cover
Contact Name
Yunardi Kristian Zega
Contact Email
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Phone
+6281213076611
Journal Mail Official
yunardikzega@sttrealbatam.ac.id
Editorial Address
Gedung House of Glory Lt.3-4, Jl. Ahmad Yani, Eden Park; Kel. Taman Baloi, Kec. Batam Kota, Kotamadaya Batam, Kepulauan Riau.
Location
Kota batam,
Kepulauan riau
INDONESIA
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika
ISSN : 26853515     EISSN : 26853485     DOI : -
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan pelayanan Kristiani dengan ciri Pentakostal-Kharismatika, dengan nomor ISSN: 2685-3485 (online), ISSN: 2685-3515 (print), dikelola dan diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi REAL, Batam, Kepulauan Riau. Focus dan Scope penelitian DIEGESIS adalah: Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru); Teologi Sistematika; Teologi Pastoral; Misiologi; Isu-isu Pentakostal-Kharismatika. DIEGESIS menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari semua institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 50 Documents
Mengiplementasikan Tugas Sosial Gereja dalam Kemajemukan pada Masa Pandemi Covid-19 Evans Dusep Dongoran
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 4, No 1: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.428 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v4i1.87

Abstract

Pluralism is a reality that cannot be ignored by the Indonesian people. Pluralism requires everyone to be able to open up and think positively to create a pluralist sense of togetherness and have an attitude of helping each other, especially in the current Covid-19 pandemic situation that has hit the world, including Indonesia. The church is called to be able to carry out social tasks during a crowded society during this Covid-19 pandemic. The purpose of this paper is to implement the Church's social work in pluralism during the Covid-19 pandemic. This writing uses qualitative methods in data and text analysis, namely paying attention to the symptoms that arise as a result of the covid-19 pandemic; poverty and deprivation so that the Church is involved in social problems to take part in helping and assisting others regardless of ethnic and religious differences by explaining the theological basis in building a pluralist togetherness from the foremost law, the example of Jesus' life and God's love for all human beings. AbstrakKemajemukan merupakan kenyataan yang tidak dapat diabaikan bangsa Indonesia. Kemajemukan menuntut setiap orang untuk dapat membuka diri dan berpikiran positif agar terciptanya rasa kebersamaan yang pluralis serta memiliki sikap saling tolong menolong, terlebih dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini yang melanda dunia termasuk Indonesia. Gereja terpanggil untuk dapat melakukan tugas sosial ditengah masyarakat yang mejemuk pada masa pendemik Covid-19 ini. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengimplementasikan tugas sosial Gereja dalam kemajemukkan pada masa pandemic Covid-19. Penulisan ini menggunakan metode  kualitatif dalam analisis data dan teks  yakni memperhatikan gejala yang timbul akibat dari pandemi Covid-19; kemiskinan dan kekurangan agar Gereja terlibat permasalahan sosial untuk ambil bagian dalam menolong dan membantu orang lain tanpa melihat perbedaan suku dan agama dengan memaparkan dasar teologis dalam membangun kebersamaan yang pluralis dari hukum yang terutama, teladan hidup  Yesus dan kasih Allah terhadap semua manusia.
Optimalisasi Fungsi Rumah Sebagai Tempat Pembinaan Warga Gereja di Masa Pandemi Covid-19 Purim Marbun
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v3i1.64

