cover
Contact Name
Rikha Widiaratih
Contact Email
ijoce@live.undip.ac.id
Phone
+6281310097666
Journal Mail Official
ijoce@live.undip.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Indonesian Journal of Oceanography
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 27148726     DOI : -
Indonesian Journal of Oceanography is published by Department of Oceanography, Universitas Diponegoro. The Indonesian Journal of Oceanography is published four times a year in February, May, August and November containing research articles and literature review on Oceanography and Marine aspects in general. Indonesian Journal of Oceanography (IJOCE) encourages submission of manuscripts dealing with all research papers and review on all aspects of oceanography, coastal management, marine science, marine biology, marine conservation, marine ecology, marine microbiology, marine culture, marine geology, air and ocean dynamics, estuary, renewable energy, disaster mitigation, ocean technology, ocean and coastal resources, ocean satellite, ocean remote sensing, other ocean topics.
Articles 160 Documents
Pemantauan Kerentanan Fisik di Pesisir Kabupaten Demak (Studi Kasus Perubahan Garis Pantai) Theresa Pinkan Gustya Primasti; Hariyadi Hariyadi; Baskoro Rochaddi; Sugeng Widada; rikha widiaratih
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 1 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.749 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i1.9997

Abstract

Wilayah pesisir Kabupaten Demak yang berada di bagian pantai utara Jawa merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana. Kabupaten Demak yang awalnya memiliki sektor pertanian yang maju kini berubah menjadi kawasan industri, pemukiman dan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian untuk menentukan tingkat kerentanan fisik wilayah pesisir di Kabupaten Demak yang meliputi parameter geomorfologi, elevasi, perubahan garis pantai, pasang surut, kenaikan muka air laut dan gelombang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan indeks kerentanan pesisir Kabupaten Demak yang difokuskan pada analisa dan evaluasi perubahan garis pantai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Coastal Vulnerability Index (CVI) yang diadaptasi oleh United States Geological Suveys (USGS) yang dibagi menjadi lima kategori kerentanan pesisir. Wiayah Pesisir Kabupaten Demak terbagi menjadi 2 kategori kerentanan yaitu Rentan yang berada di Kecamatan Bonang, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Sayung. Sedangkan untuk kategori Sedang berada di Kecamatan Wedung. Hasil perhitungan variable fisik yakni geomorfologi, elevasi, perubahan garis pantai, pasang surut, kenaikan muka air laut dan gelombang menunjukkan bahwa parameter yang berpengaruh besar terhadap kerentanan wilayah pesisir Kabupaten Demak adalah perubahan garis pantai. Kecenderungan perubahan garis pantai di pesisir Kabupaten Demak yaitu erosi pantai dibandingkan akresi. Setiap desa di sepanjang Pesisir Kabupaten Demak mengalami tren kenaikan perubahan garis pantai baik abrasi maupun akresi.
Perbedaan Kedalaman dan Ketebalan Lapisan Termoklin pada Variabilitas ENSO, IOD dan Monsun di Perairan Selatan Jawa Firman Ramadhan; Kunarso Kunarso; Anindya Wirasatriya; Lilik Maslukah; Gentur Handoyo
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 2 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (990.164 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i2.11392

