cover
Contact Name
Jhanty T Hidayat
Contact Email
jurnal.teknik@unpak.ac.id
Phone
+628121106981
Journal Mail Official
jurnal.teknik@unpak.ac.id
Editorial Address
Jl. Pakuan, RT.02/RW.06, Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik, Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK
Published by Universitas Pakuan
ISSN : 14115972     EISSN : 27745023     DOI : 10.33751/teknik
Core Subject : Engineering,
Memuat artikel ilmiah berupa makalah, gagasan ilmiah dan hasil penelitian dalam bidang ilmu Keteknikan dan terapannya dari para peneliti, akademisi, praktisi dan mahasiswa
Articles 101 Documents
ANALISIS PENINGKATAN GAS METANA (CH4) PADA DIGESTER PORTABEL DENGAN KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI BIOGAS BERBASIS INTERNET OF THINGS (IoT) HASTO SOEBAGIA, DIDIK NOTOSUDJONO, dan KIKI BAEHAKI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 22, No 1 (2021): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.379 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v22i1.3734

Abstract

Biogas adalah salah satu energi bahan bakar gas yang diperoleh dari degradasi anaerobik bahan-bahan organik oleh bakteri dalam lingkungan bebas oksigen. Digester portabel ini mampu menghasilkan biogas yang utamanya mengandung gas metana (CH4) dan gas ikutan lainnya. Proses pembentukan biogas khususnya gas metana pada digester dimonitor dengan sensor gas metana secara real time berbasis Internet of Things (IoT). Hasil pengukuran konsentrasi gas metana yang dilakukan selama 38 hari pada temperatur rata-rata 37,46°C, nilai konsentrasi terus meningkat sampai dengan hari ke 29, dengan konsentrasi gas sebesar 170.564,02 ppm atau persentase gas sebesar 71,07%. Pada hari ke 29 gas metana dalam digester sudah layak dimanfaatkan, dan untuk menjaga kontinyuitas produksi gas metana, setiap hari bahan baku biogas perlu ditambahkan ke digester sesuai kapasitas. Kata Kunci : Biogas, Digester.
KAJIAN GEOTEKNIK KESTABILAN LERENG DI DAERAH QUARRY HAMBALANG, KECAMATAN CITEUREUP KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT DJAUHARI NOOR dan SOLIHIN
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 18, No 1 (2017): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.535 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v18i1.1537

Abstract

Quarry Hambalang adalah suatu quarry bahan baku semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. yang secara geologi tersusun dari batuan napal, batulempung dan batupasir gampingan Formasi Jatiluhur, dimana batuan-batuan tersebut adalah jenis batuan yang relatif tidak stabil apabila dilakukan penambangan dengan metoda open pit dengan membuat lereng-lereng, dikarenakan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap kestabilan lereng seperti antara lain jenis batuan, stratigrafi, dan struktur geologinya. Kestabilan lereng banyak ditentukan oleh tingkat pelapukan dan struktur geologi yang ada pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan, dan bidang perlapisan (Sulistianto,2011). Struktur-struktur tersebut selain lipatan juga disebut bidang lemah. Disamping geologi struktur, kandungan air dan karakteristik sifat fisik mekanik juga dapat  mempengaruhi kestabilan lereng. Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kestabilan lereng tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian geoteknik untuk kestabilan lereng pada Quarry Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat konsensi penambangan milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendesain kestabilan lereng yang terdapat pada Quarry Hambalang di wilayah Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui jenis longsoran, nilai faktor keamanan dan desain lereng yang sesuai dengan batas terendah faktor keamanan lereng. Kata Kunci: Kajian Geoteknik, Kestabilan Lereng, Quarry Hambalang.
TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK Yamato Yamato; Evyta Wismiana
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 14, No 2 (2013): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.172 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v14i2.425

