cover
Contact Name
Novi Kurniati
Contact Email
drg.novi@dsn.moestopo.ac.id
Phone
+628118711640
Journal Mail Official
mderj@jrl.moestopo.ac.id
Editorial Address
Redaksi M-Dental Education and Research Journal Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jalan Bintaro Permai Raya No 3, Bintaro, Jakarta Selatan
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
M-Dental Education and Research Journal
ISSN : 27760839     EISSN : 27760820     DOI : -
M-Dental Education and Research Journal published by the Faculty of Dentistry, Prof. University. Dr Moestopo (Beragama) in Jakarta. This journal features articles that publish research articles from researchers and students in all fields of science and basic development of dental and oral health through an interdisciplinary and multidisciplinary approach. The purpose of publishing this journal is so that researchers and students can become reliable in writing scientific articles, and readers can gain insight into the latest developments in science and technology in the field of dentistry. The manuscripts presented Conservative Dentistry, Periodontics, Orthodontics, Prosthodontics, Pedodontics, Oral Medicine, Oral Surgery, Dental Public Health, and supporting fields in dentistry such as Oral and Maxillofacial Radiology, Oral Biology, Dental Material Science and Technology. This journal is published regularly four times a year (in January, April, July and October). The submission process opens throughout the year. All submitted manuscripts will be screened with a double-blind peer review process from two reviewers and editorial decision before the manuscript was accepted to be published.
Articles 27 Documents
DENTAL HEALTH STATUS AND ORAL PIGMENTATION OF EAST BELITUNG REGENCY RESIDENTS (STUDY ON COMMUNITY SERVICE PROGRAM “MERAJUT NUSANTARA 2018) Manuel Dwiyanto; Mirna Febriani; Irma Binarti; Irina Purwaningrum
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 3 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.173 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: prevalensi karies di Indonesia sebesar 57,6% dan 45,9% khususnya di Provinsi Bangka Belitung menurut Riskesdas 2018. Provinsi Bangka Belitung terkenal dengan sumber daya alam berupa timbal. Penambangan timbal mempengaruhi lingkungan termasuk air. Sebagian besar penduduk di Bangka Belitung sering mengkonsumsi air tanah. Tujuan: mengumpulkan status kesehatan gigi dan pigmentasi rongga mulut warga, data level logam dan keasaman air minum 3 desa di Kabupaten Belitung Timur pada saat diselenggarakan Kuliah Kerja Nyata 2018. Metode: deskriptif dengan pendekatan potong lintang dengan memeriksa DMFT, pigmentasi rongga mulut, kadar Pb, Fe, F, Cd dan pH air minum. Hasil: 98 penduduk memiliki usia rata-rata 18.949+13.626 tahun. Rerata kadar Pb dan Cd air minum di 3 desa lebih tinggi dari batas maksimum, sedangkan kadar Fe dan F lebih rendah dari batas maksimum, pH lebih rendah dari 7, nilai rata-rata DMFT adalah 5,59+4,20, 8 penduduk memiliki pigmentasi fisiologis. Berdasarkan Analisis korelasi non parametrik Spearman antara konsentrasi Pb, Fe, F, Cd dan pH air minum dengan skor DMFT sangat buruk. Kesimpulan: kesehatan gigi penduduk kabupaten Belitung Timur sangat rendah, frekuensi pigmentasi oral rendah. Terjadinya karies gigi dan pigmentasi oral tidak dipengaruhi oleh kandungan logam pada air minum. Kata kunci: DMFT, pigmentasi, Timbal, Besi, Fluorida, Kadmium, pH air.   ABSTRACTBackground: the prevalence of caries in Indonesia is 57.6% and 45.9% in Bangka Belitung Province according to the Riskesdas 2018. Bangka Belitung Province is known for its natural resources in the form of lead. Lead mining affects the environment including water.  Most of the population in Bangka Belitung consume groundwater. Purpose: to collect dental health status, oral pigmentation of residents, score of metal, acidity of drinking water of 3 villages East Belitung District at Kuliah Kerja Nyata 2018. Method: descriptive cross-sectional conducted by examine DMFT, macula, concentration level of Pb, Fe, F, Cd and pH of drinking water. Results: the average age of 98 residents was 18,949+13,626 years. The mean level of Pb and Cd in drinking water were higher, while Fe and F were lower than the maximum limit, pH 7, the mean score of DMFT was 5.59+4.20, 8 residents had physiological pigmentation. Analysis of Spearman’s non parametric correlation between concentration of Pb, Fe,F, Cd, pH of drinking water and DMFT score were very poor. Conclusion: the dental health of the residents of East Belitung district is very low, low frequency of oral pigmentation, dental caries and oral pigmentation are not influenced by the metal contents in drinking water. Keywords: DMFT, pigmentation, Lead, Iron, Fluoride, Cadmium, pH of water.
