cover
Contact Name
Encil Puspitoningrum
Contact Email
jurnal.wacana@unpkdr.ac.id
Phone
+628563402402
Journal Mail Official
jurnal.wacana@unpkdr.ac.id
Editorial Address
Jl. K.H. Ahmad Dahlan 76 KEDIRI, Jawa Timur
Location
Kota kediri,
Jawa timur
INDONESIA
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran
ISSN : 20852053     EISSN : 27221490     DOI : https://doi.org/10.29407/jbsp
Core Subject : Education,
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran diterbitkan pada bulan April dan Oktober oleh Universitas Nusantara PGRI Kediri. Artikel yang dimuat merupakan hasil penelitian bahasa, seni, dan pengajarannya, yang belum dimuat dalam media cetak dan elektronik lain. Fokus dan scope meliputi : 1. Linguistik Bahasa Indonesia 2. Seni dan Sastra Indonesia 3. Seni dan Sastra Daerah 4. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 5. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah
Articles 97 Documents
Membaca Cerita Fabel sebagai Penanaman Karakter Jujur pada Siswa SMP Ajeng Cahya Nurani
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.233 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.462

Abstract

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke dunia remaja. Masa transisi merupakan fase yang paling penting di dalam kehidupan sehingga sangat perlu mempertimbangkan jenis pembelajaran yang sesuai dengan dunia mereka. Pembelajaran sastra khususnya membaca cerita fabelpenting diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)karena dapat dijadikan sebagai wahana untuk membentuk karakter jujur pada siswa. Cerita fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang berisi pendidikan moral dan budi pekerti. Cerita fabel merupakan jenis karya sastra yang ditulis untuk konsumsi siswa sehingga cerita di dalam fabel memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa. Dengan membaca fabel, seorang siswa mampu belajar dari nilai moral yang terkandung dari cerita sehingga dapat membentuk karakter siswa dan tokoh teladan di dalam cerita mampu menginspirasi tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari-hari.
: Dekonstruksi Sikap Hidup Tokoh Masyarakat Madura dalam Cerpen Tandak Karya Royyan Julian Ardi Wina Saputra
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.76 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.463

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud dekonstruksi sikap hidup tokoh masyarakat Madura dalam cerpen Tandak karya Royyan Julian. Penelitian ini menggunakan metode dekonstruksi Jacques Derrida. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Tandak karya Royyan Julian dan diterbitkan pada tahun 2015. Data penelitian berupa satuan cerita dari kutipan cerpen yang sesuai dengan fokus serta tujuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dekonstruksi terhadap sikap hidup tokoh masyarakat Madura khususnya dekonstruksi terhadap tokoh kiai dan dekonstruksi terhadap tokoh blater. Dekonstruksi juga terdapat pada sikap hidup khususnya bentuk penghormatan dalam masyarakat Madura, khususnya dekonstruksi penghormatan pada ibu dan dekosntruksi penghromatan pada kiai. 83 82
Pemertahanan Bahasa Sebagai Strategi Komunikasi pada Kegiatan Tutorial (Pembelajar BIPA Kelas Pemula) Hasan Nugroho
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.464

Abstract

BIPA merupakan wadah bagi warga asing yang ingin belajar bahasa Indonesia. Terdapat dua pelaksana teknis dalam program BIPA yang langsung bersentuhan dengan pembelajar, yaitu pengajar dan tutor. Artikel ini fokus untuk membahas tentang tutor dan kegiatan tutorial. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh tutor saat kegiatan tutorial adalah pemertahanan bahasa. Pemertahanan bahasa oleh tutor akan membuat pembelajar terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. Pada artikel ini dipaparkan mengenai (1) landasan teori pemertahanan bahasa sebagai strategi komunikasi pada kegiatan tutorial pembelajar BIPA kelas pemula, (2) pemertahanan bahasa sebagai sarana untuk menolak komunikasi dengan bahasa Inggris pada saat kegiatan tutorial, dan (3) pelaksanaan pemertahanan bahasa sebagai strategi komunikasi pada kegiatan tutorial dengan pembelajar BIPA kelas pemula.
REPRESENTASI BAHASA HUMOR DALAM ACARA STAND UP COMEDY DI METRO TV Mohammad Bayu Firmansyah; Tristan Rokhmawan
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.681 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.466

