cover
Contact Name
Fadel Assagaf
Contact Email
jurnal.multimoda@gmail.com
Phone
+6281294563813
Journal Mail Official
jurnal.multimoda@gmail.com
Editorial Address
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Transportasi Multimoda
ISSN : 16931742     EISSN : 25798529     DOI : https://doi.org/10.25104/mtm.v18i2.1724
Core Subject : Engineering,
Jurnal Trasportasi Multimoda adalah jurnal yang memuat publikasi yang berisikan hasil penelitian, kajian, review (hasil karyya asli) dan pemikiran ilmiah yang berfokus pada transportasi multimoda baik penumpang atau barang antarmoda, logistik, integrasi, konektivitas, berkelanjutan, dan kebijakan transportasi. Jurnal Tranportasi Multimoda bertujuan untuk menjadi platform peer-review dan sumber informasi di bidang transportasi multimoda. Ruang Lingkup Jurnal Transportasi Multimoda adalah: 1. Transportasi multimoda/antarmoda : transportasi antarmoda penumpang atau barang; 2. Logistik: rantai pasok, green freight, pergudangan; 3. Integrasi: integrasi jaringan transportasi darat, laut, udara; intergrasi prasarana dan sarana transportasi; 4. Transportasi berkelanjutan: transit oriented development, transport demand management, urban logistik; 5. Kebijakan transportasi: regulasi transportasi multimoda
Articles 128 Documents
Integrasi Pelabuhan Benoa Dan Trans Sarbagita Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Transportasi Perkotaan di Denpasar Bali herma juniati
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 17, No 2 (2019): Desember 2019
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.965 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v17i2.1323

Abstract

Permasalahan transportasi antarmoda penumpang di Indonesia saat ini adalah terjadinya ketidaklancaran mobilitas orang pada beberapa simpul transportasi di tingkat wilayah dan kota metropolitan, keterpaduan intramoda dan antarmoda dalam jaringan prasarana maupun pelayanan, baik dalam pembangunan, pembinaan maupun penyelenggaraannya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk penyusunan desain keterpaduan koridor penghubung dan fasilitas pelabuhan laut dan shelter trans Sarbagita dalam rangka meningkatkan keterpaduan pelayanan angkutan perkotaan. Penelitian ini akan membahas integrasi transportasi antarmoda dalam mendukung peningkatan keterpaduan di simpul transportasi khususnya Pelabuhan Benoa dan Trans Sarbagita.Penelitian ini menggunakan metode konsep perencanaan serta perancangan (design) kualitas konektivitas dan integrasi pelabuhan dan sistem Intermodal Passenger Transport (IPT). Hasil dari penelitian ini adalah beberapa komponen seperti (Keterhubungan, Kemudahan, Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan), sarana dan prasarana yang ada dalam sebuah integrasi antarmoda serta pada sebuah pelabuhan yang bertaraf internasional sebagai tempat perhentian bagi wisatawan domestik maupun mancanegara menjadi sebuah hal yang penting
INTEGRASI STASIUN TANJUNG KARANG DENGAN TRANS LAMPUNG DAN ANGKUTAN LANJUTAN DAMRI DALAM MENDUKUNG PELAYANAN TRANSPORTASI yuveline aurora; Irawati Andriani; Marlia Herwening
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 18, No 2 (2020): Desember
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5177.772 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v18i2.1718