Abstract

Perkembangan teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing ( DWDM ) p a da j ar in ga n o p ti k yang didorong oleh kebutuhan akan kapasitas transmisi yang sangat besar telah mengakibatkan perubahan yang cepat dalam penyediaan kapasitas bandwidth yang besar dalam jaringan. Sistem transport kanal dalam domain panjang gelombang ini memberikan fleksibilitas yang tinggi bagi penyelenggara jaringan dalam memenuhi kebutuhan yang ada baik masa kini maupun masa akan datang.Teknologi DWDM pada jaringan optik saat ini diyakini akan menjadi teknologi yang berperan dimasa depan, dimana banyak kajian dari berbagai lembaga riset menyatakan dan meyakini bahwa perkembangan teknologi masa depan, yang akan didominasi oleh trafik packet switch, akan ditentukan oleh faktor perkembangan teknologi service node-nya saja (perangkat packet switch), karena sudah tidak ada keraguan bahwa di sisi jaringan transport hanya DWDM yang merupakan kandidat utama. Dan kemampuan dari service node akan dipengaruhi oleh kemampuan dari teknologi DWDM dalam menyediakan kapasitas besar dalam jaringan. Terbukti teknologi DWDM ini memang memiliki keunggulan dalam hal tersebut. Secara umum ada beberapa cara alternatif yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan kapasitas akibat perkembangan trafik yang sangat cepat.Kata Kunci : DWDM, Packet Switch, Kapasitas transmisi, Bandwidth
KONTRIBUSI CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) BAGI PEMBANGUNAN DI KOTA BOGOR NOVIDA WASKITANINGSIH; LILIS SRI MULYAWATI; MUHAMAD YOGIE SYAHBAND; IRA RAHMAWAT; IFANNY WIDYANA
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 1 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.806 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v23i1.5626

Abstract

Pemerintah Kota Bogor menyadari pentingnya pemanfaatan CSR sebagai sumber pembiayaan non-konvensional dengan menetapkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2016 dan Peraturan Walikota Bogor No. 69 Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi CSR sebagai sumber pembiayaan pembangunan non-konvensional dalam pembangunan Kota Bogor. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut, terdapat dua analisis yang dilakukan, yaitu identifikasi karakteristik CSR dan kontribusinya terhadap pembangunan Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan melalui telaah dokumen dan wawancara mendalam (indepth interview). Metode analisis data menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif dan kuantitatif dekriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 85 kegiatan CSR pada tahun 2016 dan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 456 kegiatan. Jumlah kegiatan CSR tersebut berasal dari 8 perusahaan pada tahun 2016 dengan total dana sebesar Rp. 1.563.602.550, dan 18 perusahaan dengan total dana Rp. 4.131.009.717 pada tahun 2020 dengan mayoritas perusahaan besar yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Masih sedikitnya perusahaan yang melakukan CSR tersebut disebabkan oleh banyaknya perusahaan, terutama perusahaan kecil-menengah, yang tidak melaporkan kegiatan CSR, atau bahkan tidak melaksanakan kegiatan CSR. Jika dilihat dari sebaran lokasi kegiatannya, kegiatan CSR juga masih terkonsentrasi di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Tengah. Kegiatan CSR tersebut juga sesuai dengan program di dalam RPJMD dan berkontribusi pada pembangunan Kota Bogor. Pada tahun 2016 terdapat 17 program RPJMD yang didukung oleh kegiatan CSR, dan menjadi 43 program pada tahun 2020. Namun, jika dibandingkan dengan total capaian kinerja program RPJMD, kontribusi kegiatan CSR terhadap RPJMD Kota Bogor masih sangat kecil, yaitu sebesar 0,63% pada tahun 2016 dan 0,43% pada tahun 2020. Nilai tersebut masih jauh dari target kontribusi CSR dalam RPJMD Kota Bogor sebesar 10% pada tahun 2020. Kecilnya kontribusi CSR tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu belum terdatanya semua dana CSR dari perusahaan-perusahaan pelaku CSR, serta besarnya kontribusi tergantung pada capaian kinerja program RPJM yang sesuai dengan kegiatan CSR melalui APBD. Di luar itu, kurangnya sosialisasi peraturan dan mekanisme pelaksanaan CSR oleh Pemerintah Kota Bogor dapat menjadi penyebab utamanya. Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa CSR sangat potensial menjadi sumber pembiayaan non konvensional di Kota Bogor di masa mendatang apabila peraturan CSR tersosialisasikan dengan baik, pelaksanaan dan hasilnya terdata dengan baik, serta mekanisme pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang ada. Kata kunci: CSR, kontribusi bagi pembangunan, sumber pembiayaan non-konvensional.
IDENTIFIKASI KERJASAMA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN POLA PARTISIPATIF DI KOTA PAMANUKAN KABUPATEN SUBANG GDE NGURAH PURNAMA JAYA
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 20, No 1 (2019): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.708 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v20i1.1394

