cover
Contact Name
Dede Pramayoza
Contact Email
dedepramayoza.riset@gmail.com
Phone
+6289674142100
Journal Mail Official
bercadik@gmail.com
Editorial Address
Program Pasca Sarjana ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan, Padangpanjang, Sumatera Barat, 27128
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
ISSN : 23555149     EISSN : 28073622     DOI : http://dx.doi.org/10.26887/bcdk
Core Subject : Humanities, Art,
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni adalah publikasi ilmiah akses terbuka multidisiplin, yang diterbitkan oleh Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LPPMPP) ISI Padangpanjang. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, terbit 2 kali dalam setahun (pada bulan April dan Oktober) memuat artikel hasil penelitian, kajian, pemikiran, ataupun hasil penciptaan di bidang seni, baik seni rupa, seni pertunjukan, desain, kriya, maupun seni media rekam. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni juga terbuka bagi artikel dari bidang lain yang relevan, antara lain dari bidang budaya, filsafat, pendidikan seni, sastra dan humanitas secara umum, sebagai bentuk komiten pada interdisiplinaritas. Topik-topik dari bidang antropologi, sosiologi, studi kebijakan, sejarah, serta studi tata kelola, yang berhubungan dengan bidang seni secara khusus maupun dengan budaya dan kebudayaan secara umum, juga menjadi topik yang diundang untuk dimuat pada jurnal ini. Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, terbit secara daring mulai tahun 2021, setelah sebelumnya terbit dalam versi cetak pada rentang 2013-2017.
Articles 103 Documents
KESENIAN GAMBANG SEBAGAI IDENTITAS ETNIS TIONGHOA DI KAMPUNG PONDOK KOTA PADANG Rizdki Rizdki; Nursyirwan Nursyirwan; Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.344 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.37

Abstract

ABSTRAKKesenian Gambang merupakan salah satu bentuk kesenian yang bukan lahir dari tradisi masyarakat Minangkabau. Kesenian Gambang hadir karena terjadinya perpaduan dengan berbagai kebudayaan dari luar tradisi Minangkabau yaitu pengaruh kebudayaan Tiongkok. Kesenian Gambang pada awalnya adalah kesenian penghibur oleh sebagian masyarakat keturunan Cina atau disebut etnis Tionghoa yang ada di Kota Padang. Dalam tulisan ini dibahas tentang budaya apa saja yang mempengaruhi kesenian Gambang tersebut serta simbol dan bentuk komunikasi seperti apa yang teramati dalam kesenian tersebut. Pertunjukan kesenian Gambang juga dijadikan sebagai media interaksi sosial bagi masyarakat Kampung Pondok. Interaksi sosial dalam bentuk kerjasama, persaingan, pertikaian, dan akomodasi. Kajian kesenian Gambang Sebagai media interaksi simbolis dan non simbolis juga terdapat didalam pertunjukannya. Kesenian Gambang juga dijadikan sebagai media komunikasi intrapersonal bagi masyarakat Kampung Pondok untuk proses berfikir melahirkan ide-ide dalam berkreativitas, lain halnya dengan komunikasi interpersonal yang merupakan komunikasi antara individu dengan individu, dan komunikasi antar kelompok, serta sebagai media komunikasi antarbudaya. Selanjutnya untuk menyatakan bagaimana bentuk dan analisis musik dari kesenian Gambang di Kampung Pondok penulis menggunakan berbagai metode dalam mengungkap, menganalisa data sesuai dengan prosedur dan dengan teknik pengolahan. Metode kualitatif dan kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini serta transriptif analisis musik yang dibantu dengan wawancara dari berbagai pihak yang berkompeten dalam kelompok kesenian Gambang diharapkan mampu menjelaskan bagaimana bentuk dan fungsi pertunjukan Gambang sebagai media interaksi secara detail. dengan memakai disiplin kajian etnomusikologi sebagai teori utama, juga memakai pendekatan antropologi dan sosiologi sebagai teori pendukung. Adapun teori yang dipakai adalah teori fungsi, difusi, akulturasi dan analisis musik. Setelah melakukan penelitian maka dapat dijelaskan hasil temuan dari tesis ini. Pertama terjadinya interaksi dalam pertunjukan kesenian Gambang itu sendiri, mulai dari bentuk dan fungsi sebagai komunikasi dalam pertunjukan kesenian Gambang, sampai kepada analisis style dari musiknya. Kata kunci : Pertunjukan, Kesenian Gambang, Interaksi, Komunikasi.ABSTRACT Gambang art is one art form that is not born of a tradition of Minangkabau society. Gambang arts present for the blend with a variety of cultures outside the Minangkabau tradition, namely China. Art is art Gambang at first entertainer by most people of Chinese descent or called ethnic Chinese in the city of Padang. In accordance with the thesis title Gambang Performance Art As A Media Interaction In Chinese Ethnic Village Cottage In Tokyo City Chinatown, in this thesis discussed about the culture that influence the arts and the Gambang symbols and forms of communication such as what was observed in the arts. Performing Arts Gambang also be used as a medium of social interaction for the community of Kampung Pondok. Social interaction in the form of cooperation, competition, conflict, and accommodation. As a media arts studies Gambang symbolic and non-symbolic interaction is also contained in the show. Art Gambang also be used as a medium of interpersonal communication for the public to lodge village thought processes spawned ideas in creativity, another case with interpersonal communication is communication between the individual and the individual, and group communication, as well as intercultural communication medium. Furthermore, to state how the shape and analysis of art Gambang music in Kampung Pondok author uses a variety of methods in uncovering, analyzing the data in accordance with the procedures and processing techniques. Qualitative and quantitative methods of analysis used and transriptif music assisted with interviews from various parties who are competent in the Gambang Art is expected to explain how the form and function as a medium of interaction Gambang performances in detail. using the discipline of ethnomusicology as the study of the major theories, the approach also uses anthropology and sociology as the supporting theory. The theory used is the theory of functions, diffusion, acculturation and musical analysis. After doing research, it can be explained the findings of this thesis. The first occurrence of interactions in art performances Gambang itself, ranging from shape and function as communication in art performances Gambang to the analysis of the style of music. Key words: Performance, Art Gambang, Interaction, Communication.
ANALISIS MUSIKAL REPERTOAR RARAK GODANG MELALUI TEORI SEMIOLOGI MUSIK: REPERTOAR KEDIDI DAN TIGO-TIGO SEBAGAI MATERIAL Supriando Supriando; Nursyirwan Nursyirwan; Herawati Herawati
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.253 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.53

