Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat YuniusFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas TanjungpuraPontianakEmail: Yunius06@gmail.com ABSTRACTThis study aims to determine the effect of labor and government expenditure on the agricultural sector on the Regency/City agricultural sector GRDP in West Kalimantan. This type of research is descriptive research. The data collection technique used is literature. The research method used is panel linear regression analysis using panel E-Views 10 application with a confidence level of 95% (α = 0.05). The results of this study show that the government expenditure variable in the agricultural sector has a significant effect on the GDP of the agricultural sector, the labor variable has an effect but not significantly on the GDP of the agricultural sector. While simultaneously the variable government expenditure on agriculture and labor in the agricultural sector has a significant effect on the GDP of the agricultural sector. Keywords: Government expenditure on agriculture, labor in agriculture, GRDP in the agricultural sector  1.   Latar BelakangSektor pertanian memiliki peranan penting dalam peningkatan perekonomian Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. Sektor pertanian Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat pada tahun 2013-2017 rata-rata mengalami peningkatan jumlah PDRB meskipun ada daerah yang sempat mengalami penurunan pada tahun tertentu namun laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami fluktuasi, hal ini dikarenakan perbedaan faktor produksi yang dimiliki antar daerah. Salah satu upaya untuk meningkatkan PDRB sektor pertanian adalah dengan pengeluaran pemerintah.Pengeluaran pemerintah memegang peranan yang penting didalam menjalankan program-program yang direncanakan guna meningkatkan pertumbuhan PDRB sektor pertanian, namun pengeluaran pemerintah beberapa tahun terakhir mengalami fluktuasi bahkan ada yang cenderung mengalami penurunan sehingga mempengaruhi pendanaan pada program yang telah direncanakan. Pengeluaran pemerintah yang tinggi dan mengalami peningkatan dibeberapa daerah harusnya memberikan dampak peningkatan jumlah PDRB jauh lebih tinggi namun pada kenyataannya peningkatan PDRB hanya meningkat sedikit saja padahal realisasi pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan.Selain pengeluaran pemerintah, salah satu komponen faktor produksi adalah tenaga kerja namun dari tahun ke tahun jumlah tenaga kerja di sektor pertanian Kabupaten/Kota mengalami fluktuasi dan pada tahun 2017 cenderung menurun meskipun ada beberapa daerah yang mengalami peningkatan namun rata rata mengalami penurunan, hal ini tentu menjadi permasalahan mengingat bahwa sebagian penduduk yang tinggal didaerah bermata pencaharian disektor pertanian.Oleh sebab itu melalui penelitian ini ingin melihat pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian baik secara parsial maupun secara parsial. 2.   Kajian LiteraturModel pembangunan menurut Lewis dalam (Todaro & Smith, 2006) menyatakan bahwa perekonomian dinegara yang sedang berkembang terdiri dari dua sektor yaitu sektor tradisional dan sektor modern. Sektor tradisional berada didaerah perbedaan dengan produktivitas sama dengan nol namun terdapat banyak tenaga kerja. Kelebihan ini menyebabkan peralihan tenaga kerja dari sektor tradisional menuju sektor lain salah satunya karena upah. Adanya investasi menyebabkan perluasan produksi yang menggambarkan pengingkatan produksi. Dimana peningkatan produksi mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Ketika terjadi terus menerus maka akan memicu berkembangnya sektor lain.Chenery dalam (Kuncoro, 2010) tentang transformasi struktur produksi menunjukan bahwa dengan adanya peningkatan pendapatan per kapita (PDRB), maka dengan sedirinya perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang dulunya mengandalkan sektor pertanian menuju ke sektor industri. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya peningkatan produksi dari sektor satu akan mempengaruhi perluasan dan pengembangan sektor lainnya yang saling berkaitan.Sektor pertanian yang dimaksudkan didalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha pada dasarnya bermakna pertanian dalam arti luas. Di Indonesia, sektor pertanian dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman pangan; subsektor perkebunan; subsektor kehutanan; subsektor peternakan; dan subsektor perikanan (Dumairy, 1996).Menurut Peacock dan Wiseman perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar (Mangkoesoebroto, 2001).Dalam teori yang dikemukakan solow dalam Suwanti & Gunanto, (2013) tentang fungsi produksi agregat menyatakan bahwa output nasional merupakan fungsi dari modal (K), tenaga kerja (L), dan kemajuan teknologi yang dicapai (A). Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja memegang peranan penting didalam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB, artinya jika tenaga kerja semakin meningkat dan variabel lain dianggap tetap maka pertumbuhan ekonomi akan ikut meningkat.Berdasarkan landasan teori mengenai pembangunan ekonomi, PDRB, sektor pertanian, pengeluaran pemerintah dan tenaga kerja, penulis menyusun model penelitian seperti pada gambar berikut     2.1  2.1   Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor PertanianPDRB sektor pertanian sama dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi karena salah satu ukuran untuk melihat pertumbuhan ekonomi adalah melalui peningkatan PDRB. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan PDRB sektor pertanian adalah melalui pengeluaran pemerintah. Secara teori dinyatakan bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat maka permintaan agregat juga akan meningkat.H1: Pengeluaran pemerintah sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor pertanian 2.2   Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor PertanianBerdasarkan teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan Solow dalam Suwanti & Gunanto, (2013)  tentang fungsi produksi agregat menyatakan bahwa output nasional merupakan fungsi dari modal (K), tenaga kerja (L), dan kemajuan teknologi yang dicapai (A). Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja memegang peranan penting didalam peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB, artinya jika tenaga kerja semakin meningkat dan variabel lain dianggap tetap maka pertumbuhan ekonomi akan ikut meningkat.H2: Tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh seignifikan terhadap PDRB sektor pertanian 3.       Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan bentuk deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2013-2017 yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dan Direktorat Jenderal Perimbangan Perbendaharaan (DPJB) Provinsi Kalimantan Barat. Data yg digunakan pengeluaran pemerintah sektor pertanian, tenaga kerja sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian.Populasi dalam penelitian ini Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat dan sampel dalam penelitian ini adalah 11 Kabupaten/Kota hal ini dikarenakan adanya ketidaklengkapan data pengeluaran pemerintah yang karenakan tidak dilaksanakannya tugas perbantuan.Adapun define operasi dalam penelitian ini adalah:Pengeluaran PemerintahPengeluaran pemerintah dalam penelitian ini adalah pengeluaran pemerintah sektor pertanian untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat tahun 2013-2017 dalam satuan rupiah.Tenaga KerjaTenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian pada Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat tahun 2013-2017 dalam satuan jiwa.PDRB Sektor PertanianPDRB sektor pertanian adalah PDRB sektor pertanian berdasarkan harga berlaku dalam satuan rupiah pada Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat tahun 2013-2017. Sektor pertanian merupakan sektor pertanian secara keseluruhan dimana didalamnya terdapat subsektor pertanian lainnya seperti petanian, kehutanan, perburuan, dan jasa pertanian.Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan data panel. Model persamaan ini disebut sebagai model regresi linier berganda karena terhadap 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Adapun model regresinya dalam bentuk linier dapat ditulis sebagai berikutInYit = β0 – β1InX1it + β2InX2it + eaDimana :Yit = PDRB Sektor PertanianX1 = Pengeluaran PemerintahX2 = Tenaga Kerjai = Jenis variabelt = waktu 4.   