Abstract

Perairan Selatan Jawa dipengaruhi oleh beberapa fenomena, yaitu sistem monsun, El Niño Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD), fenomena tersebut mempengaruhi nilai temperatur. Termoklin adalah lapisan yang memiliki gradien temperatur vertikal yang signifikan di kedalaman tertentu, sehingga erat kaitannya dengan nilai temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kedalaman dan ketebalan lapisan termoklin di wilayah pesisir dan laut lepas pada variabilitas ENSO, IOD dan monsun di perairan Selatan Jawa. Penelitian ini menggunakan data temperatur vertikal harian dari argo float (2016 – 2019) untuk mengetahui distribusi temperatur vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas atas dan batas bawah termoklin terdalam di pesisir terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 60,17 m, 154,58 m dan tahun 2017 sebesar 62,08 m, 154,17 m, sedangkan saat IOD(+) batas atas dan batas bawah termoklin lebih dangkal, yaitu tahun 2018 sebesar 42,92 m, 136,71 m dan tahun 2019 sebesar 39,25 m, 129,63 m. Hasil untuk laut lepas menunjukkan batas atas dan batas bawah termoklin terdangkal di laut lepas terjadi saat IOD(-), yaitu tahun 2016 sebesar 58,92m, 156,25m dan tahun 2017 sebesar 60m, 152,92m, sedangkan saat IOD (+) batas atas dan batas bawah bertambah dalam, yaitu tahun 2018 sebesar 67,08m, 175,42m dan tahun 2019 sebesar 59m, 172,92m. Hal ini karena IOD(-) di tahun 2016 memiliki nilai indeks DMI sebesar -1 dan di tahun 2019 terjadi IOD(+) dengan nilai indek DMI sebesar 2. Kejadian IOD(-) membuat slope muka air laut di Samudera Hindia bagian Timur khususnya yang lebih dekat dengan pantai menjadi lebih tinggi, sehingga tingginya slope muka air laut membuat batas atas dan batas bawah lapisan termoklin menjadi lebih dalam di pesisir Selatan Jawa Kondisi yang berbeda terjadi di laut lepas dimana slope muka air laut yang lebih rendah daripada di Pesisir menjadikan termoklin lebih dangkal dan ketebalannya lebih tipis., begitu juga sebaliknya pada saat fenomena IOD (+).
Distribusi Material Padatan Tersuspensi di Perairan Sungai Jajar, Kabupaten Demak Faiz Hamzah Adriono; Muhammad Zainuri; Muhammad Helmi; Baskoro Rochaddi; Sugeng Widada
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 4 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.914 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i4.11862

Abstract

Perairan sekitar muara Sungai Jajar merupakan jalur keluar masuknya perahu nelayan yang bersandar di hilir sungai dan sekaligus tempat berlindung perahu dari gelombang. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jajar yang berupa area pemukiman dan persawahan menjadikan kandungan material padatan tersuspensi di muara cukup tinggi. Faktor hidro oseanografi seperti arus dan pasang surut merupakan faktor penting dalam persebaran material padatan tersuspensi . Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh arus dan pasang surut terhadap sebaran material padatan tersuspensi di muara Sungai Jajar. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode pemodelan hidrodinamika 2D menggunakan software MIKE 21. Penentuan titik sampling dilakukan menggunakan metode purposive, sedangkan pengolahan data arus dilakukan data pasang surut menggunakan metode Admiralty. Analisis material sedimen tersuspensi menggunakan metode Gravimetri. Hasil pengolahan data menunjukkan arus bergerak dari arah barat laut ke tenggara saat pasang menuju surut dengan kecepatan tertinggi 0,1972m/det dan dari arah tenggara ke barat laur saat surut menuju pasang dengan kecepatan tertinggi 0,128 m/det. Arus saat pasang menuju surut membawa sedimen tersuspensi dari muara sungai kearah laut dan saat arus surut menuju pasang sedimen tersuspensi yang berada di laut terbawa arus menuju muara sungai. Nilai sedimen tersuspensi pada kedalaman 0,2D berkisar antara 0 0,3818–0,4435 g/l,  t berkisar antara 0,3913 – 0,4477 g/l pada kedalaman 0.6D dan berkisar antara 0,3983–0,4690 g/l pada  kedalaman 0,8D. Saat kondisi pasang menuju surut maupun surut menuju pasang konsentrasi sedimen tersuspensi di sekitar muara sungai lebih tinggi disbanding lokasi laiinya. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persebaran material padatan tersuspensi di lokasi dipengaruhi arah arus dan pasang surut. 
Geospatial Modeling of Blue Carbon Ecosystem Coastal Degradation in Jakarta Bay Nasir Sudirman; Muhammad Helmi; Hadiwijaya L. Salim
Indonesian Journal of Oceanography Vol 1, No 1 (2019): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2426.431 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v1i1.6266