Abstract

Moda kereta api merupakan primadona bagi sebagian masyarakat Indonesia hal ini disebabkan oleh harga yang terjangkau untuk semua kalangan, memiliki kapasitas angkut penumpang yang cukup besar serta sebagai transportasi yang bebas macet dari masa ke masa. Untuk itu diperlukan integrasi antarmoda yang dimulai dari integrasi fisik, pelayanan dan operasional dan pembayaran. Penelitian bertujuan menyusun desain keterpaduan koridor penghubung dan fasilitas pendukung di Stasiun Tanjung Karang dengan halte Trans Lampung dan angkutan lanjutan Damri dalam rangka peningkatan keterpaduan pelayanan transportasi. Analisis yang digunakan adalah analisis kesenjangan (gap), analisis Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil dari kajian ini, dimensi kesetaraan mempunyai nilai gap yang paling tinggi sehingga harus mendapatkan prioritas perbaikan layanan. Untuk nilai CSI terhadap pelayanan Stasiun Tanjung Karang sebesar 61,45%,hal ini menunjukkan nilai interpretasi CSI masih sangat buruk. Kondisi fasilitas alih moda masih kurang baik, dan untuk pengembangan desain dibuat berdasarkan hasil analisa yang menunjukkan bahwa akses jalan dari stasiun menuju angkutan lanjutan merupakan hal yang penting bagi pengguna stasiun, sebaiknya selasar penghubung berkanopi, agar para pengguna (penumpang) lebih nyaman terlindung dari panas maupun hujan dan meningkatkan aksesibilitas menuju ke angkutan lanjutan.
PENILAIAN KETERPADUAN JARINGAN TRANSPORTASI ANTARKOTA DI BANDUNG METROPOLITAN AREA Yessi Gusleni
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 14, No 3 (2016): September
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2455.658 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v14i3.166

Abstract

Strategi kelancaran mobilitas diwujudkan melalui strategi peningkatan keterpaduan jaringan pelayanan antar kota. Isu strategis atau gambaran permasalahan berdasarkan kondisi faktual yang terjadi pada saat ini adalah kondisi transportasi antarmoda yang pada umumnya belum efektif dan efisien di kota-kota besar di Indonesia. Kelancaran mobilitas orang antar kota dapat tercapai melalui strategi peningkatan keterpaduan jaringan pelayanan antar kota dan pusat kegiatan nasional sebagaimana yang telah ditetapkan dalam RTRWN. Penelitian ini dilakukan di Bandung Metropolitan Area (BMA), berbasis survei sekunder, survei lapangan, dan kajian literatur dengan menggunakan metoda penilaian keterpaduan sistem transportasi antar kota yang merupakan keterpaduan sistem primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterpaduan jaringan transportasi dengan jaringan pelayanan transportasi, jaringan jalan dan jaringan pelayanan yang menghubungkan antara kota/ kabupaten penyusun wilayah aglomerasi (sistem primer) di lokasi penelitian tidak memenuhi syarat.
Proyeksi Transit Oriented Development oleh Masyarakat di Stasiun Tugu Yogyakarta Fajar Susilowati; Yusfita Chrishnawati; Evi Puspitasari
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 19, No 2 (2021): Desember
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3711.885 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v19i2.2039

Abstract

Penerapan kebijakan Transit Oriented Development (TOD) pada Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta menjadi suatu kebutuhan mutlak mengingat pertumbuhan di kawasan tersebut yang terus meningkat. Konsep ini merupakan suatu pendekatan melalui pengembangan kota yang memaksimalkan penggunaan angkutan massal yang dilengkapi dengan fasilitas jaringan bagi pejalan kaki atau pesepeda, serta tempat pemberhentian kendaraan lengkap dengan fasilitas parkirnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap penerapan kebijakan tersebut, faktor pendukung, dan dampaknya. Lingkup penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat di sekitar Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta. Instrumen pengambilan data menggunakan teknik angket atau kuesioner, dilanjutkan observasi dan wawancara terstruktur berdasarkan pertanyaan kuesioner yang ada untuk menggali informasi lebih mendalam. Responden dalam penelitian sebanyak 30 orang yang dipilih secara acak yang mewakili masyarakat yang terdiri dari penduduk setempat, pengguna jalan, pengelola angkutan umum, pengguna fasilitas umum, pelaku kegiatan perekonomian, dan pemerintah daerah setempat. Data yang ada diolah menggunakan analisis data deskriptif dengan alat bantu SPSS. Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa fokus utama masyarakat terkait dengan penerapan TOD di Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta adalah kualitas fasilitas umum yang ada di kawasan tersebut, seperti toilet umum, mushola, dan tempat cuci tangan khususnya pada masa pandemi covid-19. Berdasarkan hasil penelitian ini juga diperoleh faktor utama yang mendukung penerapan kebijakan ini adalah peningkatan kualitas udara melalui peningkatan penghijauan dan penekanan tingkat polusi akibat banyaknya kendaraan di kawasan tersebut. Selanjutnya masyarakat yang paling terdampak dengan adanya kebijakan penerapan TOD ini adalah masyarakat pelaku kegiatan perekonomian di wilayah tersebut yang berprofesi sebagai wiraswasta.
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN CIKARANG DRY PORT DENGAN METODE IMPORTANCE - PERFORMANCE ANALYSIS DAN KANO Reni Puspitasari
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 13, No 3 (2015): September
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.781 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v13i3.183

