cover
Contact Name
Bobby Putrawan
Contact Email
bkputrawan@gmail.com
Phone
+6282110093693
Journal Mail Official
jrasc@widyaagape.ac.id
Editorial Address
Jalan Cut Nyak Dien, Nunukan Tengah Kabpaten Nunukan, Kalimantan Utara
Location
Kab. nunukan,
Kalimantan utara
INDONESIA
Journal of Religious and Socio-Cultural
ISSN : -     EISSN : 28081595     DOI : https://doi.org/10.46362/jrsc
Journal of Religious and Socio-Cultural is a peer-reviewed journal which is published by Widya Agape School of Theology incorporate with the scholars association: Indonesia Christian Theologians Association (ICTA) publishes biannually in May and November. This Journal publishes current original research on religious studies and socio-cultural studies using an interdisciplinary perspective, especially within Inter-Religion Theology studies and its related teachings resources: Religious studies in thought, philosophy, history, linguistic, practical studies, and mysticism studies. Journal of Religious and Socio-Cultural at first Vol.1, No.1, 2019 biannually in May, with e-ISSN: 2808-1595. Reviewers will review any submitted paper. Review process employs a double-blind review, which means that both the reviewer and author identities are concealed from the reviewers, and vice versa.
Articles 37 Documents
Kesatuan Alkitab (Unity): Dimensi Penguatan Iman Bagi Jemaat Lasmaria Simanungkalit; Susanti Embong Bulan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.948 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.70

Abstract

Skeptics who have different views on the Bible as well as those who have not lived a new life or acknowledge Jesus as God will always say the Bible is a book of errors and contradictions. Because of the different understandings, a unity of the Bible is needed that recognizes that the Bible is the Word of God. This article aims to display the unity of the Bible as a dimension of faith strengthening for the church of God. The result is that the Bible remains one, from beginning to end, without any contradictions. The research method used is the method of biblical theological analysis and literature that wants to prove that the Unity of the Bible has different characteristics from other books and is a proof of the divine origin of the words of the Bible when God moves people in such a way that they record what they say- Nya. Kaum skeptik yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai Alkitab serta orang-orang yang belum hidup baru atau mengakui Yesus sebagai Tuhan akan selalu mengatakan Alkitab adalah sebuah buku yang terdapat kesalahan dan pertentangan. Oleh karena berbagai pemahaman yang berbeda maka diperlukan suatu kesatuan Alkitab yang mengakui bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan. Artikel ini bertujuan memaparkan kesatuan Alkitab dimana sebagai dimensi penguatan iman bagi jemaat Tuhan. Hasilnya adalah Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Metode penelitian yang digunakan ialah Metode analisa teologi biblika serta literatur yang ingin membuktikan bahwa Kesatuan Alkitab memiliki ciri yang berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakan-Nya.
Dampak Keteladanan Guru Sekolah Minggu Dalam Pembentukan Karakter Anak Di Gereja Kristen Indonesia Menining Vera Ria Christia; Christiani Hutabarat
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 1 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.1 (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.726 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i1.82