Abstract

Jakarta Bay is shallow water which is used for various activities, currently experiencing environment, soil,and sediment degradation. Jakarta Bay experienced rapid development, population growth, increased economic activity and utilization of coastal resources. The development of Jakarta Bay is carried out to balance land necessity and overcome the problem of land subsidence through reclamation and construction of sea dikes. Ecosystem services arethe contribution of various interrelated ecological structures and functions, mangrove ecosystems provide services as an important part of the carbon cycle. Mangroves use CO2 for photosynthesis and store it in Biomass and sediment stock. Mangrove ecosystems in Jakarta Bay have been degraded and deforested due to land conversion for settlement, facilities, and other activities, in line with the increasing population. The calculation of the service value of mangrove ecosystems is limited to economic valuation and descriptive account, geospatial modelling has not been widely carried out, this has caused widespread and temporal unknown data on ecosystem services. The Coastal Blue Carbon geospatial modelling used in this study requires land use classification data input based on the interpretation of Landsat satellite's images and global carbon deposits in mangrove ecosystems while carbon prices are based on Social Cost Carbon (SCC), Greenhouse Gas Initiative (RGGI) and International Voluntary Market Price (IVMP). This study produced a map of the dynamics of carbon stock, sequestration, emissions, accumulation and net present value of carbon. The output of these maps is expected to be a referencefor sustainable mangrove management, coastal area planning optimization with mangrove ecosystem protection so it can be part of climate change mitigation efforts in Jakarta Bay.  
Kajian Pengaruh Angin Musim Terhadap Sebaran Suhu Permukaan Laut (Studi Kasus : Perairan Pangandaran Jawa Barat) Azis Rifai; Baskoro Rochaddi; Ulha Fadika; Jarot Marwoto; Heryoso Setiyono
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1196.348 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7499

Abstract

Perairan Pangandaran merupakan bagian dari samudera Indonesia dan mendapat pengaruh sistem angin musim. Dinamika arah dan kecepatan angin musim berpengaruh terhadap dinamika arus permukaan di perairan Pangandaran. Pergerakan arus permukaan berpengaruh terhadap sebaran suhu permukaan laut perairan Pangandaran. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perubahan arah dan kecepatan angin musim dan kaitannya terhadap sebaran suhu permukaan laut di perairan Pangandaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisa statistik digunakan untuk mengetahui nilai error suhu permukaan laut yang didapat berdasar citra MODIS. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada musim Barat angin dominan bertiup dari arah Barat Daya menuju ke Timur Laut dengan kecepatan 5,7 – 8,8 knot, sedangkan arus permukaan bergerak ke Timur dengan kecepatan rata – rata 0,4 knot. Pada musim Timur angin dominan bertiup dari arah Timur menuju Barat dengan kecepatan 8,8 – 11,1 kno,t sedangkan arus permukaan bergerak ke Barat Laut dengan kecepatan rata – rata 0,18 knot. Sedangkan pada musim Peralihan tidak menunjukkan pengaruh arah dan kecepatan angin terhadap arah arus permukaan. Pada musim Peralihan didapatkan suhu permukaan laut yang maximum yaitu 31,7oC dan minimum yaitu 25,4oC sepanjang tahun.  Pangandaran waters is a part of the Indonesian ocean and are affected by the monsoon system. The dynamics of the direction and speed of monsoons affect the dynamics of surface currents in Pangandaran waters. The flow of surface currents affects the distribution of sea surface temperature in Pangandaran waters. The purpose of this study was to determine the dynamics of direction and speed of monsoon winds and their relationship to the distribution of sea surface temperatures in Pangandaran waters. This research was conducted in August 2013. The research used quantitative methods. Statistical analysis wss used to determine the error of sea surface temperature obtained from the MODIS image. The results of the study showed that in the West monsoon the dominant wind blows from the Southwest toward the Northeast with speeds of 5.7 - 8.8 knots, while surface currents flow to the Eastward with an average speed of 0.4 knots. In the East monsoon the dominant wind blows from East to West with a speed of 8.8 - 11.1 knot, while surface currents flow to the Northwestward with an average speed of 0.18 knots. Whereas in the Transition monsoon did not show the influence of wind direction and speed on the direction of surface currents. During the Transition monsoon, the maximum sea surface temperature is 31.7oC and the minimum is 25.4oC throughout the year. 
Analisis Penjalaran Run-Up Gelombang Tsunami Menggunakan Pemodelan Numerik 2D di Pesisir Kota Bengkulu Geby Ayunda; Aris Ismanto; Hariyadi Hariyadi; Denny Nugroho Sugianto; Muhammad Helmi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 3 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.906 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i3.8572

