cover
Contact Name
Nurul Kusumawardani
Contact Email
nurul.kusumawardani@almaata.ac.id
Phone
+6281902808231
Journal Mail Official
inpharnmed.journal@almaata.ac.id
Editorial Address
Jl. Brawijaya no.99, Tamantirto, Kasihan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal
ISSN : 25806637     EISSN : 25807269     DOI : http://dx.doi.org/10.21927/inpharnmed.v6i2
Core Subject : Health,
Pharmaceutics, Biopharmaceutics, Drug Delivery System, Physical Pharmacy, Chemical Pharmacy, Pharmaceutical Technology, Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology, Pharmacology and Toxicology, Pharmacokinetics, , Pharmaceutical Chemistry, Pharmaceutical Biology, Community and Clinical Pharmacy, Regulatory Affairs and Pharmaceutical Marketing Research, and Alternative Medicines
Articles 36 Documents
EFEK EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) TERHADAP EKSPRESI Caspase-3 PADA ORGAN HATI TIKUS GALUR SD YANG DIBERIKAN DOXORUBICIN Emelda Emelda
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.184 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.494

Abstract

AbstrakDoxorubicin sebagai agen kemoterapi tidak hanya menimbulkan efek toksik pada sel kanker, tetapi juga menimbulkan efek toksik pada sel-sel normal terutama pada organ hati dan jantung. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu agen imunostimulator dalam menurunkan toksisitas doxorubicin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ada atau tidaknya penurunan ekspresi caspase-3 pada organ hati tikus normal yang diberikan doxorubicin setelah pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi.Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak etanol akar pasak bumi adalah dengan metode maserasi. Hewan uji dibagi menjadi dalam beberapa kelompok. Kelompok kontrol (Kontrol negatif, kontrol pelarut dan kontrol sehat), kelompok ekstrak akar pasak bumi 200 mg/kgBB,dan kelompok perlakuan. Untuk memastikan adanya ekspresi caspase-3 dilakukan pengecatan imunohistokimia dan dihitung jumlah sel yang terekpresi dalam persen yang kemudian diuji dengan SPSS. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara kontrol negatif (15,17 ± 5,17) dengan kelompok perlakuan yang diberikan doxorubicin dan ekstrak etanol akar pasak bumi 200 mg/kgbb ( 23,59 ± 9,28). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol akar pasak bumi dengan dosis 200 mg/kgBB meningkatkan ekspresi caspase-3 pada tikus normal yang diberikan doxorubicin. Kata kunci : Eurycoma longifolia Jack, Doxorubicin, ekspresi caspase-3.  AbstractDoxorubicin is a chemotherapeutic agent not only cause toxic effect on cancer cells, but also cause toxic effects on normal cells, especially in the liver and heart. Pasak bumi Roots (Eurycoma longifolia Jack.) has the potential to be developed into one of the immunostimulatory agent in reducing the toxicity of doxorubicin. This study aims to determine whether there is any effect of decreassed expression of caspase-3 in the liver of normal rats given doxorubicin after administration on the ethanol extract of the pasak bumi roots. The method used to obtain the ethanol extract of the pasak bumi roots is by maceration method. Test animals were divided into several groups. Control Group(Negative Control, solvent control group and healthy control group), the group of pasak bumi roots 200 mg/kg bodyweight, and The treatment group. To ensure the expression of caspase-3 was performed immunohistochemical staining and calculated the number of cells that expressed in percent. Percent of expression then performed statistical test using SPSS. The result of statistical test show that there were significant increase between the negative control (15,17 ± 5,17) with the treatment group were given by doxorubicin and ethanol extract of the pasak bumi roots 200 mg/kg bodyweight (23,59 ± 9,28). The concluded that in fact the ethanol extract of pasak bumi roots at dose 200 mg/kg bodyweight increased the expression of caspase-3 in normal rats was given by doxorubicin. Keywords : Eurycoma longifolia Jack, Doxorubicin, expression of caspase-3 
KAJIAN PENGGUNAAN OBAT OFF-LABEL PADA ANAK DI PUSKESMAS SLEMAN Rizki Akbar; Ndaru Setyaningrum; Daru Estiningsih
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.93 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.501

