cover
Contact Name
Maria Yulita C. Age
Contact Email
jurnalatmareksa@yahoo.com
Phone
+6281236374177
Journal Mail Official
cagemariayulita@gmail.com
Editorial Address
Jl. Gatot Subroto, Km.3, Kel. Mautapaga, Kec. Ende Timur, Kab. Ende, NTT, 86317
Location
Kab. ende,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kataketik
ISSN : 25277421     EISSN : 27979830     DOI : https://doi.org/10.53949/ar.v5i2
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik. Jurnal Keagamaan Katolik, baik pendidikan keagamaan katolik, pastoral dan kateketik. Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik, telah ada sejak tahun 2016 dan diasuh oleh Dosen-dosen Stipar Ende
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 92 Documents
JEJAK-JEJAK POLITIS DALAM KITAB SUCI DAN DASAR BIBLIS BAGI KETERLIBATAN GEREJA DALAM POLITIK Yohanes Donbosko Bhodo
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 3, No 1 (2018): PERAN KATEKIS DI TAHUN POLITIK
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v3i1.66

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menemukan kembali jejak-jejak politik di dalam Kitab Suci. Konkretnya tulisan ini hendak menjawab pertanyaan dimanakah posisi Gereja dalam dan apa perannya dalam politik demokrasi. Tulisan ini merupakan refleksi biblis yang berusaha untuk menemukan bahwa keterlibatan gereja di dalam politik mempunyai dasarnya dalam Kitab Suci. Hasilnya bahwa keterlibatan Gereja dalam politik adalah sebuah kewajiban dan bukan sekedar sebuah pilihan. Penulis menemukan bahwa keterlibatan Gereja dalam politik memiliki jejak di dalam Kitab Suci. Pesannya menjadi amat jelas bahwa Keterlibatan Gereja dalam politik adalah pilihan dasar atau (optio fundamentalis).
REVOLUSI MENTAL DENGAN MEMBANGUN KARAKTER CINTA PLURALITAS (Refleksi Biblis-Eklesiologis atas Kisah Para Rasul) Yosep Aurelius Woi Bule
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 2, No 1 (2017): DARI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU REVOLUSI MENTAL
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v2i1.12

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan sebuah refleksi biblis-eklesiologis tentang karakter cinta pluralitas dengan berpedoman Kisah Para Rasul. Di kala merebaknya paham radikalisme yang anti terhadap pluralitas, tulisan ini mencoba membedah kekayaan Kisah Para Rasul, demi mengambil makna dan pesan biblis-eklesiologisnya dalam konteks pembentukan karakter anak bangsa, yang mampu mencintai keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan. Sumber-sumber yang relevan dengan tema pluralisme dan tinjauan-tinjauan biblis menjadi acuan dalam studi kepustakaan. Hasil yang diperoleh dari studi ini bahwa berbagai kisah dan tokoh-tokoh yang diulas dari Kisah Para Rasul, menunjukkan sebuah kisah iman dengan perjumpaan antarpribadi maupun dalam komunitas, demi membangun sebuah relasi mutual yang komunikatif dan mendalam. Peran tokoh-tokoh dan kisah-kisah tersebut telah menghadirkan sebuah pemahaman yang sangat inspiratif demi membentuk mentalitas hidup dan karakter pribadi pemeluk agama yang cinta pluralitas.
DARI IDENTITAS SOLIDARITAS KRISTIANI MENUJU IMPIAN MASYARAKAT KOHESIF (Membaca Pesan Artikel 1 Gaudium Et Spes Di Tengah Situasi Pandemi) Anselmus D. Atasoge
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 5, No 1 (2020): Kristianitas di tengah Pandemi
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v5i1.54

