cover
Contact Name
Muhamad Suhardi
Contact Email
jurnalp4i@gmail.com
Phone
+6285239967417
Journal Mail Official
jurnalp4i@gmail.com
Editorial Address
Lingkungan Handayanai, Kel. Leneng, Kec. Praya, Kab. Lombok Tengah, NTB
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA
ISSN : 27970744     EISSN : 27971031     DOI : https://doi.org/10.51878/science.v1i2.389
Core Subject : Education,
Jurnal ini berisi artikel hasil pemikiran dan penelitian yang ditulis oleh para guru, dosen, pakar, ilmuwan, praktisi, dan pengkaji dalam semua disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan matematika dan IPA.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2022)" : 15 Documents clear
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE INQUIRI PADA PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR YUNI NOER SYAMSIYAH
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1233

Abstract

The activity level of students in class X IPA 2 SMAN 10 Pandeglang before the study was 12.5% ??and the average learning outcome was 42.4. Inquiry type cooperative learning provides many opportunities for students to express opinions, ask and answer questions, so that all students can be actively involved in the learning process. The application of the inquiry type cooperative learning model is able to provide learning experiences about various phenomena or facts so that students are able to conclude or find answers that are certain in accordance with the objectives of using inquiry learning strategies, namely developing the ability to think systematically, logically and critically. This study aims to improve student activity and learning outcomes in chemical bonding learning through the inquiry type cooperative learning model. This classroom action research consists of 2 cycles, with 4 stages, namely planning, implementation, observation and reflection. It was carried out on 32 students of class X IPA 2 of SMAN 10 Pandeglang in the 2017/2018 academic year. Based on the results of the study, it turned out that student activity increased by 43.62% from the first cycle of 38.18% and 81.8% in the second cycle. This shows that the application of the inquiry-type cooperative learning model can increase student activity. Student learning outcomes in the cognitive domain also increased by 43.75%, which came from the first cycle of 34, 38% and the second cycle of 78.13%. In general, the results showed that the application of the inquiry-type cooperative learning model could improve student activity and learning outcomes in chemical bonding learning at SMAN 10 Pandeglang. ABSTRAKTingkat keaktifan siswa kelas X IPA 2 SMAN 10 Pandeglang sebelum penelitian sebesar 12,5% dan rata-rata hasil belajarnya 42,4. Pembelajaran kooperatif tipe inquirí banyak memberikan kesempatan siswa saling mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab, maka semua siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inquirí mampu memberikan pengalaman belajar tentang berbagai fenomena atau fakta sehingga siswa mampu menyimpulkan atau menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti sesuai dengan tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquirí yaitu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran ikatan kimia melalui model pembelajaran kooperatif tipe inquirí. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus, dengan 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dilakukam pada 32 siswa kelas X IPA 2 SMAN 10 pandeglang tahun pelajaran 2017/2018. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata aktivitas siswa meningkat 43,62% yang berasal dari siklus I sebesar 38,18% dan 81,8% pada siklus II. Hali ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inquirí dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif juga meningkat sebesar 43,75% yang berasal dari siklus I sebesar 34, 38% dan siklus II sebesar 78,13%. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inquirí dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ikatan kimia di SMAN 10 Pandeglang.  
PENDEKATAN STRUKTURAL THINK SQUARE SHARE (TSS) UNTUK MENINGKATKAN ACTIVE, JOYFUL, EFFECTIVE LEARNING (AJEL) MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG NUR HIDAYATUL KHOMSAH
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1234

Abstract

The problem of low learning activities and mathematics learning outcomes in class IXF MTsN 2 Purbalingga, will be overcome by using the Think Square Share learning approach, starting with individual work at the think stage, then in groups of four at the square stage and finally sharing with a presentation in front of the class. at the share stage. Active learning in this study can be achieved with a percentage of 62.44% in the medium category in the first cycle, the second cycle by 67.25% in the high category, and the third cycle in the high category by 69.69%. So TSS can increase student activity. Fun learning in this study can be achieved with a percentage of 62.18% in the high category in the first cycle, the second cycle by 66.00% in the high category, and in the third cycle by 68.16% in the high category. ABSTRAKMasalah rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar matematika di kelas IXF MTsN 2 Purbalingga, akan diatasi dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Think Square Share, yaitu diawali dengan kerja individu pada tahapan think, kemudian berkelompok empat-empat pada tahapan square dan yang terakhir berbagi dengan presentasi didepan kelas pada tahap share. Pembelajaran aktif pada penelitian ini dapat tercapai dengan persentase sebesar 62,44% kategori sedang pada siklus I, siklus II sebesar 67,25 % kategori tinggi, dan siklus III diperoleh 69,69 % kategori tinggi. Jadi TSS dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Pembelajaran menyenangkan pada penelitian ini dapat tercapai dengan persentase sebesar 62,18% kategori tinggi pada siklus I, siklus II sebesar 66,00% kategori tinggi, dan siklus III sebesar 68,16% kategori tinggi.
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP KONSEP SISTEM EKSKRESI MANUSIA HERNETA FATIRANI
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1235