Abstract

The teacher's example in character building is the beginning of making quality Sunday school children. The example of Sunday school teachers is the basis for producing children with good character. It turns out that in creating the formation of children's character, it must be based on various aspects, one of which is seen from the teacher so that children can imitate the attitudes and examples of their own teachers. The main purpose of this paper is to find out how influential the role model of a Sunday school teacher is in shaping the character of children at Gereja Kristen Indonesia Menining. This writing uses the type of Qualitative research that uses direct interview techniques with Sunday school children and Sunday school teachers. From this writing, it can be concluded that 1). The example of Sunday school teachers greatly influences the formation of children's character. 2). In improving the character of children, they can go through the surrounding environment. 3). The example of the Sunday school teacher is the basis for the formation of the child's character, and the Sunday school teacher must also be a good example for Sunday school children. 4). Various tools and facilities that support in creating a comfortable atmosphere are needed in the teaching process Keteladanan guru dalam pembentukan karakter merupakan awal menjadikan anak sekolah minggu yang berkualitas. Keteladanan guru sekolah minggu menjadi dasar agar menghasilkan anak yang berkarakter yang baik. Ternyata dalam menciptakan pembentukan karakter anak harus didasari oleh berbagai aspek salah satunya adalah dilihat dari gurunya sehingga anak dapat menirukan sikap dan keteladanan yang dimiliki oleh gurunya sendiri. Tujuan utama dari penulisan ini adalah agar mengetahui seberapa berpengaruhnya keteladana seorang guru sekolah minggu dalam pembentukan karakter anak Di Gereja Kristen Indonesia Menining. Penulisan ini mengunakan jenis penelitian Kualitatif yang mengunakan Teknik wawancara langsung dengan anak sekolah minggu dan para guru sekolah minggu. Dari penulisan ini maka dapat di simpulkan bahwa 1). Keteladanan guru sekolah minggu sangat mempengaruhi dalam pembentukan karakter anak. 2). Dalam meningkatkan karakter anak dapat melalui lingkungan sekitar. 3). Keteladanan yang dimiliki guru sekolah minggu menjadi dasar pembentukan karakter anak, dan guru sekolah minggu juga harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak sekolah minggu. 4). Berbagai alat dan sarana yang menjadi pendukung dalam menciptakan suasana yang nyaman sangat dibutuhkan dalam proses mengajar
Dampak Korean Wave Terhadap Proses Penerimaan Diri Pada Remaja Kristen di Indonesia Khatrina Rintis Lintang Rahayu; Sutrisno Sutrisno
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 1 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.1 (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.688 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i1.83

Abstract

Self-acceptance is a process that must be done by every human being. Self-acceptance is an important thing in the process of human growth and development. In adolescence the process of self-acceptance is very necessary. However, the influence of the Korean Wave is very strong on the self-acceptance process of teenagers. The youth discussed in this article are Christian youth. This article is made to discuss the influence of the Korean Wave on the process of self-acceptance in Christian adolescents. So that Christian teenagers can accept themselves and grow well. The research method chosen in this article is a descriptive qualitative research method taken from various sources of journals and books that have been selected according to the title listed at the top of the article. Penerimaan diri merupakan sebuah proses yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Penerimaan diri tersebut merupakan sebuah hal penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pada masa remaja proses penerimaan diri sangat diperlukan. Namun pengaruh Korean Wave sangat kuat terhadap proses penerimaan diri para remaja. Remaja yang dibahas di dalam artikel ini adalah remaja Kristen. Artikel ini dibuat untuk membahas pengaruh Korean Wave pada proses penerima diri pada remaja Kristen. Agar anak-anak remaja Kristen dapat menerima diri mereka dan tumbuh dengan baik. Adapun metode penelitian yang pilih pada artikel ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif yang diambil dari berbagai sumber jurnal dan buku yang telah dipilih sesuai dengan judul yang tertera di bagian atas dari artikel.
The History of the Reformation of the Church in the 16th Century and Its Influence on the Church Today Yerlin Vinni Sutri; Bobby Kurnia Putrawan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (773.451 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.84

Abstract

The history of the reformation of the church is a very long and very memorable history for the church. The Reformation was an attempt by the reformers to return the church to biblical authority. The life of the church before the reformation was very far from the truth of the Bible, where church leaders carried out deviations and heretical teachings. Many church leaders take advantage of their position to gain profit, for example the sale of a pardon. Luther invited people at that time to turn to the true teachings of the Bible. Outside of Martin Luther, there were also reformers who continued Luther's work, namely John Calvin and Ulrich Zwingli. After 500 years of church reformation, the church today is still feeling the effects of the reformation although there are still churches that deviate from the teachings of the Bible. The church reformation changed wrong mindsets and views and brought believers to the true truth of the Bible. The results of the reformation brought believers to the true knowledge of Jesus Christ. The situation before the reformation and after the reformation is very different, where the entire leadership in the church has been changed. Leaders in the church today are not only governed by the pastor but also by people who have been chosen and determined.
Makna Hari Sabat Dalam Keluaran 20:11 dan Implikasinya bagi Umat dan Gereja Masa Sekarang Lindung Hasiholan Zega; Juli Santoso; Citraningsih Basongan
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 1 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.1 (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.166 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i1.85

