cover
Contact Name
Sri Warsini
Contact Email
sri.warsini@ugm.ac.id
Phone
+62274-545674
Journal Mail Official
jurnalkeperawatan.fk@ugm.ac.id
Editorial Address
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Gedung Ismangoen Jl. Farmako, Sekip Utara Yogyakarta 55281
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal)
ISSN : 2614445x     EISSN : 26144948     DOI : https://doi.org/10.22146/jkkk.57386
Core Subject : Health,
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) accepts novel research articles, case study, literature review, and psychometric testing articles in all field of clinical and community of nursing. This journal is published through peer-review process by nursing and health expert in academic and health care institution in Indonesia. The scope includes: 1) Surgical medical nursing 2) Emergency nursing 3) Basic nursing 4) Education in nursing 5) Management in nursing 6) Maternity nursing 7) Pediatric nursing 8) Mental health nursing 9) Community nursing
Articles 122 Documents
Hubungan Nyeri Menstruasi dengan Konsentrasi Belajar pada Siswi SMA Negeri di Wilayah Cangkringan Rina Dewi Anggraeni; Wiwin Lismidiati; Totok Harjanto
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.435 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.56586

Abstract

Background: Menstruation marks an important process in the life of adolescent girl because it shows that the adolescent is mature sexually. One of the occurring menstrual disorders is menstrual pain. Menstrual pain might hinder learning activities such as decreasing learning concentration, reducing sports activities, and skipping class, school, or social activities.Objective: To determine the relationship between menstrual pain and students’ learning concentration in a public high school in Cangkringan District.Method: This research used analytic survey with cross sectional research design. The sample was 37 female students at class X (Tenth) in a public high school in Cangkringan District. The data were obtained using two instruments, i.e. Visual Analog Scale (VAS) to measure the level of menstrual pain and Wechsler Adult Intelligance Scale (WAIS) to measure the respondents’ learning concentration. Data were analysed using Pearson Correlation Test.Result: The data analysis showed that most of the respondents had mild menstrual pain, 28 (75,7%) in their first cycle and 22 (59,5%) in second cycle. During luteal period (the last 14 days of menstrual cycle), most of the respondents (68% in first cycle and 78% in second cycle) had good learning concentration. On the other hand, during menstruation period, most of them (76% in the first cycle and 78% respondents in the second cycle) had less learning concentration. The result of Pearson Correlation Test showed significant relationship (p≤0,05) between menstrual pain and students learning concentration (p=0,000*, r = -0,663).Conclusion: There was a significant relationship between menstrual pain and students learning concentration in a public high school in Cangkringan District. ABSTRAKLatar belakang: Menstruasi menandai proses penting dalam kehidupan remaja putri karena menunjukkan kematangan seseorang secara seksual. Salah satu gangguan menstruasi yang dapat terjadi adalah nyeri menstruasi. Dampak nyeri menstruasi antara lain siswa dapat mengalami penurunan konsentrasi belajar, kurangnya aktivitas olahraga dan aktivitas sosial, serta absen pada saat jam pelajaran.Tujuan: Mengetahui  hubungan  nyeri  menstruasi  dengan  konsentrasi  belajar  siswi  di  salah  satu  SMA Negeri di Kecamatan Cangkringan.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel penelitian yang digunakan adalah siswi kelas X di sebuah SMA Negeri di Kecamatan Cangkringan sebanyak  37  responden.  Data  diperoleh  dengan  2  instrumen  yakni  Skala  Analog  Visual  (SAV)  untuk mengukur  tingkat  nyeri  menstruasi  dan Wechsler  Adult  Intelegence  Scale (WAIS)  untuk  mengukur konsentrasi belajar responden. Analisis penelitian menggunakan uji korelasi Pearson.Hasil: Sebagian  besar  responden  mengalami  nyeri  menstruasi  ringan (75,7%  pada  siklus  pertama dan pada 59,5%siklus kedua). Pada masa luteal (14 hari terakhir masa menstruasi) sebagian besar responden memilikikonsentrasi belajar yang baik (68%pada siklus pertama dan 78%pada siklus kedua). Pada fase menstruasi, sebagian besar responden mengalami kurang konsentrasi (76%pada siklus pertama dan 78%pada  siklus  kedua).  Hasil  uji  korelasi Pearsonmemperlihatkan  hubungan  yang  signifikan  antara  nyeri menstruasi dengan konsentrasi belajar siswi (p= 0,000,r = -0,663).Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara nyeri menstruasi dan konsentrasi belajar siswi di salah satu SMA Negeri di Kecamatan Cangkringan.
Gambaran Tingkat Risiko Jatuh dan Penanganannya pada Pasien Jiwa di Rumah Sakit Tiara Sas Dhewanti; Intansari Nurjannah
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.08 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.56589

