cover
Contact Name
Zulkipli Lessy
Contact Email
jkiipasca@gmail.com
Phone
+6288227810471
Journal Mail Official
jkiipasca@gmail.com
Editorial Address
Published by Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta Website: http://ejournal.uin-suka.ac.id/pasca/jkii Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner
ISSN : 25794930     EISSN : 27758281     DOI : https://doi.org/10.14421/jkii.v6i2.1195
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner welcomes original research for manuscripts with various theoretical perspectives and methodological approaches. It invites researchers and scholars of all backgrounds related to Islamic studies to contribute their research covering all aspects of Islam and the Islamic world in the areas of philosophy, history, religion, political science, international relations, psychology, sociology, anthropology, economics, environmental and development issues etc. related to scientific research. Jurnal Kajian Islam Interdisipliner offers an open platform for exchanging knowledge and ideas (with various perspectives) to facilitate methodological reform in Islamic studies and promote critical academic methodologies that respond to the current issues in Islam and the Islamic world.
Articles 77 Documents
Rekonstruksi Dakwah Di Media Online: Kontekstualisasi Makna Hikmah dalam Q.S. Al-Nahl: 125 Aplikasi Pendekatan Ma’na-Cum-Maghza Ma’na-Cum-Maghza M Bintang Fadhlurrahman; Munawir Munawir; Muhammad Mundzir; Rida Sopiah Wardah
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i1.1288

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk merekonstruksi dakwah di media online dengan menganalisis makna hikmah dalam Q.S. Al-Nahl: 125. Redaksi yang tertera dalam surah tersebut menyerukan kepada seluruh muslim agar mensyiarkan syariat Islam dengan hikmah. Namun di era kontemporer ini, jalan mensyiarkan Islam beraneka ragam, salah satunya melalui media online. Berdasarkan asumsi tersebut, perlu adanya kajian untuk membahas mengenai kontekstualisasi makna hikmah. Penulis dalam hal ini menggunakan pendekatan Ma'na-Cum-Maghza sebagai pisau analisisnya. Kesimpulan yang didapat menunjukkan: pertama makna kontekstual kata “hikmah” dijadikan sebagai landasan dalam berdakwah di media online, bahwa hikmah tidak hanya dipahami sebagai ibrah atau kesimpulan, namun hikmah memiliki makna kebaikan secara umum. Kedua makna signifikansi historis dan dinamis dari Q.S. Al-Nahl: 125 adalah menumbuhkan semangat mensyiarkan Islam. Ketiga, dalam berdakwah tidak memandang gender. Keempat, menampakkan identitas dalam berdakwah adalah nilai fundamental dalam kisah peperangan Nabi. Kelima, diam adalah salah satu upaya berdakwah untuk menjaga kemaslahatan. [This article aims to reconstruct da'wah in online media by analyzing the meaning of wisdom in Q.S. Al-Nahl: 125. The editor listed in the surah calls on all Muslims to spread Islamic law with wisdom. However, in this contemporary era, there are various ways to broadcast Islam, one of which is through online media. Based on these assumptions, a study is needed to discuss the contextualization of the meaning of wisdom. The author in this case uses the Ma'na-Cum-Maghza approach as an analytical knife. The results of this study are, firstly, able to provide contextual meaning regarding the word wisdom as a basis for preaching in online media, that wisdom is not only understood as ibrah or conclusions, but wisdom has the meaning of goodness in general. Both the historical and dynamic significance of Q.S. Al-Nahl: 125 is to cultivate the spirit of spreading Islam. Third, in preaching does not look at gender. Fourth, showing identity in preaching is a fundamental value in the story of the Prophet's war. Fifth, silence is one of the efforts to preach to maintain the benefit.]
Altruism At One-Day-One-Thousand Alms Community In Bengkulu City Ammarsan Fahchory MS
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i1.1290