Abstract

The seventh day or the Sabbath still has the view and belief that the fourth law is the law of God which does not change and remains, because Allah has made it for humans since creation, and by sticking to that law they are classified as saved people. Meanwhile, the majority of Christians worship on Sundays, with the view that because Christ was risen on the first day, the "first day" was used for gathering (worshiping). This scientific paper is structured to analyze how Christians should behave towards the teachings of the Sabbath. with the biblical method of review. The author is oriented towards the viewpoint of the Seventh Day in Genesis 2: 1-3 and Exodus 20:11 The importance of writing scientific works is because it provides benefits in terms of: first, contributing to students in educational institutions in the field of the Pentateuch in understanding the fourth law. second, to contribute to Christians in understanding and implementing the fourth commandment. Third, it helps the author to understand correctly the meaning of the fourth commandment (the Sabbath), so that it has a foundation in ministry among Christians. Hari Ketujuh atau hari sabat tetap memiliki pandangan dan keyakinan bahwa hukum yang keempat adalah hukum Allah yang tidak berubah dan tetap, sebab telah dibuat Allah untuk manusia sejak penciptaan, dan dengan tetap berpegang pada hukum tersebut maka mereka tergolong orang-orang yang diselamatkan. Sedangkan mayoritas orang Kristen melakukan ibadah pada hari Minggu, dengan berpandangan bahwa oleh karena Kristus telah bangkit pada hari pertama maka “hari pertama” itu dipergunakan untuk berkumpul (beribadah). Artikel ini disusun untuk menganalisi bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap terhadap ajaran Hari Sabat. dengan metode tinjauan alkitabiah. Penulis berorientasi pada pandangan Hari Ketujuh Dalam Kejadian 2:1-3 dan Keluaran 20:11 Pentingnya penulisan Karya Ilmiahh ini karena memberi manfaat dalam hal: pertama, memberikan kontribusi kepada mahasiswa-mahasiswi dalam lembaga pendidikan di bidang kitab Pentateukh dalam pemahaman hukum keempat. Kedua, memberikan kontribusi bagi orang Kristen dalam pemahaman dan pelaksanaan. Ketiga, menolong penulis dalam memahami dengan benar arti hukum keempat (Sabat), sehingga memiliki pondasi dalam pelayanan di tengah-tengah orang Kristen.
Penyalahgunaan Narkotika Di Kalangan Remaja Kristen: Studi Kasus Di Pademangan Barat, Jakarta Utara Anggretitte Adinda Soli Naga; Wahyu Bintoro; Christian Ade Maranatha
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 1 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.1 (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.918 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i1.86

Abstract

The world of youth is very vulnerable to promiscuity because they are to free, of tentang their daily activities are not controlled by the parents and the school. If this continued itu is nt impossible that many negative things will happen to them one of them is falling into the world of drug abuse. This is very ilfluential in life in the community orang in the life of the Nation and state where the influence of drug abuse is significantly far from ignoring religious values and moralmu that of the widespread use of drugs among Christian youth in a Christian youth circle in the community. There are still many of these teenagerss who meet orang associate with chicken who abuse barcotict. Dunia Remaja sangat rentan oleh pergaulan bebas. Karena terlalu bebasnya, seringkali kegiatan mereka sehari-hari tidak terkontrol oleh pihak orang tua dan pihak sekolah. Jika hal tersebut terus berlanjut bukan tidak mungkin akan banyak hal negatif yang akan menimpa mereka. Salah satunya adalah terjerumusnya ke dunia penyalahgunaan narkotika. Hal ini sangatlah berpengaruh dalam kehidupan di lingkungan masyarakat ataupun di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini dimanapun. Pengaruh penyalahgunaan narkoba secara nyata jauh dalam mengabaikan nilai-nilai agamawi dan norma yang berlaku di dalam masyarakat ini adalah suatu problema meraknya penggunaan narkoba di kalangan remaja kristen. Di suatu kalangan remaja Kristen di masyarakat masih banyak dari antara anak remaja ini yang berjumpa atau bergaul dengan anak penyalahgunaan narkotika
Alkitab Diilhamkan Allah: Perspektif Bibliologi Yuliana Kasmawardi; Iswahyudi Iswahyudi; Alisaid Prawironegoro
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 1 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.1 (April 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.964 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v2i1.87