Abstract

Background: One of the concerns associated with patient safety is prevention of falls. Patients with mental disorders have a higher risk of falling compared to other patient age, diagnosis of depression, use of antipsychotics medication, and medical therapy management of Electro Convulsive Therapy.Objective: This study was aimed to explore the description of risk for fall levels in the category of psychiatric patients and to identify risk for falls management of mental health patients based on Client Categorization System.Method: A descriptive quantitative research with case study design was performed on 20 psychiatric patients and 4 nurses. The instruments used were Edmonson Fall Risk Assessment Tool (EFRAT) to identify the risk for falls on patients, and Client Categorization System (CCS) to categorize the psychiatric patients. The univariate analysis was used to accomplish the aim of the study.Result: As much as 37,5% patients have risk for falls. The risk of falling level of psychiatric patients occurred mostly on respondents with crisis category (66,7%). No patients with health promotion category have risk for falls. The most activity done with the Nursing Intervention Classification (NIC) (environment modification is using safety equipment. Meanwhile, the most activities done on NIC fall prevention are preparing an appropriate lighting and collaborate with other medical team. Moreover collaboration with other medical team is also needed.Conclusions: Risk for falls on patients with mental health disorders can be found on patients with these category: crisis, acute, and maintenance. Management of patients with mental disorders based in NIC are Fall Prevention and Environmental Modification. ABSTRAKLatar belakang: Pencegahan jatuh merupakan bagian dari keselamatan pasien. Pasien dengan gangguan jiwa mempunyai risiko jatuh lebih tinggi karena usia, diagnosis depresi, penggunaan obat anti psikotik, dan penatalaksanaan terapi medis electro convulsive therapy.Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat risiko jatuh dan manajemen penanganannya pada pasien gangguan jiwa beradasarkan Client Categorization System(CCS).Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan case study. Responden terdiri dari 20 pasien gangguan jiwa dan 4 perawat. Instrumen yang digunakan adalah Edmonson Fall Risk Assessment Tool (EFRAT) untuk mengkaji risiko jatuh pada pasien. Sementara, pengkategorian pasien jiwa  dilakukan  menggunakan  instrumen Client  Categorization  System (CCS).  Data  hasil  penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat.Hasil: Hasil penelitian didapatkan sebanyak 37,5% pasien memiliki risiko jatuh. Risiko jatuh pada pasien gangguan  jiwa  paling  banyak  terjadi  pada  responden  dengan  kategori  krisis  (66,67%). Pasien  dengan kategori health  promotion tidak  ada  yang  memiliki  risiko  jatuh.  Aktivitas  paling  banyak  dilakukan  pada Nursing   Intervention   Classification (NIC):   Modifikasi lingkungan   adalah   menggunakan   peralatan perlindungan, sedangkan aktivitas pada NIC: Pencegahan jatuh yang selalu dilakukan adalah: identifikasi perpindahan pasien,  menyediakan  pencahayaan  yang  cukup  dan  berkolaborasi  dengan  anggota  tim kesehatan lainKesimpulan: risiko jatuh pada pasien gangguan jiwa dapat terjadi pada pasien dengan kategori krisis, akut, dan maintenance. Manajemen  penanganan  pada  pasien  gangguan  jiwa  berdasarkan  NIC  adalah pencegahan jatuh dan manajemen lingkungan.
Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Praktik Siswi Boarding School Mengenai Higiene Menstruasi Area Urban di Yogyakarta Dewi Fatma Mutiawati; Widyawati Widyawati; Wenny Artanty Nisman
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.561 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.56590