Abstract

This study aims to analyze altruism at One-day-one-thousand Alms Community (Komunitas Sedekah Seribu Sehari) in Bengkulu City. This study is a qualitative research with phenomenology approach. The purposive sampling was used for the selection of key informants. Data collection techniques were carried out through: interviews, observation and documentation. The research findings indicate that there are two types of altruistic behavior at this community, namely internal and situational altruism. Internal altruism was clearly seen in which people did not expect anything except for positive emotion. They only did hope for blessing of Allah (God) and show a high empathy. Situational altruism indicated that people needed a support from beloved family like husband and father, attractiveness, having a leisure, modelling. Besides, this community exhibited altruistic behavior that they prioritized their closest family first and they helped others, then. [Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perilaku altruisme pada Komunitas Sedekah Seribu Sehari di Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-fenomenologi. Informan dipilih dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pada komunitas Sedekah Seribu Sehari ditemukan beberapa perilaku altruisme diantaranya adalah altruism internal dan altruism situasional. Altruism internal ditandai dengan membantu dengan tidak mengharapkan apapun kecuali emosi yang positif, hanya mengharap ridho Allah SWT, dan memiliki empati yang tinggi. Altruism Situasional ditandai dengan perlunya dukungan dari orang-orang tersayang seperti suami dan ayah, daya Tarik, memiliki waktu luang, dan modelling. Selain itu, komunitas sedekah seribu sehari mempunyai bentuk altruism kerabat di mana lebih mendahulukan membantu keluarga terdekat kemudian membantu orang lain.]
Reinterpretasi Makanan Halal dan Toyyib: Studi Kasus Masyarakat Muslim Pra Sejahtera di Kebumen Eka Safitri; Ihsan Sa'dudin
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i1.1310

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan menganalisis tentang interpretasi baru tentang makanan halal dan toyyib perspektif Keluarga Pra Sejahtera (KPS). Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran konsep baru tentang makanan halal dan toyyib sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Lokasi penelitian di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Indonesia, di mana Kabupaten Kebumen merupakan salah satu Kabupaten yang termasuk dalam kategori miskin di wilayah Jawa Tengah Indonesia. Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana tingkat pemahaman tentang makanan halal dan toyyib KPM PKH Kecamatan Ayah dan bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh KPM PKH Kecamatan Ayah dalam proses pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Data didapatkan diperoleh dari lapangan dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi serta dianalisis dengan content analysis method. Adapun hasil penelitian ini menyatakan bahwa interpretasi baru pemaknaan halal dan toyyib yaitu makanan selain hewan-hewan yang disebutkan dalam al-Quran seperti anjing, babi, hewan bertaring, hidup di dua alam. Makanan halal dipandang hal biasa bagi keluarga pra sejahtera, karena mereka jarang dihadapkan pada hal-hal pokok yang menyatakan keharaman suatu makanan. Semua yang dimakan mereka anggap toyyib selama diperoleh bukan dari mencuri, merampok, merampas dan tindak kejahatan lain. Dalam pengertian lain bahwasanya halal dan tayyib sebuah makanan bukan karena adanya label halal atau tidaknya, tetapi terletak pada esensi hukumnya yaitu halal li dzati dan halal li sababi. [This research work aims to explore and analyze new interpretations of halal food and toyyib from the perspective of the Pre-Prosperous Family (KPS). Through this research, it is hoped that it can provide an overview of new concepts about halal and toyyib food as the development of science. The research location is in Kebumen Regency Central Java Indonesia, where Kebumen Regency is one of the regencies that are included in the poor category in the Central Java region, Indonesia. The formulation of the problem raised is how the level of understanding about halal food and toys is KPM PKH Ayah Subdistrict and how are the considerations made by KPM PKH Ayah Subdistrict in the process of fulfilling daily food needs. The research method used is descriptive qualitative. The data obtained were obtained from the field by interview, observation and documentation methods and were analyzed using the content analysis method. The results of this study state that the new interpretation of the meaning of halal and toyyib is food other than the animals mentioned in the Koran such as dogs, pigs, fanged animals, live in two realms. Halal food is seen as commonplace for underprivileged families, because they are rarely faced with the main things that declare the prohibition of a food. Everything they eat is considered toyyib as long as it is obtained not from stealing, robbing, looting and other crimes. In another sense that halal and tayyib a food is not because of the halal label or not, but lies in the essence of the law, namely halal li dzati and halal li ghairihi.]
Konstruk Budaya Populer Korea Terhadap Aktivitas Sosial Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Sri Hati Putri
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i1.1311

