cover
Contact Name
Nurul Kusumawardani
Contact Email
nurul.kusumawardani@almaata.ac.id
Phone
+6281902808231
Journal Mail Official
inpharnmed.journal@almaata.ac.id
Editorial Address
Jl. Brawijaya no.99, Tamantirto, Kasihan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal
ISSN : 25806637     EISSN : 25807269     DOI : http://dx.doi.org/10.21927/inpharnmed.v6i2
Core Subject : Health,
Pharmaceutics, Biopharmaceutics, Drug Delivery System, Physical Pharmacy, Chemical Pharmacy, Pharmaceutical Technology, Pharmaceutical Microbiology and Biotechnology, Pharmacology and Toxicology, Pharmacokinetics, , Pharmaceutical Chemistry, Pharmaceutical Biology, Community and Clinical Pharmacy, Regulatory Affairs and Pharmaceutical Marketing Research, and Alternative Medicines
Articles 48 Documents
OBAT INFUSI MEMPENGARUHI KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL UMUM RSUD WONOSARI TAHUN 2017 Eva Nurinda
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.954 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.542

Abstract

AbstrakFlebitis menjadi salah satu indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Angka kejadian flebitis di RSUD Wonosari masih tinggi yaitu pada tahun 2016 terdapat 131 kejadian flebitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan obat secara infusi dengan kejadian flebitis pada pasien rawat inap di bangsal umum RSUD Wonosari. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan cohort dengan sampel 80 pasien yang dihitung dengan rumus slovin dan diambil  dengan  tehnik  purposive  sampling.  Instrumen  penelitian  yang  digunakan berupa lembar observasi dan analisis dengan metode deskriptif. Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami flebitis yaitu 41 pasien (51,2%). Sebanyak 55,56% pasien yang mendapatkan antibiotik mengalami flebistis dan 52,68% bukan antibiotik mengalami flebitis. Kejadian flebitis yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor-faktor selain pemakaian obat melalui infus.  Kata Kunci: terapi melalui infus, antibiotik, flebitis.  AbstractPhlebitis is one of the indicators of hospital service quality. The incidence of phlebitis in RSUD Wonosari is still high, in 2016 there are 131 incidence of phlebitis. This study aims to determine the relationship between drug use in infusion with the incidence of phlebitis in hospitalized patients in the general ward RSUD Wonosari. The research was a qualitatif study with a cohort design with a sample of 80 patients calculated by the slovin formula and taken with purposive sampling technique. The research instrument that used was in the form of observation sheet and analysis with descriptive method. Based on the research data showed that patients with phlebitis were 41 patients (51.2%). As many as 55.56% of patients taking antibiotics had flebitis and 52.68% of patients taking not antibiotics had phlebitis. Phlebitis that happened can be caused by other factors than intravenous drug usage. Keywords: drug use in infusion, antibiotics, phlebitis.
PENGARUH INTERVENSI APOTEKER TERHADAP KEJADIAN DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Andi Haris Kurniawan
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1347.008 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i2.1253