Abstract

This writing is motivated by the problem of the lack of church members who use the house as a place of spiritual formation. This is due to the lack of family skills in carrying out coaching tasks both practically and theologically. Another problem is that many coaching programs are centered in the church, thus consuming family time. During the Covid-19 Pandemic, it was necessary to attend church from home in accordance with government recommendations. By using a qualitative approach, and using a descriptive analysis study research method, accompanied by a descriptive analysis study it was found that the house can be used as a place for the formation of church members. Optimization of the house as a place for fostering church members is done by expanding the dimensions of the function of the house that is not only a place to live but as a place to educate, a place of worship and the ongoing community of faith. AbstrakTulisan ini dilatarbelakangi adanya masalah minimnya warga gereja yang memanfaatkan rumah sebagai tempat pembinaan rohani. Hal ini disebabkan kurangnya ketrampilan keluarga melakukan tugas-tugas pembinaan baik secara praktis maupun teologis. Masalah yang lain adalah banyaknya program pembinaan yang berpusat di gereja, sehingga menyita waktu keluarga. Dalam masa Pandemi Covid-19, mengharuskan bergereja dari rumah sesuai dengan anjuran pemerintah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan memakai metode penelitian studi deskriptif analisis, disertai dengan kajian analisis deskriptif didapati bahwa rumah dapat dijadikan sebagai tempat pembinaan warga gereja. Optimaliasasi rumah sebagai tempat pembinaan warga gereja, dilakukan dengan cara memperluas dimensi fungsi rumah yang bukan saja sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat mendidik, tempat beribadah dan berlangsungnya komunitas iman.
Papua dan Panggilan Macedonia di Zaman Milenium Baru Fransiskus Irwan Widjaja
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.51 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v2i1.50

Abstract

Mission is an integral part of Christianity. The activities of the western world mission that have sent 164 years of missionaries to the land of Papua have no impact on Papua. The existence of the church of God in the land of Papua also has no impact and significance for the people of Papua. Papua lost its identity as a gospel land. The high level of Islamization, the low level of education, and the high level of poverty makes it necessary for Papua to be helped. Papua is calling as Macedonia calls in the millennium. AbstrakMisi merupakan bagian yang integral dengan agama Kristen. Kegiatan misi dunia barat yang sudah mengutus misionari 164 tahun ke tanah  Papua, tidak membaw dampak bagi Papua Keberadaan gereja Tuhan di tanah papua juga tidak membawa dampak dan berarti bagi penduduk papua. Papua kehilangan jati diri sebagai tanah injil. Tingginya islamisasi, rendahnya tingkat pendidikan dan tingginya kemiskinan membuat papua perlu di tolong. Papua sedang memanggil seperti Panggilan Macedonia di jaman millennium.
Relasi Pernikahan Kristen dalam Refleksi Teologis Kidung Agung 8:1-14 Jefrie Walean; Rudi Walean
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 4, No 2: Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (622.243 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v4i2.140

Abstract

The phrase “love is strong as death” in the text of the Song of Solomon 8:1-14 gives the impression of sensuality and vulgarism. The impression is a metaphor for the relationship in marriage. The method that will be used is through a descriptive qualitative approach followed by a thematic analysis using a literal perspective that pays attention to hermeneutic rules. This study concludes that chapter 8:1-14 comprehensively states that the power of true love is like a seal that claims ownership and figuratively describes the intimate relationship between God and the Israelites. This sensual narrative becomes a metaphor for the bond of Christian marriage. AbstrakFrasa “cinta kuat seperti maut” dalam teks Kidung Agung 8:1-14 memberikan kesan sensualitas dan vulgarisme. Kesan itu sebagai mentafora relasi dalam penikahan. Tujuan kajian ini adalah untuk menunjukkan makna reflektif secara teologis nas Kidung Agung tersebut dalam konteks relasi pernikahan Kristen. Metode yang digunakan adalah deskriptif interpretatif dengan memperhatikan kaidah hermeneutik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara komprehensif pasal 8:1-14 menyatakan kekuatan cinta sejati bagaikan meterai yang mengklaim kepemilikan, serta kiasan keintiman hubungan antara Allah dengan umat Israel. Narasi sensual ini menjadi metafora bagi ikatan pernikahan Kristen. 
Teologi Pastoral dalam Menghadapi Tantangan Kepemimpinan Kristen di Era Post-Modern: Tinjauan Yesaya 40:11 Candra Gunawan Marisi; Didimus Sutanto; Ardianto Lahagu
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 2: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.726 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v3i2.80