Abstract

This study aims to analyze the application of jigsaw-type cooperative learning models to improve student learning activities on the concept of human excretion systems. The subjects in this study were class VIII A students of SMPN 16 Hulu Sungai Tengah, totaling 23 people. Data on student learning activities can be known using observation sheets. The observation sheet contains the teacher's activities and student activities or activities during the continuous teaching and learning process. Data on student activity are analyzed descriptively based on the percent (percentage) scores achieved. The results showed an increase in learning activities which was shown by an increase in student activity in learning at each meeting experienced a significant increase. In the first cycle of meeting 1 the percentage of student activity obtained was 63% with the category "Quite active" and at meeting 2 the score increased to 68% but with a fixed category, namely "Quite Active". Meanwhile, in the second cycle of meetings 1 the percentage of student activity increased to 74% with the category "Active" and at meeting 2 to 81% with the fixed category "Active". So it can be concluded that the jigsaw-type cooperative learning model can increase student learning activities on the concept of a human excretion system. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menganalisa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada konsep sistem ekskresi manusia. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMPN 16 Hulu Sungai Tengah yang berjumlah 23 orang. Data aktifitas belajar siswa dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi berisi kegiatan guru dan aktifitas atau kegiatan siswa selama proses belajar mengajar berlansung. Data tentang aktivitas siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai persen (persentase) yang tercapai. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktifitas belajar yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada setiap pertemuan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I pertemuan 1 presentase aktivitas siswa yang didapat sebesar 63% dengan kategori “Cukup aktif” dan pada pertemuan 2 nilainya meningkat menjadi 68% namun dengan kategori tetap yaitu “Cukup Aktif”. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 presentase aktivitas siswa meningkat menjadi 74% dengan kategori “Aktif” dan pada pertemuan 2 menjadi 81% dengan kategori tetap “Aktif”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa pada konsep sistem ekskresi manusia.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE RADEN RORO HESLA ISLAMIJAWATI
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1236

Abstract

This study aims to determine the suitability of cooperative learning type think talk write (TTW) in an effort to improve mathematical communication skills in class XII MIPA SMA Negeri 3 Bangkalan. This research is a classroom action research conducted at SMA Negeri 3 Bangkalan using research subjects of class XII MIPA 1 students consisting of 32 students carried out in 2 cycles. The model used is a think talk write type learning model with students learning activities to read texts and make notes from the readings individually (think) to be brought to discussion forums, then students interact and collaborate with friends in a group to discuss the contents of notes using language and words. -he said himself (talk). Then students construct their own knowledge which includes understanding and communication of mathematics in written form (write). The results showed that the application of think talk write (TTW) cooperative learning can improve mathematical communication skills in class XII MIPA students of SMA Negeri 3 Bangkalan. Judging from the results of the percentage of students' test scores in the first cycle of 73.43% and the second cycle of 93.75% which shows that students' mathematical communication skills in writing have increased. Judging from the total average score of students' verbal mathematical communication skills in the first cycle of 2.48 with a fairly good category and the second cycle of 3.06 with a good category. This shows that students' verbal mathematical communication skills have increased and have reached the predetermined indicators. Based on the analysis of the results of observations of learning activities by teachers in cycle I and Cycle II, the results are in good category. Thus it can be concluded that the hypothesis of the action taken can be accepted as true. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas XII MIPA SMA Negeri 3 Bangkalan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bangkalan menggunakan subyek penelitian siswa kelas XII MIPA 1 terdiri sebanyak 32 siswa yang dilaksanakan 2 siklus. Model yang digunakan adalah model pembelajaran tipe think talk write dengan kegiatan pembelajaran siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think) untuk dibawa ke forum diskusi, selanjutnya siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan menggunakan bahasa dan kata-katanya sendiri (talk). Kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi matematika dalam bentuk tulisan (write). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe think talk write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas XII MIPA SMA Negeri 3 Bangkalan. Dilihat dari hasil prosentase nilai tes siswa pada siklus I sebesar 73,43% dan siklus II sebesar 93,75% yang menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis mengalami peningkatan. Dilihat dari Skor rata-rata total kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan siklus I sebesar 2,48 dengan kategori cukup baik dan siklus II sebesar 3,06 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa secara lisan mengalami peningkatan dan sudah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan analisis hasil observasi kegiatan pembelajaran oleh guru pada siklus I dan Siklus II menyatakan hasilnya dengan kategori baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang dilakukan dapat diterima kebenarannya.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION SISWA KELAS VIII 3 MTsN BARIANG RAO-RAO KABUPATEN SOLOK SELATAN MASNIDAR MASNIDAR
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1262