Abstract

AbstrakPenyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyakit yang sering muncul di berbagai negara. Penurunan fungsi ginjal secara progresif pada pasien penyakit ginjal kronis dapat menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan dari penggunaan obat, karena menurunnya fungsi ginjal dalam mengekskresikan obat dan metabolitnya disamping komorbid yang sering timbul. Drug Related Problems (DRPs) dapat berdampak pada efektifitas dan keamanan suatu pengobatan juga menyebabkan morbidity, mortality dan biaya pengobatan yang dikeluarkan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran DRPs yang terjadi pada pasien PGK dan pengaruh intervensi apoteker terhadap DRPs di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan cara membandingkan DRPs yang timbul sebelum dan sesudah intervensi apoteker. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain observational kohort. Pengambilan data dilakukan secara prospektif kohort untuk melihat gambaran. DRPs dan pengaruh intervensi apoteker terhadap kejadian DRPs pada pasien PGK rawat inap di RSU PKU Muhammadiyah Bantul periode Agustus-Oktober 2017. Kategori DRPs mengikuti klasifikasi DRPs PCNE V7.0, tercatat DRPs kategori masalah sebanyak 19 kasus (45,2%) dan kategori penyebab sebanyak 24 kasus (57,1%). Drug Related Problems yang paling banyak ditemukan terapi tidak optimal (28,6%), waktu/interval pemberian obat (26,8%), kombinasi obat dengan obat (16,7%) dan ada indikasi tidak ada obat (11,9%). Dilakukan intervensi oleh apoteker terhadap kejadian DRPs yang ditemukan, intervensi apoteker dalam bentuk merubah instruksi penggunaan obat (30,7%), memberikan informasi/ rekomendasi kepada penulis resep (16,7%) dan memberikan edukasi pada pasien (11,9%). Intervensi apoteker yang dilakukan dapat mencegah atau mengatasi DRPs yang ditemukan. Kesimpulan pada penelitain ini masih terdapat DRPs yang terjadi pada pasien PGK rawat inap. Keterlibatan apoteker dapat mencegah atau menurunkan kejadian DRPs serta memastikan terapi obat yang efisien, efektif dan amanKata Kunci: drug related problems; penyakit ginjal kronik; intervensi apoteker AbstractChronic kidney disease (CKD) is a disease that often appears in various countries. Progressive decline in kidney function in patients with chronic kidney disease can lead to unexpected events from drug use, due to decreased kidney function in excreting the drug and its metabolites in addition to the co-morbidities that often arise. Drug-Related Problems (DRPs) is one of the problems that can arise from treatment. Drug-Related Problems (DRPs) in addition to impacting the effectiveness and safety of treatment can also cause morbidity, mortality, and treatment costs incurred by the patient. This study aims to look at the picture of DRPs that occur in CKD patients and the effect of pharmacist intervention on DRPs in PKU Muhammadiyah Hospital Bantul by comparing DRPs that arise before and after pharmacist intervention. This research is descriptive with an observational cohort design. Data were collected prospectively in a cohort to see DRPs drawings and the influence of pharmacist interventions on the incidence of DRPs in inpatient CKD patients at PKU Muhammadiyah Hospital in Bantul in the period August-October 2017. The DRPs category followed the PCNE V7.0 DRP classification, recorded DRPs in the problem category for 19 cases (45.2%) and the category of loading was 24 cases (57.1%). The most drug-related problems were found to be non-optimal therapy (28.6%), the time/interval of drug administration (26.8%), the combination of drugs with drugs (16.7%), and there were indications of no drugs (11.9%). Pharmacists intervened with the incidence of DRPs found, pharmacists intervened in the form of changing instructions for using drugs (30.7%), giving information/recommendations to prescribers (16.7%), and providing education to patients (11.9%). Pharmacist intervention can prevent or overcome the DRPs found. Conclusions in this study there are still DRPs that occur in inpatient CKD patients. The involvement of pharmacists can prevent or reduce the incidence of DRPs and ensure efficient, effective, and safe drug therapy.Keywords: drug-related problems; chronic kidney disease; pharmacist intervention
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KOMBINASI EKSTRAK ETANOL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) Azizah Nada Septiawan; Emelda Emelda; Saddam Husein
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1505.661 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1601