DENTURE STOMATITIS PADA GERIATRI TERKAIT PEMAKAIAN JANGKA PANJANG Dwi Ariani; Nicholas Limanda
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 1 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang:Denture Induced Stomatitis (DIS) merupakan kelainan umum pemakai gigi tiruan terutama pada populasi lanjut usia (lansia), ditandai dengan inflamasi dan eritema pada mukosa mulut yang berkontak dengan permukaan anatomis gigi tiruan. Lesi umumnya terjadi pada daerah palatal, gambaran klinisnya berupa makula atau granular. Salah satu faktor penyebabnya, yakni iritasi kronis yang dapat juga disertai invasi mikroba terutama Candida spp.Laporan kasus: seorang perempuan 76 tahun datang ke RSGM UPDM (B) dengan keluhan langit-langit di bawah gigi tiruan rahang atas terasa tidak nyaman karena panas, kadang disertai rasa gatal, dan sedikit nyeri. Gigi tiruan dibuat di tukang gigi, dan sudah dipakai selama ± 30 tahun. Berdasarkan anamnesa, pasien memakai gigi tiruan lepasan semalaman dan memiliki riwayat sistemik diabetes melitus. Pemeriksaan intraoral tampak inflamasi ringan berupa garis putih difus, edema, licin, berbatas jelas di mukosa palatum durum, jaringan sekitar lesi merah pucat, bentuk lesi mengikuti landasan anatomi gigi tiruan. Hiperemia sebesar ujung jarum (pinpoint) di mukosa palatum dan gingiva labial. Pasien mendapat terapi obat kumur klorheksidin glukonat 0,2%, mengganti pasta gigi dengan kandungan aktif stannous fluoride 0,454%, scaling, dan mengurangi landasan gigi tiruan yang menekan lesi tersebut. Kesimpulan: Terapi DIS diberi berdasarkan keadaan lesi dalam mulut, kebersihan gigi tiruan, kebiasaan oral hygiene dan kondisi sistemik pasien.
POTENSI MINYAK ESENSIAL KAYU MANIS (Cinnamomum zeylanicum) TERHADAP BAKTERI PATOGEN PERIODONTAL Veronica Septnina Primasari; Andhyta Rifda Ramadhani
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 2 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.386 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan kondisi inflamasi pada jaringan pendukung gigi, seperti gingiva atau bahkan struktur jaringan yang lebih dalam. Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi menjadi plak gigi. Menurut beberapa penelitian minyak esensial kayu manis memiliki kandungan cinnamaldehyde dan eugenol yang memiliki efek antibakteri terhadap bakteri patogen periodontal, seperti Porphyromonas gingivalis dan Fusobacterium nucleatum. Tujuan: Untuk melakukan studi pustaka integratif tentang potensi minyak esensial kayu manis (Cinnamomum zeylanicum) terhadap bakteri patogen periodontal. Metode: Menganalisis jurnal dari database Google Scholar, Science Direct, EBSCO, Elsevier dan PubMed. Kesimpulan: Ulasan ini mengungkapkan bahwa minyak esensial kayu manis memiliki efek anti bakteri terhadap bakteri penyebab penyakit periodontal. Cinnamaldehyde dan eugenol yang terkandung dalam minyak esensial kayu manis memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif termasuk bakteri penyebab penyakit periodontal, seperti Porphyromonas gingivalis dan Fusobacterium nucleatum.
