cover
Contact Name
Katarina
Contact Email
tatayuni76@gmail.com
Phone
+6285867878881
Journal Mail Official
jtki.simpson@gmail.com
Editorial Address
Jl. Agung No. 66, Krajan, Kel. Susukan. Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang (50516) Jawa Tengah.
Location
Kab. semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia
ISSN : -     EISSN : 27228630     DOI : https://doi.org/10.46445/jtki
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia (JTKI) published twice a year in June and December. Publishing by Simpson Theological Seminary. This Journal accepted articles of colleges, Practitioners, teachers, and lectures. JTKI accepts research papers and conceptual ideas that meet the rules of writing scientific articles. The scopes of this journal published articles are: Contextual Theology, Pastoral Contextual, Anthropology and Ethnography, Theology and Culture, Theology of Missions, Evangelism theology, Contextual Missiology, Community Development, Contemporary Theology, Sociology of Religion, Theology Contemporary Issues.
Articles 44 Documents
Pelaksanaan Pendekatan Penginjilan Kontekstual Fransius Kusmanto
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.862 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v2i2.439

Abstract

The purpose of this study was to determine the implementation of contextual evangelism in Salatiga City. The main focus is people who do not believe (with the term Focus people). The research method used by the author in the preparation of this paper is descriptive qualitative research method. The researcher uses descriptive qualitative to better understand the contextual evangelism process and explain the factors that encourage contextual evangelism in Salatiga City. The results showed that the evangelism conducted in the city of Salatiga using the CPM (Church Planting Movement) contextual evangelism method was very effective and easy to carry out. This is evident from the response of the people being served while communicating with the evangelists. The people who are served accept and are willing to study with the evangelists and there are some who believe in Jesus. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan penginjilan kontekstual di Kota Salatiga. Fokus utamanya adalah orang-orang yang belum percaya (dengan istilah orang Fokus). Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyususnan tulisan ini yaitu Metode penelitian kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif peneliti gunakan untuk lebih memahami proses penginjilan kontekstual dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya penginjilan kontekstual di Kota Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penginjilan yang dilakukan di kota Salatiga dengan menggunakan metode penginjilan kontekstual CPM (Church Planting Movement) sangat efektif dan mudah untuk dijalankan. Hal ini terbukti dari respon orang-orang yang dilayani ketika sedang berkomunikasi dengan para penginjil.  Orang-orang yang dilayani menerima dan mau belajar bersama dengan para penginjil serta ada beberapa orang yang percaya kepada Yesus.
The Secret Violence: Sebuah Analisa Kekerasan Terhadap Perempuan Di Balik Industri Hiburan Felony Prista Oktamala; Asnath Niwa Natar
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.451 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i2.324

Abstract

In this paper, the authors will conduct a critical analysis of the culture of secret violence especifically against women in the K-pop media industry. Every year there are sad cases behind the success of large companies that have succeeded in bringing someone to the world stage. Some of the sad cases lead to the death of the idol by suicide. This issue ist important and has taken a lot of public attention. In the perspective of young people, Idols are those who have an ideal body, handsome, beautiful voice, fashionable, have famous band, popular, charming stage performances, have interesting photos and videos that express their feelings and euphoria, and is in caring of a large agency. But in the reality, there were some  of idols that have ended their life (suicide). One of the strong reasons is because they are depressed. Furthermore, the authors will analyse the problem from theological perspective, where women are also created by God in His image, who are intelligent and equal to men. So they can’t be made objects of violence. AbstrakDalam paper ini penulis akan melakukan analisa kritis terhadap suatu budaya kekerasan terselubung khususnya terhadap perempuan dalam industri media K-pop. Setiap tahun selalu ada kasus yang memprihatinkan di balik kesuksesan perusahaan-perusahaan besar yang berhasil membesarkan nama seseorang sampai pada kancah dunia. Kasus-kasus yang memprihatinkan tersebut mayoritas berujung pada kematian seorang idola karena bunuh diri. Persoalan ini menjadi penting dan menyita banyak perhatian publik. Tentunya, yang disebut idola oleh anak-anak muda itu adalah mereka yang memiliki tubuh yang ideal, rupawan, suara yang indah, fashionable, grup band yang terkenal, lagu-lagu yang hits, penampilan panggung yang mempesona, foto-foto dan video yang menggugah perasaan dan euforia, serta berada dalam naungan agensi yang besar. Namun tidak disangka-sangka, para idola tersebut tidak sedikit yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Salah satu alasan yang kuat adalah karena mereka mengalami depresi. Lebih jauh, penulis akan menganalisa persoalan tersebut dari perspektif teologis, di mana sejatinya perempuan juga diciptakan Allah segambar dan serupa dengan Dia, berakal budi, setara dengan laki-laki, dan tidak layak untuk menjadi obyek kekerasan.
Strategi Misi Lintas Budaya Berdasarkan Kisah Para Rasul 1:8 Deni Triastanti; Ferderika Pertiwi Ndiy; H Harming
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.788 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i1.246