Abstract

Penelitian ini berbicara tentang Konstruk Budaya Populer Korea Terhadap Aktivitas Sosial Mahasiswa Studi Kasus Terhadap Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana konstruk Budaya Populer Korea dalam mempengaruhi aktivitas sosial mahasiswa dan untuk mengetahui dampak apa saja yang mempengaruhi perubahan sosial mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau qualitative research. Hasil eksplorasi dari Konstruksi Drama Korea harus terlihat dari interaksi yang dimulai dari proses Eksternalisasi, Objektifikasi dan Internalisasi. Ini harus dilihat dari tiga sudut pandang, khususnya bagian dari kepribadian pemeran, topik cerita, dan gaya berpakaian para pemain. Budaya populer Korea dilihat dari kalangan mahasiswi pada umumnya akan meniru gaya, karakter, dan kisah Drama Korea tersebut. Pertunjukan Korea memberikan efek positif, misalnya, meningkatnya informasi tentang keahlian, budaya Korea, dialek Inggris serta Korea dan lebih jauh lagi untuk menabung lebih banyak. Selain itu, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga juga dapat membuka diri ke dunia luar dan mendapatkan banyak teman baru. Akibat buruknya adalah pandangan mahasiswi tentang gaya hidup mereka sendiri telah berubah, malah mereka umumnya akan memuji budaya Korea, berubah untuk semua maksud dan tujuan, mimpi terlalu tinggi dan lupa waktu. [This study talks about the Korean Popular Culture Constructs on Student Social Activities Case Study Against Students of UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. The purpose of this study is to find out how the construct of Korean Popular Culture affects student social activities and to find out what impacts affect student social change. This research uses qualitative or qualitative research methods. The results of the exploration of Korean Drama Construction must be seen from the interaction that starts from the process of Externalization, Objectification and Internalization. This has to be seen from three points of view, particularly in terms of the personality of the cast, the topic of the story, and the style of dress of the players. Korean popular culture seen from female students in general will imitate the style, character, and story of the Korean Drama. Korean shows have a positive effect, for example, information about skills, culture in Korea as well as Korea and furthermore to save more. In addition, UIN Sunan Kalijaga students can also open themselves to the outside world and make many new friends. The bad result is that female students' views on their own lifestyle have changed, instead they will generally praise Korean culture, change for all goals and objectives, dream too high and lose track of time.]
Kampanye Poligami Coach Hafidin dalam Perspektif Feminisme Qorir Yunia Sari Qorir Yunia Sari
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i2.1316

Abstract

Poligami menjadi salah satu bentuk perkawinan dalam Islam yang masih diperdebatkan. Terdapat coach Hafidin yang berpendapat bahwa poligami merupakan syari’at Islam yang harus dilakukan. Coach Hafidin ini melakukan kampanye poligami melalui media-media digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut tentang kampanye poligami coach Hafidin melalui Hermeneutika Amina Wadud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori hermeneutika feminis Amina Wadud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) coach Hafidin melakukan kampanye poligami melalui media-media digital dan seminar poligami berbayar 2) coach Hafidin menggunakan Qs. An-Nisa’:129 dan Qs. Al-Baqarah: 208 sebagai dasar pemikiran kampanye poligami, 3) pengkajian pemikiran poligami coach Hafidin melalui hermeneutika feminis Amina Wadud menunjukkan bahwa penafsiran ayat hanya sepotong melalui pandangan patriarki, kampanye poligami ini mengarah pada dominasi budaya patriarki dan kapitalisme. [Poligamy is a form of marriage Islam which is still being debated. There is coach Hafidin who believes that polygamy is an Islamic law that must be practiced. Coach Hafidin is conducting a polygamy campaign through digital media. This study aims to study further about coach Hafidin’s polygamy campaign through Amina Wadud’s Hermeneutics. This research uses descriptive qualitative method and feminist hermeneutic theory Amina Wadud. The results of this study indicate that 1) coach Hafidin conducts polygamy campaigns through digital media and paid polygamy seminars, 2) coach Hafidin uses Qs. An-Nisa’: 129 and Qs. Al-Baqarah: 208 as the rationale for the polygamy campaign, 3) the study of coach Hafidin’s polygamy thoughts through feminist hermeneutics Amina Wadud shows that the interpretation of the verse is only a piece through a patriarchal view, this polygamy campaign leads to the dominance of patriarchal culture and capitalism.]  
Inovasi Industri Daging Buatan dalam Perspektif Fiqh Syafi’i Tarmiji Umar Sainaddin Hasibuan; Azis Muslim
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 1 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i1.1323