Abstract

 Rarak Godang merupakan ensamble musik dengan formasi instrumen celempong, gondang, dan oguang. Konsep musik Rarak Godang adalah produk pikiran hasil dari sebuah proses kreatif seniman Rarak Godang. Analisis musikal Rarak Godang artinya melihat representasi intelektual yang abstrak dari situasi, akal pikiran, atau suatu ide dari masyarkat Taluk Kuantan tentang kesenian Rarak Godang secara musikal. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan, memahami, dan menganalisis wilayah musikal Rarak Godang pada masyarakat Taluk Kuantan melalui teori semiologi musik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan medote kualitatif untuk mengindentifikasi kesenian Rarak Godang. Secara musikal, kesenian Rarak Godang dibangun atas asosiasi masyarakat Taluk Kuantan dari lingkungan sebagai pedoman proses kreatif dalam karya. Repertoar yang dihasilkan merupakan manifestasi atas pengalaman dan pengamatan terhadap alam sekitar serta unsur teknis dalam repertoar tersebut. Kata kunci: analisis musikal, rarak godang, Taluk Kuantan, semiologi musik. ABSTRACT Rarak Godang a musical ensemble with instruments formation celempong, gondang, and oguang. The concept of music is a product of mind Rarak Godang result of a creative process of artists Rarak Godang. Analysis of musical Rarak Godang meaning see abstract intellectual representation of the situation, the mind, or an idea of community art Taluk Kuantan on Rarak Godang musically. This study aims to find, understand, and analyze musical territory Rarak Godang in Taluk Kuantan community through music semiology theory. This research was conducted using qualitative methods now to identify Rarak Godang art. Musically, art Rarak Godang built on community associations Taluk Kuantan from the environment to guide the creative process of the work. The resulting repertoire is a manifestation on experience and observation of the natural surroundings as well as the technical element in the repertoire. Key words: musical analysis, rarak godang, Taluk Kuantan, semiology of music.
BUDAYA PINGIT DALAM TARI “PEREMPUAN DALAM BATAS” Prasika Dwi Nugra; Susas Rita Loravianti; Syaiful Erman
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 2 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.777 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i2.543