Abstract

Misi lintas budaya menjadi bagian penting dalam dunia pelayanan kekristenan. Mandat bermisi dalam Kisah Para rasul 1:8, merupakan perintah langsung dari Yesus Kristus sebelum terangkat ke sorga. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif literature studi dengan hermenetik deskriptif guna mengerti maksud yang sebenarnya pada masa penulisan teks.  Adapun hasil dari pembahasan tersebut dalam melakukan strategi misi, menggunakan kontekstual budaya yang diikuti dengan membuktikan kebenaran Injil.  Selain itu penjangkauan jiwa-jiwa dengan bersaksi melalui proses pemuridan.  
Pendekatan Kontekstual Dalam Tugas Misi Dan Komunikasi Injil Pasca Pandemi Covid-19 Yakob Tomatala
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.293 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v2i1.387

Abstract

God reveals Himself in contextual ways. In revealing Himself, He sets forth to do His will and through His will, God materializes His word. Furthermore, God’s sovereign will is revealed in contextual ways in terms of today’s community life in regards to the history of every human civilation. God’s contextual self disclosure is not just an instrument that is used to display the essence of God, but it is also a method to comprehend His substance. In relation to God’s self disclosure, the contextualized self disclosure of God provides a basis for implementing His mission through bringing and communicating the Gospel to every community context. This concept is thoroughly explained within the discourse about “The contextual approach in doing missions and communicating the Gospel in Post Covid-19 Pandemic era”. This research underlies several important issues. These issues includes : First, Contextual Approach in Doing Missions; Second, Contextual Approach in Communicating the Gospel in Post Covid-19 Pandemic era. Hopefully through this discourse there is a broad overview about implementing the Great Commission of Christ Jesus in a contextual way in today’s world specifically in the Post Covid-19 period. ABSTRAKPenyataan TUHAN Allah dalam sejarah adalah kontektual. Penyataan Allah yang kontekstual melibatkan kehendak-Nya yang berdaulat sebagai landasan dari semua tindakan-Nya. Pada sisi lain, penyataan TUHAN yang berdaulat dinyatakan-Nya secara kontektual pada konteks kehidupan kekinian dalam sejarah setiap masyarakat. Penyataan TUHAN yang kontekstual bukan saja sebagai cara penyataan diri-Nya, tetapi sekaligus adalah metode untuk memahami Dia. Dalam kaitan ini, penyataan TUHAN yang kontekstual menyiapkan landasan bagi pelaksanaan misi-Nya dengan menghadirkan dan mengkomunikasikan Injil pada setiap konteks kehidupan masyarakat. Gagasan ini dituangkan melalui diskursus tentang “Pendekatan kontekstual dalam tugas misi dan komunikasi Injil Pasca Pandemi Covid-19” yang mengetengahkan beberapa pokok penting. Pokok-pokok dimaksud antara lain adalah: Pertama, Pendekatan Kontektual dalam Gerakan Misi; Kedua, Pendekatan Kontekstual dalam Komunikasi Injil pada Konteks Pasca Pandemi Covid-19. Diharapkan agar diskursus ini memberikan gambaran mengenai pelaksanaan Amanat Agung Yesus Kristus secara kontekstual dalam kondisi dunia kekinian khususnya pada konteks pasca Pandemi Covid-19.
Perempuan Dalam Konteks Ritual Agama Kaharingan Pada Suku Dayak Maanyan Rama Tulus Pilakoannu
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.502 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i1.289