Abstract

Identifikasi Kerjasama Pengendalian Pemanfaatan Ruang dengan Pola Partisipatif di Kota Pamanukan Kabupaten Subang. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian utama dalam konsteks penataan ruang, yaitu hak kepemilikan atas sebidang tanah, maka kepada yang bersangkutan harus mendapat perlindungan hukum untuk memanfaatkannya. Namun persoalan timbul manakala :Kebutuhan untuk memanfaatkan sebidang tanah untuk kepentingan pribadi ternyata berbeda dengan apa yang ditetapkan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah).Hak untuk memanfaatkan sebidang tanah yang sudah sah dimilikinya ternyata “hilang” atau tereduksi karena tanah tersebut menurut RTRW ditetapkan untuk kepentingan umum (misalnya untuk fasos-fasum, jalan dan sebagainya).Sekelompok bidang tanah yang di tempatinya (baik telah mempunyai status kepemilikan yang jelas atau tidak) ternyata diminati oleh investor untuk di bangun dan dirubah pemanfaatannya sesuai dengan RTRW.Pada Kasus diatas menunjukan bahwa di Kabupaten Subang belum ada fungsi mediasi, advokasi dan evaluasi yang baik, sehingga persoalan tersebut timbul. Berbagai institusi yang ada nampaknya kurang efektif dalam menanggapinya, selain pihak DPRD-nya.Dari hasil rumusan kesepakatan tentang program pengembangan kawasan lindung dan budidaya selanjutnya diinformasikan kepada seluruh instansi/lembaga terkait khususnya lembaga yang bertanggungjawab dan berwenang dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang.Untuk itu perlu dilakukan :Identifikasi instansi yang memberikan rekomendasi pemanfaatan ruang;Identifikasi sistem perijinan pemanfaatan ruang;Menyiapkan rumusan pengaturan koordinasi dan keterpaduan pemberian rekomendasi dan ijin pemanfaatan ruang.Dalam kegiatan pemberian rekomendasi ini instansi daerah (kabupaten dan propinsi) wajib melakukan koordinasi dengan TKPRD. Selanjutnya kepala daerah/bupati menerapkan standar perijinan pemanfaatan ruang.Tugas pokok dan fungsi Dinas Penataan Ruang agar disesuaikan dengan semangat upaya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang konsisten.Sistem partisipasi masyarakat secara luas dan menyeluruh dari komponen partisipan pembangunan di Kabupaten Subang. Untuk membangun sistem dan pola partisipasi yang konstruktif diperlukan dana yang cukupDisarankan, materi hasil studi ini agar ditindaklanjuti dengan penyusunan Peraturan Daerah tentang “Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten Subang”. Kata Kunci : Tata Ruang, Pengendlian, Pemanfaatan Ruang, Pola Partisipasi
EVALUASI KINERJA JALAN RAYA LEUWILIANG - KABUPATEN BOGOR Gde Ngurah Purnama Jaya; Noordin Fadh
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 16, No 1 (2015): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.12 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v16i1.354