Abstract

Abstract God is true, it is God who blew out or inspired the Bible, so the Bible is true. Along with the history of attacks on the inaccuracy of the Bible also occurred. Errantics and Inerrantists emerged, both of whom were able to deal with the facts of some of the passages of the Bible in question and both read the conclusions of their opponents. Then it is very important to remember that the Bible justifies itself because the books are blown by the breath of God (2 Timothy 3:16). In other words, its canonicity has been embedded in the books, because it comes from God. Similarly, the interpretation of the Bible by the light of the Holy Spirit enables us to believe the truth of the Bible. Allah adalah benar, Allahlah yang meniupkan keluar atau mengilhami Alkitab, maka Alkitab adalah benar. Seiring dengan sejarah serangan-serangan terhadap ketidakkeliruan Alkitab pun terjadi. Muncul kaum errantis dan kaum Inerrantis, keduanya mempunyai pemikir-pemikir yang cakap menghadapi fakta-fakta beberapa bagian-bagian Alkitab yang dipermasalahkan dan kedua pihak membaca kesimpulan-kesimpulan dari lawannya. Kemudian amat penting diingat bahwa Alkitab mengesahkan dirinya sendiri karena kitab-kitab ditiupkan oleh napas Allah (2 Timotius 3:16). Dengan kata lain, kekanonannya telah melekat di dalam kitab-kitab itu, karena berasal dari Allah. Demikian pula penafsiran Alkitab oleh terang Roh Kudus memampukan kita mempercayai kebenaran Alkitab.
Fenomena dan Kontribusi Teologi Kontemporer Terhadap Pertumbuhan Iman Kristen Imron Widjaja; Togu S. Hutagaol
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 1 No 2 (2020): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.1 No.2 (October 2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.741 KB) | DOI: 10.46362/jrsc.v1i2.88

Abstract

Theology in the Indonesian Dictionary is: Divine Knowledge, regarding the nature of God, especially based on the scriptures used. In theology, Christian scholars think and seek answers about what is good for them according to the teachings found in the Bible. Since ancient times, humans have made various efforts to interpret their lives, philosophy and science have been the basis for these attainments until the enlightenment in 1715. In seeking these answers, Contemporary Theology emerged as part of an effort to answer the challenges of human life in accordance with the promised in the Bible. The trigger on the birth and development of Contemporary Theology is the occurrence of major world events; including World War I and World War II which resulted in so much suffering and problems in human life. As a result, people are looking for answers as to why this loving God allows people to suffer. The war that occurred resulted in poverty, starvation, colonialism and slavery. All of these things are deemed not in accordance with the characteristics or description of a loving God that is contained in the Bible. In seeking answers to these human needs, contemporary theology develops. Among those; Liberation Theology, Feminist Theology, Prosperity Theology to Evangelical Theology to interpret human life according to the Bible. The development of Contemporary Theology later became a dialectic, as Karl Barth said, which produced various views of theology. In examining the growing variety of Contemporary Theology, this Journal presents what the church needs to think about and do, so that the presence of the Kingdom of God is truly real in human life. This premise is based on the command of Jesus who said, but seek ye first the Kingdom of God and His righteousness; and all these things shall be added unto you. Teologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : Pengetahuan Ketuhanan, mengenai sifat Allah, terutama berdasarkan kitab suci yang dipakai. Dalam berteologi, para pakar Kristen berpikir dan mencari jawaban tentang apa yang baik bagi dirinya sesuai dengan pengajaran yang terdapat pada Alkitab. Sejak zaman kuno manusia melakukan berbagai upaya untuk memaknai kehidupannya, falsafah dan ilmu pengetahuan menjadi dasar dari upaya pencapaian tersebut sampai pada masa pencerahan pada tahun 1715. Dalam mencari jawaban tersebut, timbul Teologi Kontemporer berkembang menjadi bagian dari upaya untuk menjawab tantangan kehidupan manusia sesuai dengan janji pada Alkitab. Pemicu lahir dan berkembangnya Teologi Kontemporer adalah terjadinya peristiwa-peristiwa besar dunia; diantaranya Perang Dunia I dan Perang Dunia ke II yang mengakibatkan begitu banyak penderitaan serta permasalahan hidup manusia. Akibatnya orang-orang mencari jawaban mengapa Tuhan yang Maha Kasih tersebut membiarkan manusia menderita. Perang yang terjadi mengakibatkan kemiskinan, kelaparan, penjajahan serta perbudakan. Semua hal itu dipandang tidak sesuai dengan ciri atau gambaran tentang Tuhan yang mengasihi yang terdapat didalam Alkitab. Dalam mencari jawaban atas kebutuhan manusia tersebut, berkembanglah Teologi Kontemporer, antar lain; Teologi Pembebasan, Teologi Feminis, Teologi Kemakmuran sampai ke Teologi Injili untuk memaknai kehidupan tersebut. Perkembangan Teologi Kontemporer kemudian menjadi suatu dialektika seperti kata Karl Barth yang menghasilkan beragam pandangan Teologi. Dalam mencermati ragam Teologi Kontemporer yang berkembang tersebut, Journal ini menyajikan tentang apa yang gereja perlu pikirkan dan lakukan sehingga kehadiran Kerajaan Allah betul-betul nyata dalam kehidupan manusia. Pokok pemikiran ini didasarkan pada perintah Yesus yang mengatakan, carilah dahulu Kerajaaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Roh Kudus dan Gereja: Suatu Pendekatan Biblis dan Implikasinya bagi Pertumbuhan Gereja di Indonesia Recky Pangumbahas; Chandra Gunawan; Robby Repi
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.51

