusan doktrinal dari akronim TULIP yang dapat diimplementasikan untuk mewujudkan sebuah motivasi untuk doing cosmic mission?. Melalui artikel ini akan melakukan tinjauan untuk melihat implikasi dari the five point of Calvinism dan implementasinya bagi missiologi kosmik.
MEMAHAMI KONSEP KESELAMATAN DARI PERSPEKTIF SURAT EFESUS Yesri Esau Talan; Syarah Yakoba Idamaris Faot
Sesawi Vol 2, No 2 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.889 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v2i2.51

Abstract

Keselamatan merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia semata-mata karena kasih-Nya. Manusia pada dasarnya adalah orang yang layak untuk dihukum karena dosa tetapi karena anugerah Allah manusia diselamatkan. Manusia dalam konteks ini berada di bawah murka Allah. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari hukuman dosa maka jalan satu-satunya adalah Allah berinisiatif datang dan menyelamatkan manusia. Keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus merupakan peristiwa yang telah terjadi sehingga setiap orang yang telah diselamatkan, kehidupan yang dinikmati sekarang adalah kehidupan Kristen dalam Kristus. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Kajian literatur dan surat Efesus serta observasi lapangan menjadi acuan utama dalam menganalisa.
Hukuman Mati Dalam Lingkaran Kontroversi Etis Kristen Melyarmes H. Kuanine
Sesawi Vol 1, No 1 (2019): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.16 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v1i1.1

Abstract

In the implementation of the death sentence is not a sentence given as a criminal offender sentenced to life imprisonment. However, the death penalty is the loss of a person's life due to an error proven guilty based on a court decision (jurisprudence). This right to life maps the death penalty as an ethical issue. The most noble right in life as a gift from God, the applicable legal regulations also place human life in a valuable position both in their roles and positions as well as in their social responsibilities or legal responsibilities and also regarding their rights and obligations. From this impact arose the pros and cons of both secular people and in Christianity itself. The researcher determines a qualitative descriptive method for studying, collecting and compiling data through literature studies that relate to the paradigm of the death penalty in a circle of Christian ethical controversy. Therefore, this article will describe the elements of power, love, truth and justice as the government's duty in showing its identity to enforce the execution of the death penalty and will explain the Christian ethical attitude and perspective of the Christian community towards the execution of the death penalty. Abstrak Dalam pelaksanaan hukuman mati bukanlah hukuman yang diberikan sebagai pelaku kejahatan dihukum dengan penjara seumur hidup. Namun hukuman mati merupakan penghilangan nyawa seseorang akibat kesalahan yang terbukti bersalah berdasarkan keputusan pengadilan (jurisprudensi). Hak hidup inilah memetakan hukuman mati sebagai persoalan etis. Hak tersebut paling mulia dalam kehidupan sebagai pemberian Tuhan, peraturan hukum yang berlaku juga menempatkan hidup manusia pada posisi yang berharga baik dalam peran dan posisi maupun dalam tanggung jawab sosial atau tanggng jawab hukumnya dan juga menyangkut hak maupun kewajiban-kewajibannya. Dari dampak ini pun timbul pro dan kontra baik orang sekuler maupun dalam kekristenan sendiri. Peneliti menentukan metode deskriptif kualitatif untuk mempelajari, mengumpulkan dan menyusun data melalui studi pustaka yang berhubungan dengan paradigma hukuman mati dalam lingkaran kontroversi etika Kristen. Oleh karena itu, artikel ini akan menguraikan unsur-unsur kekuasaan, kasih, kebenaran dan keadilan sebagai tugas pemerintah dalam memperlihatkan jatidirinya untuk menegakkan pelaksanaan hukuman mati dan akan menjelaskan sikap etis Kristen dan perpektif masyarakat Kristen terhadap pelaksanaan hukuman mati.
DESKRIPSI HISTORIS DOKTRIN KRISTOLOGI Samuel Purdaryanto
Sesawi Vol 2, No 1 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.089 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v2i1.19

Abstract

Kristologi merupakan doktrin penting dan central bagi iman Kristen. Oleh karena itu, melihat sejarah doktrin Kristologi diperlukan untuk melihat asal dan perkembangannya. Penelitian ini merupakan deskripsi sejarah asal-mula dan perkembangan doktrin Kristologi. Peneletian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Metode ini dipilih agar lebih mudah dalam mengumpulkan data-data literatur yang berkaitan dengan topic penelitian. Pembahasan mengenai kehidupan dan pribadi Kristus sudah dimulai sejak abad permulaan. Penyesatan doktrin Kristologi sudah terjadi pada abad permulaan. Pandangan yang berbeda tentang doktrin kristologi membawa kepada pertikaian yang pada akhirnya harus diselesaikan melalui konsili. Diskusi mengenai Kristologi ini masih terus berkembang hingga mencapai puncaknya pada abad ke-19.
Kecerdasan Majemuk dan Karunia Roh Kudus Raindy Prajitno
Sesawi Vol 1, No 2 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.104 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v1i2.10