Abstract

Pastoral Theology has its own challenges facing this postmodern era. Postmodern phenomena that prioritize rationality, pragmatism, and relativism make truths subjective in nature based on context. The reluctance to place the absolute truth of the Bible even more so makes pastoral theology at a point that continues to erode. Where its role continues to be sued and replaced by other disciplines. Now the pastoral theology is questioned for its relevance to be able to provide answers to current pastoral problems. This study aims to answer the relevance of pastoral theology to the challenges of Christian leadership in this postmodern era. The method used is descriptive qualitative method with a literature study approach. Analyze journal data, books, and also do a theological review by exegeting Isaiah 40:11 to get data on information about pastoral theology to answer the challenges of Christian leadership today. This research has produced a formulation of pastoral theology that is still relevant to address the challenges of the times including this postmodern era. Pastoral theology must be based on the absolute truth of the Bible, where study through textual exegesis of Isaiah 40:11 produces a shepherd triplet which is a unit that must be worked on together. The shepherding triplets are Shepherd, Leader, Managerial.AbstrakTeologi Penggembalaan memiliki tantangan tersendiri menghadapi era postmodern ini. Gejala postmodern yang mengedepankan rasionalitas, pragmatisme dan relativisme menjadikan kebe-naran bersifat subyektif yang didasarkan pada konteks semata. Keengganan menempatkan kebenaran absolut Alkitab, justru semakin membuat teologi pastoral berada pada titik yang terus terkikis habis. Di mana perannya terus digugat dan digantikan oleh disiplin ilmu yang lain. Kini teologi pastoral dipertanyakan relevansinya untuk dapat memberi jawab akan permasalahan-permasalahan penggembalaan masa kini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab relevansi teologi pastoral terhadap tantangan kepemimpinan kristen di era postmodern ini. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Mengana-lisis data jurnal, buku-buku dan juga melakukan tinjauan teologis dengan mengeksegesis Yesaya 40:11 untuk mendapatkan suatu data mengenai informasi-informasi tentang teologi pas-toral guna menjawab tantangan kepemimpinan Kristen masa kini. Penelitian ini telah meng-hasilkan suatu rumusan mengenai teologi pastoral yang masih relevan menjawab tantangan zaman termasuk era postmodern ini. Teologi pastoral harus di dasarkan pada kebenaran absolut Alkitab, di mana telaah melalui eksegesis tekstual Yesaya 40:11 menghasilkan triperan peng-gembalaan yang merupakan satu kesatuan yang harus dikerjakan bersama-sama; Gembala, Pemimpin, dan Manejerial. 
Persepsi Gembala Sidang tentang Peran Penginjil, Gembala dan Guru dalam Pelayanan Gerejawi di GPdI se-Kabupaten Bondowoso Bambang Sriyanto; Roberto Ganda
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 2, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.466 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v2i2.57

Abstract

The purpose of this paper is to find out the extent of the perception of the pastor about the role of evangelists, pastors, and teachers in ecclesiastical services in GPdI throughout Bondowoso District. The research method used in this research is descriptive qualitative research. Research data obtained directly in the field using a research instrument in the form of a questionnaire. The results show that most pastors understand the role of the evangelist who proclaims Jesus is God; understand the pastor's role as an elder, someone who is skilled in ministry and people who are gifted to serve the church (75%); understand the role of teachers having the gift of teaching, opening the secrets of God's Word and teaching through exemplary living (66.67%). In conclusion, the perception of the pastor about the role of evangelists, pastors, and teachers in ecclesiastical ministers in GPdI in Bondowoso Regency, has very high understanding.AbstrakTujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana persepsi gembala sidang tentang peran penginjil, gembala dan guru Injil dalam pelayanan gerejawi di GPdI se-Kabupaten Bondowoso. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data-data penelitian diperoleh langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa angket. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa sebagian besar gembala sidang memahami atas peran penginjil yang memproklamirkan Yesus adalah Tuhan; memahami atas peran gembala sebagai penatua, orang yang terampil dalam pelayanan dn orang yang diberi karunia untuk melayani jemaat (75%); memahami atas peran guru memiliki karunia mengajar, membuka rahasia Firman Allah dan mengajar melalui keteladanan hidup (66,67%). Kesimpulannya, persepsi gembala sidang tentang peran penginjil, gembala dan guru dalam pelayan gerejawi di GPdI se-Kabupaten Bondowoso, telah memiliki pemahaman yang sangat tinggi.
Praktik Bahasa Roh dalam Ruang Publik: Sebuah Gagasan Membangun Kecerdasan Emosional Harls Evan R. Siahaan
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 4, No 1: Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.068 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v4i1.94