Abstract

Background: The density of students’ activities in boarding school needs to get care, especially in the practice of personal hygiene during menstruation. Menstruation process can lead to germs infection on the genital area which may cause diseases to the reproductive tract. To prevent this problem, it is important to do proper menstrual hygiene.Objectives: To identify the account of a boarding school student girls’ level of knowledge and practice of Menstrual Hygiene in an urban area of Yogyakarta.Method: This study was a quantitative descriptive using cross-sectional approach. The research was conducted in February 2017. The population of the research was female students’ boarding school in an urban area of Yogyakarta; where 124 female students were recruited for samples. Questionnaire was used as the data collection technique. Statistic descriptive technique was used for data analysis.Results: In general, respondents’ knowledge and practice of menstrual hygiene were good. Almost all respondents (98%) answered correctly on menstruation statements as normal and statements with many incorrect answers were menstruation as a sign of puberty. The practice of menstrual hygiene is most often done by respondents bathing more than once a day during menstruation (99,2%). As for the practice of menstrual hygiene which is still not quite right, namely the direction of cleaning the pubic area (45,2%).Conclusion: Respondents have accurate knowledge about menstrual hygiene. School manager (counseling and knowledge department) can increase the inappropriate menstrual knowledge and hygiene practice regarding to: hormones that affect menstruation, menstrual period, the frequency of replacement of the pads, the selection of material for disposing the pads and choosing right places to dry the underwear. ABSTAKLatar belakang: Padatnya aktivitas siswi di boarding school perlu mendapat  perhatian terutama dalam penerapan kebersihan diri saat menstruasi. Proses menstruasi dapat mengakibatkan area genetalia rentan terinfeksi  kuman  sehingga  menimbulkan  penyakit  saluran  reproduksi. Untuk  mencegah  terjadinya permasalahan pada organ reproduksi maka perlu memperhatikan higiene menstruasi.Tujuan: Mengetahui  gambaran  tingkat  pengetahuan  dan  praktik  pada  siswi boarding  schoolmengenai higiene menstruasi area urban di Yogyakarta.Metode: Jenis  penelitian  ini  adalah  kuantitatif  deskriptif  dengan  pendekatan cross  sectional.  Penelitian dilaksanakan pada Februari 2017. Populasi penelitian adalah siswi di boarding schoolarea urban di Kota Yogyakartadengan besar sampel 124 siswi. Pengambilan data menggunakan kuesioner praktik higiene menstruasi. Data dianalisis dengan teknik statistik deskriptif.Hasil: Secara umumpengetahuan dan praktik higiene menstruasi responden sudah baik. Hampir semua responden (98%) menjawab tepat pada pernyataanmenstruasi sebagai hal yang normal dan pernyataan dengan banyak jawaban yang salah adalah menstruasi sebagai tanda masuknya masa pubertas.  Praktik higiene menstruasi yang paling seringdilakukan oleh responden mandi lebih dari satu kali sehari pada saat menstruasi(99,2%). Sementara  untuk  praktik  higiene  menstruasi  yang masih kurang  tepat  yaitu arah membersihkan daerah kemaluan(45,2%).Kesimpulan: Responden memiliki pengetahuan yang tepat terkait pengetahuan higiene menstruasi. Bagi pengelola sekolah pada bidang bimbingan dan konseling dapat meningkatkan pengetahuan serta praktik higiene  menstruasi  terhadap  aspek  yang  kurang  tepat seperti  hormon  yang  mempengaruhi  menstruasi, periode menstruasi, frekuensi penggantian pembalut, pemilahan wadah dalam pembuangan pembalut, dan tempat menjemur celana dalam. 
Hubungan antara Pengobatan Komplementer dengan Kualitas Hidup pada Pasien Diabetes Mellitus Nur Yusrin Husnati; Anita Kustanti; Heny Suseani Pangastuti
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.735 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.56593