Abstract

Gereja hadir di bumi adalah cerminan kerajaan Allah yang nyata dibumi ini. Adanya gereja di bumi ini adalah karya Allah sendiri, seperti Allah menciptakan bumi ini dan dengan segala yang ada didalamnya, sama juga seperti Allah menjadikan manusia. Gereja adalah kumpulan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang telah disucikan dari segala dosa-dosanya oleh darahNya sendiri. Gereja adalah orang-orang percaya yang telah dipisahkan dari kehidupan yang gelap kepada hidup dalam terang Allah. Gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang telah mengalami kasih Allah secara pribadi. Dan orang-orang percaya ini menjadi umat kesayangan Allah sendiri. Di dalam gereja inilah Allah menyatakan KasihNya dan orang-orang yang percaya didalamNya saling mengamalkan Kasih persaudaraannya yang dapat mempererat dalam persekutuannya sebagai umat kesayanganNya. Gereja bukanlah suatu bangunan secara pkisik, tetapi kumpulan orang-orang percaya yang didalamnya mereka beribadah kepada Allah. Dan Allah berkarya dengan Roh kudusNya didalam gereja untuk membawa orang bertobat dari cara hidup yang gelap kepada terang Allah untuk mengalami Kasih Kristus. Orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang menjadi murid-murid kristus , mereka pun tidak tinggal diam dan terus memberitakan injil Yesus Kristus sebagai kabar baik kepada segala bangsa , karena ini pun perintah Yesus Kristus sebagai Amanat Agung terhadap GerejaNya. Maka sampai sekarang Amanat Agung Yesus Kristus terus dilakukan oleh GerejaNya untuk menjadikan segala bangsa murid-murid Yesus Kristus. Itulah sebabnya Gereja terus bertumbuh dan berkembang meskipun ada hambatan dan rintangan , meskipun ada aniaya dan ada yang mati sahid terhadap orang-orang percaya. Hal ini tidak dapat menghambatnya sampai Yesus Kristus datang kembali kedunia pada kedua kalinya untuk mengangkat GerejaNya
Bentuk Apologetika Terhadap Hyper-Grace Berdasarkan Titus 2:11-15 David Ming; Tumpal Pandiangan; Joseph Patalala
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 2 No 2 (2021): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.2 No.2 (October 2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v2i2.71