Abstract

Women today have advanced and developed in showing their existence in various lines of life. But on the other hand there are still many women who experience injustice. One aspect that causes this injus-tice is the patriaki culture system. Because it is necessary to explore various aspects of community life to show the real existence of women. Kaharingan religious ritual among the Dayak Maanyan com-munity is one phenomenon that deserves to be explored in relation to the existence of women in these rituals. Therefore it is necessary to question how women are in rituals. From there then this paper aims to identify the rituals in which there is a figure of a woman who plays an important role. The study was conducted with library research. Based on the data obtained shows that women are very important even the highest position in the ritual which in this case looks at the figure of Wadian. Wadian plays a role not only in relations with humans, but more than that in relationships with the divine. AbstrakKaum perempuan saat ini telah maju dan berkembang dalam menunjukkan eksistensinya di berbagai lini kehidupan. Namun pada sisi lain masih banyak juga kaum perempuan yang mengalami ketidak adilan. Salah satu aspek yang menyebabkan ketidakadilan itu adalah sistem budaya patriaki. Karena itu perlu mengeksplorasi berbagai sisi kehidupan masyarakat untuk menunjukkan eksistensi perem puan yang sesungguhnya. Ritual agama Kaharingan di kalangan masyarakat Dayak Maanyan salah satu fenomena yang patut untuk dieksplorasi terkait keberadaan perempuan dalam ritual-ritual tersebut. Karena itu perlu untuk mempertanyakan bagaimana keberadaan perempuan dalam ritual-ritual. Dari situ kemudian tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi ritual-ritual yang didalamnya terdapat sosok perempuan yang memegang peranan penting. Penelitian dilakukan dengan penelitian pustaka. Berdasarkan data yang didapat menunjukkan bahwa perempuan berkedudukan sangat penting bahkan tertinggi dalam ritual yang dalam hal ini tampak pada sosok Wadian. Wadian berperan tidak hanya dalam hubungan dengan manusia, namun lebih daripada itu dalam hubungan dengan ilahi.
Penggunaan Kata Roh Sang Hyang Pengardi Sebagai Terjemahan Kata Roh Kudus Dalam Alkitab Bahasa Bali I Ketut Gede Suparta
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.37 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v2i2.501

Abstract

In the process of translating the word Holy Spirit into the Balinese Bible, there are differences in concepts with the understanding of balinese people in general. Therefore it is necessary to put forward the proper concept of the Holy Spirit in accordance with the correct meaning as the concept of the Bible itself. Thus the author conducted research on the meaning of the word about the Holy Spirit that can be used in the context of the Balinese language so that the meaning in question is actually understood as intended by the Bible itself, so that the translation of the Bible into Balinese does not deviate from the original meaning. The research approach that the authors use is qualitative research. After conducting the analysis, the author found the word Roh Sang Pengardi as a relevant word for the word Holy Spirit. The word Roh Sang Pengardi can actually provide an understanding that is more in accordance with the concept of the Bible. The word describes the creator person, of which the Holy Spirit is the third person of the Trinity who is the creator of the universe. AbstrakDalam proses penerjemahan kata Roh Kudus ke Alkitab bahasa Bali, terdapat perbedaan konsep dengan pemahaman masyarakat Bali pada umumnya. Oleh sebab itu perlu dikemukakan konsep yang tepat tentang Roh kudus sesuai dengan makna yang benar seperti konsep Alkitab itu sendiri. Dengan demikian penulis mengadakan penelitian makna kata tentang Roh Kudus yang dapat dipakai dalam konteks bahasa Bali agar makna yang dimaksud benar-benar dipahami seperti yang dimaksudkan oleh Alkitab itu sendiri, sehingga penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Bali tidak menyimpang dari makna yang asli. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif. Setelah melakukan analisis, penulis menemukan kata Roh Sang Hyang Pengardi sebagai kata yang relevan untuk kata Roh Kudus. Kata Roh Sang Hyang Pengardi justru dapat memberikan pemahaman yang lebih sesuai dengan konsep Alkitab. Kata tersebut menggambarkan tentang pribadi pencipta, dimana Roh Kudus adalah pribadi ketiga Tritunggal yang pencipta semesta.
Persekutuan Umat Allah Di Dalam Cyberspace Thomas Onggo Sumaryanto; Hariawan Adji
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.368 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i2.346

Abstract

This research departs from the phenomenon of live streaming mass due to the Covid-19 pandemic. Face-to-face mass activities were eliminated and replaced by using live streaming media. The focus of this research is to see how the value of the communion of people in the Eucharist can be maintained in cyberspace. Researchers used qualitative research methods with a theological reflection approach based on the thoughts of Antonio Spadaro and Anthony Le Duc about cyber theology. The novelty of this research is a theological reflection from the perspective of the teachings of the Catholic Church. The results showed that the people were helped to maintain the value of the Eucharistic communion in the midst of a pandemic. Cyberspace is a forum to strengthen relationships between believers emotionally and spiritually. However, it must be emphasized that cyberspace is only a supplement. This space is needed according to the portion and remains actualized in a real and direct relationship. Research data shows that people feel that they are not enough with live streaming mass. The church needs to help people to reflect more deeply on the relationship between God and humans in cyberspace. Therefore the Church has a tough task after the pandemic ends. AbstrakPenelitian ini berangkat dari fenomen misa live streaming akibat pandemik Covid-19. Kegiatan misa secara tatap muka ditiadakan dan diganti dengan memanfaatkan media live streaming. Fokus penelitian ini melihat bagaimana nilai persekutuan umat di dalam Ekaristi bisa dipertahankan dalam cyberspace. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan refleksi teologis berdasarkan pemikiran Antonio Spadaro dan Anthony Le Duc tentang cybertheology. Kebaruan penelitian ini adalah refleksi teologis dengan sudut pandang ajaran Gereja Katolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umat dibantu untuk mempertahankan nilai persekutuan Ekaristi di tengah pandemi. Cyberspace menjadi wadah untuk menguatkan relasi antarumat secara emosional dan spiritual. Namun yang harus ditekankan adalah cyberspace hanya suplemen. Ruang ini dibutuhkan sesuai porsinya dan tetap diaktualisasikan dalam relasi nyata dan langsung. Data penelitian menunjukkan umat merasa tidak cukup dengan misa live streaming. Gereja perlu membantu umat untuk merefleksikan lebih mendalam lagi relasi Tuhan dan manusia di dalam cyberspace. Oleh sebab itu Gereja mempunyai tugas berat setelah pandemi berakhir. 
Iman Kristen Dan Kebudayaan Sundoro Tanuwidjaja; Samuel Udau
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 1 (2020): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.336 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i1.299

