cover
Contact Name
Aulina Adamy
Contact Email
aulinaadamy@gmail.com
Phone
+6281298061066
Journal Mail Official
jurnal.rumoh@unmuha.ac.id
Editorial Address
Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh, Jl. Muhammadiyah No. 91 Bathoh, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh
Location
Kota banda aceh,
Aceh
INDONESIA
Rumoh: Journal of Architecture
ISSN : 20889399     EISSN : 27984648     DOI : https://doi.org/10.37598/rumoh
Core Subject : Engineering,
Jurnal ini memuat artikel-artikel ilmiah pada lingkup ilmu: arsitektur, lanskap, interior, perancangan kota dan permukiman serta arsitektur lingkungan. Rumoh menerima artikel ilmiah, studi kasus, studi literatur, laporan serta artikel untuk edisi khusus. Artikel ilmiah ini diterima dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
Articles 59 Documents
GALERI SENI RUPA BANDA ACEH: Tema: Arsitektur Simbolik Erlistia Yumita; Sahriyadi Sahriyadi
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (992.811 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.3

Abstract

Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia. Dengan segala keindahan, dan kebebasan ekspresi dari manusia sendiri. Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Di Kota Banda Aceh seni rupa sudah menjadi trend baru dalam dunia seni, yang diminati banyak orang. Perkembangan para pelaku seni rupa dapat dilihat dari banyaknya komunitas- komunitas seni yang menghasilkan seniman-seniman. Potensi seni yang di miliki Kota Banda Aceh tersebut hingga saat ini belum mempunyai sebuah wadah komersial yang bersifat publikasi, promosi, edukasi, hiburan, dan lain sebagainya. Untuk itulah perlu direncanakan sebuah Galeri Seni Rupa yang refresentatif. Klasifikasi Galeri Seni Rupa ini menerapkan jenis galeri  seni  Modern Art  Gallery serta  menerapkan tema Arsitektur Simbolik dalam rancangannya. Alasan pemilihan tema Arsitektur Simbolis karena menggunakan unsur- unsur yang lebih bebas sehingga ekspresi bangunan nantinya akan menyatu dengan karakteristik seni rupa yang diterapkan dalam perancangan Galeri Seni Rupa Banda Aceh ini. Galeri Seni Rupa direncanakan menggunakan konsep bentuk dari ukiran Rumoh Aceh yaitu motif putik bunga dengan pengelompokkan ruang seperti fasilitas utama Galeri, fasilitas pendukung (café, perpustakaan, ruang informasi, kasir, lobby, klub seni, dan mushala), fasilitas servis (ruang pengelola, ruang utilitas, gudang, dapur, toilet), dan fasilitas ruang terbuka (panggung hiburan, dan parkir). Lokasi perencanaan Galeri ini terletak di Jalan Teungku Imum Lueng Bata, Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh. Bersifat massa tunggal dengan KDB 40% dan KLB 1,2 dengan luas lahan 2 Ha.
ACEH KASAB CENTER DI BANDA ACEH: Arsitektur Neo Vernakular Nury Intan Dhori; Henny Marlina
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (919.719 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.30

Abstract

Kasab atau kerajinan benang emas dikenal secara luas sebagai sulaman khas tradisional di Aceh yang dibuat diatas kain beludru. Bagi masyarakat Aceh penggunaan jenis dan warna kasab  dapat mencerminkan derajat serta parameter status sosial. Pada umumnya sulaman kasab hanya dibudayakan oleh pengrajin Aceh sebagai Industri rumah tangga dengan menempatkan hasil  produksinya di toko-toko souvenir, hotel, museum dan pameran-pameran  yang ada  di Kota Banda Aceh. Oleh karena itu perlu suatu wadah yang menjual dan memamerkan hasil kerajinan setiap daerah di Aceh serta menampung hasil karya sebagai pusat pembinaan, pengembangan unsur  produktivitas dan juga sebagai pertumbuhan sektor perekonomian daerah Aceh. Pendekatan desain yang dilakukan dalam perancangan Aceh Kasab Center ini melalui penerapan tema Arsitektur Neo-vernakular. Perancangan tema Arsitektur Neo-vernakular dimaksudkan mampu melestarikan unsur kebudayaan Aceh dengan desain yang mengutamakan kondisi iklim serta penggunaan atap pelana dan ragam hias tradisional Aceh.  Rancangan Aceh Kasab Center ini terinspirasi dari bunga kenanga,  yakni salah satu motif  flora yang sering digunakan pada sulaman kasab Aceh. Aceh Kasab Center ini dirancang bermassa tunggal yang terdiri dari tiga lantai yang berada di Jln. Mesjid Raya  Baiturrahman Banda Aceh dengan luas lahan yang tersedia 14.000 m² dengan KDB 8400 m²  (60%) dan KLB 5600 m² (40%) serta difasilitasi ruang mini galeri, multimedia, perpustakaan, workshop, souvenir shop, cafetaria, musalla, ATM center dengan daya tampung pengunjung 410 orang/hari.
ARSITEKTUR KONTEKSTUAL Qurratul Aini; Sayed M. Khatami
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.814 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.34