PENGGUNAAN Aloe vera (LIDAH BUAYA) SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF STOMATITIS AFTOSA REKUREN TIPE MINOR Solva Yuditha; Vini Meilansari
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 3 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.166 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang sering disebut sebagai sariawan merupakan ulser pada mukosa mulut yang dapat terjadi secara berulang, sakit dan belum diketahui penyebabnya. Berdasarkan World Health Organization (WHO) sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% penduduk dari negara berkembang sudah menggunakan obat yang berbahan alami untuk kebutuhan perawatan kesehatan mereka. Tanaman obat yang telah digunakan di berbagai negara adalah Aloe vera (Lidah Buaya). Pada bidang kedokteran gigi, gel Aloe vera sudah digunakan untuk membantu penyembuhan luka. Gel yang berasal dari daun lidah buaya sangat baik untuk penyembuhan berbagai penyakit salah satunya adalah SAR tipe minor. Terdapat perbedaan konsentrasi Aloe vera atau lidah buaya yang dinilai dapat membantu penyembuhan pada penyakit mulut seperti SAR tipe minor. Tujuan: Untuk menganalisis penggunaan Aloe vera sebagai terapi alternatif SAR tipe minor. Metode: Menganalisis 10 jurnal dari database Europe PMC, Hindawi, MDPI, PubMed, ScienceDirect, Ebsco, dan berbagai website jurnal internasional dengan menggunakan kata kunci: Aloe vera, Recurrent Apthous Stomatitis, Ulcer size, Herbal Medicine. Kesimpulan: Ulasan ini mengungkapkan bahwa Aloe vera dapat dijadikan pilihan yang aman dan efektif dimana tidak memiliki efek samping pada saat penggunaan dan dapat ditoleransi sangat baik oleh rongga mulut pasien dalam penggunaan jangka panjang. Kata kunci: Aloe vera, Stomatitis Aftosa Rekuren, Ukuran ulser, Herbal Medicine ABSTRACTBackground: Recurrent aphthous stomatitis (RAS), often referred to as canker sores, is an ulcer on the oral mucosa that can repeatedly occur, is painful, and has no known cause. According to the World Health Organization (WHO), about 65% of developed countries and 80% of developing countries have used medicines made from natural ingredients for their health care needs. The medicinal plant that has been used in various countries is Aloe vera. In dentistry, Aloe vera gel has been used to help wound recovery healing. Gel derived from aloe vera leaves is helpful for various diseases; one of them is a minor type of RAS. There are differences in aloe vera concentrations, which help cure oral diseases such as minor types of RAS. Objective: To analyze the use of Aloe vera as an alternative therapy for RAS. Method: We analyze ten journal databases; Europe PMC, Hindawi, MDPI, PubMed, ScienceDirect, Ebsco, and various international journals websites using the keywords: aloe vera, recurrent aphthous stomatitis, ulcer size, herbal medicine. Conclusion: This review reveals that aloe vera in the treatment of minor types of RAS has shown a significant effect in reducing the size of the ulcer, a reduction in the sensation of pain, and reduction of burning sensation. Aloe vera can be an option that is safe and effective, which does not have side effects at the time of use, and can be tolerated very well by the patient's oral cavity in long-term use.      Keywords: Aloe vera, Recurrent Apthous Stomatitis, Ulcer size, Herbal Medicine 
PENGUKURAN SALURAN PERNAPASAN PADA PASIEN MALOKLUSI ANGLE KELAS II DAN MALOKLUSI ANGLE KELAS III PRA PERAWATAN ORTODONTIK (ANALISIS AIRWAY MCNAMARA) Belly Jordan; Paulus Maulana Soesilo Soesanto
M-Dental Education and Research Journal Vol 1, No 1 (2021): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.214 KB)

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Bernapas melalui hidung dengan mulut tertutup merupakan tanda berkembangnya saluran pernapasan yang baik dan normal. Bernapas melalui hidung sangatlah vital untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Gangguan pernapasan bisa menyebabkan malformasi kraniofasial, maloklusi, dan deformasi rahang. Penyumbatan saluran pernapasan bagian atas pada anak-anak dapat menyebabkan gangguan tidur dan sleep apnea dan memiliki konsekuensi jangka panjang antara lain adalah kegagalan dalam prestasi akademik, gangguan perilaku seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), terhambatnya perkembangan fisik yang mempengaruhi berat badan, tinggi badan, dan cor pulmonale. Tujuan: Untuk mengevaluasi perbedaan kondisi saluran pernapasan pada pasien dengan maloklusi kelas II dan kelas III Angle. Metode penelitian: Sebanyak 32 pasien yang memenuhi kriteria inklusi antara lain tidak pernah menjalani perawatan ortodontik, bersedia dilakukan radiografi sefalometri lateral, dan memiliki maloklusi kelas II dan kelas III Angle dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Hasil foto radiografi tersebut kemudian dilakukan analisis saluran pernapasan menurut metode McNamara. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada upper pharyngeal airway space pada maloklusi kelas II dan kelas III Angle, tetapi tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada lower pharyngeal airway space. Kesimpulan: berdasarkan hasil dari penelitian, pasien dengan maloklusi kelas II Angle memiliki saluran pernapasan atas yang lebih sempit dibandingkan dengan pasien dengan maloklusi kelas III Angle.