Abstract

The understanding of speaking in tongues as self-edifying is, actually, not only to be practised in the context of communal worship in the church but also can be undertaken in the context of social and secular life. In life relating socially and responding to life, situations require the ability to act in emotional maturity. This study aims to show the functions and benefits of speaking in tongues that can be practised for edifying spiritual maturity. By using the descriptive method of interpretive analysis on 1 Corinthians 14:4, it is found that the use of the Greek word oikodomeo in the text can be interpreted to edify oneself positively, through thinking and acting in maturity. In conclusion, speaking in tongues can be practised to edify emotion intelligently, so that believers can respond the life situations in an elegant and proportionate way. AbstrakPemahaman bahasa roh untuk membangun diri sendiri sejatinya tidak monoton dipraktikkan da-lam konteks ibadah komunal di gereja semata, melainkan dapat dilakukan juga dalam konteks kehidupan sosial dan sekuler. Dalam berelasi secara sosial dan menyikapi situasi kehidupan dibutuhkan kemampuan bertindak yang dewasa secara emosional. Kajian ini bertujuan untuk menunjukkan fungsi dan manfaat bahasa roh yang dapat dipraktikan dalam rangka membangun kedewasaan rohani seseorang. Dengan menggunakan metode deskriptif analisis interpretatif atas teks 1 Korintus 14:4, didapatkan bahwa penggunaan kata oikodomeo dalam teks tersebut dapat diartikan membangun diri secara positif, melalui kedewasaan berpikir dan bertindak. Kesimpu-lannya, praktik bahasa roh dapat digunakan seseorang untuk membangun emosionalnya secara cerdas, agar dapat menyikapi situasi kehidupan secara elegan dan proporsional.
Revitalisasi Misi Kristen Menghadapi Sekularisasi dan Sekularisme: Kasus Gereja Protestan dan Katolik di Belanda Alexander Djuang Papay; Ferdinandes Petrus Bunthu; Francois Pieter Tomasoa
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 3, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v3i1.65

Abstract

This  paper is an insight into the revitalization of Christian mission in dealing with secularism in Catholic and Prostestant churches in the Netherlands. Analysis from various collective sources as a consideration to find out how much degradation of the Christian Faith is caused by the influence of secularism and on the other hand also to find out how much influence from the church that still remains. The research used is qualitative descriptive with a literature review, the authors sought the results of this study are expected to help the church to be able to revitalize the Christian mission of secularism in the younger generation, schools within the church environment, evangelism, and contextualization so that the church is expected to return to its heyday. ABSTRAKPaper ini sebagai wawasan tentang revitalisasi misi Kristen dalam menghadapi sekulerisme di gereja-gereja Katolik dan Prostestan di Nederland. Analisis dari berbagai sumber kolektif sebagai pertimbangan untuk mengetahui seberapa besar degradasi Iman Kristen disebabkan oleh sekulerisme dan disisi lain juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari gereja yang masih tersisa. Penelitian yang digunakan adalah deskritif kualitatif dengan tinjauan pustaka.  Penulis berupaya hasil penelitian ini diharapkan membantu pihak  gereja  untuk dapat revitalisasi misi Kristen terhadap sekulerisme di generasi muda, sekolah dilingkungan gereja, penginjilan, dan kontekstualisasi sehingga diharapkan gereja kembali mengalami zaman kejayaanya.
Persepsi Gembala-Gembala Gereja Pantekosta di Indonesia Se-Kabupaten Jember tentang Praktik Kremasi Lidia Jenrin Filtje Sondakh
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.837 KB) | DOI: 10.53547/diegesis.v2i1.51