Abstract

Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama yaitu lempeng India-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia. Dari aktifitas lempeng-lempeng tersebut menjadikan Indonesia rawan akan gempa bumi. Salah satu wilayah yang rentan terhadap bencana gempa bumi adalah provinsi Bengkulu. Wilayah pesisir barat Bengkulu berbentuk teluk dan pantai yang landai, apabila terjadi gempa bumi besar maka wilayah tersebut berpotensi dilanda gelombang tsunami dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah memperkirakan waktu tempuh tsunami, menentukan tinggi (run-up) dan sebaran jangkauan tsunami di pesisir Pantai Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan data batimetri, titik tinggi, parameter gempa, topografi daratan dan peramalan pasang surut wilayah perairan kota Bengkulu. Pemodelan tsunami menggunakan software COMCOT versi 1.7. Berdasarkan pengolahan data, diketahui bahwa waktu tempuh gelombang dari pusat pembangkit tsunami sampai dengan pantai berkisar 36 menit dengan ketinggian run-up mencapai 2,59 meter. Gelombang tsunami tertinggi terjadi di titik pengukuran 5 karena terdapat pengaruh kondisi topografi yang landai sehingga energi gelombang yang dibawa tinggi. Wilayah jangkauan gelombang tsunami terluas berada pada ketinggian run-up 0,1 – 3,4 m dengan luas 40,101 km2, ketinggian run-up 3,4 – 6,8 seluas 1,601 km2, dan ketinggian run-up 6,8 – 10,2  seluas 0,494 km2. Berdasarkan hasil validasi dengan menggunakan nilai RSR diperoleh sebesar 0,17 yang masuk dalam kriteria sangat baik.Indonesia is located at the confluence of three main plates namely the India-Australia plate, the Pacific plate and the Eurasian plate. The activity of these plates, makes Indonesia prone to earthquakes. One area that is vulnerable to earthquake disasters is Bengkulu province. The west coast of Bengkulu is in the form of gulfs and gently sloping beaches. In the event of a large earthquake, the area is potentially to be hit by a tsunami wave with a high level of damage. The purpose of this study is to estimate the tsunami travel time, determine the height (run-up) and the distribution of tsunami coverage on the coast of Bengkulu Beach. The research method used is quantitative by using bathymetry data, high points, earthquake parameters, land topography and tidal forecasts of Bengkulu city waters. Tsunami modeling using COMCOT software version 1.7. Based on data processing, it is known that the travel time of waves from the tsunami generating center to the coast is around 36 minutes with a run-up height of 2.59 meters. The highest tsunami wave occurs at measurement point 5 because there is an influence of the sloping topographic conditions so that the wave energy carried is high. The widest range of tsunami waves is at the run-up height of 0.1 - 3.4 m with an area of 40.101 km2, the run-up height of 3.4 - 6.8 covering an area of 1.601 km2, and the run-up height of 6.8 - 10.2 covering an area of 0.494 km2. Based on the results of the validation using the RSR value obtained by 0.17 which is included in the criteria very well.
Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research) Intrusi Air Laut di Desa Sriwulan, Demak, Indonesia Edy Trihatmoko; Husein Sadewa Wiguna; Tjaturahono Budi Sanjoto; Juhadi Juhadi; Hariyadi Hariyadi; Sugeng Widada; David Milliano Josanova; Abd Basith Mukhlas; Muhammad Taqy
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 4 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2450.471 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i4.9304