Abstract

The purpose of this classroom action research is to improve science learning outcomes on the material pressure of class VIII.3 Semester I students at MTsN Bariang Rao-rao, South Solok Regency. This type of research is action research with two rounds. Each round goes through stages, namely: planning, implementation, data collection, and reflection. The research subjects were students of class VIII.3 Semester I at MTsN Bariang Rao-rao, South Solok Regency with 35 students and teachers in charge of these subjects. The data obtained in the form of formative test results, observation sheets of teaching and learning activities. From the results of classroom action research that has been carried out in VIII.3 Semester I at MTsN Bariang Rao-rao, South Solok Regency about the application of the group investigation learning model in the learning process Science-physics pressure material for class VIII.3 semester 1 of the 2015/2016 academic year. So it can be concluded that learning achievement which is also the embodiment of student process skills in learning in class VIII.3 students shows that from 35 students in the first cycle, 57% mastery increases in the second cycle to 86%. Based on the results of the first cycle and second cycle, it can be concluded that the group investigation learning model can improve students' science learning outcomes, especially on pressure materials. ABSTRAKTujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada materi tekanan siswa kelas VIII.3 Semester I di MTsN Bariang Rao-rao Kabupaten Solok Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran melalui tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3 Semester I di MTsN Bariang Rao-rao Kabupaten Solok Selatan dengan jumlah siswa 35 dan guru yang mengampu mata pelajaran tersebut. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.  Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada VIII.3 Semester I di MTsN Bariang Rao-rao Kabupaten Solok Selatan tentang penerapan model pembelajaran group investigation dalam proses pelajaran  IPA-fisika materi tekanan kelas VIII.3 semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016. Maka dapat disimpulkan prestasi belajar yang juga merupakan perwujudan dari keterampilan proses siswa dalam belajar pada peserta didik kelas VIII.3 menunjukkan menunjukkan dari 35 siswa pada siklus I ketuntansan 57% meningkat pada siklus II menjadi 86%. Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa, khususnya pada materi tekanan.
PEMANFAATAN SARON SANGA LARAS SLENDRO GAMELAN JAWA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA SMA MATERI GELOMBANG BUNYI ADRIANUS KUSUMA SANJAYA
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1263