Abstract

Pendidikan merupakan bagian penting di dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan yang tepat, seseorang tidak akan mendapatkan pengetahuan yang tepat guna. Demikian juga jika pendidikan yang berkualitas tersebut dilihat dalam konteks Pendidikan Kristen maka akan menghasilkan pendidik-pendidik Kristen yang bermutu. Setiap insan milik Kristus harus menyadari keunikan dan kemampuannya sebagai Gambar Kristus. Tuhan memberikan kapasitas yang unik kepada setiap manusia, secara khusus manusia Allah. Kemampuan-kemampuan tersebut salah satunya disebut sebagai “kecerdasan”. Kecerdasan setiap individu sangat beragam dan semuanya memiliki arti. Itu sebabnya, tujuan di dalam karya ilmiah ini akan dipaparkan mengenai kecerdasan dalam konteks kecerdasan majemuk serta Karunia Roh Kudus dan relasi keduanya dalam kehidupan orang percaya, pendidik Kristen serta Pendidikan Kristen. Metode yang digunakan peneliti ialah kualitatif deskriptif atau yang disebut juga dengan metode neuroresearch. Metode ini merupakan studi tentang fenomena berbagai bidang kehidupan manusia yang diukur dari konstruk teologis hasil kajian eksegesis teks Alkitab sebagai dasar biblika. Hasil dan pembahasan memaparkan bahwa terdapat relasi antara kecerdasan majemuk dan karunia Roh Kudus, dimana Karunia Roh Kudus menyempurnakan kecerdasan majemuk dalam setiap individu Kristiani. Jadi, kecerdasan majemuk memiliki pararelisasi dengan Karunia Roh Kudus walaupun tidak semuanya dapat diselaraskan namun demikian karunia Roh Kudus melengkapi dan menyempurnakan kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk tidak mempengaruhi kecerdasan intelektual. Kata Kunci: Kecerdasan; Kecerdasan Majemuk; Karunia Roh Kudus
PERAN ORANGTUA DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MEMBENTUK KARAKTER KEROHANIAN PESERTA DIDIK Elieser R Marampa
Sesawi Vol 2, No 2 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.24 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v2i2.46

Abstract

Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Mengembangkan dan mengiplementasikan karakter bukan merupakan sebuah proses instan pendidikan karakter membutuhkan waktu, tenaga, dan banyak hal lain yang saling mendukung untuk membentuk dan mengembangkan tatanan karakter yang baik agar tercipta generasi yang memiliki pola pikir dan pandangan yang luas dan bijaksana sehingga melahirkan generasi yang berkarakter unggul. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peranan orangtua dan guru Pendidikan Agama Kristen dalam membentuk karakter kerohanian peserta didik. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekataan kualitatif deskriptif dengan metode penelitian library research. Adapun hasil kajian penelitian ini menunjukkan bahwa: dengan adanya sinergisme yang baik dari orangtua dan guru Pendidikan Agama Kristen di sekolah akan mempermudah dalam membentuk kepribadian dan karakter kerohanian peserta didik yang mandiri serta dewasa dalam menjalani kehidupannya sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial.
Telaah Kritis Teologi Markus 16:15-18 tentang Meminum Racun Sebagai Bukti Keimanan Orang Percaya Danny Gandahanindija
Sesawi Vol 1, No 1 (2019): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (613.894 KB) | DOI: 10.53687/sjtpk.v1i1.2

Abstract

Mark 16:17-18 is often used by those who enjoy polemics to test believers in practicing their faith. Even if the verses’ claim is true, especially the one about believers drinking poison and will not die, they say they would be Christians. These verses are believed to have received some alterations so they can not be regarded as the Word of God anymore. This paper is intended to give a critical theological analysis on these verses. It uses inductive method to bring out the truth of the text by considering the context, the teaching of Christian theology and the accepted rules of interpretation. Through this procedure it is expected that readers can arrive at the appropriate understanding and prevent themselves from incorrect and misleading teaching. After an expository analysis, it is proved that there are no altered verses and thus these verses are believed to be the Word of God. God gave those miracles to convince unbelievers to believe what His disciples had done. God also performed the miracles to give signs that the disciples would experience life-threatening dangers while spreading the Gospel. It can be concluded that Mark 16:15-18 was meant not to test the believers’ faith but to accompany and protect the disciples from dangers in their evangelism ministry. Abstrak Markus 16:15-18 sering dipakai oleh para polemikus untuk dijadikan ujian iman bagi orang percaya dalam mempraktekkan kemurnian imannya. Bahkan jika klaim ayat ini benar, khususnya orang percaya minum racun dan tidak meninggal, mereka bersedia menjadi Kristen. Dan yang lebih fatal lagi dalam perikop ini dianggap sudah mengalami perubahan sehingga tidak bisa disebut sebagai Firman Tuhan. Tulisan ini bermaksud untuk memberikan telaah teologis kritis terhadap ayat-ayat diatas. Metode yang dipakai dalam telaah kristis ini dikenal sebagai induktif metode, yaitu dengan mengeluarkan kebenaran dari Teks. Dengan memperhatikan konteks, ajaran teologi kristen dan kaidah penafsiran yang benar didapatkan pemahaman yang tepat. Dengan demikian menghindarkan orang dari ajaran yang salah dan menyesatkan. Setelah dilakukan eksposisi pada perikop tersebut terbukti tidak ada ayat-ayat yang dirubah sehingga ayat tersebut dapat dipercayai sebagai Firman Allah. Mengenai maksud Allah memberikan tanda-tanda mujizat tersebut untuk meyakinkan orang yang belum percaya atas pekerjaan Allah yang di lakukan para murid. Juga Allah memberikan tanda mujizat, bila para murid mengalami bahaya yang mengancam nyawa mereka saat memberitakan injil. Sehingga penerapan ayat Markus 16:15-18 tersebut tidak dimaksudkan untuk menguji kemurnian iman orang percaya. Tetapi dimaksudkan untuk menyertai dan melindungi para murid dari bahaya maut dalam konteks penginjilan.