Abstract

AbstrakOff-label merupakan istilah singkat yang menjelaskan penggunaan obat diluar ketentuan yang berkaitan dengan dosis, kelompok usia, rute pemberian, dan indikasi yang berbeda. Penggunaan obat off-label pada anak terjadi karena tidak lengkapnya data farmakokinetik, farmakodinamik, dan efek samping dari suatu obat karena penelitian klinik pada anak cukup sulit dan tidak sesuai dengan etika dan moral penelitian. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data prevalensi penggunaan off-label pada anak diperoleh dengan melakukan telaah catatan medik anak di Puskesmas Sleman selama periode tahun 2015. Selain kajian obat off-label dilakukan juga pengelompokan obat berdasarkan sistem klasifikasi ATC (Anatomical Therapeutic Chemical). Berdasarkan hasil penelitian dari 100 sampel rekam medis pasien anak usia 0-18 tahun selama tahun 2015 terdapat obat-obat off-label sebanyak 25 kasus (8,41%), yang terdiri dari 12 kasus (4,04%) off-label cara pemberian, 8 kasus (2,69%) off-label indikasi, dan 5 kasus (1,68%) off-label usia. Sedangkan untuk kategori off-label dosis dan off-label kontraindikasi tidak ditemukan adanya kasus off-label. Obat yang paling banyak diresepkan secara off-label adalah golongan obat saluran napas sebanyak 13 penggunaan (4,38%) yaitu salbutamol, dan gliseril guaiakolat. Kata Kunci: Obat off-label, Anak, Puskesmas Sleman, ATC. AbstractOff-label is a term to decscribe the usage of drugs agaisnt the regulations in accordance to doses, age groups, distribution routes, and diverse indications. The usage of off-label drugs on children is caused by incomplete pharmacokinetic data, pharmacodynamic, and as a result of side effects due to clinical studies on children are quite complex and incorresponding with ethics and moral of the studies. Method used in this study was evaluative-descriptive using retrospective approach in data collection. Prevelance data of the usage of off-label drugs on children was gathered by examining the children medical records in Sleman Community Health Center within the time period of 2015. Besides research on off-label drug, drug categorization was also done based on the ATC Classification system (Anatomical Therapeutic Chemical). Based on the result of the research, out of 100 sample of patient medical record of the age 0-18 years along 2015, there has been 25 cases of off-label medicines (8,41%), in which 12 cases (4,04%) was distribution way off-label, 8 cases (2,69%) indicated off label, and 5 cased (1.68%) age off-label. While for the category of dose off label and contraindication off label has not been found any case. The most common off label prescription was respiratory drugs of 13 use (4,38%) that is salbutamol, and glyceril guaiacolat. Keyword: Off-label drugs, Children, Sleman Community Health Center, ATC.
PENGARUH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 96% AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HEPAR TIKUS BETINA Sprague Dawley YANG DIBERI KARSINOGEN 7,12-Dimetilbenz(a) antrasen (DMBA) Ratna Wijayatri
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.055 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.505