Abstract

Penelitian yang dilakukan Rahman menyatakan bahwa ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki aktivitas antioksidan dengan adanya perubahan warnaungu pekat menjadi kuning. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Emelda menjelaskan bahwa kemampuan menangkap radikal bebas ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) lebih baik dibandingkan Vitamin C dilihat dari nilai IC 50 dan semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol ganggang hijau maka semakin tinggi kemampuan menangkap radikal bebas. Kombinasi dari dua jenis atau lebih tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan diharapkan dapat menghasilkan daya antioksidan yang lebih tinggi karena sifatnya sinergis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada kombinasi ekstrak etanol lidah buaya (Aloe vera L.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.) melalui nilai IC 50 pada kombinasi ekstrak etanol lidah buaya (Aloe veraL.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.). Jenis penelitian ini adalah eksperimental untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak tunggal dan kombinasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera L.) dan ganggang hijau (Ulva lactuca L.) dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 2:1 dengan menggunakan metode DPPH. Hasil Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa kontrol positif, ekstrak etanol lidah buaya tunggal, ganggang hijau tunggal berserta kombinasi dengan perbandingan 1:1; 1:2 dan 2:1 memiliki aktivitas antioksidan kuat sampai sangat kuat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kombinasi ekstrak etanol lidah buaya dan ganggang hijau 1:2 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 sebesar 16,51 µg/ml.
PERUBAHAN BERAT BADAN TIKUS AKIBAT INJEKSI HOMOSISTEIN SEBAGAI MODEL HEWAN PENYAKIT ALZHEIMER Amalina Rizma; Brian Wasita; Ari Probandari
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.149 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v5i1.1630

Abstract

Homosistein merupakan salah satu senyawa yang digunakan untuk menginduksi penyakit alzheimer pada tikus. Kadar homosistein yang tinggi memicu stress oksidatif, peradangan saraf dan pembentukan amiloid-beta pada otak. Hal ini dapat mempengaruhi fungsi otak yang terlibat dalam pengaturan nafsu makan sehingga dapat mengakibatkan penurunan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan berat badan tikus yang diinjeksi homosistein selama 7 hari, 14 hari dan 21 hari. Sebanyak 9 ekor tikus galur Sprague dawley usia 8-12 minggu dengan berat 150-200gram dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I, II dan III diinjeksi homosistein masing-masing selama 7, 14 dan 21 hari. Berat badan tikus ditimbang sebelum perlakuan, hari ke-7, hari ke-14 dan hari ke-21 setelah pemberian homosistein. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan one-way Anova. Rata-rata berat badan tikus kelompok I, II dan III mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,33±1,15 gram; 5,00±2,00 gram; dan 2,33±3,51 gram. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat badan yang signifikan antara sebelum dan sesudah injeksi homosistein selama 7 hari pada kelompok I (p=0,038) dan 14 hari pada kelompok II (p=0,049), sedangkan berat badan tikus pada kelompok III tidak mengalami perubahan yang signifikan (p=0,369). Tidak ada perbedaan berat badan yang signifikan antara kelompok I, II dan III setelah injeksi homosistein (p=0,182). Berat badan tikus model alzheimer setelah injeksi homosistein selama 7, 14, dan 21 hari mengalami perlambatan kenaikan berat badan. Kondisi ini mirip dengan pasien alzheimer yang pada umumnya mengalami penurunan berat badan sehingga perlu pemantauan asupan makan untuk mencegah penurunan berat badan lebih lanjut.
EFEK EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack.) TERHADAP EKSPRESI Caspase-3 PADA ORGAN HATI TIKUS GALUR SD YANG DIBERIKAN DOXORUBICIN Emelda Emelda
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (598.184 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.494