PENGARUH ZAT VASOKONSTRIKTOR DALAM LARUTAN ANESTESI LOKAL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN PENCABUTAN GIGI Komang Krisna Dewi; Lukas Kusparmanto; Debby Kurnia Pravieta Setyanti
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Pencabutan gigi merupakan tindakan mengeluarkan gigi dari soketnya tanpa rasa sakit dan minimal komplikasi. Kontrol nyeri dan rasa sakit pada prosedur pencabutan gigi melibatkan anestesi lokal dengan vasokonstriktor yang berfungsi menyempitnya pembuluh darah dan menurunkan aliran darah ke area yang diinjeksikan, sehingga memberikan efek anestesia dengan onset kerja cepat dan durasi yang lama serta dapat mempertahankan homeostasis. Penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor dapat menyebabkan komplikasi sistemik yang serius, karena akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba setelah anestesi. Dokter gigi sebaiknya lebih selektif dalam memilih dan menentukan dosis larutan anestesi serta berhati-hati dalam penatalaksanaan prosedur anestesi, sehingga komplikasi dalam tindakan pencabutan gigi dapat dihindari. Tujuan: Menjelaskan pengaruh zat vasokonstriktor dalam larutan anestesi lokal terhadap tekanan darah pasien pada tindakan pencabutan gigi. Metode: Literature review dibuat berdasarkan data-data sekunder yang diambil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dari tahun 2012-2022. Penulisan dibuat berdasarkan analisis terintegrasi dari jurnal nasional dan internasional, textbook dan artikel dari website yang diakses melalui database Google Scholar, Science Direct, Cochrane Library, dan PubMed. Kesimpulan: Penggunaan vasokonstriktor dalam anestesi lokal pada pencabutan gigi menyebabkan perubahan tekanan darah yang tidak  signifikan. Peningkatan tekanan darah terjadi 2-3 menit setelah anestesi dilakukan, kemudian setelah 5 menit terjadi penurunan secara perlahan sampai pencabutan selesai dilakukan. Kata Kunci : Tekanan darah, hipertensi, anestesi, vasokonstriktor, pencabutan gigi ABSTRACTBackground: Tooth extraction is an act of removing a tooth from its socket without pain and minimal complications. Control pain and tenderness in tooth extraction procedures involve local anesthetics with vasoconstrictors which function to constrict blood vessels and reduce blood flow to the injected area, thus providing an anesthetic effect with rapid onset of action and long duration and can maintain homeostasis. The use of local anesthetics with vasoconstrictors can cause serious systemic complications, because they will cause a sudden increase in blood pressure after anesthesia. Dentists should be more selective in choosing and determining the dose of anesthetic solution and be careful in the management of anesthetic procedures, so that complications in tooth extraction can be avoided. Objective: Describe the effect of vasoconstrictor substances in local anesthetic solutions on patient blood pressure during tooth extraction. Methods: Literature review is made based on secondary data taken from studies that have been carried out from 2012-2022.This writing is based on an integrated analysis of national and international journals, textbooks and articles from websites that are accessed through the Google Scholar database, Science Direct, Cochrane Library, and PubMed. Conclusion: The use of vasoconstrictors in local anesthetics in tooth extraction caused insignificant changes in blood pressure. An increase in blood pressure occurs 2-3 minutes after anesthesia is administered, then after 5 minutes there is a gradual decrease until the extraction is complete. Keywords: Blood pressure, hypertension, anesthesia, vasoconstrictor, tooth extraction
PERBEDAAN PENGGUNAAN SILER BERBAHAN DASAR RESIN DAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE TERHADAP KERAPATAN OBTURASI SALURAN AKAR Rina Permatasari; Meithasya Radya Putri Kamal