Abstract

AbstrakEurycoma longifolia Jack adalah tanaman yang mempunyai Kandungan bioaktif dalam ekstrak air, butanol, metanol, dan kloroform yang terbukti memiliki efek antikanker secara  in vitro pada berbagai human cancer cell lines seperti MCF 7, HepG2, Hela, dan CaOv-3. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (E. longifolia Jack) terhadap organ hepar yang telah diinduksi dengan DMBA.Tikus galur Sprague Dawley berumur 1 bulan digunakan dalam penelitian ini dan dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol positif (tamoksifen), kelompok II merupakan kontrol negatif (DMBA dalam corn oil), kelompok III,IV dan V merupakan kelompok perlakuan fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (12,6 mg/kgBB, 25,2 mg/kgBB, dan 50,4 mg/kgBB), kelompok VI sebagai kontol pelarut (corn oil), kelompok VII sebagai kontrol baseline (pakan dan minum). DMBA digunakan sebagai penginduksi tumor diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu dengan dosis 20 mg/KgBB pada minggu ke-3 sampai minggu ke-7. Fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi diberikan satu minggu sebelum pemberian DMBA dan selama pemberian DMBA.Pada minggu ke-16 setelah pemberian DMBA terakhir organ hepar kemudian diamati baik sacara makroskopis dan mikroskopis. Hasil menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (E. longfolia Jack) pada dosis 25,2 mg/KgBB mampu melindungi hepar dari kerusakan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yaitu DMBA yang menunjukkan adanya kerusakan berupa radang, kongesti dan limfoblastik sel sekitar pembuluh darah. Kata kunci : Eurycoma longifolia Jack, 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA), Hepar AbstractEurycoma longifolia Jack is a plant that content of bioactive compound in the water extract, butanol, and chloroform showed that they have anti cancer effect in the human cancer cell lines sich as MCF 7, HepG2, Hela, and CaOv-3. The aims of the study is to look at the effect of ethyl acetate fraction of ethanolic extract 96% from E. longifolia Jack root to the liver that has been induced by DMBA.Strain of Sprague Dawley rats aged 1 month used in this study and divided into several groups. Group I represents the positive control group (Tamoksifen), group II was negative controls (DMBA in corn oil), group III, IV and V is a variation of treatment group who were given ethyl acetate fraction of etanolic extract 96% from the E. longifolia Jack root (12,6mg/Kg, 25,2mg/Kg, and 50,4mg/Kg), group VI as the solvent control (corn oil), group VII as a baseline control (food and drink). 7,12-Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) is used as a tumour inductor given 2 times a week for 5 weeks with a dose of 20mg/kg at thirth week until seventth week. The ethyl acetate fraction of etanolic extract 96% of E. longifolia Jack root given one weeks prior DMBA and during DMBA giving.In the 16th week after the last giving of DMBA to the mouse, they were both observed macroscopically and microscopically. The result shows that the ethyl acetate fraction of etanolic axtract 96% of E. longifolia Jack with dose 25,2mg/Kg capable to protect the liver from the damage. It is different with the negative control group which shows the presence of DMBA damage in the form inflammation, congestion and limfoblastic celc around blood vessels. Keyword : Eurycoma longifolia Jack, 7,12-Dimethylbenz(a)antrhacene   (DMBA), liver
OBAT INFUSI MEMPENGARUHI KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL UMUM RSUD WONOSARI TAHUN 2017 Eva Nurinda
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.954 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.542

Abstract

AbstrakFlebitis menjadi salah satu indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Angka kejadian flebitis di RSUD Wonosari masih tinggi yaitu pada tahun 2016 terdapat 131 kejadian flebitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan obat secara infusi dengan kejadian flebitis pada pasien rawat inap di bangsal umum RSUD Wonosari. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan cohort dengan sampel 80 pasien yang dihitung dengan rumus slovin dan diambil  dengan  tehnik  purposive  sampling.  Instrumen  penelitian  yang  digunakan berupa lembar observasi dan analisis dengan metode deskriptif. Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami flebitis yaitu 41 pasien (51,2%). Sebanyak 55,56% pasien yang mendapatkan antibiotik mengalami flebistis dan 52,68% bukan antibiotik mengalami flebitis. Kejadian flebitis yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor-faktor selain pemakaian obat melalui infus.  Kata Kunci: terapi melalui infus, antibiotik, flebitis.  AbstractPhlebitis is one of the indicators of hospital service quality. The incidence of phlebitis in RSUD Wonosari is still high, in 2016 there are 131 incidence of phlebitis. This study aims to determine the relationship between drug use in infusion with the incidence of phlebitis in hospitalized patients in the general ward RSUD Wonosari. The research was a qualitatif study with a cohort design with a sample of 80 patients calculated by the slovin formula and taken with purposive sampling technique. The research instrument that used was in the form of observation sheet and analysis with descriptive method. Based on the research data showed that patients with phlebitis were 41 patients (51.2%). As many as 55.56% of patients taking antibiotics had flebitis and 52.68% of patients taking not antibiotics had phlebitis. Phlebitis that happened can be caused by other factors than intravenous drug usage. Keywords: drug use in infusion, antibiotics, phlebitis.
TERATAI (Nymphaea stellata Willd.) SEBAGAI AGEN ANTIDIABETIK Laili Nailul Muna
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (483.754 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.563