Abstract

Penelitian ini mengaji tentang representasi bahasa humor Raditya Dhika dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV dari perspektif tindak tutur lokusi, ilokusi perlokusi yang menimbulkan kejenakaan. Sumber data pada penelitian ini adalah keseluruhan bahasa humor Raditya Dhika dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV yang menimbulkan kejenakaan. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi tidak langsung atau biasa disebut dengan teknik analisis. Berdasarkan hasil analisis data yang dihimpun, peneliti menemukan dan menunjukkan bahwa bahasa humor Raditya Dhika dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV merupakan representasi kejenakaan dari perspektif tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini merupakan monolog dari Raditya Dhika dalam acara Stand Up Comedy di Metro TV yaitu berupa kata dan kalimat yang terkait dengan tindak tutur dalam pragmatik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur bahasa humor Raditya Dhika dalam acara Stand Up Comedy di Metro Tv merupakan representasi kejenakaan, yaitu: 1). Tindak tutur lokusi merepresentasikan kejenakaan dengan menggunakan kata dan kalimat-kalimat memutuskan, mendoakan, merestui, dan menuntut tanpa adanya tendensi apapun. 2). Tindak tutur ilokusi merepresentasikan kejenakaan dengan menggunakan kata dan kalimat-kalimat pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan, dengan adanya tendensi dari mitra tuturnya seperti, tepuk tangan, teriakan serta tawa yang timbul. 3) Tindak tutur perlokusi merepresentasikan kejenakaan dengan menggunakan kalimat-kalimat menipu, membesarkan hati, menganjurkan, meyakinkan, menjengkelkan, membingungkan, mengganggu, memengaruhi, memalukan, dan menarik perhatian serta adanya pengaruh yang didapat oleh mitra tuturnya seperti memikirkan apa yang diucapkan oleh Raditya Dhika. 107 106
ANALISIS MAKNA KATA PADA UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI (TINJAUAN PENDEKATAN SEMIOTIKA) Memmy Dwi Jayanti
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.033 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.467

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan analisis makna kata pada ucapan selamat Idul Fitri melalui pendekatan semiotik. Pemilihan bahasa adalah penggunaan layanan SMS atau Short Message Service. SMS adalah salah satu sarana komunikasi sebagai pengganti pernintaan maaf, jika mereka tidak dapat berkunjung pada saat Lebaran. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, wawancara, serta menggunakan media internet sebagai referensi. Dalam beberapa ucapan ditemukan beberapa makna seperti makna Denotatif, Konotatif, dan Afektif. Artinya pemakai bahasa cukup bervariatif dalam ucapan selamat Idul Fitri agar lawan bicara maupun objek yang dibicarakan dapat menimbulkan pengaruh yang baik misalnya, rasa senang, terharu, bahagia setelah menerima dan membaca ucapan lebaran tersebut. Hasil penelitian juga diperoleh bahwa bentuk bahasa yang memiliki makna dalam ucapan lebaran berupa kata. Bahasa dalam ucapan lebaran berbentuk pantun sederhana, humor, dan jauh dari kesan formal atau resmi. 116
PERSPEKTIF GENDER DALAM KUMPULAN CERPEN KARYA DJENAR MAESA AYU Siwi Tri Purnani
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.469

Abstract

Gender merupakan piranti yang lebih dikonstruksikan secara sosial daripada biologis. Seseorang bisa menjadi kurang atau lebih ‘feminim’ dan kurang atau lebih ‘maskulin’. Seorang laki-laki dapat menampilkan karakteristik-karakteristik ‘feminim’, sama halnya perempuan juga bisa menampilkan sifat ‘maskulin’. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan analisis karya sastra dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya Djenar Maesa Ayu dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” karya Djenar Maesa Ayu. Pada kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya penulis wanita Djenar Maesa Ayu terdapat beberapa perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan, atau perbedaan pandangan disisipkan dalam beberapa cuplikan cerita di dalam kumpulan cerpen tersebut. Pada kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” pun kerap memerlihatkan ketidakadilan gender terhadap perempuan. 135 Abstrak: Gender merupakan piranti yang lebih dikonstruksikan secara sosial daripada biologis. Seseorang bisa menjadi kurang atau lebih ‘feminim’ dan kurang atau lebih ‘maskulin’. Seorang laki-laki dapat menampilkan karakteristik-karakteristik ‘feminim’, sama halnya perempuan juga bisa menampilkan sifat ‘maskulin’. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendeskripsikan analisis karya sastra dalam kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya Djenar Maesa Ayu dan bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” karya Djenar Maesa Ayu. Pada kumpulan cerpen “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” karya penulis wanita Djenar Maesa Ayu terdapat beberapa perbedaan karakter antara laki-laki dan perempuan, atau perbedaan pandangan disisipkan dalam beberapa cuplikan cerita di dalam kumpulan cerpen tersebut. Pada kumpulan cerpen “Mereka Bilang, Saya Monyet!” pun kerap memerlihatkan ketidakadilan gender terhadap perempuan. Kata Kunci: gender, feminim, maskulin. Abstract: Gender is a device that is more socially constructed rather than biological. Someone could be less or more 'feminine' and less or more 'masculine'. A man can display the characteristics of 'feminine', as well as women can also display the properties of 'masculine'. The purpose of this analysis is to describe the analysis of literary works in the collection of short stories "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu and other forms of gender inequality in the collection of short stories "Mereka Bilang Saya Monyet!” by Djenar Maesa Ayu. In the short story collection "Jangan Main-Main dengan Kelaminmu" by Djenar Maesa Ayu there are several character differences between men and women, or differences in views pasted in several excerpts of stories in the collection of short stories. In a collection of short stories “Mereka Bilang Saya Monyet” too often showing gender inequality against women from its immediate environment.133
PENDAYAGUNAAN GAYA BAHASA DALAM WACANA KAMPANYE Subahnan Subahnan
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.474 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.471