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Obturasi saluran akar bertujuan untuk menutup sistem saluran akar secara tiga dimensi pada saluran akar yang telah dibersihkan, dibentuk, dan didesinfeksi sepenuhnya. sealer saluran akar merupakan bahan yang digunakan untuk mengisi celah kecil pada saluran akar saat obturasi dan meningkatkan kerapatan antara material inti dan dinding saluran akar. Kerapatan obturasi saluran akar terkait langsung dengan penggunaan berbagai macam jenis sealer. Tujuan: Menjelaskan penggunaan sealer berbahan dasar resin dan MTA terhadap kerapatan obturasi saluran akar. Metode: Bersumber dari jurnal, textbooks dan website yang diakses melalui database Google Scholar dan PubMed. Pencarian literatur diseleksi oleh kriteria inklusi berupa tahun terbit 2010 – 2021, menggunakan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, tersedia artikel lengkap, dan sesuai dengan topik yang dibahas. Literatur dieliminasi dengan kriteria eksklusi berupa tidak menyebutkan spesifikasi bahan, topik kurang relevan, dan tidak menyebutkan metode penelitian. Hasil: Sebanyak 34 referensi yang ditemukan, Setelah dianalisis berdasarkan kriteria inklusi, eksklusi dan pembacaan abstrak yang tersedia, terdapat 14 yang dipilih dan 20 artikel dieksklusi. Setelah 14 jurnal dibaca terdapat 4 artikel di eksklusi berdasarkan kriteria inkulisi dan didapat 10 artikel yang masuk dalam tinjauan integratif. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pendapat dari para ahli tentang kekuatan kerapatan antara sealer berbahan dasar resin dan sealer berbahan dasar MTA, tetapi mayoritas para ahli menjelaskan bahwa sealer berbahan dasar resin khususnya AH Plus memiliki kerapatan obturasi saluran akar yang lebih baik jika dibandingkan dengan sealer berbahan dasar MTA walaupun perbedaannya tidak terlalu spesifik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara kombinasi larutan irigasi dan material sealer terhadap kebocoran obturasi. Kata kunci: Obturasi Saluran Akar, Sealer Saluran Akar, Sealer Resin, Sealer Mineral Trioxide Aggregate. ABSTRACTBackground: Root canal obturation aims to seal root canal system in three dimensions after being completely cleaned, shaped, and disinfected. Root canal sealer, material used to fill minor discrepancies and voids in obturation and to improve seal between core material and walls of the canal. Density of root canal obturation is directly related to the use various types of sealers. Purpose: To explain the use of resin and MTA-based sealers to obturation density of root canals.  Methods: Based on sources obtained from journals, textbooks, and websites accessed through Google Scholar and PubMed database. The literature search filtered by publication year 2010–2021, the language used English and Bahasa, availability of full article version, and literatures discussing the same or similar to the topic. Some literatures were excluded if they didn’t mention specified material, less relevant, and literature that didn’t discussed its research method. Results: Total of 34 references were found. After being analyzed based on the inclusion, exclusion criteria, and reading available abstract, there were 14 selected and 20 excluded articles. After 14 journals were read, 4 articles excluded based on inclusion criteria and 10 articles found were included in the integrative. Conclusion: There are differences opinion from experts regarding obturation density strength between resin-based sealers and MTA-based sealers, the majority of experts explain that resin-based sealers, especially AH Plus, have better obturation density strength compared to MTA-based sealers, although the difference not very specific. Concluded that there is an effect between the combination of irrigation solution and sealer material on obturation leakage. Keyword: Root Canal Obturation, Root Canal Sealers, Epoxy Resin Sealers, Mineral Trioxide Aggregate Sealer
POTENSI DAYA HAMBAT BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Porphyromonas gingivalis Umi Ghoni Tjiptoningsih; Finda Fredina
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Penyakit periodontal adalah kerusakan jaringan periodontal yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme yang ditandai dengan rusaknya jaringan pendukung gigi. Salah satu contoh penyakit jaringan periodontal adalah periodontitis kronis. Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis), adalah anaerob obligat gram negatif, yang berada di dalam mulut dan sangat terkait dengan penyakit periodontal. Bawang putih memiliki kandungan bahan kimia yaitu allicin yang dapat menghambat bakteri patogen tanpa mempengaruhi flora bakteri yang berguna bagi manusia serta telah terbukti memiliki spektrum aktivitas antibakteri yang luas, termasuk efek pada bakteri patogen periodontal. Tujuan: Untuk melakukan studi pustaka integratif dengan bukti ilmiah yang berkaitan dengan potensi daya hambat bawang putih (Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Metode: Studi pustaka ini dibuat berdasarkan sumber