Abstract

Kegiatan perekonomian, khususnya dalam dunia perdagangan, erat kaitannya dengan kegiatan ekspor dan impor yang merupakan kegiatan utama dalam distribusi barang. Keberadaan industri-industri di wilayah hinterland mendorong terbentuknya konsep pelabuhan darat yang berfungsi seperti pelabuhan laut pada umumnya, sebagai penunjang kegiatan ekspor, impor, serta distribusi barang dan komoditas yang dihasilkan. Hal ini memunculkan pemikiran untuk menganalisis kualitas pelayanan Cikarang Dry Port, seiring dengan isu kemacetan di terminal pelabuhan Tanjung Priok. Untuk mengukur kualitas dari pelayanan Cikarang Dry Port digunakan Servqual sebagai metode yang dijadikan dasar penentuan variabel kualitas layanan. Variabel yang digunakan dalam menentukan kualitas pelayanan Cikarang Dry Port adalah berdasarkan lima dimensi layanan dalam Servqual, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Berdasarkan lima variabel (dimensi layanan) tersebut diidentifikasi atribut-atribut layanan yang dapat mempengaruhi kepuasan pengguna jasa Cikarang Dry Port, sehingga dapat dianalisis kualitas layanan dariCikarang Dry Port. Oleh karena peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti hanya memperoleh sampel sebanyak 38 responden, yang terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang logistics service provider, seperti freight forwarder, shipping liner, serta perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL). Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2014. Metode yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan Cikarang Dry Port adalah metode Importance-Performance Analysis (IPA) dan Kano. Hasil pengintegrasian antara metode IPA dan Kano didapatkan urutan prioritas perbaikan atribut-atribut layanan, yaitu T23: terdapat depo pemeliharaan dan perawatan kontainer, R4: kemudahan proses konsolidasi barang, T18: perkantoran yang bersih dan nyaman, R3: kemudahan proses penerimaan dan pengiriman barang, A12: petugas memberikan pelayanan dan informasi secara benar, RES8: petugas cepat menindaklanjuti keluhan pelanggan, A14: jaminan keamanan dan keselamatan barang dari kerusakan dan kehilangan, T21: peralatanhttp://removelinebreaks.net/a/removelinebreaks/top.png bongkar muat yang memadai, RES7: petugas cepat dan tanggap dalam melayani pelanggan. Oleh karena itu untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas layanan guna memenuhi kepuasan pengguna jasa, maka atribut-atribut tersebut harus menjadi perhatian utama Cikarang Dry Port selaku operator.
Cover Depan Juni 2015
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 13, No 2 (2015): Juni
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.579 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v13i2.244

Abstract

INTEGRASI MODA DI PELABUHAN PENYEBERANGAN SIBOLGA Elviana R Simbolon, S.Kom., M.MTr
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 15, No 1 (2017): JUNI
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.567 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v15i1.758