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan muatan-muatan pada pendayagunaan gaya bahasa dalam wacana kampanye. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian analisis wacana kritis yang menganalisis wacana dengan tiga dimensi secara simultan, yaitu (1) deskripsi teks-teks kampanye, (2) interpretasi praktik wacana, dan (3) eksplanasi praktik sosiokultural. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa pendayagunaan gaya bahasa dalam wacana kampanye mengandung muatan politis: mengonkretkan yang abstrak, mengaburkan maksud, menguatkan pesan ideologi, menginformasikan atau menjelaskan sesuatu, meyakinkan massa pemilih, memengaruhi massa pemilih, menonjolkan diri, menonjolkan pelaku, mencitrakan diri capres-cawapres, menunjukkan solidaritas, menghormati pihak lain, mengontraskan dua konsep, membantah kampanye hitam, mengelak atau menghindari kritik, mengancam lawan, mengkritik kebijakan pemerintah, menyindir bangsa sendiri, mengajak atau memerintahkan rakyat atau massa pemilih untuk mendukung visi, misi, atau program, dan mengarahkan pemilih untuk memilih capres-cawapres tertentu.
NILAI ESTETIK NILAI ESTETIKA DAN PENDIDIKAN NASKAH SINGIR MITERA SEJATI DAN NGUDI SUSILA KARYA KIAI BISRI MUSTHOFA: NILAI ESTETIKA DAN PENDIDIKAN NASKAH SINGIR MITERA SEJATI DAN NGUDI SUSILA KARYA KIAI BISRI MUSTHOFA Moh. Ahsan Sohifur Rizal
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.326 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.679

Abstract

Singir dan ngudi susila adalah etos kerja sastra yang berbentuk nadhom dengan puitis mengikuti aturan arudl ilmu. Selain itu ada nilai estetika dan pendidikan. Singir dapat berfungsi sebagai media sumber daya pendidikan dan pembelajaran. Karena singir toko adhiluhung nilai which dapat dimanfaatkan AS TEPAT. Terutama dalam studi sastra di sekolah sekolah atau asrama. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan nilai estetika dan pendidikan. Secara substansial, penelitian ini menjelaskan hal-hal tentang tiga item, yaitu (1) nilai estetika yang meliputi, (a) estetika bentuk, dan (b) isi estetika. (2) nilai pendidikan moral yang meliputi (a) nilai pendidikan moral yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhan, (b) hubungan manusia dengan manusia, (c) manusia manusia dengan theirself dan (d) manusia dengan lingkungan atau alam.
KEHUMANISAN KEHUMANISAN RATNA INDRASWARI IBRAHIM DALAM DUNIA SASTRA: KEHUMANISAN RATNA INDRASWARI IBRAHIM DALAM DUNIA SASTRA Susilo Mansurudin
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 1 No 1 (2017): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.005 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v1i1.680

Abstract

Ratna Indraswari Ibrahim (RII) merupakan seorang sastrawan besar dengan segala kelebihan dan keterbatasanya. Keunikan RII sebagai sastrawan adalah mampu mencipta karya sastra hampir 500 karya sastra baik berupa novel, novelete, dan cerpen meski kondisi fisiknya terbatas. Rerata karya sastra RII adalah mengungkap kehumanisan. Sikap humanis RII tidak hanya ditunjukkan pada sesama manusia, namun juga peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup.RII menjalankan sebagai manusia transenden untuk menjaga kelestarian hidup melalui karya sastranya meski dirinya seorang difabel. Kedifabelannya tidak mengurangi dirinya untuk selalu berbuat humanis, berjuang, dan melawan segala bentuk ketidakadilan.
SASTRA LISAN MANTRA UJUB-UJUB: MAKNADAN FUNGSINYA DALAM MASYARAKAT DESA KARANGREJO KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR Rifqi Muhammad Zidni Arsyada
Wacana : Jurnal Bahasa, Seni, dan Pengajaran Vol 2 No 2 (2018): JURNAL WACANA
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.356 KB) | DOI: 10.29407/jbsp.v2i2.12133

Abstract

Penelitian ini mendeskripsikan tentang makna dan fungsi yang terdapat dalam mantra ujub-ujub. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis kualitatif dengan pendekatan semiotika- fungsional. Sumber data penelitian ini ialah dua informan yang berasal dari Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Prosedur pengumpulan data adalah wawancara, perekamanan audio, dan pencatatan. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan dan wawancara terhadap informan yang memperlihatkan makna dan fungsi dari mantra. Teori yang digunakan adalah teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantra ini memiliki makna denotasi dan konotasi. Fungsi dari mantra tersebut menunjukkan adanya fungsi sosial, religi, dan budaya.

Page 1 of 10 | Total Record : 97