acuan atau referensi yang didapat dari jurnal, textbook, dan situs web yang diakses melalui database Google Scholar, Science Direct, EBSCO, dan PubMed. Bawang putih adalah bahan herbal yang memiliki aktivitas anti bakteri serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Kesimpulan: Ulasan ini mengungkapkan bahwa bawang putih (Allium sativum) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Kata kunci: Allium sativum, Porphyromonas gingivalis, Penyakit Periodontal ABSTRACTBackground: Periodontal disease is the destruction of periodontal tissue caused by various microorganisms which is characterized by damage to the supporting tissues of the teeth, one example of periodontal tissue disease is chronic periodontitis. Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis) is gram-negative obligate anaerobe, which resides in the mouth and strongly related with periodontal disease. Garlic contains allicin can selectively inhibit pathogenic bacteria without affecting the bacterial flora that is useful for humans and has shown to have a broad spectrum of antibacterial activity, including effects on periodontal pathogenic bacteria. Objective: The aim of this study was to conduct an integrative literature study towards inhibitory potential of garlic (Allium sativum) on the growth of Porphyromonas gingivalis Bacteria. Methods: This literature study is based on journals from Google Scholar, Science Direct, EBSCO, and PubMed databases. Garlic is a herbal ingredient that has anti-bacterial nature and can inhibit the growth of Porphyromonas gingivalis bacteria. Conclusion: This review revealed that garlic (Allium sativum) can inhibit the growth of Porphyromonas gingivalis bacteria. Keywords : Allium sativum, Porphyromonas gingivalis, Periodontal Disease
POSSIBLE MECHANISMS OF TASTE IMPAIRMENT AS A CRUCIAL SYMPTOM OF COVID-19 Manuel Dwiyanto; Irma Binarti; Ratih Widyastuti; Novi Kurniati
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKLatar Belakang: Pandemi  Coronavirus Disease –19 (COVID-19) adalah sindrom pernafasan akut yang parah, disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus–2 (SARS-CoV-2)  dan berdampak di seluruh negara. Penyakit ini menyebar terutama melalui jalur pernapasan. Gangguan rasa pengecapan adalah salah satu gejala awal COVID-19. SARS-CoV-2 menyerang tubuh manusia melalui reseptor Angiotensin – Converting Enzyme 2 (ACE2). Populasi sel dengan peningkatan kadar ACE2 yang diekspresikan pada sel epitel paru, jantung, usus, ginjal, pembuluh darah, otak, dan mukosa mulut akan menjadi paling rentan terkena infeksi virus. Adhesi protein spike SARS-CoV-2 ke ACE2 menyebabkan penurunan regulasi ACE2, yang mengakibatkan peningkatan Angiontensin II (Ang II). Ang II memiliki efek menurunkan respon terhadap rasa pengecapan dan mengatur amiloride – garam sensitif dan reaksi terhadap rasa manis. Tujuan: Menyoroti, mengeksplorasi dan menjelaskan kemungkinan mekanisme penurunan rasa pengecapan pada infeksi SARS-CoV-2. Metode: Menganalisis jurnal dari database Google Scholar, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Science Direct, EBSCO, dan PubMed dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2021. Kesimpulan: Patogenisitas dan kemampuan SARS-CoV-2 dalam gangguan rasa pengecapan melalui ACE2 yang mengarah akumulasi Angiotensin II dan mengakibatkan terjadinya penekanan respons rasa, namun masih dibutuhkan investigasi lebih lanjut untuk memastikan mekanisme yang pasti. Kata kunci: COVID-19, SARS-CoV-2, gangguan pengecapan, ACE2, Ang II, amiloride ABSTRACT Background: Corona virus disease – 19 (COVID-19) pandemic is a syndrome caused by infection of severe acute respiratory syndrome corona virus–2 (SARS-CoV-2) and impacting all over the countries. Gustatory impairment is one of early illness and signs in COVID-19. The SARS-CoV-2 invades the person body via angiotensin – converting enzyme 2 (ACE2) receptors. Cell populations with elevated level of expressed ACE2 (epithelial cells of the pulmonary, cardiac, intestinal, renal, blood vessels, brain and oral mucosa) will be most vulnerable from viral infection. The adhesion of SARS- CoV-2 spike protein to ACE2 caused ACE2 downregulation, result in an enhancement of Angiontensin II (Ang II). Ang II has suppressive effects on gustatory responses and regulates amiloride – sensitive salt and sweet sense reactions. Purpose: Highlights and explores the possible mechanisms of the taste impairment of SARS-CoV-2 infection. Method: Journal analysis from Google Scholar, National Library of the Republic of Indonesia, Science Direct, EBSCO, and PubMed databases from 2011 to 2021. Conclusion The pathogenicity and capability of SARS-CoV-2 in taste impairment via ACE2 leading to Angiotensin II accumulation and as a consequence of suppressive effects on taste responses. Further investigation to ascertain its mechanism is needed. Keywords: COVID-19, SARS-CoV-2, taste impairment, ACE2, Ang II, amiloride