Abstract

Konteks merupakan batasan yang berkaitan erat dengan lokasi sebuah obyek arsitektural, karena arsitektur bisa didesain sesuai atau tidak dengan konteks. Konteks penting karena pengguna rancangan adalah mereka yang terelasikan oleh konteks arsitektural. Konteks arsitektural bisa berarti sejarah, lokasi, arkeologi maupun ekologi disekitar lokasi arsitektur. Arsitektur Kontekstual gedung harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta harus mempertimbangkan perwujudan kualitas bangunan gedung dan lingkungan. Beberapa ciri Arsitektur Kontekstual adalah adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar, Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain-lain terhadap bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat, meningkatkan kualitas lingkungan yang ada .
REDESAIN PESANTREN MODERN DARUL ULUM DI BANDA ACEH: Arsitektur Tropis Rahmazana Aulia Herman; Faiza Aidina
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1241.986 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.39

Abstract

Pesantren Modern Darul Ulum adalah sebuah Pesantren Terpadu yang menggabungkan dua lembaga pendidikan, yaitu Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Setiap tahun pertambahan santri semakin meningkat, tetapi fasilitas yang ada pada saat ini tidak memadai, salah satunya ruangan kelas yang tidak mencukupi , maka dari itu perlu upaya untuk merancang kembali Pesantren Darul Ulum ini dengan maksud memperbaiki desain terhadap fasilitas-fasilitas yang kurang memadai, serta mengatur keteraturan ruang dan sirkulasi. Pesantren Modern Darul Ulum di Banda Aceh ini berlokasi di Jalan Syiah Kuala nomor 5 Gampong Keuramat Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh Provinsi Aceh.  Pesantren Modern Darul Ulum di Banda Aceh ini menerapkan Pesantren Tipe D, yaitu Pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok dan sekaligus sistem sekolah/madrasah, dengan tema yang diterapkan yaitu Arsitektur Tropis. Penerapan arsitektur tropis pada bangunan ini dengan menerapkan ventilasi silang, pilotis, dan bukaan yang besar untuk memanfaatkan angin, pemilihan bentuk massa bangunan yang tidak lebih dari lima kali tinggi lantai, dan penamanan vegetasi seperti pohon palem yang berfungsi sebagai pohon pengarah, glodokan tiang sebagai buffer, pohon tanjung dan flamboyan sebagai pohon peneduh. Orientasi bangunan timur-barat, terletak dijalan utama, pencapaian ke lokasi pesantren dapat diakses dari segala arah, melalui jalan Syiah Kuala, jalan Tengku Daud Bereu’eh, dan jalan T. Hasan Dek. Massa bangunan merupakan massa majemuk yang memiliki dua bangunan utama yang terdiri dari sekolah dan asrama. Fasilitas bangunan pendukung lainnya yaitu mesjid, kantor pengelola, aula, dapur dan ruang makan, rumah ustadz/ustadzah, ruko dan pos satpam. Kolom utama berukuran 50x50 cm, menggunakan pondasi tapak, dinding menggunakan material batu bata, dan atap menggunakan struktur baja berat. Luas lahan 48.938 m² dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah 29.362 m².
MUSEUM DIRGANTARA ACEH: Arsitektur High Tech Mujibul Imam; Fatimah Azzahra
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1563.088 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.41