Abstract

The aims of this study are 1) to determine the concept of sound waves that can be taught by using saron sanga laras slendro as a learning medium, 2) to determine the steps needed to teach the concept of sound waves (sound color) by using saron sanga laras slendro as a learning medium, 3) determine the learning model and stages for using saron sanga laras slendro as a learning medium. The research method used is literature study and experiment. Literature studies are used to find sound concepts that can be taught and determine the appropriate learning model to utilize saron sanga laras slendro as a learning medium. Experiments are used to determine the steps needed to teach the concept of sound waves (sound colors). The results are 1) the concept of sound waves that can be taught is to determine the color spectrum of the sound in each wilahan saron sanga laras slendro; 2) The steps to determine the frequency of the basic tone and the frequency of the sound color composition using the Sound Forge 6.0 software are a) recording the sound of each saron sanga wilahan, b) performing a spectrum analysis with the Spectrum Analysis Tools, c) reading the data from the analysis for find the fundamental tone frequency, harmonic frequency, and harmonics that make up the sound color of wilahan saron sanga; 3) The learning model that can be used is guided inquiry with the stages of a) formulating a problem: the teacher asks questions about the color spectrum of saron sanga laras slendro, b) formulating a hypothesis: students predict the color spectrum of the sound of saron sanga from the knowledge they already have, c ) conducted experiments to test the hypothesis: students conducted experiments to find out the color spectrum of the sound of saron sanga with Sound Forge 6.0 software using a guide made by the teacher, d) made conclusions: students analyzed and concluded the color spectrum of the sound of saron sanga based on the experimental results. Based on these results, it can be concluded that saron sanga laras slendro can be used as a medium for high school physics learning for sound waves. ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui konsep gelombang bunyi yang dapat diajarkan dengan memanfaatkan saron sanga laras slendro sebagai media pembelajaran, 2) menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengajarkan konsep gelombang bunyi (warna bunyi) dengan memanfaatkan saron sanga laras slendro sebagai media pembelajaran, 3) menentukan model pembelajaran dan tahapan untuk menggunakan saron sanga laras slendro sebagai media pembelajaran. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka dan eksperimen. Studi pustaka digunakan untuk menemukan konsep bunyi yang dapat diajarkan dan menentukan model pembelajaran yang tepat untuk memanfaatkan saron sanga laras slendro sebagai media pembelajaran. Eksperimen digunakan untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengajarkan konsep gelombang bunyi (warna bunyi) tersebut. Hasilnya adalah 1) Konsep gelombang bunyi yang dapat diajarkan adalah menentukan spektrum warna bunyi pada setiap wilahan saron sanga laras slendro; 2) Langkah-langkah untuk menentukan frekuensi nada dasar dan frekuensi penyusun warna bunyi dengan menggunakan perangkat lunak Sound Forge 6.0 adalah a) merekam bunyi setiap wilahan saron sanga, b) melakukan analisis spektrum dengan Tools Spectrum Analysis, c) membaca data hasil analisis tersebut untuk menemukan frekuensi nada dasar, frekuensi harmonik, dan inharmonik penyusun warna bunyi wilahan saron sanga; 3) Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah inkuiri terbimbing dengan tahapan a) membuat rumusan masalah: guru memberikan pertanyaan bagaimana spektrum warna bunyi dari saron sanga laras slendro, b) merumuskan hipotesis: siswa memprediksi spektrum warna bunyi saron sanga dari pengetahuan yang sudah dimiliki, c) melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis: siswa melakukan eksperimen mengetahui spektrum warna bunyi saron sanga dengan perangkat lunak Sound Forge 6.0  menggunakan panduan yang dibuat oleh guru, d) membuat kesimpulan: siswa menganalisis dan menyimpulkan spektrum warna bunyi saron sanga berdasarkan hasil eksperimen. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan saron sanga laras slendro dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran fisika SMA materi gelombang bunyi.
MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA KONKRET PADA MATERI SUDUT SISWA KELAS IV SDIP BAITUL MAAL FITRI ANGGRAINI
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1264

Abstract

Mathematics is a subject that can build students' abilities and intelligence in problem solving, logical, systematic, analytical, critical, creative and solution thinking. In order that the planned learning objectives of mathematics can be achieved properly through the learning process that takes place in the classroom, the teacher must choose a learning model/method, learning approach/strategy, and appropriate mathematics learning media and adapted to the learning materials and characteristics of students in the classroom. class. In order to achieve learning objectives and assist students in understanding the material about measuring angles, the learning model used to deliver angle material to grade IV SDIP Baitul Maal students is a direct learning model with the help of a concrete model. Direct learning model assisted by concrete media can increase the value of mathematics learning outcomes for fourth grade students of SDIP Baitul Maal Jurangmangu east of Pondok Aren sub-district, South Tangerang City. This is indicated by the increase in the average student learning outcomes from before the best practice activities to the best practice activities at the 3rd meeting. Prior to the implementation of best practice, the average value of student learning outcomes was 84. After the best practice activities, the average value of student learning outcomes increased to 91. Direct learning model assisted by concrete models can be one of the choices of learning models for teachers who aim to controlling the content of the material and the sequence of information received by students so that students gain a full conceptual understanding of the concept of a material as well as a particular skill. ABSTRAKMatematika merupakan mata pelajaran yang dapat membangun kemampuan dan kecerdasan siswa dalam pemecahan masalah, berpikir logis, sistematis, analitis, kritis, kreatif dan solutif. Agar tujuan-tujuan pembelajaran matematika yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik melalui proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, maka guru harus memilih model/metode pembelajaran, pendekatan/strategi pembelajaran, dan media pembelajaran matematika yang tepat dan disesuaikan dengan materi pembelajaran serta karakteristik siswa di kelas. Agar tercapai tujuan pembelajaran dan membantu siswa dalam memahami materi tentang pengukuran sudut, maka model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi sudut pada siswa kelas IV SDIP Baitul Maal adalah model pembelajaran langsung dengan bantuan model konkret. Model pembelajaran langsung berbantuan media konkret dapat meningkatkan nilai hasil belajar Matematika siswa kelas IV SDIP Baitul Maal Jurangmangu timur kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa dari sebelum dilaksanakannya kegiatan best practise sampai kegiatan best practise pertemuan ke-3. Sebelum dilaksanakannya best practice, rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 84. Setelah diadakannya kegiatan best practise, rata-rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 91. Model pembelajaran langsung berbantuan model konkret dapat menjadi salah satu pilihan model pembelajaran bagi guru yang bertujuan untuk mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga siswa mendapatkan pemahaman konsep yang penuh terhadap konsep suatu materi serta suatu keterampilan tertentu.
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI MTs NEGERI 1 KOTA BATAM JURAHMIN JURAHMIN
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1265