HUBUNGAN FAKTOR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP STATUS EROSI GIGI PADA KELOMPOK MAHASISWA USIA 18-19 TAHUN DI DKI JAKARTA Annisa Septalita
M-Dental Education and Research Journal Vol 2, No 1 (2022): M-Dental Education and Research Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Erosi gigi telah menjadi keadaan yang umum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang cukup tinggi di semua kelompok usia. Di Indonesia, data erosi gigi masih sedikit karena belum menjadi perhatian oleh klinisi dan pemerintah. Erosi gigi masih cenderung diabaikan, padahal dampaknya dapat berupa reaksi hipersensitif gigi, membutuhkan perawatan kompleks dengan biaya yang tinggi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor yang berkontribusi (intrinsik dan ekstrinsik) terhadap status kejadian erosi gigi pada kelompok mahasiswa berusia 18-19 tahun di DKI Jakarta. Metode penelitian: Survei epidemiologi dengan desain penelitian cross-sectional, dan metode pemilihan sampel dengan multistage cluster propotional to size random sampling, serta diuji dengan uji analitik yaitu Uji Mann-Whiteney. Data primer berupa klinis oral (erosi gigi) dan kuesioner tentang kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian: Dari total responden 560 mahasiswa, yang memiliki habit minum minuman asam seperti teh sitrus, softdrink, jus buah, suplemen vit C, mayoritas tergolong jarang (63-84%); yang memiliki habit berenang mayoritas tergolong jarang (96%); dan yang memiliki habit menyikat gigi lebih dari 2x/hari didominasi sebesar 92%; serta mayoritas responden tidak memiliki gangguan pencernaan (58%). Sebanyak 97% responden memiliki erosi gigi, dengan keterlibatan dentin yang terbanyak yaitu sebesar 51%, dan dengan skor rerata BEWE=1,49+0,564. Hasil uji bivariat menunjukkan memiliki gangguan pencernaan terbukti berhubungan secara signifikan dengan terjadinya erosi gigi (p=0.023). Kesimpulan: Sebagian besar responden penelitian mengalami erosi gigi, yang melibatkan dentin, dan disebabkan oleh adanya gangguan pencernaan (faktor intrinsik). Kata kunci: Erosi gigi, faktor intrinsik-ekstrinsik, mahasiswa, usia 18-19 tahun ABSTRACTBackground: Tooth erosion become a common condition throughout the world with a high incidence in all age groups. In Indonesia, dental erosion data is still rare because it has not been a concern of clinicians and government. Tooth erosion still tends to be ignored, even though the impact can be a tooth hypersensitive reaction and requiring complex treatments with high costs. Objective: This study aims to analyze the relationship of contributing factors (instrinsic and extrimsic) to dental erosion status in a group of college students aged 18-19 years in DKI Jakarta. Method: An epidemiological survey with a cross-sectional study design, sample selection method with multistage cluster proportional to size random sampling, and analysis bivariate by Mann-Whitney Test. Primary data came from the oral clinical (tooth erosion) and a questionnaire about oral health. Results: From total of 560 respondents, who have habit of drinking acidic beverages such as citrus tea, soft drinks, fruit juices, vitamin C supplements majority classified as rare (63-84%); who have swimming habit majority classified as rare (96%); who have brushing teeth of 2x/day habit are dominated by 92%; and majority of respondents do not have digestive disorders (58%). A total of 97% of respondents had dental erosion, with the most involvement of dentin (51%), and with a mean score of BEWE=1.49+0.564. The bivariate test showed that digestive disorders was significantly associated with tooth erosion (p=0.023). Conclusion: Most of the respondents in this study experienced dental erosion, which involved the dentin, and was caused by a digestive disorder (instrinsic factor). Keywords: Tooth erosion, instrinsic and extrimsic factors, college students, aged 18-19 years old

Page 2 of 3 | Total Record : 27