Abstract

Aceh termasuk salah satu daerah yang ikut terlibat dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai salah satu bukti yang paling terkenal adalah pesawat Seulawah RI 001, yaitu sebagai transportasi dalam membantu proses kemerdekaan. Selain itu Indonesia hanya memiliki satu Museum Dirgantara yang terletak dikomplek TNI AU Yogyakarta pada museum tersebut hanya memamerkan pesawat-pesawat lama kemudian jumlah koleksi dan fasilitas juga terbatas. Maka diperlukan museum sebagai pelestarian nilai-nilai sejarah perkembangan teknologi penerbangan. Museum Dirgantara Aceh bertujuan menjadikan Aceh sebagai salah satu kota Dirgantara Indonesia. Lokasi rancangan berada di Jln. Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh Besar. Museum Dirgantara Aceh direncanakan dengan kategori Science and Technology Museum (Museum IPTEK). Penerapan tema Arsitektur High Tech bertujuan agar karakter Museum Dirgantara yang memiliki ruang bebas kolom sesuai dengan kebutuhan yaitu untuk menyimpan dan mengabadikan koleksi pesawat serta desain yang dihasilkan tetap aman dan nyaman melalui penerapan sistem teknologi tinggi. Ada Empat unsur Arsitektur High Tech yang diterapkan diantaranya menampilkan kekuatan konstruksi rangka bangunan dan material baja (Celebration of Process). Analisis yang digunakan adalah analisis fungsional, analisis lingkungan dan analisis bangunan, sehingga dapat menghasilkan konsep desain yang seimbang antara standarisasi dan tema yang digunakan. Penerapan konsep bentuk diangkat dari sebuah bentuk tenda pramuka, Bentuk tersebut memiliki tingkat efisiensi yang sangat tinggi terhadap penggunaan ruang bebas kolom. Museum Dirgantara Aceh ini mampu menampung jumlah pengunjung sebesar 536 orang/hari dan jumlah pengelola 45 orang. Luas lahan adalah 100.302 m2. Luas lantai dasar adalah 15.263.15 m2 dan luas lantai keseluruhan adalah 27.693.32 m2. Jenis bangunan bermassa tunggal dilengkapi dengan fasilitas utama yaitu ruang pameran pesawat indoor dan outdoor, simulasi kokpit pesawat, lapangan demo aeromodelling dan servis.
KARYA ARSITEKTUR EKSPRESIONISME DUNIA Henny Marlina; Reza Fitri Arianti
Rumoh Vol. 8 No. 15 (2018): Juni
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.762 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i15.42

Abstract

Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, arsitektur berkaitan dengan segi kehidupan, yang dapat ditinjau dari empat sisi yaitu seni, teknik, ruang dan sejarah. Dari sisi seni, arsitektur mencakup seni bangunan yang diimplementasikan dalam bentuk dan dekorasi. Dari sisi teknik, arsitektur diartikan sebagai sistem yang digunakan untuk merancang kontruksi dan struktur serta nilai estetika suatu bangunan. Ditinjau dari sisi ruang, arsitektur mencakup upaya pemenuhan ruang. Sedangkan dalam tinjauan sejarah dan geografi, arsitektur mencakup peninggalan sejarah dalam suatu batasan waktu dan tempat. Perkembangan arsitektur tidak terlepas dari perkembangan budaya yang semakin lama semakin kompleks mengikuti perkembangan peradaban. Sebagai salah satu aliran yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-20, langgam Arsitektur Ekspresionis diilhami dari novel-novel dan roman-roman yang terkadang menggunakan material yang tidak lazim digunakan pada saat itu seperti batu bata, baja dan kaca. Ekspresionisme dianalogikan sebagai bagian dari linguistik, di mana dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu media yang dapat digunakan oleh arsitek untuk mengungkapkan kebebasan dalam  sikap dan ekspresinya, sehingga walaupun suatu karya arsitektur ekspresionis memiliki ciri khas namun tetap terlihat sederhana.
KONSEP PENATAAN KAWASAN PUSAT KOTA LAMA BANDA ACEH: Studi Kasus: Pasar Aceh dan Peunayong Desi Safriana
Rumoh Vol. 8 No. 16 (2018): Desember
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.465 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i16.52