Abstract

Artikel 1 GS merupakan sebuah pembukaan yang sungguh menggugah kesadaran akan sisi kemanusiaan Gereja serentak mengundang para anggotanya untuk berkompasio kepada situasi dunia di tengah pandemi Covid 19. Artikel ini seakan menghadirkan sebuah prinsip yang disebut solidaristik inklusif. Solidaritas inklusif bersumber pada solidaritas ilahi: dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan menuju Kerajaan Bapa. Dengan bersumber pada solidaritas ilahi, solidaritas inklusif Gereja akan bermuara pula pada misi keselamatan semesta berkat upaya pelampauan diri, kesadaran akan kesetaraan dasariah dengan manusia lain dan yang dibingkai oleh cinta kasih. Idealisme GS 1 ini dapat dipandang sebagai bagian dari usaha dunia untuk menciptakan dan memajukan masyarakat dunia yang kohesif-harmonis.             Saat ini sedang ada satu perasaan identitas bersama dan kebutuhan bersama warga dunia, yakni terbebaskan dari kerentanan dan ketularan Covid-19. Perasaan dan kebutuhan itu seakan ‘menerobos’ kebijakan pembatasan-pembatasan sosial negara bagi para warganya. Dia tak terbatas ruang dan waktu. Perasaan dan kebutuhan itu melahirkan perasaan kohesif di antara sesama manusia, dekat maupun yang nun jauh di sana. Kesadaran akan keretanan bersama menembus segregasi ‘aku-engkau’ dan merangkumkannya dalam satu bahtera ‘esse-co esse est’, adaku adalah ada bersama, seperti yang dikatakan filsuf Perancis, Gabriel Marcel.Di tengah situasi ini, komunitas negara-negara dunia tengah mengotak-atik kebijakan-kebijakan politiknya dalam pelbagai bidang terutama sosial-ekonomi untuk menghadapi ‘gempuran’ Covid-19. Institusi-institusi non-government pun mengeluarkan himbauan-himbauan bagi komunitasnya untuk mengemas kewaspadaan-kewaspadaan sosial. Komunitas sosial kemasyarakatan di pelbagai sudut dunia juga terpanggil erat untuk mengkampanyekan aksi-aksi melawan Covid-19. Semua bersatu dalam ‘keberadaannya sendiri’ untuk ‘ada bersama’. Saya kira hal ini menjadi komitmen eksistensial untuk menyelamatkan bumi dari ancaman Covid-19.Tulisan ini hendak menelusuri basis eksistensial dalam menghidupkan perasaan kohesif masyarakat dunia dalam mengurai dan menghadapi dampak pandemi Covid 19 dari sudut pandang kristiani. Dengan bersandar pada studi kepustakaan, diskursus ini menyasar kepada segenap umat beriman kristiani yang terlibat dalam mengambil kebijakan publik dan yang terpanggil untuk untuk mewujudkan panggilan sosialnya di tengah situasi pandemi memiliki perspektif yang mumpuni dalam menjalankan aktivitasnya.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH Oktavianus Supriyanto Seni
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 5, No 2 (2021): KEPEMIMPINAN
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v5i2.119

Abstract

Kepemimpinan dalam pendidikan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan agar dapat dicapai tujuan pendidikan atau sekolah secara efektif dan efisien. Tujuan sekolah dapat dicapai secara efektif dan efisien dibutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. Ada tujuh karekateristik kepemimpinan kepala sekolah efektif, yaitu: (1) memiliki visi yang jelas; (2) memiliki harapan tinggi terhadap prestasi; (3)memprogramkan dan memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif; (4) mendorong pemanfaatan waktu secara efisien; (5) mendayagunakan berbagai sumber belajar; (6), memantau kemajuan peserta didik baik secara individual maupun kelompok; (7), melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan.
KATEKESE KELUARGA DI ERA DIGITAL Dr. Manfred Agustinus Habur
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 1, No 2 (2016): BERKATEKESE DALAM KONTEKS
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v1i2.3