Abstract

Background: Diabetes mellitus is a chronic disease that can affect physical, psychological, social and spiritual functional activity that requires special approach and treatment to improve patient's quality of life. One of treatments to improve quality of life is therapy management with alternative and complementary medicine.Objective: To determine the correlation between the use of complementary medicine with the quality of life among diabetes mellitus patients.Methods: This study used an analytic survey with cross-sectional design. Respondents involved in this study were 120 respondent diabetes mellitus patients in Yogyakarta city from August to September 2017 with purposive sampling technique. This study used Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire-Revised Parameter (DQLCTQ-R) questionnaire to measure quality of life among diabetes mellitus patients. Researchers also included questions about the use of complementary therapies to measure the use of complementary therapies. Contingency coefficient correlation test was used to analyze the data statistically.Results: Most patients did not use complementary medicine (53,3%). Most users of complementary and non-complementary medicine had the same high quality of life (60,71% and 56,25%). The correlation test values between complementary medicine and quality of life in patients with diabetes mellitus showed p value = 0,621 (p> 0,05) and r = 0,045.Conclusion: There was no significant correlation between the uses of complementary medicine with quality of life among diabetes mellitus patients.ABSTRAKLatar  belakang: Diabetes mellitus  merupakan  penyakit  kronis  yang  dapat  mempengaruhi  aktivitas fungsional  fisik,  psikologis,  sosial  dan  spiritual  yang  memerlukan  pendekatan  dan  pengobatan  khusus untuk  meningkatkan  kualitas  hidup  pasien.  Salah  satu  perawatan  untuk  meningkatkan  kualitas  hidup adalah manajemen terapi dengan pengobatan komplementer.Tujuan: Mengetahui hubungan antarapengobatan komplementer dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.Metode:  Penelitian  ini  menggunakan  survei  analitik  dengan  desain cross-sectional.  Responden  yang dilibatkan dalam penelitian ini 120 pasien diabetes mellitus di Kota Yogyakarta dari bulan Agustus sampai September 2017 yang diambil dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Diabetes  Quality  of  Life  Clinical  Trial  Questionnare-Revised  Parameter (DQLCTQ-R) untuk  megukur kualitas  hidup  pasien  diabetes  mellitus. Peneliti  juga  mencantumkan  pertanyaan  tentang  penggunaan terapi komplementeruntuk mengukur penggunaan terapi komplementer. Uji korelasi koefisien kontingensi digunakan untuk menganalisis secara statistik.Hasil:  Mayoritas  pasien  tidak menggunakan  pengobatan  komplementer  (53,3%).  Mayoritas  pengguna pengobatan komplementer dan bukan pengguna pengobatan komplementer sama-sama memiliki kualitas hidup yang tinggi (60,71% dan 56,25%). Nilai uji korelasi antara pengobatan komplementer dengan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus menunjukkan nilai p = 0,621 (p> 0,05) dan r = 0,045.Kesimpulan:Tidak  ada  hubungan  yang  signifikan  antarapengobatan  komplementer  dengan  kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus.
Gambaran Dukungan Suami Terhadap Istri yang Menjalani Persalinan di Usia Remaja Nika Susanti; Wiwin Lismidiati
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 1, No 3 (2017)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.654 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.56594

Abstract

Background: Adolescent pregnancy is a pregnancy that occurs at age under 20 years old. Adolescent pregnancy can cause both physical and psychological complications, especially during labor because adolescent doesn’t have mature reproductive organs. Adolescent facing labor will also experience fear and anxiety. It is necessary to know the role of the husband towards his wife having labor in adolescence age.Objective: This study was aimed to describe the husband support toward wife laboring at the stage of adolescence.Methods: This research was a quantitative descriptive cross-sectional design. As many as 46 husbands were recruited for samples using total sampling method. The instruments used in this study was a questionnaire of husband support in labor modified by the researcher based on literature study results. The data analysis used univariate using descriptive analysis and bivariate analysis using chi-square.Results: In general, the husband’s support given to his wife during labor in adolescence was in the high support category (60,9%). More than 50% of respondents gave emotional, informational, and instrumental support in the high category. Value support has the highest category (73,9%). External factors affecting the husband support were education (p-value = 0,004) and salary (p-value = 0,029).Conclusion: Support given by the husbands is high toward wife laboring at the stage of adolescence is in the high category. ABSTRAK Latar  belakang: Kehamilan  remaja  adalah  kehamilan  yang  terjadi  pada  usia  di  bawah  20  tahun. Kehamilan remaja dapat menimbulkan komplikasi baik fisik maupun psikologis terutama saat persalinan. Remaja  yang  menghadapi  persalinan  juga  akan  mengalami  ketakutan  dan  kecemasan. Untuk  itu  perlu diketahui peran suami pada istri yang menjalani persalinan di usia remaja.Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dukungan suami terhadap istri yang menjalani persalinan diusia remaja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak46 orang suami dengan menggunakan tekniktotal sampling. Alat ukur menggunakan kuesioner dukungan suami dalam persalinan yang telah dimodifikasi peneliti dari hasil studi pustaka. Analisa univariat menggunakan analisis deskriptif, analisis bivariate menggunakan chi-square.Hasil: Dukungan suami secara umum yang diberikan kepada istri saat menjalani persalinan di usia remaja termasuk kategori dukungan tinggi (60,9%). Dukungan penilaian mendapat kategori tinggi terbanyak yaitu sebesar 73,9%, sementara jenis dukungan instrumental paling sedikit (58,71%). Faktor yangberhubungan dengandukungan suami adalah pendidikan (p-value= 0,004) dan penghasilan (p-value = 0,029).Kesimpulan: Dukungan persalinan yang diberikan oleh suami terhadap istri usia remaja termasuk dalam kategori tinggi.
Pengaruh Edukasi AViRSex (Aid Video for Reproduction and Sexuality) terhadap Efikasi Diri Remaja Terkait Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Kecamatan Ngemplak Etika Ratnasari; Sri Hartini; Widya Wasityastuti
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.301 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.57386