Abstract

Kota Banda Aceh adalah salah satu daerah yang sangat rentan terhadap bencana, terutama   gempa   bumi, tsunami   dan   banjir.   Setelah   bencana   besar   yang menerjang kawasan ini pada tahun 2014, pemerintah   bersama dengan   pihak International NonGovernmental Organisation (INGO) telah melakukan pembangunan kembali kota ini terutama di pusat kota lama Pasar Aceh dan Peunayong. Program revitalisasi sangat diperlukan karena daerah ini dianggap sebagai kawasan pusat perdagangan kota Banda Aceh yang mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat Aceh. Pemerintah Kota Banda Aceh telah melaksanakan beberapa program pembangunan untuk mengembangkan kembali kedua   wilayah   inti   ini   dan   daerah   tepi   sungai   di   sekitar   kawasan   ini. Namun, masih   terdapat   beberapa   kendala   dalam   pelaksanaan    program revitalisasi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan- permasalahan tersebut melalui observasi lapangan dan wawancara dengan dinas   terkait.   Metode   kualitatif   dilaksanakan   dengan   menganalisis   secara deskriptif temuan di   lapangan. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan dan hasil wawancara dengan dinas terkait, didapatkan bahwa kawasan Pasar Aceh dan Peunayong ini sangat semrawut dan macet. Jalur pedestrian disalahgunakan oleh Pedagang Kaki  Lima (PKL) sebagai  tempat  berdagang,  system  drainase  yang tersumbat  serta  kurangnya  koordinasi  antar  dinas  terkait  dalam  pelaksanaan proyek di kawasan ini. Oleh karena itu kawasan ini perlu direvitalisasi kembali dengan mengadopsi konsep desain revitalisasi dan mensinergikan beberapa program pembangunan yang dilaksanakan oleh beberapa dinas terkait, serta melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan revitalisasi ini. Beberapa konsep perancangan meliputi perencanaan jalur pedestrian yang dapat memudahkan akses bagi     pengguna Pasar Aceh dan Paunayong. Kemudian penataan jalur pedestrian di sekitar tepian sungai Peunayong untuk mengoptimalisasi potensi wisata di kawasan tersebut. Selanjutnya strategi revitalisasi yang dapat mengakomodir kebutuhan  pengguna  seperti  relokasi  para  PKL  ke  pasar  induk  yang  ada disekitar lokasi, membuka akses pejalan kaki di titik-titik tertertu dan pembuatan Standar Operasional Procedures (SOP) untuk dinas-dinas terkait dalam melaksanakan   proyek   di   kawasan   ini.   Diharapkan   penelitian   ini   dapat memberikan kontribusi dan dukungan kepada pemerintah untuk merealisasikan upaya revitalisasi di kawasan Pasar Aceh dan Peunayong sebagai Kawasan Pusat Bisnis Kota Banda Aceh.
HOTEL RESORT SIMEULUE: Tema: Arsitektur Hijau Open Radisah; Suci Farahdilla
Rumoh Vol. 8 No. 16 (2018): Desember
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.181 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i16.54

Abstract

Kabupaten Simeulue terletak di sebuah pulau yang berada di penghujung pulau Sumatera, Indonesia, Memiliki pulau-pulau kecil yang indah juga mempunyai panorama pantai yang bagus, dengan gulungan ombak yang cocok untuk olah raga air, Alam yang masih alami, dengan hasil alam laut yang sangat banyak berupa teripang, ikan, gurita dan lobster. Hal inilah yang melirik minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut. Lokasi Hotel resort ini beradadi jalur strategis karena Merupakan potensi wisata yang paling terkenal di simeulue dengan cakupan tiga kecamatan. Lokasi berada di kawasan Noalu Balok, Jl. Lingkar Simeulue Kecamatan Alafan Desa Langi. Maksud dan tujuan dari Hotel Resort ini adalah ingin meningkatan sektor kepariwisataan di Aceh khususnya Kabupaten Simeulue untuk melayani dan menyediakan akomodasi yang nyaman kepada wisatawan, yang menjadi permasalahan pada Hotel Resort ini adalah bagaimana merancang Hotel Resort di Kawasan Noalu Balok yang sesuai dengan standarisasi dan persyaratan yang ada dan bagaimana menerapkan tema Green Architecture pada Hotel Resort Simeulue tersebut. Hotel Resort ini di klarifikasikan sebagai resort pantai berbintang (empat) dengan 51 kamar, restauran, bar dan juga fasilitas penunjang lainnya. Adapun tema yang diterapkan adalah Green Architectekture, alasannya, tema ini mampu berkolaborasi dan bersuaian dengan lokasi yang akan di rencanakan Hotel Resort Simelue, dengan mengadopsi dua prinsip green Architecture yakni, Working with Climate and Respect for Site. Konsep bangunan Hotel Resort ini di transformasikan dari bentuk-bentuk dasar persegi untuk bagian cottage, sedangkan untuk lay-out terinspirasi dari bentuk lobster dengan penerapan tema pada penataan landscape dan material bangunan, terdapat tujuh massa bangunan yang terdiri dari hotel, restoran, tiga tipe cottage & bangunan penunjang. Kapasitas pemakai adalah 101 orang, luas lahan untuk perencanaan Hotel Resort ini 30.000 M2, dengan KDB 3%, terbangun bangunan utama 3161,4. Restaurant 826,4. Cottage 3 tipe 503,06. Bangunan penunjang 116,04 dan pos Satpam 41,5. Sedangkan untuk KLB terbangun lantai 1. 3161,4 lantai 2, 2182,5. Untuk total keseluran Area terbangun 6,831.0018. Dengan fasilitas penunjang Restauran, Reakresi Air (Surfing) play ground dan Volley Ball.
PERPUSTAKAAN MODERN DI SABANG: Arsitektur Postmodern Nasruna Usman; Qurratul Aini
Rumoh Vol. 8 No. 16 (2018): Desember
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1107.979 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i16.55