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengevaluasi konerja pengaruh penggunaan lahan terhadap kemacetan, gangguan samping jalan dan titik konflik persimpangan, dan kondisi lalu lintas serta tingkat pelayanan jalan di Jalan Raya Leuwiliang Kabupaten Bogor.Berdasarkan hasil analisis diketahui penggunaan lahan yang paling tinggi menghasilkan bangkitan lalu lintasnya adalah pasar Leuwiliang yang merupakan pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian maupun peternakan dalam kota maupun dari luar Kota Kecamatan Leuwiliang, khususnya bagian Wilayah Pengembangan (WP) Barat. Gangguan samping yang terjadi di Jalan Raya Leuwiliang diakibatkan oleh PKL (pedagang kaki lima) yang berada di kiri kanan jalan yang menempati trotoar dan bahu jalan untuk tempat berjualan. Disamping itu adanya parkir on street di kiri kanan jalan Raya Leuwiliang dengan sudut parkir 0 yang dapat mengurangi kapasitas jalan sebesar 32 % atau 1,44 meter. Terjadinya titik konflik pada ketiga persimpangan yaitu persimpangan Puraseda, persimpangan Karehkel, dan persimpangan Setu yang ada pada jalan Raya Leuwiliang akibat dari tingginya pergerakan kendaraan dan geometri persimpangan yang tidak sesuai dengan standar.Rekomomendasi studi, meningkatkan kapasitasjalan Leuwiliang dan perbaikan geometri dari persimpangan yang ada, serta perlu jalan lingkar pada jangka panjang.Kata kunci : Transport, lalu lintas, kemacetan
IDENTIFIKASI KONDISI DAN PERMASALAHAN PENERAPAN DIMENSI SMART MOBILITY DALAM PENGEMBANGAN KONSEP SMART CITY DI KOTA BOGOR JANTHY TRILUSIANTHY HIDAYAT, MUJIO, dan JAPAR SIDIQ
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 22, No 2 (2021): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (645.666 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v22i2.4767

Abstract

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah menginisiasi penyelenggaraan program Gerakan Menuju 100 Smart City sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan smart city di Indonesia. Sebanyak 100 kota/kabupaten di Indonesia diantaranya adalah Kota Bogor telah melaksanakan program diatas. Kota Bogor sebagai hinterland ibu kota negara mengalami persoalan yang terus muncul sebagai akibat dari perkembangan kota, sementara solusi konvensional tidak dapat lagi diandalkan untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Diperlukan sebuah solusi yang lebih cepat, efektif, inovatif dan cerdas serta mampu beriringan dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini. Konsep smart city yang dinamis dan memfokuskan diri pada inovasi, solusi dan pemanfaatan SDM dan sumber daya teknologi secara optimal menjadi pilihan Pemerintah Kota Bogor, hal ini sejalan dengan misi Kota Bogor dalam RPJMD  yaitu “Menjadikan Kota Bogor yang Cerdas dan Berwawasan Teknologi Informasi”. Tujuan penelitian yaitu identifikasi   kondisi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam penerapan dimensi smart mobility. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah observasi lapangan, penyebaran kuesioner, wawancara, survei instansi dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan ialah metode analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan variabel penelitian meliputi mobilitas masal, mobilitas individu, penggunaan teknologi penunjang mobilitas dan keamanan dan keselamatan telah diterapkan di Kota Bogor. Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan smart mobility ialah, terdapat beberapa parameter yang tidak bisa diterpakan di Kota Bogor seperti ERP. Parameter yang belum diterpakan ialah transportasi ramah lingkungan, smart card, ERP akses informasi real time, dan aplikasi tanggap darurat. Kata Kunci: Dimensi, penerapan, Smart City, Smart Mobility
IDENTIFIKASI DINAMIKA PERTUMBUHAN WILAYAH PERI-URBAN (WPU) DI KECAMATAN BOJONG GEDE KABUPATEN BOGOR M. YOGIE SYAHBANDAR
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 19, No 1 (2018): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.368 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v19i1.3128