Abstract

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manfaat daging buatan di dunia industri khususnya makanan dan bagaimana Islam menjawab serta menanggapi munculnya daging buatan sebagai penemuan yang menjadi alternatif baru dari para ilmuan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan dari berbagai buku, jurnal, berita, web dan media sosial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daging buatan memiliki manfaat bagi manusia terutama dalam dunia industri untuk memenuhi pasokan daging konvensional dan Islam menyatakan daging buatan halal jika bersumber dari hewan yang dilakukan proses penyembelihan serta hewan yang dianjurkan oleh Al-Qur’an seperti ikan dan belalang, kemudian Islam juga menghalalkan daging buatan yang berbahan vegan (nabati) seperti kacang-kacangan dan jamur. [This study talks about the Islamic view on the innovation of the artificial meat industry. The purpose of this study is to find out how the benefits of artificial meat in the industrial world, especially food and how Islam answers and responds to the emergence of artificial meat as a discovery that is a new alternative from scientists. This research uses descriptive qualitative method. Data is collected from various books, journals, news, web and social media. The conclusion of this study is that artificial meat has benefits for humans, especially in the industrial world to meet the supply of conventional meat and Islam states that artificial meat is halal if it comes from animals that are carried out by the slaughter process and animals recommended by the Qur'an such as fish and grasshoppers, then Islam also allows artificial meat made from vegan (pland- based) such as beans and mushrooms.]  
Etika Terhadap Penyandang Disabilitas Perspektif Tafsir Maqashidi Wahyuni Wahyuni; Mukhammad Hubbab Nauval; Nanda Saputra; Panji Isa Bangsawan
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i2.1329

Abstract

Penyandang disabilitas masih seringkali mendapatkan perlakuan yang diskriminatif. Tidak sedikit dari mereka juga mengalami hambatan dalam mengakses layanan publik seperti akses pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Kaitannya dengan hal ini, kekurangberpihakan terhadap penyandang disabilitas juga perlu menjadi perhatian agama. Ketidakmampuan untuk menjangkau pesan fundamental dari al-Qur’an kaitannya dengan isu etika ini membuat sebagian orang cenderung bersikap apatis terhadap penyandang disabilitas. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap maqashid di balik ayat-ayat yang berkaitan dengan etika terhadap penyandang disabilitas. Menggunakan pendekatan tafsir maqashidi penulis menemukan bahwa al-Qur’an sebenarnya telah berusaha menghilangkan sekat-sekat sosial yang muncul akibat fenomena ini. Beberapa maqashid dan nilai fundamental al-Qur’an yang penulis dapat refleksikan dan temukan dalam penelitian ini diantaranya adalah aspek hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-‘aql, nilai kemanusiaan, kesetaraan, keadilan dan tanggung jawab. Dari penafsiran ayat-ayat berkaitan dengan disabilitas serta dengan mempertimbangkan maqashid-maqashid yang telah ditemukan, penulis menyimpulkan ada tiga aspek etis yang perlu diperhatikan, yakni pengakuan dan penerimaan terhadap eksistensi penyandang disabilitas, komitmen inklusif disabilitas dan penyediaan layanan aksesiblitas bagi penyandang disabilitas. [Persons with disabilities still often receive discriminatory treatment. Not a few of them also experience obstacles in accessing public services such as access to education, health and employment. In relation to this, the lack of partiality towards persons with disabilities also needs to be a concern of religion. The inability to reach the fundamental messages of the Koran in relation to ethical issues makes some people tend to be apathetic towards persons with disabilities. This article aims to reveal the maqashid behind the verses related to ethics towards persons with disabilities. Using the maqashidi interpretation approach, the author finds that the Qur'an has actually tried to remove the social barriers that arise as a result of this phenomenon. Some of the maqashid and fundamental values of the Qur'an that the author can reflect on and find in this research include aspects of hifdz ad-din, hifdz an-nafs, hifdz, al-'aql, human values, equality, justice and responsibility. From the interpretation of verses related to disability and by considering the maqashid that have been found, the authors conclude that there are three ethical aspects that need attention, namely recognition and acceptance of the existence of persons with disabilities, commitment to disability inclusion and provision of accessibility services for persons with disabilities.]
Kenduri Sko : Women As Leadership Heritages In The Tradition Of The Pengasi Lama Village Bukit Kerman District, Kerinci Regency Martias Putra
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i2.1315