Hasil Penelitian dan PembahasanPemilihan Model Regresi Data PanelUntuk regresi linier berganda data panel menggunakan tiga model yang dapat dipakai yaitu model common effect, fixed effect dan random effect. Untuk mengetahui model mana yang paling bagus maka dilakukan uji chow dan uji hausman. Berikut ini adalah hasil estimasi uji chow dan uji hausman :Tabel 4.1Hasil Uji Chow dan Uji HausmanUjiProbKriteriaKeputusanChow0,00000,05fixed effectHausman0,00060,05fixed effectSumber : Hasil Olahan Eviews 10Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa nilai probabilitas Uji Chow lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu 0,0000 < 0,05, maka model yang terpilih berdasarkan hasil adalah model fixed effect. Setelah model fixed effect terpilih pada Uji Chow, hasil dari model tersebut kemudian dibandingkan kembali dengan model random effect dengan uji hausman. Berdasarkan nilai probabilitas Uji Hausman yang lebih kecil dari taraf signifikan yang digunakan yaitu 0,0006 < 0,05 maka model yang terpilih adalah fixed effect. Oleh karena itu berdasarkan hasil pengujian pada Uji Chow dan Uji Hausman maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect. Hasil Regresi Berganda Fixed Effect Tabel 4.2Hasil Regresi Berganda dengan model Fixed EffectVariabelCoefficientProbC2,27E+090,0000PP13,549610,0002TK52,097040,9902Sumber : Hasil Olahan Eviews 10 Berdasarkan Tabel 4.2 maka dapat diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 2,27E+09 + 13,54961 X1 + 52,09704 X2 Uji StatistikUji t StatistikNilai probabilitas variabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian sebesar 0,0002 < 0,05, ini menunjukan bahwa nilai probabilitas kurang dari taraf signifikan berarti Ho ditolak dan Ha diterima Dalam hal ini berarti bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian berpengaruh dan signifikan terhadap PDRB sektor pertanian.Nilai probabilitas variabel tenaga kerja sektor pertanian sebesar 0,9902, ini menunjukan bahwa nilai probabilitas dari variabel ini lebih dari taraf signifikan yaitu 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini berarti bahwa variabel tenaga kerja sektor pertanian ini berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB sektor pertanian. Uji F StatistikNilai probabilitas uji F statistik sebesar 0,000000 kurang dari taraf signifikan yang ditentukan yaitu 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh sebab itu dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. Koefisien Determinasi (R2)Hasil uji menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,968452 atau 96,85% . Hasil ini menunjukan bahwa variabel bebas yaitu variabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh sebesar 96,85% terhadap PDRB sektor pertanian Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat sementara 3,15% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain diluar variabel penelitian. Uji Asumsi KlasikUji NormalitasNilai probabilitas pada uji normalitas sebesar 0,849859 lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,05 dan nilai J-B yang juga lebih besar dibandingkan taraf signifikan 0,05 maka dengan ini dapat dikatakan bahwa residual berdistribusi normal. Uji MultikorelasiNilai hasil pengujian adalah 0,099352, tidak terdapat nilai-nilai korelasi yang tinggi. Oleh sebab itu dapat dikatakan tidak ada terjadi multikoleniaritas dalam penelitian ini. Selain itu yang membuktikan tidak adanya multikoleniaritas adalah nilai korelasi yang kurang dari 0,8, hal ini menunjukan bahwa tidak ada terjadi multikoleniaritas. Uji AutokorelasiNilai DW sebesar 0,919083. Sesuai dengan Tabel Durbin-Watson diperoleh nilai dL sebesar 0,7580 dan nilai dU sebesar 1,6044. Nilai DW sebesar 0,919083 lebih besar daripada dL namun lebih kecil dari dU maka tidak dapat disimpulkan memiliki autokoreasi postitif atau tidak (ragu-ragu). Nilai (4-d) sebesar 3,080917 lebih besar dari nilai dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif dalam penelitian ini. Sehingga berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa pada analisis regresi tidak terdapat autokorelasi negatif sementara autokorelasi positif tidak dapat disimpulkan (ragu-ragu). HeteroskedastisitasNilai probabilitas pada kedua variabel dependen yaitu pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian memiliki nilai 0,3288 dan 0,4618, nilai probabilitas kedua variabel ini lebih besar dibandingkan nilai taraf signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Pembahasan Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor PertanianDari hasil olahan diperoleh pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pertanian terhadap PDRB sektor pertanian secara parsial adalah berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini menunjukan bahwa baik terjadi peningkatan pengeluaran dan pengeluaran pemerintah disektor pertanian berpengaruh terhadap PDRB sektor pertanian. Berpengaruh positifnya pengeluaran pemerintah