Abstract

AbstrakDoxorubicin sebagai agen kemoterapi tidak hanya menimbulkan efek toksik pada sel kanker, tetapi juga menimbulkan efek toksik pada sel-sel normal terutama pada organ hati dan jantung. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.) memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi salah satu agen imunostimulator dalam menurunkan toksisitas doxorubicin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ada atau tidaknya penurunan ekspresi caspase-3 pada organ hati tikus normal yang diberikan doxorubicin setelah pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi.Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak etanol akar pasak bumi adalah dengan metode maserasi. Hewan uji dibagi menjadi dalam beberapa kelompok. Kelompok kontrol (Kontrol negatif, kontrol pelarut dan kontrol sehat), kelompok ekstrak akar pasak bumi 200 mg/kgBB,dan kelompok perlakuan. Untuk memastikan adanya ekspresi caspase-3 dilakukan pengecatan imunohistokimia dan dihitung jumlah sel yang terekpresi dalam persen yang kemudian diuji dengan SPSS. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara kontrol negatif (15,17 ± 5,17) dengan kelompok perlakuan yang diberikan doxorubicin dan ekstrak etanol akar pasak bumi 200 mg/kgbb ( 23,59 ± 9,28). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol akar pasak bumi dengan dosis 200 mg/kgBB meningkatkan ekspresi caspase-3 pada tikus normal yang diberikan doxorubicin. Kata kunci : Eurycoma longifolia Jack, Doxorubicin, ekspresi caspase-3.  AbstractDoxorubicin is a chemotherapeutic agent not only cause toxic effect on cancer cells, but also cause toxic effects on normal cells, especially in the liver and heart. Pasak bumi Roots (Eurycoma longifolia Jack.) has the potential to be developed into one of the immunostimulatory agent in reducing the toxicity of doxorubicin. This study aims to determine whether there is any effect of decreassed expression of caspase-3 in the liver of normal rats given doxorubicin after administration on the ethanol extract of the pasak bumi roots. The method used to obtain the ethanol extract of the pasak bumi roots is by maceration method. Test animals were divided into several groups. Control Group(Negative Control, solvent control group and healthy control group), the group of pasak bumi roots 200 mg/kg bodyweight, and The treatment group. To ensure the expression of caspase-3 was performed immunohistochemical staining and calculated the number of cells that expressed in percent. Percent of expression then performed statistical test using SPSS. The result of statistical test show that there were significant increase between the negative control (15,17 ± 5,17) with the treatment group were given by doxorubicin and ethanol extract of the pasak bumi roots 200 mg/kg bodyweight (23,59 ± 9,28). The concluded that in fact the ethanol extract of pasak bumi roots at dose 200 mg/kg bodyweight increased the expression of caspase-3 in normal rats was given by doxorubicin. Keywords : Eurycoma longifolia Jack, Doxorubicin, expression of caspase-3 
KARAKTERISTIK DAN STATUS KETERGANTUNGAN PEROKOK AKTIF TERHADAP NIKOTIN DI KOTA YOGYAKARTA Eliza Dwinta
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.717 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i2.1399

Abstract

AbstrakRokok mengandung unsur-unsur kimia seperti tar, nikotin, benzovrin, metal-kloride, aseton, amino, dan karbon monoksida. Adanya kandungan nikotin dalam rokok dapat menyebabkan ketergantungan. Fagerstrom Test for Nicotine Dependence (FTND) digunakan sebagai kuisioner bagi para perokok di daerah Yogyakarta untuk mengetahui tingkat ketergantungan terhadap nikotin. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Responden sejumlah 70 perokok aktif dengan hasil karakteristik demografis, yaitu (97,1) laki-laki dan (2,9) perempuan, dan awal mula masyarakat merokok yaitu pada usia 17-25 tahun dengan pendidikan terakhir SMA sederajat. Penghasilan perokok melalui penelitian ini didapatkan sebesar Rp 1.000.000,00 hingga Rp 2.000.000,00. Dari 70 perokok terdapat 40% perokok ketergantungan nikotin rendah hingga sedang, 34,3% responden memiliki ketergantungan rendah; 21,4% responden memiliki tingkat ketergantungan sedang, dan 4,3% responden memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap nikotin. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui status ketergantungan perokok aktif terhadap nikotin di wilayah Kota Yogyakarta. Status ketergantungan terhadap nikotin dapat dijadikan salah satu kriteria dalam menentukan sasaran promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan terkait merokok. Sasaran dan metode promosi kesehatan yang tepat dapat memudahkan informasi tersampaikan guna meningkatkan kesadaran perokok terhadap kesehatan tubuhnya.Kata Kunci: fagerstrom test for nicotine dependence; status perokok; perokok aktif AbstractCigarettes contain chemical elements such as tar, nicotine, benzovrin, metal-chloride, acetone, amino, and carbon monoxide. The presence of nicotine in cigarettes can cause dependence. The Fagerstrom Test for Nicotine Dependence (FTND) was used as a questionnaire for smokers in the Yogyakarta area to determine the level of dependence on nicotine. This research is a descriptive cross-sectional approach. Respondents were 70 active smokers with the results of demographic characteristics, namely male (97.1%) and female (2.9%), and the beginning of the smoking community, namely at the age of 17-25 years with the latest high school education equivalent. The income of smokers through this research is obtained from Rp 1,000,000.00 to Rp 2,000,000.00. Of the 70 smokers, 40% of smokers had low to moderate nicotine dependence; 34.3% of respondents had low dependence; 21.4% of respondents have a moderate level of dependence, and 4.3% of respondents have a high level of dependence on nicotine. The purpose of this study was to determine the nicotine dependence status of smokers in Yogyakarta. Nicotine dependence status can be used as one of the criteria in determining health promotion targets by health workers related to smoking. The right targets and methods of health promotion can make it easier for information to be conveyed in order to increase smokers’ awareness of their health. Keywords:  Fagerstrom test for nicotine dependence; dependence status of smokers; active smokers
FORMULASI KRIM TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL GANGGANG HIJAU (Ulva lactuca L.) DAN UJI IN VITRONILAI SPF (SUN PROTECTING FACTOR) Dinda Ayu Pratiwi; Emelda Emelda; Saddam Husein
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1469.836 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i1.1602