Abstract

Kenduri Sko can make women take the highest throne to become heirs to the traditional leadership of Pengasi Lama Village, This research uses a qualitative approach, with data collection techniques in the form of writing, or field observations. and various other data that are transformed or made in text form. The results showed that in the custom of Pengasi Lama Village, women who have been given the trust by the customary institution, women are very firm in maintaining the heirlooms that have been given, so this tradition is still preserved and sustainable until now. Historically, women can hold the highest throne in holding heirlooms, this is the result of the agreement of the previous ancestors. So that based on the analysis of local wisdom, the tradition of the transition of customary leadership in Pengasi Lama Village can be said to be a form of tradition from culture, which was left by the ancestors. [Fokus permasalahan dalam artikel ini adalah bagaimana ritual adat dalam Kenduri Sko yang dapat menjadikan perempuan mengambil tahta tertinggi menjadi pewaris kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa tulisan, atau pengamatan lapangan. dan berbagai data lainnya yang ditransformasikan atau dibuat dalam bentuk teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam adat Desa Pengasi Lama, perempuan yang telah diberi kepercayaan oleh lembaga adat maka perempuan sangat tegas menjaga dan merawat pusaka yang telah diberikan, Maka tradisi ini tetap dilestarikan dan berkelanjutan hingga sekarang. Secara historis perempuan dapat memegang tahta tertinggi dalam memegang benda pusaka hal ini hasil dari kesepakatan para leluhur. Berdasarkan analisis kearifan lokal tradisi peralihan kepemimpinan adat Desa Pengasi Lama dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi dari kebudayaan, yang ditinggalkan oleh para leluhur.]
Perempuan dan Radikalisme di Media Siber: Strategi Pendidikan Kontra-Radikalisme Terhadap Perempuan dalam Media Harakatuna.com Muallifah; Haris Fatwa Dinal Maula
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i2.1330