Abstract

AbstrakDiabetes Millitus (DM) adalah sekelompok penyakit gangguan metabolik. Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai agen antidiabetes adalah Nymphae stellata (Syn. Nymphae nouchali) yaitu teratai biru. Di India, teratai digunakan sebagai Ayurveda dan Siddha untuk mengobati penyakit diabetes. Nymphayol merupakan steroid yang diisolasi dari bunga teratai yang terbukti bertanggung jawab memiliki aktivitas agen antidiabetes. Review ini bertujuan untuk melihat efektivitas dari Nymphae Stellata yang memiliki potensi sebagai agen antidiabetes.Studi ini menggunakan metode Review Article. Pencarian literatur dalam penelitian ini menggunakan data base Pubmed dan Google Scholar. Strategi pencarian artikel berdasarkan PICO. Nymphayol dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetik  pada dosis 20 mg/kg BB oleh tikus diabetes terinduksi streptozotocin. Pemberian perlakuan Hydro-Ethanolic Extract (HEE) Nymphae stellata 300 mg/kg BB pada tikus yang terinduksi aloksan mampu menurunkan nilai HbA1C secara signifikan (P<0.001) dibandingkan kelompok normal yang terindikasi kontrol glikemik yang buruk. Ekstrak bunga Nymphae stellata  terhadap tikus terinduksi alloxan menujukkan nilai penurunan Fasting Blood Glucose (FBG) yang signifikan lebih (P<0.001) tinggi pada dosis 300 mg/kg BB dibandingkan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB.Review menunjukkan bahwa HEE Nymphae stellata dan ekstrak bunga Nymphae stellata efektif sebagai agen antidiabetes dengan berbagai mekanisme spesifik dibandingkan dengan placebo sebagai pembanding. Nymphayol merupakan steroid yang terbukti bertanggung jawab memiliki aktivitas agen antidiabetes.Kata kunci :  Nymphae stellata, Nymphayol, Antidiabetes, Efektivitas  AbstractDiabetes Mellitus is a group metabolic disorders. One of herbal plant that can be use for antidiabetic agent is Nymphae stellata (Syn. Nymphae nouchali) called blue lotus. In India, lotus used as Ayurveda dan Siddha to treat diabetes. Nymphayol form isolated steroid from lotus which proved to be responsible to have an activity of antidiabetic agent.This review intends to see the effectivity of Nymphae Stellata which has a potential as an antidiabetic agent.This study uses Review Article method. Prospecting literature in this research uses Pubmed and Google Scholar databases. Article prospecting strategy based on PICO. Decreased glucose levels in diabetic patients. Nymphayol reported that it has antidiabetic activity at doses 20 mg / kg body weight by streptozotocin induced diabetic mice. Giving treatment Hydro-Ethanolic Extract (HEE) Nymphaea stellata 300 mg / kg in mice induced by alloxan able to reduce HbA1c values significantly (P <0.001) compared to the normal group indicated rough glycemic control. Nymphae stellata flower extract induced alloxan mice showed the significant decreasing values of Fasting Blood Glucose (FBG) higher (P<0.001) at doses 300 mg/kg body weight than doses 200 mg/kg body weight and 400 mg/kg body weight.The review showed that HEE Nymphae stellata and Nymphae stellata flower extract are effective as an antidiabetic agent with various specific mechanism compared to placebo as comparator. Nymphayol is a steroid that was proven to responsible for antidiabetic agent activities. Keywords : Nymphae stellata, Nymphayol, Antidiabetic, Effectivity
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) Azizah Nada Septiawan; Emelda Emelda; Saddam Husein
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1505.661 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1601