sektor dalam hal ini menjelaskan bahwa apabila terjadi pengingkatan pengeluaran pemerintah sektor pertanian maka akan mengakibatkan PDRB sektor pertanian juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan pada pengeluaran pemerintah sektor pertanian juga akan mengakibatkan penurunan pada PDRB sektor pertanian.Pengeluaran pemerintah yang berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor pertanian ini juga mengindikasikan bahwa pengeluaran pemerintah untuk program-progam ini sangat tepat sasaran meskipun peningkatan PDRB tidak terlalu besar namun pengeluaran pemerintah dapat meringatkan dan membantu program-program yang membutuhkan dana sehingga kegiatan produksi akan meningkat.Penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Peacock dan Wiseman dimana dengan bertambahnya pengeluaran pemerintah disektor pertanian akan berjalan searah dengan peningkatan PDRB sektor pertanian. Hal ini dikarenakan pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah dapat dikatakan tepat sasaran karena jika dilihat dari program-program yang direncanakan berkaitan dengan sektor pertanian Pengaruh Tenaga Kerja Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor PertanianDari hasil olahan, variabel tenaga kerja sektor pertanian memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap PDRB sektor pertanian. Dengan pengaruh seperti ini tentu akan memberikan dampak baik itu dalam penurunan maupun dalam peningkatan PDRB sektor pertanian. Berpengaruh tidak signifikan dari tenaga kerja sektor pertanian dalam hal ini menjelaskan bahwa apabila tenaga kerja sektor pertanian mengalami peningkatan maka akan menyebabkan penurunan PDRB sektor petanian namun dampak yang penurunan tidak begitu besar, begitu juga sebaliknya apabila terjadi penurunan pada tenaga sektor pertanian maka akan menyebabkan peningkatan PDRB sektor pertanian meskipun jumlah peningkatan sektor pertanian tidaklah begitu besar.Pengaruh tidak signifikan ini dikarenakan tingkat produktivitas yang rendah yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang umumnya relatif rendah pada setiap Kabupaten/Kota serta tingkat upah yang masih rendah, selain itu juga disebabkan faktor lain seperti kurangnya akses (infrastuktur) kesektor pertanian, cuaca/iklim yang tidak menentu, kualitas pupuk, pengaruh luas lahan yang tersedia dan kualitasnya serta kurangnya penguasaan teknologi pertanian sehingga pertanian masih secara manual.Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan solow dalam Suwanti & Gunanto, (2013) tentang fungsi produksi agregat yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan faktor yang memegang peranan penting didalam mendorong pertumbuhan ekonomi dimana jika tenaga kerja meningkat dengan asumsi faktor lain tetap maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat. 5.   Simpulan, Rekomendasi, dan Keterbatasan SimpulanVariabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB sektor pertanian. Artinya jika pengeluaran pemerintah sektor pertanian meningkat maka PDRB sektor pertanian juga akan meningkat.Variabel tenaga kerja sektor pertanian secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB sektor pertanian. Artinya jika tenaga kerja sektor pertanian meningkat maka PDRB sektor pertanian akan mengalami penurunan.Secara simultan variabel pengeluaran pemerintah sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap PDRB sektor pertanian. RekomendasiPemerintah daerah di Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat perlu melakukan peningkatan pengeluaran pemerintah dibidang pertanian terutama bagi pembangunan sektor pertanian bukan hanya di 11 Kabupaten/Kota yang memiliki program yang masuk dalam tugas Tugas Perbantuan (TP) namun juga ke 14 Kabupaten/Kota sehingga peningkatan PDRB sektor pertanian bukan hanya terjadi di 11 Kabupaten/Kota. Pembangunan disektor pertanian dapat berupa program pemberdayaan disektor pertanian, program pengembangan teknologi pertanian dan program pembangunan infrastruktur sehingga sektor pertanian dapat berkembang pesat dan mampu menggerakan perekonomian.Pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat perlu melakukan program pemberdayaan dan pendidikan tenaga kerja sehingga kemampuan tenaga kerja disektor pertanian akan meningkat bukan hanya meningkat dari segi kuantitas namun juga meningkat dari segi kualitas sehingga diharapkan akan memberikan kontribusi yang semakin baik pada sektor pertanian. Keterbatasan            Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian yaitu: penelitian ini hanya mengambil dua dari banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. Serta keterbatasan data yang menyebabkan harus dikuranginya sampel penelitian. Daftar Pustaka Adisasmita, R. (2011). Pembiayaan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Afiat, M. N. (2015). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Perubahan Struktur Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Tenggara, XVI. BPS Kabupaten Sanggau. (2014). Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sanggau Menurut Harga Berlaku. Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. Firdaus, M. (2011). Ekonometrika. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamzah, F., Rosyadi, & Kartika, M. (2017). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan , Gender Gap dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Ketimpangan Pendidikan dan Ketimpangan Pendapatan Kabupaten / Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 6(2). Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi Offset. Kristiana, Y. P. (2015). Analisis Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan Kebijakan Renstra Terhadap Pdrb Sektor Pertanian. Economics Development Analysis Journal, 4(4). Kuncoro, M. (2010). Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga. Kuncoro, M. (2011). Metode Kuantitatif. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mangkoesoebroto, G. (2001). Ekonomi Publik. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Marain, Y. Y., Domai, T., & Suryadi. (2014). Analisis Belanja Daerah Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Sektor Pertanian Dan Kinerja Sektor Pertanian Di Kota Malang. Wacana, 17(4). Masru’ah, D., & Soejoto, A. (2013). Pengaruh Tenaga Kerja Dan Investasi Di Sektor Pertanian Terhadap Pertanian Di Provinsi Jawa Timur. Nurmala. (2012). Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rosyidi, S. (2017). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Rajawali Pers. Sangadji, E. M., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset. Sanusi, A. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sitaniapessy, H. A. P. (2013). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pdrb Dan Pad. Economia, 9. Soekartawi. (2002). Prinsip-Prinsip Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. Soekartawi. (2010). Agribisnis : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo.Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Bandung. Suharjo, O. D. M., & Santoso, E. B. (2014). Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa. Teknik Pomits, 3(2). Suindyah D, S. (2009). Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Ekuitas, (110). Sukirno, S. (2000). Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan Dasar Kebijakan Pembangunan. Jakarta: UI-Press. Sumarsono, S. (2009). Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suparmoko, M. (2003). Keuangan Negara. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.Suryabrata, S. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Susanti, S. (2013). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran , dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan di Jawa Barat dengan menggunakan Analisis Data Panel. Jurnal Matematika Integratif, 9. Susanto, A. B., Ghifari, A. B., Budilaksono, A., Suradinata, A. S. E., Wijanarko, H., Supranto, J., … Martha, S. (2010). Reinvensi Pembangunan Ekonomi Daerah Bagaimana Membangun Kesejahteraan Daerah. Jakarta: Erlangga. Suwanti, & Gunanto, E. Y. A. (2013). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Untuk Sektor Pertanian Terhadap Pdrb Sektor Pertanian 35 Kabupaten / Kota Di Provinsi. Diponegoro Journal Of Economic, 2. Tarigan, R. (2005). Ekonomi Regional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Taufiq, M., S, P. R., & Viphindrartin, S. (2016). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sektor Pertanian di Wilayah EKS Karesidenan Besuki ( Influence of Government Expenditure in the Agricultural Sector Against the PDRB Agriculture Sector in the Region Eks Karesidenan Besuki. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Todaro, M., & Smith, S. (2006). Pembangunan Ekonomi (9th ed.). Jakarta: Erlangga. Widarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: EKONOISIA. Widodo, T. (2006). Perencanaan Pembangunan : Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah). UPP STIM YKPN Yogyakarta. Â