Abstract

Background: Self-efficacy is the ability to organize or carry out an action in achieving goals. Adolescence is a vulnerable period, since in this phase adolescents are in the genital phase and their sexual urge reaches its peak. Sexual and reproductive health self-efficacy is a person's belief in making decisions regarding his or her sexuality. Education plays important role in adolescents regarding their decision regarding sexual and reproductive health. Therefore, it is necessary to conduct research on the effect of AViRSex Education toward adolescent’s sexual and reproduction health self-efficacy.Objective: To find out the effect of AViRSex (Aid Video for Reproduction and Sexuality) Education toward adolescent’s sexual and reproduction health self-efficacy.Methods: This was quantitative research with quasi-experiment design which was conducted in November-Desember 2019 and took 122 students from SMP N 1 Ngemplak and SMP N 2 Ngemplak Sleman as research subjects. This research used the adolescent sexual and reproduction health self-efficacy questionnaire with validity score 0,97 and reliability score 0,74. Data was analyzed using Paired t-test, Mann-Whitney, Pearson Product Moment, and Eta Test.Result: There was a significant change in the pretest and post-test score of the intervention group (p= 0,008) while there was not any significant change in the pretest and post-test score of the control group (p= 0,367). There was not any significant difference between the pretest and post-test score of the control and intervention groups (p= 0,067). There was no relationship between self-efficacy with age (r= -0,039) and sexual reproductive health experiences (Fcount = 2,062). There was a relationship between sex with self-efficacy (Fcount = 6,28).Conclusion: AViRSex Education could increase sexual and reproduction health self-efficacy score on 12-14 years old adolescent. ABSTRAKLatar belakang: Efikasi diri merupakan kemampuan untuk mengatur atau melaksanakan suatu tindakan dalam mencapai tujuan. Masa remaja merupakan masa rentan, dimana remaja berada fase genital dan dorongan seksual yang mencapai fase puncak. Efikasi diri kesehatan seksual dan reproduksi merupakan keyakinan seseorang dalam memutuskan terkait dengan seksualitasnya. Edukasi berperan penting dalam membuat keputusan terkait kesehatan seksual dan reproduksinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh Edukasi AViRSex terhadap efikasi diri terkait kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh Edukasi AVirSex (Aid Video for Reproduction and Sexuality) terhadap efikasi diri terkait kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi-experimental. Penelitian dilaksanakan pada November – Desember 2019 dengan jumlah subjek sebanyak 122 siswa dari SMPN 1 dan SMPN 2 Ngemplak, Sleman. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner efikasi diri kesehatan seksual dan reproduksi, dengan hasil validitas 0,97 dan reliabilitas 0,74. Analisis data yang digunakan yaitu Paired t-test, Mann-Whitney, Uji Pearson, dan Uji Eta.Hasil: Analisis data menunjukan adanya perubahan signifikan pada skor pre-test dan post-test kelompok intervensi (p= 0,008) dan tidak ada perubahan signifikan pada skor pre-test dan post-test kelompok kontrol (p= 0,367). Tidak ada perbedaan signifikan selisih skor efikasi diri pre-test dan post-test kelompok kontrol dan intervensi (p= 0,067). Tidak ada hubungan antara efikasi diri dengan usia (r= -0,039) dan pengalaman kesehatan seksual reproduksi (Fhitung= 2,062). Ada hubungan jenis kelamin dengan efikasi diri (Fhitung=6,28).Kesimpulan: AViRSex dapat meningkatkan skor efikasi diri kesehatan seksual dan reproduksi pada remaja usia 12 – 14 tahun.
Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Penurunan Berat Badan dan Tingkat Kolesterol pada Orang dengan Obesitas: Literature Review Aziz Ar Rafiq; Sutono Sutono; Anggi Lukman Wicaksana
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.263 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.60362