Abstract

Culture is created by God, as it is the essence of Christian faith, in order to reflects His values and glory. Culture can not be separated from the existence of God relate to its origin, process and ultimate objective. However, culture is never be able separated from humanity's oldest struggle, sin. The existence of sin also takes part in various area in the development of human culture, there for brings those who insult and assume that God is not the highest and must be glorified, even rejecting the existence of God. The teachings of the Christian faith explain the concept of redemption which finally enables the culture to recognize the existence of God as the highest being, and to reveal His glory. This paper expresses various Christian struggles in addressing the existence and development of human culture from the perspective of the Christian faith, and returning it to God's original position and purpose for humans. Kebudayaan berasal dari Allah dijalankan sesuai tata nilai dari Allah dan dan harus kembali kepada Allah, itulah esensi iman Kristen. Budaya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Allah, baik asal mulanya, prosesnya hingga kepada tujuan akhirnya. Walau demikian, kebudayaan tidak terlepas dari pergumulan tertua manusia, yaitu dosa. Keberadaan dosa juga mengambil andil dalam perkembangan kebudayaan manusia ke berbagai bidang, sehingga ada yang melecehkan dan mengganggap bahwa Allah bukanlah yang tertinggi dan harus dimuliakan, bahkan menolak keberadaan Allah. Ajaran iman Kristen memaparkan konsep penebusa yang akhirnya memampukan kebudayaan itu mengakui keberadaan Allah sebagai Pribadi yang tertinggi, dan menyatakan kemuliaan-Nya. Tulisan ini mengungkapkan berbagai pergumulan orang Kristen dalam menyikapi keberadaan maupun perkembangan kebudayaan manusia dari sudut pandang iman Kristen, dan mengembalikannya pada posisi maupun tujuan awal Allah bagi manusia.
Analisis Pandangan Gereja Terhadap Praktik Perbudakan dalam Tradisi Suku Sumba Jessica Tirza Felle; Armin Sukri Kana
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.428 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v2i1.391

Abstract

Setiap perkumpulan dalam tatanan masyarakat memiliki norma adat istiadat yang diwariskan oleh para leluhur, baik itu secara lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu negara yang mewarisi tradisi-tradisi dari para leluhur maka dari itu Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan budaya. Salah satu tradisi yang diwariskan adalah praktik perbudakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan gereja mengenai praktik perbudakan dan bagaimana gereja mengatasi praktik perbudakan kepada jemaat dan masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian fenomenologi dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Pertama, studi kepustakaan. Kedua, observasi langsung. Ketiga, wawancara kepada beberapa orang yang menjadi orang kunci dan yang mempunyai pengaruh di daerah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agar praktik perbudakan bisa diminimalisirkan di daerah-daerah yang memberlakukan praktik ini agar gereja dan pemerintah bisa bekerja sama untuk menangani masalah utama yang menyebabkan praktik ini terus ada. Kata-kata Kunci: Gereja, Praktik, Perbudakan, Budaya, dan Sumba.
Peran Gereja dalam Transformasi Pelayanan Diakonia Nimrot Doke Para; Ezra Tari; Welfrid F. Ruku
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 1, No 2 (2020): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.931 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v1i2.310

Abstract

Tulisan  ini mengungkapkan pelayanan diakonia gereja. Berangkat dari kegelisahan penulis mengenai kemiskinan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Timur. Penulis memokuskan di wilayah pelayanan jemaat Ora Et Labora Oesapa. Pendekatan yang dipakai penulis ada kualitatif deskriptif. Berdasarkan penelitian, penulis menemukan, Pertama, diakonia masih berfokus pada karitatif belum mengembangkan transformatis secara maksimal.  Kedua, diakonia belum efektif karena belum menyentuh kebutuhan jemaat secara kontekstual. Ketiga, pelayan diakonia belum menemukan dengan baik cara mengatasi kemiskinan