Abstract

ABSTRACT “Perempuan Dalam Batas” Dance is an imaginative expression of anxiety about the condition of women in Indonesia. This dance work is inspired by the interpretation of seclusion cultural phenomenon in Palembang, South Sumatera called pingit. Women in the time of Sultanate of Palembang Darussalam were secluded and equipped with skill to weave in order to acquire a partner/couple of the nobility later on. Women during the colonial era were secluded in pangkeng hidden from the invaders. Pingit is a form of protection arranged by the women’s parents with a specific purpose at different times. That protective imaginary space then becomes the starting point of this work creation by focusing on women as the object of seclusion and impact occurred from the presence of the space. Fundamentally, the idea of protection in seclusion is to protect the women nevertheless, the way of doing the protection results on negative effects toward the women themselves. The negative effects of seclusion ultimately result on limited movement/expression and social space for women in their life. Method of creation applied in this work was observation (exploration of data, interview, and documentation), data analysis, creation process (contemplation, exploration of movement, formation), preparation, performance, and evaluation. This work is divided into 4 (four) parts namely 1) The interpretation of women in seclusion during the era of Palembang Darussalam Sultanate and the era of colonization; 2) The interpretation of seclusion as the cause of women’s limited movement and social space; 3) The interpretation of the uprising as the response of secluded women; 4) The interpretation of women who are unable to get off of the seclusion issue. Keywords: Pingit culture, Women, Choreography.
FENOMENAL YOESBAR DJAELANI SEBAGAI TOKOH MUSIK INDONESIA (SEBUAH BIOGRAFI) Ayu Rizal; Awerman Awerman; Wilma Sriwulan
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.119 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i1.561

Abstract

ABSTRACT The title of this writing is “The Phenomenal Yoesbar Djaelani as The Figure of Indonesian Music (A Biography).” Its discussion emphasizes on the study of assumptions about the figure phenomenon, Yoesbar Djaelani as an Indonesian composer. This reality is based on the achievement of Yoesbar Djaelani’s creativity as the participant of Pekan Komponis Muda (in English is translated into Young Composer Week) in 1976 and in 1977 organized Jakarta Art Council in Ismail Marzuki Park, Jakarta.Those assumptions have been documented in the various books of Indonesian music education such as the books of Music History, Music Appreciation, and Music Encyclopedia. Therefore, those assumptions above have been realized into facts since those books firstly published in the 1990s and that means until 2015, it has been 25 years.The above outlook becomes a phenomenon in musicology point of view because, in Indonesia, there are many definitions and translations toward composer. Nowadays, the composer of traditional music, the composer of dance accompaniment music, songwriter, arranger, and much more are also called as a composer. After going through contextually long and deep investigation about the composer and being supported by historical and musicological reviews, it can be concluded that Yoesbar Djaelani’s position has fulfilled the requirement as one of the Indonesian music figures. Keywords: Phenomenon, Composer, Music Figure, Biography. 
FENOMENA MUSIK KOMPANG KECAMATAN BENGKALIS DI ERA GLOBALISASI Yeni Ruseli; Rosta Minawati
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 1 (2013): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.984 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v1i1.31

Abstract

ABSTRAK Musik Kompang merupakan seni pertunjukan yang bernafaskan Islam. Di Bengkalis hampir disetiap desa memiliki group kompang, yang ditampilkan dalam upacara perkawinan, khitanan, muharam, aqiqah dan sebagainya. Musik kompang adalah musik tradisi Melayu berupa nyanyian atau puji-pujian terhadap kebesaran Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW diiringi kompang. Musik Kompang mempedomani dari kitab Berjanzi. Musik Kompang di era globalisasi saat ini masih tetap bertahan ditengah masyarakatnya, walaupun musik-musik modern yang popular cukup berkembang. Namun musik kompang tetap dapat bertahan ditengah-tengah menjamurnya pilihan-pilihan kesenian lainnya. Kata Kunci: Musik kompang, Kebertahanan, Bengkalis, Musik Tradisional.
FENOMENA SOSIAL: VISUALISASI EKSPRESI WAJAH NEGATIF MELALUI SENI LUKIS Hatmi negria Taruan; Ahmad Akmal; Harisman Harisman
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.311 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.48