Abstract

Cremation is the practice of removing human corpses after death by burning a corpse, usually carried out in a crematorium. With the development of technology, cremation is no longer synonymous with traditional ceremonies that use firewood so it requires a long time. The purpose of this study was to determine the perceptions of pastors at the Pentecostal Church in Indonesia regarding cremation practices. After carrying out theological studies with a literary approach, it is considered that if God wants a special way of handling the body, He will state, either in the Old Testament or the New Testament. This study uses a qualitative approach, with an interview instrument. The result of this research is that some shepherds cannot accept cremation, assuming that cremation is contrary to the teachings of the Bible, but there are those who think that cremation is not in conflict with God's Word.AbstrakKremasi adalah Praktik penghilangan jenazah manusia setelah meninggal, dengan cara mem-bakar mayat, biasanya dilakukan di krematorium. Dengan perkembangan teknologi, kremasi tidak lagi identik dengan upacara tradisional yang memakai kayu bakar sehingga memerlukan waktu yang penjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi gembala-gembala sidang Gereja Pantekosta di Indonesia tentang praktik kremasi. Setelah melakukan kajian teologis dengan pendekatan literatur, maka dipertimbangkan bahwa jika Tuhan menghendaki suatu cara yang khusus dalam menangani jenazah, Ia akan menyatakan, entah dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Penelitian ini mengunakan metode pendekatan kualitatif, dengan instrumen wawancara. Hasil dari penelitian adalah, ada beberapa gembala tidak dapat menerima kremasi, bersasumsi bahwa kremasi bertentangan dengan ajaran Alkitab, namun ada juga yang beranggapan bahwa kremasi tidak betentangan dengan Firman Allah.
Generasi yang Unggul dalam Iman, Ilmu, dan Pengabdian di Era Industri 4.0 Andrias Pujiono; Carolina Etnasari Anjaya; Yonatan Alex Arifianto
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 5, No 1: Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v5i1.143

Abstract

Industrial era 4.0 contains challenges and opportunities. But behind this condition, there are believers, including Christian Religious Education (PAK) teachers and pastors who are stuttering about technology. Instead of studying or catching up, many scholars hide behind their age, limited facilities, and other factors. But in fact, it is mostly caused by a reluctance to learn. In fact, in order to meet the needs of this era, superior humans are needed. These advantages include skills or optimal conditions in faith, knowledge, and devotion. The qualitative descriptive method is the approach used in this article. This article aims to describe the meaning of the superior generation in the industrial era 4.0 and how to achieve it. In the conclusion, it is explained that a superior person will develop faith, and knowledge and try to make a greater contribution to the Christian faith community and society at large. Being such a person in the era of the industrial revolution 4.0 is increasingly easy to achieve through the use of technology and a new basic mindset, namely: a growth mindset. Reluctance to grow to become a superior person is unfair behavior. Individuals who stagnate will sink into laziness or a reluctance to learn and change. Personal excellence never stops the process, and it will have a significant impact on the world. AbstrakEra industri 4.0 memuat tantangan dan kesempatan. Namun, balik kondisi itu terdapat umat percaya, termasuk guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan pendeta yang gagap terhadap teknologi. Alih-alih belajar atau mengejar ketertinggalan, banyak sarjana yang bersembunyi dibalik faktor umur, terbatasnya fasilitas dan faktor lainnya. Namun, hal itu lebih banyak disebabkan oleh keengganan untuk belajar. Padahal agar dapat memenuhi kebutuhan era ini, dibutuhkan manusia unggul. Keunggulan tersebut meliputi kecakapan atau kondisi optimal dalam iman, ilmu dan pengabdian. Metode deskriptif kualitatif merupakan pendekatan yang dipergunakan dalam artikel ini. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan makna generasi unggul di era industri 4.0 dan bagaimana cara mencapainya. Dalam kesimpulan dipaparkan bahwa pribadi unggul akan mengembangkan iman, ilmu dan berusaha memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap komunitas iman Kristen dan masyarakat luas. Menjadi pribadi yang demikian di era revolusi industri 4.0 semakin mudah tergapai melalui pemanfaatan teknologi dan sebuah dasar pola pikir baru yaitu: mindset tumbuh. Sikap enggan bertumbuh untuk menjadi pribadi yang unggul adalah tindakan tidak adil; sebaliknya, yang malas dan enggan belajar akan menjadi mandek atau mengalami kemandekan. Pribadi yang unggul tidak pernah berhenti berproses dan hal itu akan memberi dampak signifikan bagi dunia.