Abstract

Perkembangan wilayah perkotaan secara fisik ditandai oleh pertumbuhan pesat pada kawasan pinggiran kota yang dikenal sebagai proses suburbanisasi. Wilayah suburbanisasi tersebut dikenal sebagai Wilayah Peri-Urban (WPU). Kecamatan Bojong Gede merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Bogor, dengan tingkat pertumbuhan wilayah yang sangat tinggi, hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh wilayah sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bojong Gede yaitu Kota Bogor, Kota Depok, dan Cibinong. Dengan demikian tingkat pertumbuhan Kecamatan Bojong Gede serta kenampakan fisik perkotaan sangat tinggi, sehingga Kecamatan Bojong Gede menjadi wilayah transisi antara desa kota yang disebut WPU. Pertumbuhan WPU memberikan berbagai dampak pada perkembangannya baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Tujuan penelitian ini adalah mengklasifikasikan tipologi zona WPU perdesa, dan mengidentifikasi keselarasan pertumbuhan WPU Kecamatan Bojong Gede terhadap RTRW Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data primer, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi lapangan dan dokumentasi. Serta pengumpulan data sekunder meliputi studi literatur dan survei instansi. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif kuantitaif dengan metode skoring dan pembobotan serta analisis GIS. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa tipologi zona  WPU berdasarkan aspek fisik, aspek ekonomi, dan asepk sosial didapat 2 klasifikasi yaitu tipologi Predominantly Urban dan Semi Urban. Tipologi Predominantly Urban meliputi Desa Pabuaran dan Desa Bojong Baru, dan Untuk tipologi Semi Urban meliputi Desa Bojong Gede, Desa Cimanggis, Desa Susukan, Desa Ragajaya, Desa Kedung Waringin, Desa Waringin Jaya dan Desa Rawa Panjang. Karakteristik WPU Kecamatan Bojong Gede yaitu sebagai wilayah yang dijadikan sebagai tempat tinggal, karena banyak didominasi oleh kawasan permukiman dan perumahan. Pertumbuhan WPU Kecamatan Bojong Gede selaras dengan RTRW kabupaten Bogor, sehingga perlu adanya pengendalian untuk merencanakan Kecamatan Bojong Gede dimasa yang akan datang. Kata Kunci : Dinamika, Pertumbuhan, Wilayah Peri Urban (WPU)
PENENTUAN KOEFISIEN IMBUHAN (RC) AIR TANAH SUNGAI CISADANE HULU – SUB DAS CISADANE MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 20, No 2 (2019): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.303 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v20i2.1969