Abstract

Katekese sebagai bagian dari pendidikan iman berkembang sesuai dengan konteks zaman. Keluarga sebagai salah satu konteks berkatekese masuk juga dalam pusaran perkembangan yang amat sulit dihentikan. Katekese keluarga telah masuk di era digital. Katekese keluarga sebagai salah satu media pendidikan iman menemukan peluang dan tantangan baru era digital yang mengharuskan adaptasi tanpa kehilangan esensi iman. Keluarga menjadi salah fokus dan lokus dalam berkatekese. Katekese keluarga memiliki corak baru di era digital. Era baru ini memengaruhi cara hidup keluarga-keluarga, dan dalam arti tertentu juga memengaruhi katekese keluarga. Katekese keluarga sebagai proses pendidikan iman keluarga, mau tidak mau, harus beradaptasi dengan era baru ini. Artikel ini hendak menjawabi pertanyaan manakah corak dan cara-cara katekese keluarga di era digital?
HARMONISASI KEHIDUPAN PERSPEKTIF MASYARAKAT ENDE LIO (Dalam Bingkai Kisah Soekarno Menemukan Pancasila Untuk Indonesia) Titus Koban Tara
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 4, No 2 (2019): PASTORAL KONTEKSTUAL
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v4i2.99

Abstract

Artikel ini memaparkan tentang pandangan masyarakat Ende Lio tentang keharmonisan kehidupan yang tergambar dalam tradisi dan hal ini telah ditemukan oleh Soekarno (presiden pertama Negara Kesatuan republik Indonesia) dalam permenungannya selama menjalani pembuangannya di Ende tahun 1934-1938. Hidup yang harmonis dalam konteks filosofi Ende Lio telah terkristal dalam hidup berbudaya. Masyarakat memandang dunia pada dasarnya suci. Dunia dan alam adalah suci, penuh keharmonisan dan tidak boleh dirusak oleh manusia. Manusia yang berharmonis dengan alam akan disebut suci karena kehidupannya yang bijak, kritis, dan realistis menghadapi dunia. Keharmonisan tidak selalu berarti seragam dan tidak terjadi kekacauan. “Khaos” atau kekacauan adalah bagian dari pencarian menuju keharmonisan.“Khaos” dalam kebersamaan manusia perspektif orang Ende Lio, tidak selamanya digeneralisir kotor, jelek, dosa dan jahat. Peristiwa seperti itu merupakan sebuah momen penyesuaian menuju keharmonisan situasi. Melalui proses waktu dengan sendirinya terjadi penyesuaian antarmanusia yang saling membutuhkan. Bagi manusia ada sarana penyesuaian diri melalui ritus adat sebagai alat menebus kesalahan dan menutup rasa malu. Tradisi itu bertujuan menciptakan keharmonisan dalam kebersamaan. Manusia dan alam semesta pada dasarnya baik walaupun terkadang terpapar dimensi kontradiksi, yang mencekam dalam kebersamaan.
DIKOTOMI IMAM-AWAM SEBAGAI TANTANGAN DALAM MEMBANGUN TATA DUNIA: SEBUAH PEMBELAJARAN DARI KEUSKUPAN SIBOLGA Elisabet Subiati
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 2, No 2 (2017): KERJA SAMA IMAM DAN AWAM DALAM MEMBANGUN TATA DUNIA
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v2i2.45

Abstract

Artikel ini bertujuan mengangkat sebuah issu tentang sebab-sebab terjadinya dikotomi imam-awam dalam kehidupan menggereja yang nyata dalam praktek pastor sentris. Adapun bentuk praktek pastor sentris yang dimaksudkan dalam tulisan ini yakni Gereja Kultis/ ritual, di mana upacara-upacara peribadatan menjadi orientasi utama dalam kehidupan menggereja. Gereja Kultis/ ritual memberikan posisi sentral kepada spesialis kultis, yakni para imam (pastor). Dalam kaitan dengan Gereja Kultis/ ritual ini imam (pastor) dilihat sebagai tokoh yang paling menguasai seluk beluk ibadat dalam agama Katolik, dan sebagai pemimpin utama dalam urusan penyucian. Adapun yang menjadi tekanan utama dalam Gereja Kultis/ ritual adalah pada peranan imam yang menguduskan. Praktek pastor sentris tidak sesuai dengan gambaran hidup menggereja menurut Konsili Vatikan II. Karena praktek pastor sentris “mematikan” peranan anggota-anggota Gereja, khususnya kaum awam. Padahal sebagai anggota-anggota umat Allah, kaum awam memiliki martabat yang sama dengan para diakon, imam dan uskup. Penulis mengangkat tema ini dengan memperlihatkan konteks kehidupan Gereja di Keuskupan Sibolga. Di Keuskupan Sibolga pemberdayaan petugas pastoral merupakan salah satu langkah strategis dalam perwujudan kerja-sama imam dan awam. Kehidupan menggereja di keuskupan Sibolga untuk beberapa tahun pernah mengalami dikotomi imam-awam sebagai akibat praktek pastor sentris. 
MEMAHAMI KESUCIAN UMAT BERIMAN Aleksander Reba
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 4, No 1 (2019): KESUCIAN DALAM PERSPEKTIF IMAN KATOLIK
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v4i1.71