Abstract

Pelabuhan Penyeberangan (ASP) Sibolga mempunyai peranan yang sangat penting bagi pelayanantransportasi dalam memperlancar arus barang dan manusia antara Pulau Sumatera ke Pulau Nias, untukmelayani angkutan penumpang dan barang. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan pariwisata diPulau Nias diperkirakan kebutuhan jasa transportasi dari tahun ke tahun selalu meningkat. Peningkatanperkembangan tersebut akan berdampak terhadap permintaan kebutuhan barang, mengingat hampir semuakebutuhan barang termasuk barang konsumsi di Pulau Nias didatangkan dari Pulau Sumatera. Selain itu,pertumbuhan perekonomian Kota Sibolga yang semakin meningkat juga membuat semakin tingginya barangmaupun hasil perkebunan dan pertanian masuk ataupun keluar Kota Sibolga. Model proyeksi pertumbuhanbarang menuju Kepulauan Nias memperlihatkan variabel yang berpengaruh terhadap volume barangke Nias adalah jumlah penduduk, sedangkan model proyeksi pertumbuhan barang dari Kepulauan Niasmemperlihatkan variabel yang berpengaruh terhadap volume barang dari Nias adalah produksi pertaniandan peternakan. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka sistem angkutan darat dan penyeberangandiperlukan harmonisasi operasional. Sehingga terwujud integrasi layanan angkutan barang yang efektifdan efisien. Tujuan penelitian ini melakukan kajian pengembangan integrasi moda untuk angkutan barangdi pelabuhan penyeberangan Sibolga, sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembanganintegrasi moda untuk angkutan barang di Pelabuhan Penyeberangan Sibolga dengan memperhatikan kondisipergerakan lalu lintas barang dan perkembangan wilayah. Data yang dikumpulkan diperoleh dari pengamatanlapangan dan data sekunder meliputi lalu lintas pergerakan angkutan barang, perkembangan perekonomiandan potensi wilayah dan perkembangan penduduk serta rencana pengembangan wilayah. Berdasarkan hasilanalisa ULSA (Keunggulan, Kelemahan, kesempatan dan Ancaman) dapat disimpulkan bahwa integrasimoda angkutan darat dan penyeberangan di Pelabuhan Penyeberangan (ASP) Sibolga dapat memberikanlayanan yang optimal dengan melakukan pengembangan yaitu a) penyediaan lahan parkir yang memadaibagi kendaraan pengguna layanan angkutan penyeberangan, b) penataan akses keluar masuk pelabuhanpenyeberangan agar memudahkan pergerakan kendaraan barang di dalam dan disekitar kawasan pelabuhan,dan c) pengembangan simpul transportasi barang untuk menunjang kelancaran mobilitas angkutan barang.
Penentuan lokasi pembangunan terminal angkutan barang di Sampit sherly Nandya Putri
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 16, No 1 (2018): juni
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.154 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v16i1.842

Abstract

Kawasan Perkotaan Sampit merupakan Ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur yang berada pada jalur strategis lintasan angkutan barang dari kabupaten dan/atau kota di Provinsi Kalimantan Tengah. Tingginya volume pergerakan barang dengan dominasi perjalanan eksternal-internal belum didukung oleh terminal angkutan barang. Hal ini mengakibatkan banyak ditemukan parkir dan bongkar muat di pinggir jalan sehingga menurunkan kinerja ruas jalan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi pembangunan terminal barang yang tepat sesuai dengan karakteristik pola pergerakan barang dan kondisi di wilayah studi sehingga dapat mengatasi dampak penurunan kinerja ruas jalan akibat tidak adanya terminal angkutan barang. Penentuan lokasi pembangunan terminal angkutan barang dilakukan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Proccess) yang menggabungkan beragam pendapat dari responden untuk menyelesaikan permasalahan multikriteria. Kriteria yang dirumuskan adalah aksesibilitas, kinerja ruas jalan, dan pola angkutan regional. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai bobot kriteria aksesibilitas menjadi prioritas utama sebesar 63%, kemudian kriteria kinerja ruas jalan menjadi prioritas kedua sebesar 26%, dan kriteria pola angkutan regional sebagai prioritas terakhir sebesar 11%. Kelurahan Mentawa Baru Hulu terpilih menjadi lokasi alternatif terbaik pembangunan terminal angkutan barang dengan bobot sebesar 41,2% disusul Kelurahan Eka Baharui (39,6%) dan Kelurahan Baamang Hulu (18,1%). Adanya pembangunan terminal angkutan barang pada lokasi terpilih akan meningkatkan kinerja ruas jalan dan memperlancar arus distribusi barang di Kawasan Perkotaan Sampit.
Transportasi Aerial Cable Car dalam Pengembangan Wisata Tepian Pantai dan Konsep Integrasi Antarmoda di Kota Makassar Yashinta Kumala; muhammad yamin Jinca; Megawati Viska Viska
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 17, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1270.571 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v17i1.1275