Abstract

Imbuhan air tanah alami yang dimanifestasikan oleh lengkung penyusutan (recession curve) aliran dasar (base flow) adalah komponen yang sangat penting dari aliran sungai yang dihasilkan oleh aliran masuk melalui proses infiltrasi curah hujan menjadi perkolasi dan akhirnya menyumbang ke simpanan air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran tentatif Koefisien Imbuhan Air Tanah Alami Sub DAS Cisadane hulu dengan luas 842.69 Km², di mana besaran imbuhan ini bisa dipakai sebagai dasar untuk penetapan pengambilan air tanah yang di izinkan pada daerah yang bersangkutan berbasis lingkungan yang bersifat sustainable/berkelanjutan, agar pemanfaatan air tanah tetap lestari. Selain itu nilai koefisien imbuhan ini juga dapat dipakai untuk menetapkan secara tak langsung besarnya imbuhan air tanah di DAS sekitarnya dalam proses regionalisasi. Karakteristik DAS yang paling umum yang mempengaruhi besar imbuhan yang meliputi curah hujan, variabel geologi, tingkat infiltrasi tanah, faktor aliran dasar, dan tutupan lahan. Kajian yang dilaksanakan untuk mendapatkan estimasi rata rata nilai imbuhan menggunakan Kurva Resesif (lengkung penyusutan/recession curve) dari data debit harian periode tahun 1980 – 2015 yang diperoleh dari Pusat Litbang Sumber Daya Air, Bandung. Nilai curah hujan rata-rata dicari dengan metode Isohyet kemudian dapat ditentukan nilai koefisien imbuhan (Recharge Coefficien) yakni besar nilai imbuhan dibagi dengan curah hujan rata-rata serta di bagi luas wilayah DAS maka diperoleh Nilai Koefisien Imbuhan (RC) yang di peroleh berdasarkan perhitungan sebesar 0.14 %. Sedangkan berdasarkan perhitungan Imbuhan yang terjadi pada Formasi Batuan di dapatkan Nilai Koefisien Imbuhan (RC) sebesar : 742.11 x 106 m3/tahun. Besarnya tampungan air tanah yang dapat dilepaskan atau dialirkan selama musim kering/kemarau sebesar : 172.70 x 106 m3/tahun, atau sekitar 98.27 %. Penurunan kontribusi imbuhan di daerah aliran sungai Cisadane Hulu dapat berdampak pada berkurangnya sumber air pada musim kemarau. Oleh karena itu, perlu pengelolaan sumber daya air dan upaya konservasi DAS terpadu dan berkelanjutan sebagai solusi penurunan imbuhan, sehingga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sumber daya air pada Sub DAS Cisadane Hulu dapat terjaga.  Kata kunci: imbuhan, koefisien imbuhan, kurva resesif, sub DAS Cisadane Hulu  ABSTRACT Recharge groundwater naturally manifested by curved shrinkage (recession curve) elementary streams (base flow) is a very important component of the flow stream produced by the inflow through the process of rainfall infiltration into percolation and finally donated to soil water deposits.This research aims to know the quantity of groundwater Coefficient Recharge tentative Natural Cisadane River Watershed with an area of 842.69 Km², where the magnitude of the suffixes can be used as the basis for the determination of soil water uptake in the region allow question-based environment that is sustainable, so that sustainable utilization/groundwater remain sustainable.In addition the value of the coefficient of the term can also be used to indirectly set the magnitude of the numerical groundwater in surrounding watershed in the process of regionalization.The most common watershed characteristics affecting large affixes which include variable rainfall, geology, soil infiltration rates, factor flow base, and land cover.The study was carried out to obtain the estimated average value of affix using Recessive Curves (curvilinear depreciation/recession curve) of the daily discharge data for the period 1980 – 2015 acquired from Water Resources R D Center in Bandung. The average rainfall value is sought by the Isohyet method and then the value of the additive coefficient (Recharge Coefficien) can be determined, by dividing recharge value and rainfall avarage of the watershed area. The Value of the Recharge Coefficient (RC) obtained based on a calculation of  0.14 %. While based on the calculation of the benefits that occur in rock formations get the value of the Recharge Coefficient (RC) of: 742.11 x 106 m3/year. The amount of groundwater that can be released or flowed during the dry/dry season is: 172.70 x 106 m3/year, or about 98.27 %. The decline in the contribution of the suffixes in the Cisadane River Watershed can impact on the depletion of water sources during the dry season.Therefore, the need to management of water resources and integrated watershed conservation efforts and sustainable as a solution decrease the suffixes, so that quality, quantity, and continuity of water resources on a watershed Cisadane can awake. Key words : recharge,  coefficient recharge, curve is recessive, Cisadane River Watershed
ANALISA KELAYAKAN SISTEM INSTALASI LISTRIK MELALUI PENGUJIAN NILAI TAHANAN ISOLASI DAN TAHANAN BUMI AGUSTINI RODIAH MAHCDI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 17, No 1 (2016): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.726 KB) | DOI: 10.33751/teknik.v17i1.910

Abstract

Instalasi kabel listrik baik itu untuk rumah maupun gedung haruslah memenuhi standar-standar yang sudah ditentukan oleh standarisasi, kabel merupakan komponen listrik yang digunakan untuk mengalirkan energi listrik pada peralatan listrik, pemilihan kualitas suatu kabel sangatlah penting. Isolasi kabel merupakan bagian penting suatu kabel yang tidak dapat diabaikan. Bahan isolasi kabel ini terbuat dari PVC yang tidak tahan panas karena panas dapat menurunkan tahanan isolasi pada kabel. Oleh karena itu nilai standarisasi dari tahanan isolasi harus dipenuhi dalam setiap instalasi listrik. Selain tahanan isolasi, ada satu komponen lagi yaitu tahanan bumi atau biasa disebut sistem pentanahan (grounding system), Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang lowimpedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan mengetahui degradasi tahanan isolasi kabel saat mengalirkan arus listrik dan mengukur kualitas dari suatu sistem pentanahan agar nilai-nilai standar tahanan bumi terpenuhi.Kata kunci : Instalasi Listrik, Tahanan Isolasi, Tahanan Bumi, Pentanahan, Grounding

Page 1 of 11 | Total Record : 101