Abstract

Intrusi air asin adalah suatu peristiwa penyusupan air asin ke dalam akuifer di mana air asin menggantikan atau tercampur dengan air tanah tawar yang ada di dalam akuifer. Permasalahan yang timbul dengan adanya intrusi air asin adalah rusaknya air tanah akibat kontaminasi mineral garam laut. karakteristik geomorfologi wilayah Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak yang cenderung datar dan sifat materialnya yang didominasi oleh sedimen alluvial membuat daya resapan air laut semakin tinggi. Penggunaan air tanah yang telah mengalami intrusi untuk dikonsumsi maupun kegiatan lain untuk keperluan domestik, dapat mengganggu kesehatan, karena air ini telah mengandung senyawa garam yang tinggi dan dapat mengganggu metabolisme yang terjadi di dalam tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi intrusi air asin. Pengukuran geolistrik dilakukan pada tanggal 24 – 25 April 2020. Pengukuran intrusi air asin sendiri diolah dengan menggunakan software Progress untuk mendapatkan interpretasi bawah permukaan menggunaan metode geolistrik resistivitas. Berdasarkan Hasil interpretasi penampang litologi, intrusi air asin terjadi pada kedalaman 0 – 30 m yang memiliki litologi lempung dan lanau pada seluruh lokasi pengukuran di Desa Sriwulan
Pengaruh Arus terhadap Sebaran Horizontal Suhu dan Salinitas pada 3 Kedalaman yang Berbeda di Perairan Samudera Hindia Bagian Selatan Pulau Jawa Sagita Difa Wardhani; Agus Anugroho Dwi Suryo; Warsito Atmodjo; Elis Indrayanti; Baskoro Rochaddi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 2 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.271 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i2.10972

Abstract

Perairan Samudera Hindia bagian Selatan Pulau Jawa merupakan perairan yang dinamis karena dipengaruhi oleh sistem monsun yang memicu sistem arus musim. Perubahan kecepatan arus dapat menyebabkan pergerakan lapisan pada permukaan laut yang membangkitkan pengadukan dan percampuran secara horizontal sehingga kecepatan dan arah arus merupakan salah satu faktor penting penyebaran suhu maupun salinitas pada kolom perairan. Keterkaitan yang kompleks antar parameter oseanografi di perairan Samudera Hindia bagian selatan Pulau Jawa terutama kondisi arus, angin, suhu, dan salinitas sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari. Tujuan penelitian ini yakni mengetahui pengaruh arus terhadap sebaran horizontal suhu dan salinitas pada mixed layer, thermocline/halocline, dan deep layer. Pada penelitian ini menggunakan data arus, suhu, dan salinitas bulanan (Januari 2014-Desember 2018) reanalysis dari Marine Copernicus. Data tersebut diolah menggunakan Interactive Data Language (IDL) dengan metode komposit dan korelasi pergrid. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa arus permukaan Musim Peralihan 2 bergerak paling kencang mencapai 0,266 m/s, dengan suhu permukaan terpanas yakni 30oC pada Musim Peralihan 1 dan kadar salinitas tertinggi berada pada lapisan dalam mencapai 34,8-34,875 psu terutama saat Musim Peralihan 1. Pengaruh arus terhadap sebaran horizontal suhu dan salinitas pada mixed layer, thermocline/halocline, dan deep layer cukup lemah yang dibuktikan dengan semakin kencang arus maka nilai suhu belum tentu rendah dan nilai salinitas tinggi.
Pola Arus Perairan Kemujan, Karimunjawa Pada Musim Peralihan II Dengan Menggunakan Model Delft3D Rahmat Yolansyah Putra; Elis Indrayanti; Dwi Haryo Ismunarti; Gentur Handoyo; Aris Ismanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 3, No 3 (2021): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.865 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v3i3.12141