Abstract

This study aims to increase motivation and science learning outcomes through the application of cooperative learning type Student Team Achievement Division (STAD) at MTs Negeri 1 Batam City. The type of research used is classroom action research with the research subjects of class VII/3 students totaling 33 students. The instruments used in this study were observation sheets and science test instruments. Technical analysis of research data using qualitative and quantitative descriptive analysis. The results of the analysis of research data show that the application of the STAD type cooperative learning model to the material organization of life, cells, tissues, organs and organ systems can increase the score of learning motivation by 65 to 86, and increase the average score of science learning outcomes from 73 to 83. Thus, STAD cooperative learning can increase learning motivation and science learning outcomes at MTsN 1 Batam. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) di MTs Negeri 1 Kota Batam.  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas VII/3 yang berjumlah 33 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan instrumen tes IPA. Teknis analisis data penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.  Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi organisasi kehidupan, sel, jaringan, organ dan sistem organ dapat meningkatkan skor motivasi belajar sebesar 65 menjadi 86, serta meingkatkan rata-rata skor nilai hasil belajar IPA dari 73 menjadi 83. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPA di MTsN 1 Batam.
PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SMP NEGERI 12 MATARAM I NENGAH SULENDRA
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1266

Abstract

This research is based on the problems identified in science learning in class VII semester 1 of SMP Negeri 12 Mataram, namely: (1) Most students lack concentration in learning in class because on average they come from underprivileged families so that they require them to work after school. and some even work before going to school, thereby reducing the opportunities for students to study at home and resulting in when they are at school they are not mentally ready to learn. 2) most students consider Integrated Science as a difficult and boring subject, with a lot of memorization and formulas such as mathematics, (3) the teacher is not careful in choosing learning models or strategies. Teachers tend to carry out teacher-centered classical learning with the consideration that the material is completed quickly, (4) passive students, seem less interested in participating in learning because they are not given the opportunity to find concepts and are not given real examples in real life everyday. day. The results of this study indicate that the application of the Discovery Learning method can increase the activeness and learning achievement of science class VII.1 students of SMP Negeri 12 Mataram in the matter of Substance, the Form of Substance and its Changes. The activeness of students in the discussion group has been categorized as active both in the first and second cycles. Learning achievement in Cycle I, of the 32 students who took part there were 25 students who achieved or exceeded the Mininal Completeness Criteria (KKM) of 75, the percentage of students who achieved completeness was 78.125%, in the second cycle there was an increase in the percentage of student learning mastery results of 87, 50%, there is an increase of 9.375%, there is an increase in student learning activities and achievements through active learning, namely discovery learning and student responses to the application of the variety of active discovery learning. ABSTRAKPenelitian ini bertitik tolak dari adanya masalah yang teridentifikasi pada pembelajaran IPA dikelas VII semester 1 SMP Negeri 12 Mataram yaitu : (1) Sebagian besar peserta didik kurang konsenterasi dalam belajar di kelas karena rata-rata berasal dari keluarga kurang mampu sehingga mengharuskan mereka bekerja pulang sekolah dan bahkan ada yang bekerja dulu sebelum ke sekolah, sehingga mengurangi kesempatan peserta didik untuk belajar di rumah dan mengakibatkan saat mereka di sekolah mereka belum siap secara mental untuk belajar. 2) sebagian besar peserta didik menganggap IPA Terpadu sebagai sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan, banyak hafalan dan rumus-rumus seperti matematika, (3) kurang cermatnya guru dalam memilih model atau strategi pembelajaran. Guru cenderung melaksanakan pembelajaran klasikal yang berpusat pada guru (theacher centered) dengan pertimbangan agar materi cepat tuntas, (4 ) peserta didik pasif, tampak kurang tertarik mengikuti pembelajaran karena kurang diberi kesempatan menemukan konsep dan tidak diberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan nyata sehari-hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas VII.1 SMP Negeri 12 Mataram pada materi Zat, Wujud Zat dan Perubahannya. Keaktifan siswa pada kelompok diskusi sudah dikategorikan aktif baik pada siklus I maupun ke II. Prestasi belajar pada Siklus I, dari 32 siswa yang mengikuti terdapat 25 siswa yang mencapai atau melampaui Kreteria Ketuntasan Mininal (KKM) 75, secara persentase siswa yang mencapai ketuntasan sebesar 78,125%, pada siklus II mengalami peningkatan persentase dari hasil ketuntasan belajar siswa sebesar 87,50%, ada peningkatan sebesar 9,375%, Adanya peningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik melalui pembelajaran aktif yaitu discovery learning dan tanggapan peserta didik terhadap penerapan ragam pembelajaran aktif discovery learning.
PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA DENGAN MODEL CONSTRUCTIVIST LEARNING DESIGN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI UNTUK KELAS VIII SMP SILVIA KUSUMANINGRUM
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 2 No. 2 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v2i2.1267