Abstract

Radiasi sinar ultraviolet atau sinar UV secara berlebih akan mengakibatkan jaringan epidermis pada kulit tidak cukup mampu melawan efek berbahaya. Tabir surya merupakan bahan kosmetik yang secara fisik maupun kimia berfungsi sebagai penghambat penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Tanaman yang dapat berfungsi sebagai tabir surya karena memiliki senyawa fenolik salah satunya adalah ganggang hijau (Ulva lactucaL). Jenis Penelitian ini adalah eksperimental menggunakan spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan kemampuan krim tabir surya dalam menghambat radiasi sinar UV ke kulit. Tujuan penelitian ini yaitu membuat formulasi sediaan krim tabir surya dari ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.) dan mengetahui nilai SPF(Sun Protecting Factor) yang paling baik dari berbagai konsentrasi krim tabir surya ekstrak etanol ganggang hijau (Ulva lactuca L.). Hasil dari penelitian yaitu nilai SPF dari formula 1 (basis krim) sebesar 1,5077 yang berarti formula 1 tidak memiliki aktivitas sebagai tabir surya, formula 2 (ekstrak ganggang hijau 3%) memiliki formula 2 (konsentrasi ekstrak 3%) memiliki nilai SPF sebesar 7,311 yang tergolong dalam kategori proteksi ekstra, formula 3 (konsentrasi ekstrak 4%) memiliki nilai SPF sebesar 13,427 yang termasuk dalam kategori proteksi maksimal dan formula 4 memiliki nilai SPF sebesar 19,282 yang tergolong dalam kategori perlindungan ultra. Formulasi krim dengan nilai SPF yang paling tinggi adalah formula 4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka makin semakin meningkat nilai SPF.
POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOSIN Tri Wahyuni; Eva Nurinda; Rizal Fauzi
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1001.479 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v5i1.1676

Abstract

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit metabolisme yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia yang diakibatkan oleh kurangnya insulin atau terjadinya resistensi insulin. Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman herbal yang mengandung antioksidan sehingga perlu dilakukan uji potensi antioksidan ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap kadar gula darah. Metode yang digunakan yaitu penelitian eksperimental dengan rancangan pretest and post-test with control group design dengan 24 sampel tikus wistar jantan yang terbagi dalam 4 kelompok yaitu 2 kelompok kontrol (kelompok normal dan kelompok hiperglikemik) 1 kelompok pembanding (glibenklamid) dan 1 kelompok perlakuan (ekstrak etanol daun belimbing wuluh). Ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dan glibenklamid mempunyai efek dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus yang diinduksi streptozotosin yang dibuktikan dengan adanya perubahan rata-rata besar kadar gula darah tikus pretest perlakuan glibenklamid sebesar 258,4117 mg/dL dan setelah perlakuan sebesar 126,4300 mg/dL  dan perubahan rata-rata kadar gula darah pada pre ekstrak etanol daun belimbing wuluh sebesar 257,7717 mg/dL dan setelah perlakuan sebesar 149,0933 mg/dL. Kapasitas antioksidan darah pada kelompok yang diberi glibenklamid dan kelompok yang diberi ekstrak etanol daun belimbing wuluh menunjukkan nilai signifikansi 1,000 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok pembanding (glibenklamid) dengan kelompok perlakuan (ekstrak etanol daun belimbing wuluh). Kapasitas antioksidan darah pada kelompok yang diberi glibenklamid dan kelompok yang diberi ekstrak etanol daun belimbing wuluh  tidak berbeda signifikan jika dilihat secara statistik yang dapat dilihat dari angka signifikansinya yaitu 0,880. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan antioksidan ekstrak etanol daun belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan kadar gula pada kondisi hiperglikemia.
PENGARUH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 96% AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS HEPAR TIKUS BETINA Sprague Dawley YANG DIBERI KARSINOGEN 7,12-Dimetilbenz(a) antrasen (DMBA) Ratna Wijayatri
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.055 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v1i1.505