Abstract

Penelitian yang dilakukan Rahman menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki aktivitas antioksidan dengan adanya perubahan warnaungu pekat menjadi kuning. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Emelda menjelaskan bahwa kemampuan menangkap radikal bebas ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) lebih baik dibandingkan Vitamin C dilihat dari nilai IC 50 dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol ganggang hijau maka semakin tinggi kemampuan menangkap radikal bebas. Kombinasi dari dua jenis atau lebih tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan diharapkan dapat menghasilkan daya antioksidan yang lebih tinggi karena sifatnya sinergis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada kombinasi ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.) melalui nilai IC 50 pada kombinasi ekstrak etanol lidah buaya (Aloe veraL.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.). Jenis penelitian ini adalah eksperimental untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak tunggal dan kombinasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.) dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 2:1 dengan menggunakan metode DPPH. Hasil Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa kontrol positif, ekstrak etanol lidah buaya tunggal, ganggang hijau tunggal berserta kombinasi dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 2:1 memiliki aktivitas antioksidan kuat sampai sangat kuat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi ekstrak etanol lidah buaya dan ganggang hijau 1:2 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 sebesar 16,51 µg/ml.
FORMULASI KRIM TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) DAN UJI IN VITRONILAI SPF (SUN PROTECTING FACTOR) Dinda Ayu Pratiwi; Emelda Emelda; Saddam Husein
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1469.836 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1602

Abstract

Radiasi sinar ultraviolet atau sinar UV secara berlebih akan mengakibatkan jaringan epidermis pada kulit tidak cukup mampu melawan efek berbahaya. Tabir surya merupakan bahan kosmetik yang secara fisik maupun kimia berfungsi sebagai penghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Tanaman yang dapat berfungsi sebagai tabir surya karena memiliki senyawa fenolik salah satunya adalah ganggang hijau (Ulva lactucaL). Jenis Penelitian ini adalah eksperimental menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan kemampuan krim tabir surya dalam menghambat radiasi sinar UV ke kulit. Tujuan penelitian ini yaitu membuat formulasi sediaan krim tabir surya dari ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) dan mengetahui nilai SPF(Sun Protecting Factor) yang paling baik dari berbagai konsentrasi krim tabir surya ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.). Hasil dari penelitian yaitu nilai SPF dari formula 1 (basis krim) sebesar 1,5077 yang berarti formula 1 tidak memiliki aktivitas sebagai tabir surya, formula 2 (ekstrak ganggang hijau 3%) memiliki formula 2 (konsentrasi ekstrak 3%) memiliki nilai SPF sebesar 7,311 yang tergolong dalam kategori proteksi ekstra, formula 3 (konsentrasi ekstrak 4%) memiliki nilai SPF sebesar 13,427 yang termasuk dalam kategori proteksi maksimal dan formula 4 memiliki nilai SPF sebesar 19,282 yang tergolong dalam kategori perlindungan ultra. Formulasi krim dengan nilai SPF yang paling tinggi adalah formula 4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka makin semakin meningkat nilai SPF.
HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI DI BEBERAPA APOTEK WILAYAH PURWOREJO Ari Susiana Wulandari; Najla Firsty Sofia Ahmad
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1427.999 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1764

Abstract

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini perilaku konsumen cenderung mengobati sendiri dengan membeli di apotek dari pada memeriksakan diri ke dokter maupun dating ke fasilitas kesehatan masyarakat. Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan tanpa resep dari dokter untuk mengobati penyakit atau gejala penyakit. Namun pada pelaksanaanya, pengobatan sendiri dapat menjadi sumber kesalahan pengobatan akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan swamedikasi masyarakat pengobatan swamedikasi di beberapa apotek Wilayah Kabupaten Purworejo. Desain penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang menggunakan sampel responden sebanyak 127 responden yang membeli obat swamedikasi di beberapa apotek yang tersebar di beberapa kecamatan Purworejo. Teknik pengambilan data dengan menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling selama bulan November 2019 hingga Januari 2020 di lokasi 10 kecamatan yang berada di kawasan wilayah Purworejo. Variabel yang diamati adalah tingkat pengetahuan responden mengenai swamedikasi, yang dihubungkan dengan faktor sosiodemografi responden. Berdasarkan hasil perhitungan statitistika, mayoritas tingkat pengetahuan swamediksi responden di wilayah Purworejo tergolong tinggi 76%. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan variabel jenis kelamin (sig=0,047) dan variabel pendidikan (sig=0,047).
OPTIMASI FORMULA PADA GRANUL PARACETAMOL DENGAN VARIASI KOMPOSISI BAHAN PENGISI LAKTOSA DAN AVICEL PH 101 SERTA EVALUASI PARAMETER KADAR LEMBAB MOISTURE CONTENT DAN LOSS ON DRYING Annisa Fatmawati; Emelda Emelda; Azza Elvana
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1636.187 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1806