Abstract

This research aims to develop teaching materials in the form of mathematics modules for class VIII junior high schools. Based on the needs analysis, the material developed in this module is relation and functions using the Constructivist Learning Design (CLD) model that has six stages, namely situations, groupings, bridges, questions, exhibits, and reflections. The method used in this research is research and development. This research and development procedure consists of five stages, namely conducting needs analysis, initial product development, expert validation, small-scale field trials, and large-scale field trials and module feasibility trials for teachers. The student's math modules are developed according to the Constructivist Learning Design (CLD) model, and the language used in the modules is by with Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Based on the validation results of media experts, the average percentage of the entire questionnaire was 89.79%, so the category was obtained very well. The presentation of the module and the graphic design of the module are proportional. Based on the results of small-scale field trials, the average percentage of the entire questionnaire was 81.11%, so the category was obtained very well. Based on the results of large-scale field trials, the average percentage of the entire questionnaire was 82.39%, so the category was obtained very well. Students feel the benefits of modules and are interested in the use of modules. Based on the results of the module feasibility trial for teachers, the average percentage of the entire questionnaire was 93.88%, so an excellent category was obtained. The developed modules can be used and understood easily by students. Therefore, it can be concluded that the mathematics module developed meets the feasibility of being used in the learning of relation and function materials. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul matematika untuk kelas VIII SMP. Berdasarkan analisis kebutuhan, materi yang dikembangkan dalam modul ini adalah relasi dan fungsi dengan menggunakan model Constructivist Learning Design (CLD) yang mempunyai enam tahapan yaitu situations, groupings, bridge, questions, exhibit, dan reflections. Keenam tahapan tersebut terdapat pada bagian-bagian di dalam modul. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Prosedur penelitian dan pengembangan ini terdiri dari lima tahap, yaitu melakukan analisis kebutuhan, pengembangan produk awal, validasi ahli, uji coba lapangan skala kecil, dan uji coba lapangan skala besar serta uji coba kelayakan modul kepada guru. Berdasarkan hasil validasi ahli materi dan bahasa, persentase rata-rata keseluruhan angket sebesar 89,46% maka diperoleh kategori sangat baik. Modul yang dikembangkan sesuai dengan model Constructivist Learning Design (CLD), dan bahasa yang digunakan dalam modul sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Berdasarkan hasil validasi ahli media, persentase rata-rata keseluruhan angket sebesar 89,79% maka diperoleh kategori sangat baik. Penyajian modul dan desain grafis modul sudah proporsional. Berdasarkan hasil uji coba lapangan skala kecil, persentase rata-rata keseluruhan angket sebesar 81,11% maka diperoleh kategori sangat baik. Berdasarkan hasil uji coba lapangan skala besar, persentase rata-rata keseluruhan angket sebesar 82,39% maka diperoleh kategori sangat baik. Siswa merasakan adanya manfaat modul dan tertarik dengan adanya penggunaan modul. Berdasarkan hasil uji coba kelayakan modul kepada guru, persentase rata-rata keseluruhan angket sebesar 93,88% maka diperoleh kategori sangat baik. Modul yang dikembangkan dapat digunakan dan dipahami dengan mudah oleh siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa modul matematika yang dikembangkan memenuhi kelayakan untuk digunakan pada pembelajaran materi relasi dan fungsi.

Page 1 of 2 | Total Record : 15