Abstract

ABSTRAKFenomena sosial adalah bagian dari prilaku suatu masyarakat yang terjadi pada saat ini, fenomena tersebut lebih kepada perbuatan yang melanggar hukum seperti: korupsi, demo, perang saudara, dampak dari itu timbullah beberapa masalah fenomena sosial yang tidak diinginkan di negeri Indonesia ini. Wajah menekankan pada identitas diri bangsa atau ciri pribadi dan karakter bangsa atau ekspresi rakyat indonesia, identitas inilah yang diharapkan dan diinginkan agar diterima orang lain. Identitas diri bangsa mencakup suatu keadaan, perbuatan yang baik dan buruk. Identitas diri bangsa bersifat interaksi dengan bangsa lain. Ekspresi Wajah Negatif sebagai bentuk subjek, yang selalu meracuni perenungan dan melahirkan ide-ide, dengan penggambaran ekspresi wajah-wajah manusia. Bahasa visual abstrak, merupakan pemahaman suatu bentuk visual, dengan proses esplorasi atau eksperimen yang tak terikat dalam pilihan visual, atau seniman bebas dalam bereksperimen dengan teknik dalam penciptaa. Bentuk karya ini lebih tepatnya adalah suatu bentuk dari informasi dari bahasa visual yaitu abstraksi simbolik, dari bentuk ekspresi wajah manusia yang ditrasformasikan dengan kecendrungan bentuk yang ekspresionisme. Dalam artian proses kerjanya menghilangkan atau menyederhanakan bentuk-bentuk objeknya.  Kata Kunci: Ekspresi Wajah Negatif, Ekspresionisme, Abstrak Simbolik         ABSTRACT Social phenomena are part of a community behavior that occurs at this time, the phenomenon is more to the unlawful act such as: corruption, demonstrations, civil war, the impact of some of the problems that arises undesirable social phenomenon in the country of Indonesia. Faces emphasis on national identity or personal traits and character of the people of Indonesian nation or expression, identity is what is expected and desired to be acceptable to others. Nation identity includes a state, the good and bad deeds. Identity of the nation is the interaction with other nations. Negative Facial Expressions as a form of the subject, who always poisons reflection and lead to new ideas, with depictions of the human faces expressions. Abstract visual language, an understanding of a visual form, with esplorasi process or experiment that is not bound in a visual choice, or free artists in experimenting with the technique in penciptaa. The form of this work is rather a form of information from the visual language of symbolic abstraction, from the shape of human facial expressions with a tendency transformation form expressionism. In terms of eliminating or simplifying the work process forms the object. Key words: Negative Facial Expression, Expressionism, Abstract Symbolic
KABA SABAI DALAM PERTUNJUKAN TEATER “PRAY FOR SABAI” Dedi Darmadi; Koes Yuliadi; Sahrul Sahrul
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 1 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.677 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i1.538

Abstract

ABSTRACT Drama or theater is one part. The term of drama is more focused on the literary elements (manuscript, text, story elements), while the term of theater points out the issues on staging/presentation (performing arts and acting). In theatrical performance “Pray for Sabai,” it discussed about a daughter’s revenge for her father’s death. This theme was depicted on the conflicts emerging in the story. The first conflict was when Rajo Nan Panjang intended to propose Sabai Nan Aluih. The second conflict was when Rajo Nan Panjang’s proposal was rejected by Sabai Nan Aluih’s father, Rajo Babandiang. This lead to a fight between Rajo Nan Panjang and Rajo Babandiang that resulted on the death of Rajo Babandiang. Her father’s death made Sabai exacting a revenge on Rajo Nan Panjang. This issue provided an understanding on the morale and ethics of a daughter in Minangkabau namely a woman who fought to defend her family’s dignity and pride from the person who has killed her parent. The reflection of Sabai’s attitude gives perspective on the morale and ethics of Minangkabau people’s life at that time.
REALITAS SOSIAL MINANGKABAU DALAM PERTUNJUKAN TEATER “CADIK PATAH” Fitri Noveri; Koes Yuliadi; Sahrul Sahrul
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 1 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.029 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i1.556