Abstract

Industri Farmasi selalu melakukan penelitian dan pengembangan formula obat, dimana untuk mendapatkan sediaan farmasetis yang berkualitas. Paracetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik, dalam sediaan padat berupa sediaan tablet yang diformulasikan dengan metode granulasi basah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan lembab berupa parameter MC (Moisture Content) dan LOD (Loss On Drying) pada granul paracetamol dengan variasi bahan pengisi laktosa dan avicel PH 101. Metode penelitian ini menggunakan metode gravimetri dengan membuat granul paracetamol dan menguji kandungan lembab pada menit ke- 15, 30, 60, 120 dan 180 pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formula 1 (100% Laktosa) dan Formula 3 (50% Laktosa : 50% avicel PH101) memiliki kandungan lembab < 3% pada menit ke 120, sedangkan Formula 2 (100% avicel PH101) memiliki kandungan lembab < 3% dinyatakan dengan LOD (2,52%) dan MC (2,58%) pada menit ke-60. Formula 2 merupakan formula yang paling baik untuk digunakan dalam formulasi sediaan tablet paracetamol dengan metode granulasi basah berdasarkan kandungan lembab MC dan LOD.
KAJIAN PERESEPAN OBAT ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEWASA RAWAT JALAN DI KLINIK KIMIA FARMA ADI SUCIPTO YOGYKARTA IIn Purwanti; Daru Estiningsih; Ari Susiana Wulandari; Sofyan Indrayana
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1314.424 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1819

Abstract

Golongan antibiotik merupakan obat yang paling banyak dikonsumsi di dunia terkait dengan besarnya angka kejadian infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik yang salah atau tidak rasional dapat menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan resiko terjadinya resistensi atau kekebalan kuman terhadap satu atau beberapa antibiotik. Ketidaktepatan dalam peresepan antibiotik kemungkinan terjadi tidak hanya di rumah sakit dan di puskesmas, namun juga di pusat-pusat pelayanan kesehatan lain seperti poliklinik. Rasionalitas penggunaan antibiotika salah satu faktor penunjangnya adalah ketepatan dalam peresepan antibiotik, yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat frekuensi penggunaan dan durasi penggunaan. Penelitian ini bertujuan mengkaji pola peresepan obat antibiotik untuk mengatahui profil penggunaan antibiotik dan rasionalitas penggunaan antibiotik berdasarkan 4T (tepat indikasi, tepat dosis, tepat frekuensi dan tepat durasi penggunaan) pada pasien dewasa rawat jalan di Klinik Kimia Farma Adi Sucipto Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan analisa deskriptif yang bersifat retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling dengan cara purposive sampling. Data yang diambil periode November-Desember 2019 diperoleh populasi sebanyak 1194 resep pasien dan dijadikan sebagai sampel sebanyak 66 resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan peresepan antibiotik terbanyak adalah jenis antibiotik amoksisilin sebanyak 23 (34,3%), jenis penyakit terbanyak adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) 31 (47,9%), jenis antibiotik berdasarkan jumlah antibiotik adalah resep tunggal 65 (98,5%). Berdasarkan kerasionalan antibiotik sebanyak 58 (86,6%) tepat indikasi, tepat dosis 64 (95,5%), tepat frekuensi 61 (91,0%) dan tepat durasi 56 (83,6%). Dari hasil penelitian ratarata peresepan antibiotik sudah sesuai dengan pedoman pengobatan baik dari ketepatan indikasi, ketepatan dosis, tepatan frekuensi dan durasi penggunaan.

Page 1 of 4 | Total Record : 36