Abstract

AbstrakEurycoma longifolia Jack adalah tanaman yang mempunyai Kandungan bioaktif dalam ekstrak air, butanol, metanol, dan kloroform yang terbukti memiliki efek antikanker secara  in vitro pada berbagai human cancer cell lines seperti MCF 7, HepG2, Hela, dan CaOv-3. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (E. longifolia Jack) terhadap organ hepar yang telah diinduksi dengan DMBA.Tikus galur Sprague Dawley berumur 1 bulan digunakan dalam penelitian ini dan dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol positif (tamoksifen), kelompok II merupakan kontrol negatif (DMBA dalam corn oil), kelompok III,IV dan V merupakan kelompok perlakuan fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (12,6 mg/kgBB, 25,2 mg/kgBB, dan 50,4 mg/kgBB), kelompok VI sebagai kontol pelarut (corn oil), kelompok VII sebagai kontrol baseline (pakan dan minum). DMBA digunakan sebagai penginduksi tumor diberikan 2 kali seminggu selama 5 minggu dengan dosis 20 mg/KgBB pada minggu ke-3 sampai minggu ke-7. Fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi diberikan satu minggu sebelum pemberian DMBA dan selama pemberian DMBA.Pada minggu ke-16 setelah pemberian DMBA terakhir organ hepar kemudian diamati baik sacara makroskopis dan mikroskopis. Hasil menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanol 96% akar pasak bumi (E. longfolia Jack) pada dosis 25,2 mg/KgBB mampu melindungi hepar dari kerusakan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif yaitu DMBA yang menunjukkan adanya kerusakan berupa radang, kongesti dan limfoblastik sel sekitar pembuluh darah. Kata kunci : Eurycoma longifolia Jack, 7,12-Dimetilbenz(a)antrasen (DMBA), Hepar AbstractEurycoma longifolia Jack is a plant that content of bioactive compound in the water extract, butanol, and chloroform showed that they have anti cancer effect in the human cancer cell lines sich as MCF 7, HepG2, Hela, and CaOv-3. The aims of the study is to look at the effect of ethyl acetate fraction of ethanolic extract 96% from E. longifolia Jack root to the liver that has been induced by DMBA.Strain of Sprague Dawley rats aged 1 month used in this study and divided into several groups. Group I represents the positive control group (Tamoksifen), group II was negative controls (DMBA in corn oil), group III, IV and V is a variation of treatment group who were given ethyl acetate fraction of etanolic extract 96% from the E. longifolia Jack root (12,6mg/Kg, 25,2mg/Kg, and 50,4mg/Kg), group VI as the solvent control (corn oil), group VII as a baseline control (food and drink). 7,12-Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) is used as a tumour inductor given 2 times a week for 5 weeks with a dose of 20mg/kg at thirth week until seventth week. The ethyl acetate fraction of etanolic extract 96% of E. longifolia Jack root given one weeks prior DMBA and during DMBA giving.In the 16th week after the last giving of DMBA to the mouse, they were both observed macroscopically and microscopically. The result shows that the ethyl acetate fraction of etanolic axtract 96% of E. longifolia Jack with dose 25,2mg/Kg capable to protect the liver from the damage. It is different with the negative control group which shows the presence of DMBA damage in the form inflammation, congestion and limfoblastic celc around blood vessels. Keyword : Eurycoma longifolia Jack, 7,12-Dimethylbenz(a)antrhacene   (DMBA), liver
KEPATUHAN MENGKONSUMSI SUPLEMEN ZAT BESI BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA KEHAMILAN Nurul Kusumawardani
INPHARNMED Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal) Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1378.827 KB) | DOI: 10.21927/inpharnmed.v4i2.1376