Abstract

ABSTRACTBackground: Obesity is a complex condition, has many risk factors, but it can be prevented. People with obesity have high cholesterol levels and often have difficulty in losing weight. Moreover, physical exercise has vital role for reducing weight for people with obesity, since physical exercise affects one third of body’s energi expenditure.Objective: To review the effect of physical exercise on weight loss and cholesterol levels in obese people.Methods: Three electronic data sources, namely Scopus, PubMed, and Science Direct were explored for literature search. PICO was used along with few keywords i.e., obesity, physical activity or physical exercise or exercise, weight, and cholesterol. The search was resulted in seven literatures that matched the inclusion criteria, namely published on electronic data sources between 2008 to 2018, quantitative research, using population of people with obesity aged 20-60 years, English language literature and available in full text. The selected literatures were analyzed by descriptive narrative method and data extraction.Results: These literatures consisted of two case study and five randomized-controlled trial method. According to literature review, physical activity influenced weight loss and cholesterol levels. Physical activity was ranging form moderate intensity exercise, walking, aerobic to endurance training programs.Conclusion: Physical exercise influences on weight loss and cholesterol level in people with obesity. Furthermore, it gives positive influence toward body condition, such as improving metabolism, quality of life, self efficacy, and cardiorespiratory fitness.Keywords: cholesterol, obesity, physical activity ABSTRAKLatar belakang: Obesitas merupakan suatu keadaan yang kompleks dan memiliki banyak faktor risiko, tetapi besar kemungkinannya untuk dicegah. Orang dengan obesitas memiliki tingkat kolesterol yang tinggi dan sering mengalami kesulitan dalam menurunkan berat badan. Aktivitas fisik memiliki peran penting bagi orang yang mengalami obesitas untuk menurunkan berat badan, karena satu pertiga pengeluaran energi tubuh dihasilkan melalui aktivitas fisik.Tujuan: Mengulas pengaruh aktivitas fisik terhadap penurunan berat badan dan tingkat kolesterol pada orang dengan obesitas.Metode: Pencarian literatur dilakukan di tiga sumber data elektronik, yaitu Scopus, PubMed, dan Science Direct. Pencarian tersebut menggunakan PICO dengan kata kunci obesity, physical activity atau physical exercise atau exercise, weight dan cholesterol. Dari pencarian tersebut ditemukan 7 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu literatur terbit pada sumber data elektronik dari tahun 2008 hingga 2018, merupakan jenis penelitian kuantitatif, dengan populasi orang obesitas berusia 20-60 tahun, literatur berbahasa Inggris dan tersedia dalam teks lengkap. Literatur terpilih selanjutnya dianalisis dengan metode naratif deskriptif dan dilakukan ekstraksi data.Hasil: Tujuh literatur terpilih terbagi menjadi dua literatur studi kasus dan lima literatur uji acak terkendali. Hasil dari tujuh literatur tersebut yaitu bahwa aktivitas fisik memiliki pengaruh terhadap penurunan berat badan dan tingkat kolesterol. Aktivitas fisik yang dilakukan bervariasi, mulai dari latihan intensitas sedang, jalan kaki, aerobik, hingga program latihan ketahanan.Kesimpulan: Aktivitas fisik memiliki pengaruh terhadap penurunan berat badan dan tingkat kolesterol pada orang dengan obesitas. Aktivitas fisik dapat menimbulkan pengaruh yang baik terhadap tubuh, yaitu memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan efikasi diri dan meningkatkan kebugaran kardiorespirasi.Kata kunci: aktivitas fisik, kolesterol, obesitas 
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mental Se-Jiwaku terhadap Kecemasan dan Perilaku Impulsif Siswa pada Salah Satu SMA di Yogyakarta: Studi Retrospektif Heavysta British Fenderin; Intansari Nurjannah; Ariani Arista Putri Pratiwi
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.674 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.61666