Abstract

Aerial cable car merupakan moda transportasi yang belum dikenal luas di Indonesia namun sudah sangat populer di negara-negara maju dalam menunjang sektor wisata, pelayanan kawasan khusus, dan transportasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep perencanaan rute cable car dan integrasinya dengan moda lainnya serta menghasilkan arahan untuk implementasinya di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 6 bulan, mulai dari Bulan Januari sampai dengan Juni 2019. Metode yang digunakan adalah kajian literatur, studi banding, survei lapangan, analisis spasial dan jaringan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, serta pendekatan konsep secara pemetaan (mapping), ilustratif dan deskriptif. Penelitian ini mengangkat Kawasan Pusat Kota Makassar yang terletak di tepian pantai sebagai prioritas implementasi pembangunan cable car karena memiliki potensi pasar wisata yang besar, pusat tarikan perdagangan dan komersial yang sangat kuat, dan area dengan tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi. Dari analisis dihasilkan empat rute cable car yang potensial: satu rute yang lurus mengikuti jalan tepian pantai yang akan menghasilkan pemandangan yang sangat indah ke arah laut lepas dan ke arah permukiman kota yang sangat padat, terlihat oleh mata penumpang dari belakang jendela kabin cable car; satu rute lainnya menghubungkan dua pusat perbelanjaan besar di kawasan tersebut; dan dua rute lainnya membawa para turis ke dua pulau wisata terdekat. Dari analisis juga dihasilkan sembilan stasiun potensial serta konsep integrasi antara moda cable car dengan moda lainnya, bangunan dan lansekap. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan kualitas pelayanan Bus Transmamminasata dan penataan jalur sirkulasi seluruh moda yang lebih baik disetiap stasiun cable car. Hal ini untuk mengantisipasi peningkatan mobilitas yang dihasilkan dari implementasi cable car dan untuk mencapai tingkat pelayanan transportasi kota yang optimal, layaknya sebuah Kota Dunia.
PENGEMBANGAN KAWASAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA BERBASIS TRANSIT DENGAN PENDEKATAN AKSESIBILITAS Yohanes Satyayoga Raniasta; Ikaputra Ikaputra; Dyah Titisari Widyastuti
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 14, No 1 (2016): Maret
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.336 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v14i1.84

Abstract

Transit Oriented Development (pengembangan kawasan berbasis transit) telah menjadi model penataan kawasan untuk mereduksi kemacetan dan kesemrawutan kota yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan. Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta merupakan kawasan tarikan dalam skala regional yang berbasis moda transportasi utama kereta api. Permasalahan aksesibilitas stasiun terhadap titik-titik tarikan kawasan menjadi isu yang perlu dicermati dalam rangka pengembangan dan penataan kawasan di masa yang akan datang. Penelitian ini membahas tentang kemudahan pencapaian penumpang kereta api lokal dari Stasiun Tugu untuk mencapai titik-titik aktivitas yang menjadi tarikan pergerakan pada kawasan dengan menggunakan moda berjalan kaki dan kendaraan umum non motorized (NMT) becak. Metode kualitatif-kuantitatif rasionalistik digunakan untuk pendekatan dalam penelitian ini, melalui wawancara terhadap 100 orang responden dan observasi fisik lapangan. Hasil dari wawancara dianalisis deskriptif, hasil observasi fisik dianalisis dengan variabel aksesibilitas pejalan kaki dan NMT becak. Variabel aksesibilitas pejalan kaki meliputi aspek kedekatan (jarak, waktu), keterhubungan, kemudahan, kenyamanan, keramahan, dan keterlihatan. Sedangkan variabel aksesibilitas NMT becak meliputi kedekatan (jarak, waktu, biaya), keterhubungan, kemudahan, dan kenyamanan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 (dua belas) titik tarikan kawasan dengan tingkat aksesibilitas pejalan kaki dalam ambang batas bawah tingkat baik (nilai 2,54 dalam skala 4,00) dan aksesibilitas NMT becak dalam ambang batas bawah tingkat baik (2,53 dalam skala 4,00). Tipologi permasalahan aksesibilitas kawasan adalah tingginya intervensi jalur pejalan kaki dan becak oleh fungsi parkir kendaran bermotor dan aktivitas pedagang kaki lima, minimnya signage informasi, kurangnya fasilitas bagi difabel, serta ketidaktersediaan jalur penyeberangan dan pangkalan yang baik bagi becakĀ 

Page 5 of 13 | Total Record : 128