Abstract

ABSTRACT Cadik Patah play is a play inspired by Minangkabau people’s reality in West Sumatra highland namely Lima Puluh Kota district. This search is inspired from many domestic conflicts occurred in Minangkabau as the result of kinship pattern in the household namely conflict happened between married children’s families with their parents (parents in law) as the result of the existence of several household heads in one nuclear family.Besides being inspired by those things above, Cadik Patah play is also materialized into tragicomedy drama namely the combination of tragedy drama and comedy-drama. The content of its story consists of sadness and humor/jokes that entertain audiences. Story told has serious conflict and funny humorous scenes that decrease tension. In the following scene, the tension of story conflict improves so drama becomes more exciting and attractive and then the audiences want to enjoy it continuously.Cadik Patah script is then believed to take hyperrealist style. Hyperrealist intended by the authors is that in the making of this drama, authors will look for objects that are interesting in object material itself. Although this style is influenced by instrumental theater or environmental theater, it can be observed that both of them have differences. If instrumental theater is the theater inspired by ritual or it uses available instruments, the style called as hyperrealist by the author still applies the strict arrangement of the dramatic plot like in realist plays. It is just that the author tries to explore the smallest object into an interesting theme to be discussed by characters in Cadik Patah play. Keywords: Drama, Cadik Patah, Social Reality, Tragicomedy.
SORAK RANG BALAI: DENDANG SEBAGAI REPRESENTASI DAN IDENTITAS METODE PROMOSI DALAM BUDAYA DAGANG MASYARAKAT MINANGKABAU Surya Rahman; Otto Sidharta; Andar Indra Sastra
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.211 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.573

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana peran dan ciri khas sorak dalam perdagangan di Minangkabau. Sorak rang balai merupakan sebuah media ungkap yang digunakan oleh pedagang dalam transaksi jual beli yang hanya dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Sorak rang balai ini merupakan sebuah cara promosi yang unik, dimana pedagang di Minangkabau berdendang-dendang dalam mempromosikan dagangannya. Konsep musikal dalam dendang pada sorak rang balai yaitu lirik atau syairnya berisikan tentang jenis, kualitas, dan juga harga barang yang diperdagangkan. Hari balai yang terjadi dalam sekali sepekan ini, merupakan hari dimana pada umumnya para pedagang berlomba-lomba dalam mempromosikan dagangannya dengan cara berdendang. Kompleksitas metode perdagangan ini menjadi ciri khas dan identitas dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau. Kata kunci: Sorak Rang Balai, Balai, Promosi Unik, Identitas, Ciri Khas.
MODIFIKASI TARI RENTAK GUMANTAN DARI RITUAL KE SENI PERTUNJUKAN PADA MASYARAKAT PISANG BEREBUS KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Iit Muharti Iit; Ediwar Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 1 (2013): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v1i1.21

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang tari Rentak Gumantan sebagai modifikasi dari ritual gumantan pada masyarakat Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Penelitian ini mengangkat fenomena yang ada di dalam ritual gumantan tersebut ke dalam sebuah tarian yang dinamai dengan tari Rentak Gumantan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Ucapan, tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang atau subjek itu sendiri dideskripsikan dan dianalisis dengan cara menyaksikan secara langsung pertunjukan tari Rentak Gumantan tersebut. Ritual Gumantan ini pada awalnya selalu dipercayai oleh masyarakatnya sebagai sarana pengobatan yang berhubungan dengan makhluk ghaib. Namun seiring dengan pergeseran waktu ritual gumantan ini dimodifikasi menjadi seni pertunjukan yaitu tari Rentak Gumantan yang tidak terikat dengan sifatnya yang ritual. Kini tari tersebut sudah digunakan dalam berbagai acara dengan memasukkan unsur-unsur estetika, seperti gerak, musik, pola lantai, properti dan kostum, sehingga menjadi karya yang mempunyai nilai-nilai estetika dibandingkan dengan yang sebelumnya.  Kata kunci : Ritual Gumantan, Tari Rentak Gumantan, Estetika    ABSTRAK             This experimente about Rentak Gumantan dance for modification from ritual gumantan for society Pisang Berebus subdistrict Gunung Toar regency Kuantan Singingi Riau Provice. This experimence about fenomenal in ritual gumantan from a dance with nama Rentak Gumantan dance. This experimence use the kualitatif metode bi in readiness deskription analysis, express, written and behaviour can quietly from person or perform live Rentak Gumantan dance. At first time this ritual gumantan always believe for society as clearance sale with abuse. However a long time, this ritual gumantan in modification increase to performance art that is Rentak Gumantan dance not bound with ritual characteristic. Now this dance already use in program aesthetics elemen, like a movement, music, composition, thing and costum, finally outward a work have aesthetics value as before as.Keywords: Ritual Gumantan, Rentak Gumantan Dance, Aesthetics

Page 2 of 11 | Total Record : 103