Abstract

Kesucian termasuk dimensi dasariah Gereja. Kesucian Gereja karena Gereja adalah umat Allah, dan karena Gereja adalah umat Allah, ia mengambil bagian dalam kesucian Allah. Karya Allah secara konkret dan historis dilaksanakan dalam Kristus. Gereja itu suci karena ia dipanggil dan dirahmati dalam Kristus, bukan karena para anggotanya saleh dan suci kehidupannya. “Kristus mencintai Gereja sebagai mempelai-Nya, menyerahkan diri bagi Gereja untuk menguduskannya dan mempersatukan Gereja dengan diri-Nya sebagai tubuh-Nya serta mengaruniainya dengan anugerah Roh Kudus.” Dalam persatuan dengan Kristus, Gereja mengambil bagian dalam kesatuan Bapa dan Roh Kudus dan itulah kesucian Gereja. Kesucian ini bukan pertama-tama masalah individual atau kesucian perorangan, melainkan Gereja sebagai keseluruhan, baik itu hirarki, biarawan-biarawati maupun awam.
ENTREPRENEURSHIP DI PERGURUAN TINGGI DAN REVOLUSI MENTAL CIVITAS ACADEMICA Kristoforus Kopong
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 2, No 1 (2017): DARI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU REVOLUSI MENTAL
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v2i1.17

Abstract

Secara historis negara Indonesia termasuk negara yang paling menderita akibat krisis ekonomi pada tahun 1997 sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk bisa bangkit lagi (recovery). Selain itu, jumlah pengangguran tingkat sarjana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Perguruan Tinggi belum memiliki perhatian yang serius untuk menghasilkan out put yang tidak hanya siap bekerja tetapi lebih dari itu siap untuk membuka lapangan pekerjaan. Pendidikan tinggi perlu memiliki komitmen bersama baik secara internal kelembagaan maupun secara eksternal bersama para stakeholders untuk membentuk mentalitas civitas academica dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan pekerjaan melalui program pendidikan entrepreneurship.
MENOLAK POLITIK UANG (TINJAUAN UU NO. 7 TAHUN 2017 DAN AJARAN GEREJA) Ignasius Suswakara
Atma Reksa : Jurnal Pastoral dan Kateketik Vol 3, No 1 (2018): PERAN KATEKIS DI TAHUN POLITIK
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende, Jalan Gatot Subroto, KM 3. Tlp./Fax (0381) 250012

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53949/ar.v3i1.62

Abstract

Pemillihan umum (Pemilu) di Indonesia tanpa politik uang mungkin aneh bagi masyarakat saat ini. Praktik politik uang yang selalu terjadi dalam setiap pemilu membuat masyarakat berpikir dan merasa bahwa praktik ini merupakan hal yang lumrah. Masyarakat seperti dibawa kepada pemahaman bahwa pemberian uang untuk memilih calon tertentu adalah suatu kewajiban dari peserta pemilu kepada pemilih. Praktik politik uang yang terjadi secara terus menerus, benar-benar menggerus moralitas umat beragama, terutama agama Katolik. Praktik politik uang yang menahun ini menimbulkan pertanyaan: apakah ajaran Gereja memang tidak melarang politik uang? Ataukah umat yang tidak menyadari bahaya politik uang sekalipun dilarang oleh Gereja? Tulisan ini mengangkat persoalan politik uang dalam UU No. 7 Tahun 2017 dan ajaran Gereja Katolik terhadap masalah kronis ini.

Page 2 of 10 | Total Record : 92