Abstract

Keterlibatan perempuan dalam radikalisme-terorisme mengalami peningkatan cukup signifikan dalam satu dekade terakhir. Era media baru menjadi satu fase tersendiri bagi peningkatan ini. Media online menjadi gudang informasi baru bagi para perempuan untuk mencari asupan kajian keagamaan yang tanpa disadari bisa memuat pemahaman radikal dan gerakan ekstremis. Hal ini diakibatkan oleh supply konten bermuatan radikal yang cukup masif ditemukan di media online. Oleh karena itu, kehadiran narasi kontra-radikalisme di ruang digital sebagai ruang edukasi online kepada perempuan menjadi sangat urgent. Tulisan ini menganalisis bagaimana strategi media online Harakatuna.com dalam mengedukasi publik melalui konten-kontennya terkait perempuan dan radikalisme. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan tiga strategi framing milik Robert D. Benford, yaitu diagnosis, prognosis, dan motivasional sebagai teknis analisis data. Harakatuna.com mendiagnosis narasi perempuan dan radikalisme sebagai sumber instabilitas bangsa dan pelanggengan budaya patriarki yang rawan terhadap diskriminasi perempuan. Harakatuna.com, dalam analisis prognosisnya, mengembangkan narasi seperti keharusan menjaga keutuhan NKRI dan dorongan perempuan untuk berpartisipasi aktif menangkal radikalisme. Dalam strategi motivasionalnya, Harakatuna.com menegaskan urgensi partisipasi aktif perempuan seperti judul “Perempuan Berperan Strategis Bentengi Warga dari Radikalisme”. Artikel-artikel yang ditampilkan melalui ketiga analisis framing tersebut merupakan strategi pendidikan Harakatuna.com terhadap para audiens khususnya perempuan tentang bahaya radikalisme-terorisme. Tidak hanya itu, penguatan terhadap identitas kebangsaan dan Islam moderat untuk perempuan ditegaskan oleh Harakatuna.com melalui produksi kontennya. Dengan demikian, berdasarkan konten yang diproduksi oleh Harakatuna.com menjadi ruang edukasi perempuan secara digital agar mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi ancaman radikalisme-terorisme. [The involvement of women in radicalism-terrorism has increased quite significantly in the last decade. Online media has become a new repository of information for women to seek intake of religious studies which unknowingly have the potential to contain radical understanding. Accordingly, the presence of counter-radicalism narratives in the digital space as a space for online education for women is important. This paper analyzes Harakatuna.com’s online media strategy in educating the public through its content related to women and radicalism. This research is qualitative with three framing strategies belonging to Robert D. Benford, namely diagnosis, prognosis, and motivation as data analysis techniques. Harakatuna.com diagnoses the narrative of women and radicalism as a source of national instability and perpetuation of patriarchy. Through prognosis analysis, Harakatuna.com develops a narrative of the necessity of protecting the integrity of Indonesia and encouraging women to participate in counteracting radicalism. In a motivational strategy, Harakatuna.com emphasizes the urgency of women’s active participation through the headlines. The articles presented through the three framing analyzes are Harakatuna.com’s educational strategy for readers, especially women, about the dangers of radicalism-terrorism.]  
Tradisi Penulisan Dan Pengajaran Kitab Pesantren: Proses Membangun Otoritas Dalam Kitab Kuning Puput Lestari
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 7 No. 2 (2022)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v7i2.1331

Abstract

Penelitian ini membahas tentang bagaimana tradisi penulisan dan pengajaran kitab kuning di lingkungan pesantren Indonesia secara umum. Ada beberapa rumusan masalah di antaranya, bagaimana otoritas dalam kitab kuning itu dibangun dan bagaimana karakteristik dari kitab pesantren tersebut. penelitian ini berfokus pada studi pustaka. Hasilnya, ada beberapa karakteristik yang penulis temukan antara lain, dilihat dari sudut pandang penggunaan bahasa Arab yakni sebagai bahasa penulisan kitab dan format penulisan kitab kuning berbentuk syarah, matan, hasyiyah, dan nukilan. Selain itu, para ulama pesantren mencoba membangun otoritas melalui penulisan kitab kuning. Otoritas tersebut tampak dengan masifnya penggunaan pedagogik dan literatur berbahasa Arab, serta kurikulum pengajarannya. Selain merujuk pada kitab-kitab yang berbahasa Arab, kitab kuning mengandung makna simbolis untuk membedakan Muslim tradisionalis dari Muslim reformis yang wawasan keislamannya berdasarkan pada pembacaan buku-buku keislaman dengan tulisan latin dan dalam bahasa Indonesia (buku putih). [This study discusses how the tradition of writing and teaching the yellow book in Indonesian Islamic boarding schools in general. There are several formulations of the problem, including how the authority in the yellow book is built and what are the characteristics of the pesantren book. This research focuses on literature study. As a result, there are several characteristics that the writer found, among others, seen from the point of view of the use of Arabic, namely as the language of writing books and the format for writing the yellow book in the form of syarah, matan, hasyiyah, and excerpts. In addition, Islamic boarding school scholars try to build authority through writing the yellow book. This authority is seen in the massive use of Arabic pedagogic and literature, as well as the teaching curriculum. In addition to referring to books in Arabic, the yellow book contains a symbolic meaning to distinguis traditionalist Muslims from reformist Muslims whose Islamic insights are based on reading Islamic books written in Latin and in Indonesian (white books).]