Abstract

AbstrakKondisi kehamilan memiliki risiko lebih tinggi mengalami anemia defisiensi zat besi. Hal ini dikarenakan, kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan namun tidak diimbangi dengan penyimpanan zat besi di dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat kepatuhan ibu hamil dengan metode pill count dan self report dalam mengkonsumsi suplemen zat besi serta hubungannya terhadap kejadian anemia pada kehamilan. Penelitian ini merupakan descriptive correlation study dengan rancangan case-control design, dimana sampel pada penelitian ini terbagi menjadi kelompok kasus (ibu hamil dengan anemia) dan kontrol (ibu hamil tanpa anemia). Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan metode consecutive sampling, hingga didapatkan 68 responden usia kehamilan trimester III yang rutin melakukan antenatal care (ANC) sejak awal kehamilan di Puskesmas Jetis, Kota Yogyakarta pada bulan Februari 2019. Keseluruhan responden terbagi menjadi dua kelompok, masing-masing sebanyak 34 responden. Analisis statistika yang digunakan untuk merumuskan hasil penelitian ini adalah Chi-square (X2 test) dengan Spearman's rank correlation coefficient (ρ) untuk mengetahui kekuatan dan arah korelasi antara kejadian anemia dengan tingkat kepatuhan responden berdasarkan metode pill count. Hasilnya menunjukkan bahwa responden yang tidak patuh mengkonsumsi suplemen zat besi berhubungan bermakna dengan kejadian anemia (X2=11,56; p=0,001 (p<0,050)), odd ratio (OR) = 10,79; 95%CI 2,25-51,66 dan memiliki arah korelasi positif dengan kekuatan sedang (ρ=0,412, p=0,001), sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang tidak patuh akan berisiko 10 kali lipat mengalami anemia (Hb<11,5 g/dL) pada masa kehamilan. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa pentingnya mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil.Kata Kunci: anemia, hemoglobin, kehamilan, kepatuhan, suplemen zat besi AbstractWomen with pregnancy have a higher risk of developing anemia with iron deficiency. This condition is due to the maternal body requirements for a significant iron, but the intake and storage of iron in the body are inadequate. The aim of this study was to describe the compliance of pregnant women in consuming iron supplement and correlation with anemia in pregnancy. The purpose of the study to describe the compliance of pregnant women in consuming iron supplements and its relationship with the incidence of anemia in pregnancy. This study is a descriptive correlation study with a case-control design. The sampling technique used was non-probability sampling with the consecutive sampling method, so that 68 respondents of pregnancy in their third trimester who routinely performed antenatal care (ANC) since the beginning of pregnancy at Primary Health Center Jetis, Yogyakarta City in February 2019. Chi-square statistical analysis (X2 test) with Spearman's rank correlation coefficient (ρ) to determine the strength and direction of the correlation between anemia and respondent compliance based on the pill count method. The results showed that respondents who did not adhere with iron supplements had a significant relationship with the incidence of anemia (X2 = 11.56; p-value= 0.001 (p-value<0.050)), odds ratio (OR) = 10.79; 95% CI 2.25-51.66 and has a positive correlation direction with moderate strength (ρ-value= 0.412, p-value = 0.001), so it can be concluded that pregnant women who are not adherent will have 10 times the risk of experiencing anemia (Hb 11.5 g/dL) during pregnancy. Keyword: anemia, hemoglobin, pregnancy, adherence, iron supplements