Abstract

Background: The total number of adolescents in the world who have anxiety reaches 31,9%, or as many as 1 in 3 teenagers, when they are 18 years old. In addition to anxiety, problems in the form of messing up/making trouble are also often encountered in school-age children, this is due to their limited ability to provide an assessment of the situation which then gives rise to impulsive behaviour. Health education might be applied to help student in regard to anxiety and impulsive behaviours.Objective: To determine whether Se-Jiwaku Mental Health Education affects the level of anxiety and impulsive behaviours among students in one of senior high school in Yogyakarta.Methods: This study used a retrospective study design with a descriptive-analytic approach. There were 14 respondents which consisted of 12 females and 2 males. T-MAS and BIS-11 questionnaire were applied as data collecting instruments. The analytical test used was the non-parametric Wilcoxon analysis to see the change in data from pre-test to post-test due to the influence of the Se-Jiwaku Mental Health Education intervention.Results: The results of this study was 11 out of 14 respondents experience anxiety. For the impulsivity variable, the response range was between 62-89 with a cut-off point of 30 and a maximum score of 120, The Wilcoxon test results on the anxiety variable showed a score of 0,077 (more than p=0,05) and the impulsivity variable showed a sig. 2 tailed number of 0,268 (more than p=0,05)Conclusion: There is not any effect of Se-Jiwaku Mental Health Education on the level of anxiety and impulsive behaviours in Yogyakarta Senior High School Students who become research respondents. ABSTRAKLatar belakang: Total remaja di dunia yang memiliki kecemasan mencapai angka 31,9% atau sebanyak 1 dari 3 remaja mengalami kecemasan saat berusia 18 tahun. Selain kecemasan, permasalahan berupa mengacau/berbuat onar juga sering ditemui pada anak usia sekolah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dalam memberi penilaian terhadap situasi yang kemudian memunculkan perilaku impulsif. Pendidikan kesehatan dapat diaplikasikan untuk membantu siswa terkait kecemasan dan perilaku impulsif ini.Tujuan: Untuk mengetahui apakah Pendidikan Kesehatan Mental Se-Jiwaku berpengaruh pada tingkat kecemasan dan perilaku impulsif pada siswa di salah satu SMA di Yogyakarta.Metode: Penelitian ini menggunakan desain Retrospective Study dengan pendekatan deskriptif analitik. Jumlah responden yang terlibat sebanyak 14 siswa yang terdiri dari 12 perempuan dan 2 lelaki. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner T-MAS dan BIS-11. Uji analisis yang digunakan adalah analisis non-parametrik Wilcoxon untuk melihat perubahan data dari pre-test ke post-test akibat pengaruh intervensi Pendidikan Kesehatan Mental Se-Jiwaku.Hasil: Hasil penelitian mendapati 11 dari 14 responden (78,6%) mengalami kecemasan sedangkan untuk variabel perilaku impulsif, responden memiliki rentang respon antara 62-89 dengan cut-off poin 30 dan skor maksimal 120. Uji Wilcoxon pada variabel kecemasan menunjukkan skor 0,077 (lebih besar dari p=0,05) dan pada variabel perilaku impulsif menunjukkan angka sig.2 tailed sebesar 0,268 (lebih besar dari p=0,05).Kesimpulan: Tidak ada pengaruh Pendidikan Kesehatan Mental Se-Jiwaku terhadap tingkat kecemasan dan perilaku impulsif pada Siswa SMA di Yogyakarta yang menjadi responden penelitian ini.
Gambaran Persepsi dan Pengetahuan Kebersihan Tangan pada Pengunjung Intensive Care Unit Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Sulistina Alifah Purbaningrum; Sri Setiyarini; Happy Indah Kusumawati; Eri Yanuar Akhmad Budi Sunaryo
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7027.571 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.62542

Abstract

Background: Intensive Care Unit (ICU) patients are immunosuppressive and susceptible to infection. Their visit toward ICU may increase pathogen contamination and infection transmission probability. One of the procedures to prevent infection transmission is hand hygiene. On the other hand, perception and knowledge among ICU visitors related to hand hygiene is still under-researched.Objective: Describing the hand hygiene perception and knowledge of ICU visitors at Gadjah Mada University (UGM) Academic Hospital Yogyakarta.Methods: This research was a descriptive study using survey. Participants were 100 visitors at the UGM Academic Hospital who visited ICU on December 2019. Data were collected by using a questionnaire of visitors' perception and knowledge of hand hygiene that refers to World Health Organisation 2009 guidance. Univariate analysis was utilized to analyze the data.Results: Most of ICU visitors had good perception (61%) and good knowledge (53%). The best domain category for visitors’ perception was toward the availability of hand hygiene facilities and for visitors’ knowledge domain was toward hand hygiene media.Conclusion: Most of the ICU visitors at UGM Academic Hospital has a good perception and knowledge related to hand hygiene. ABSTRAKLatar belakang: Pasien di Intensive Care Unit (ICU) memiliki kondisi yang imunosupresif sehingga rentan terhadap infeksi. Kunjungan ke ICU meningkatkan kontaminasi patogen dan berpotensi menularkan infeksi. Salah satu langkah untuk mencegah terjadinya penularan infeksi adalah hand hygiene. Aspek yang dapat memengaruhi hand hygiene adalah persepsi dan pengetahuan tentang hand hygiene. Di sisi lain, penelitian terkait hand hygiene oleh pengunjung di ICU masih jarang dilakukan.Tujuan: Mengetahui gambaran persepsi dan pengetahuan hand hygiene pengunjung ICU RSA UGM Yogyakarta.Metode: Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian survei. Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung ICU RSA UGM Yogyakarta yang berjumlah 100 orang. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner pengetahuan dan persepsi hand hygiene pengunjung yang mengacu pada panduan WHO tahun 2009. Pengambilan data dilakukan selama bulan Desember 2019. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat.Hasil: Mayoritas pengunjung memiliki persepsi yang baik (61%) dan pengetahuan yang baik (53%). Pengunjung memiliki persepsi yang baik pada domain ketersediaan fasilitas hand hygiene. Mayoritas pengunjung memiliki pengetahuan yang baik pada domain media hand hygiene.Kesimpulan: Sebagian besar pengunjung ICU RSA UGM Yogyakarta mempunyai persepsi dan pengetahuan hand hygiene dengan kategori baik. 
Metode William Fleksi pada Low Back Pain: Studi Literatur Ika Rahmawati; Devi Nurmalia; Sarah Ulliya; Bambang Edi Warsito
Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas (Clinical and Community Nursing Journal) Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : PSIK FKKMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (51.107 KB) | DOI: 10.22146/jkkk.63222