Abstract

Pengunjung perpustakaan di Kota Sabang berdasarkan badan perpustakaan daerah sangat minim, yaitu mencapai 11% dari jumlah penduduk per tahunnya. Perpustakaan yang ada di Kota Sabang berupa perpustakaan keliling, perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa yang pengelolaannya kurang maksimal. Kondisi ketidaknyaman untuk membaca pun tidak tercapai serta media pelayanan masih menggunakan sistem manual atau belum menggunakan sistem teknologi digital. Untuk itu diperlukan perencanaan perpustakaan yang dapat menumbuhkan kembali budaya membaca di perpustakaan dengan sarana dan prasarana yang memadai. Lokasi perencanaan Perpustakaan Modern terletak di Sabang hill, Sukakarya, Sabang, Aceh, Indonesia.Perpustakaan modern yang akan didirikan termasuk kedalam klasifikasi Perpustakaan Umum dan tergolong kedalam perpustakaan Terotomasi. pendekatan tema Arsitektur Postmodern yang bertujuan untuk mengangkat kembali nilai kontekstual dan lokalitas yang ada di lingkungan sekitar. Pada perencanaan ini disertai dengan Analisis-analisis yang di pakai berupa analisis fungsional, analisis tapak atau lingkungan dan analisis bangunan.Bangunan perpustakaan modern ini ditransformasikan dari bentuk buku serta adanya penambahan bentuk setengah dan seperempat lingkaran di sisi kiri dan kanannya. Luas lahan untuk perpustakaan modern di Sabang ini 29.100 m², Massa bangunan yang direncanakan menggunakan pola massa tunggal. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 80% yaitu 23,280 m² dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 2,4 dikali dengan luas lahan tersedia yaitu 69,840 m². Dengan fasilitas-fasilitas seperti taman baca terbuka, ruang koleksi buku, ruang digital, pustaka langka, dll.
PENERAPAN ARSITEKTUR LOKAL ACEH UTARA PADA PERANCANGAN BANGUNAN FASILITAS PENUNJANG BENDUNGAN KEREUTO T. Eka Panny Hadinata
Rumoh Vol. 8 No. 16 (2018): Desember
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.572 KB) | DOI: 10.37598/rumoh.v8i16.56

Abstract

Bendungan Kereuto di Kabupaten Aceh Utara ini merupakan salah satu bendungan terbesar di Sumatera, bendungan ini dibuat untuk menyelesaikan masalah pengairan dan bencana banjir yang kerap melanda kawasan Kabupaten Aceh Utara. Selain adanya konstruksi utama bendungan, terowongan, waduk, dan bangunan penunjang teknis lainnya untuk menunjang sistem pengairan bendungan juga terdapat fasilitas penunjang kegiatan nonteknis di kawasan bendungan. Bangunan fasilitas penunjang Bendungan ini dirancang dengan mengunakan pendekatan Arsitektur lokal khas Aceh Utara, hal ini bertujuan agar bendungan kereuto dapat menjadi ikon baru Kabupaten Aceh Utara. Setelah dianalisa ciri-ciri dan karakter arsitektur lokal Aceh Utara kemudian disesuaikan dengan konteks dan objek atau bangunan yang akan dirancang, maka didapat representasi Arsitektur Lokal Aceh Utara adalah bangunan rumah adat Aceh Utara, unsur yang diambil adalah unsur visual seperti bentuk, ornament serta warna karena lebih mudah dikenali. Sehingga diharapkan Bendungan Kereuto bukan hanya bernilai dari segi teknis namun juga dapat menjadi ikon wisata edukasi dan rekreasi baru di Aceh Utara.