Abstract

Pulau Kemujan adalah salah satu dari 27 gugusan pulau pada Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai zona pemanfaatan pengelolaan masyarakat sebagai kawasan budidaya. Arus adalah gerakan massa air umum yang terjadi di seluruh lautan, pola dari arus laut akan sangat mempengaruhi pola distribusi unsur hara , padatan tersuspensi dan parameter fisika dan kimia. Pemahaman mengenai pola arus penting bagi suatu perairan sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola arus Perairan Kemujan, Karimunjawa pada musim peralihan II dengan menggunakan model Delft3D. Modul  hydrodynamic flow digunakan untuk memodelkan arah dan kecepatan arus laut, selanjutnya hasil dari model diverifikasi dengan data hasil pengukuran lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan arus Perairan Kemujan, Karimunjawa pada musim peralihan II cenderung  memiliki pola arus yang bergerak ke dua arah (bi-directional) dengan arah arus dominan yakni pada saat pasang mengarah ke timur dan pada saat surut mengarah ke barat. Kecepatan maksimum rata-rata pada kondisi pasang purnama (spring tide) pada bulan September memiliki nilai 0.0505 m/s, bulan Oktober 0.0526 m/s dan bulan November 0.0564 m/s, dimana memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi pasang perbani (neap tide) yakni pada bulan September memiliki nilai 0.0475 m/s, bulan Oktober 0.0498 m/s dan bulan November 0.0523 m/s. Arus yang terdapat pada perairan pulau Kemujan cenderung didominasi oleh arus pasang surut.
Potensi Energi Arus Laut Di Perairan Selat Sunda Nuriyati Nuriyati; Purwanto Purwanto; Heryoso Setiyono; Warsito Atmodjo; Petrus Subardjo; Aris Ismanto; Muslim Muslim
Indonesian Journal of Oceanography Vol 1, No 1 (2019): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1301.353 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v1i1.6242

Abstract

Arus Laut merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang potensial untuk dikembangkan mengingat banyaknya pulau dan selat yang ada di Indonesia. Selat Sunda yang berada di antara Samudera Hindia dan Laut Jawa yang dipengaruhi oleh massa air dari Samudera Pasifik menjadi salah satu lokasi potensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik arus laut beserta  potensi energi arus laut yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan penentuan lokasi dengan metode sampling area. Pengolahan data dibagi menjadi tiga tahap yaitu analisa data arus dan pasang surut, pemodelan numerik dan perhitungan estimasi rapat daya. Hasil menunjukkan bahwa kecepatan arus maksimum sebesar 1.95 m/s. Daya terbesar dihasilkan pada saat kondisi surut menuju pasang  yaitu sebesar 4.51 W/m2 di daerah antara Pulau Peucang dan Ujung Kulon. Ocean current is one of the potential renewable energy sources to be developed considering there are many islands and straits that exist in Indonesia. Sunda strait that located between Indian Ocean and Java Sea be affected water masses from Pacific Ocean to be one of potential location. The purpose of this study is to determine the characteristics of ocean currents and the potential of ocean current energy that can be generated. This study used a quantitative method and determination of the location with sampling area. Data Processing is divided into 3 major phases which is analysis for currents and tides, numerical modeling and calculation of power density estimation. The results showed that the maximum of ocean current velocity is 1.95 m/s. The biggest power density is generated during ebb to flood is 4.51 W/m2in  the area between Peucang island and Ujung Kulon.

Page 5 of 16 | Total Record : 160