Abstract

Background: Low back pain (LBP) is a clinical syndrome in which the main symptom is painful or uncomfortable feeling in lower back area. Work factor is one of many factors that can caused LBP, which may be triggered by carelessness and unergonomic work posture. There is a physical therapy that can be applied to reduce the pain of LBP sufferer namely William’s Flexion Exercise.Objective: To know the effect of William’s Flexion Exercise in reducing the pain of LBP sufferer.Method: This research was a literature review. Literatures were gathered from Google Scholar and PubMed database with low back pain and William’s flexion exercise as the keyword. Data was analysed using PRISMA flow diagram with inclusion criteria such as full text format, published between 2015-2020; written in Bahasa Indonesia and nationally published; written in English and internationally published in Scopus Q1-Q3 indexed journal. While exclusion criteria were literatures which published before 2015 and with double publication.Result: There were seven literatures identified according to the criteria above. From these literatures, it was found that William’s Flexion Exercise was proven in reducing scale of pain of low back pain sufferers and improving joint motion. There were several methods of William’s Flexion Exercise such as pelvic tilting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit up, hamstring stretches, bicycling, banding from a chair and squat factor.Conclusion: William’s Flexion Exercise can be an alternative physical therapy to reduce the scale of pain of LBP sufferer. ABSTRAKLatar belakang: Low back pain (LBP) adalah sindrom klinis dengan gejala utama nyeri atau ketidaknyamanan di daerah punggung bawah. Banyak faktor yang dapat menyebabkan LBP, salah satunya adalah faktor pekerjaan. Keluhan nyeri punggung bawah dapat timbul karena kurang berhati-hati dan sikap yang tidak ergonomis selama beraktivitas dalam bekerja. Salah satu terapi fisik yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita LBP adalah dengan latihan William Fleksi.Tujuan: Mengetahui pengaruh terapi latihan William Fleksi untuk mengurangi nyeri pada penderita LBP. Metode: Penelitian ini merupakan studi literatur. Literatur dikumpulkan dari database Google Scholar dan PubMed dengan nyeri punggung bawah dan latihan fleksi William sebagai kata kuncinya. Data dianalisis menggunakan diagram alir PRISMA dengan kriteria inklusi seperti format teks lengkap, diterbitkan antara tahun 2015-2020; ditulis dalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan secara nasional; ditulis dalam bahasa Inggris dan diterbitkan secara internasional dalam jurnal terindeks Scopus Q1-Q3. Sementara kriteria eksklusi adalah literatur yang diterbitkan sebelum tahun 2015 dan dengan publikasi ganda. Hasil: Ada tujuh literatur yang diidentifikasi sesuai dengan kriteria di atas. Dari literatur-literatur tersebut ditemukan bahwa William's Flexion Exercise terbukti dapat menurunkan skala nyeri pada penderita low back pain dan meningkatkan gerakan sendi. Terdapat beberapa metode William Fleksi, antara lain pelvic telting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit up, hamstring stretches, bicycling, banding from a chair dan squat factor.Simpulan: Latihan William Fleksi dapat menjadi alternatif terapi fisik untuk mengurangi skala nyeri pada penderita LBP.

Page 5 of 13 | Total Record : 122