Abstract

Biblically, the Hyper-Grace adherents mistake their analysis of very basic doctrines. The author sees first, an indication of Hyper-Grace's understanding which states that when we are saved, God has already forgiven all of our sins, namely past, present, and future sins, so that they are principled if there is a sin that we commit, there is no need to ask. forgiveness to the Lord Jesus. Second, there is an indication of understanding the concept of salvation once saved remains saved, which is understood as a certainty of salvation without needing to work out that salvation through a holy life, fearing God. Third, there are indications that ecclesiastical problems do not understand the biblical concept of salvation in Jesus Christ, so they are very easy to follow the teachings of the concept of salvation which is not necessarily according to the Bible. From the description of the limitations of the problem under study, the authors ask 3 (three) main questions regarding the discussion of this scientific paper. First, what are the things related to Hyper-Grace? This will explain aspects in terms of understanding Hyper-Grace. Second, how to approach the exegesis of Titus 2: 11-15 as a response or evaluation of the Hyper-Grace movement? Third, Is it once saved, can't you lose your salvation (Once Saved Forever)? The purpose of the research being held is to answer every problem that has been mentioned above, the author hopes that every Christian has a correct basis for understanding the biblical concept of salvation. The author hopes to contribute in terms of thought, so that every Christian can apologize to deviant teachings, namely Hyper-Grace is not in accordance with Biblical Grace. The author hopes to know the Biblical view by examining Titus 2: 11-15 as the basis of the author's analysis of Apologetics. The purpose of this analysis is also an evaluation of the Hyper-Grace movement which is widely debated by biblical scholars. Secara biblika, penganut Hyper-Grace memiliki kekeliruan terhadap analisanya kepada doktrin-doktrin yang sangat mendasar. Penulis melihat pertama, adanya indikasi pemahaman Hyper-Grace yang menyatakan bahwa pada saat kita diselamatkan, Tuhan sudah mengampuni semua dosa kita yaitu dosa masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, sehingga mereka berprinsip seandainya ada dosa yang kita lakukan tidak perlu lagi meminta pengampunan kepada Tuhan Yesus. Kedua, adanya indikasi pemahaman konsep keselamatan sekali selamat tetap selamat, yang dipahami sebagai satu kepastian keselamatan tanpa perlu mengerjakan keselamatan itu melalui kehidupan yang kudus, takut akan Tuhan. Ketiga, adanya indikasi masalah gerejawi tidak memahami konsep keselamatan Alkitabiah didalam Yesus kristus, sehingga mereka sangat mudah mengikuti ajaran konsep keselamatan yang belum tentu sesuai Alkitab. Dari pemaparan batasan masalah yang diteliti tersebut, maka penulis mengajukan 3 (tiga) pertanyaan utama mengenai pembahasan karya ilmiah ini. Pertama, apa saja hal-hal yang berkaitan dengan Hyper-Grace? Hal ini akan menjelaskan aspek-aspek yang ditinjau dari pemahaman Hyper-Grace. Kedua, Bagaimana pendekatan eksegesis Titus 2:11-15 sebagai respon atau evaluasi terhadap gerakan Hyper-Grace? Ketiga, Apakah sekali diselamatkan, tidak bisa kehilangan keselamatan (Once Saved Forever)? Tujuan penelitian diadakan adalah untuk menjawab setiap permasalahan yang telah disebutkan diatas, penulis berharap agar setiap orang Kristen memiliki dasar yang benar akan pemahaman tentang konsep keselamatan yang Alkitabiah. Penulis berharap dapat memberi kontribusi dalam hal pemikiran, agar setiap orang Kristen dapat berapologetika terhadap pengajaran yang menyimpang yaitu Hyper-Grace tidak sesuai dengan Grace Alkitabiah. Penulis berharap untuk mengetahui pandangan Alkitabiah dengan mengkaji Titus 2:11-15 sebagai dasar Apologetika analisis penulis. Tujuan dari analisis ini juga sebagai evaluasi terhadap gerakan Hyper-Grace yang banyak diperdebatkan oleh para sarjana Alkitab.

Page 2 of 4 | Total Record : 37